Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak tahun 1960, terdapat pertumbuhan unit perawatan kritis pada
lingkungan rumah sakit umum. Sejalan dengan pertumbuhan dan kemajuan yang
sebelumnya tak terbayangkan dalam hak perkembangan teknologi, fasilitas
canggih dan modern, serta meningkatnya penyediaan peralatan invasive dan non-
in-vasif untuk pengukuran, pemonitoran, dan pengaturan sistem tubuh.
Menjadi pasien di ruang perawatan kritis kemungkinan lebih menakutkan,
lebih kesepian, lebih bingung, dan kebanyakan lebih tidak manusiawi dari pada
sebelumnya. Dimensi peran perawat pada lingkup ini mempunyai perubahan yang
serupa. Peran yang lebih berorientasi pada teknologi, fisik, lebih sering, lebih
intelektual dibandingkan tahun-tahun yang lalu. Karena perubahan ini, aspek
member perawatan sebagai dimensi utama keperawatan menjadi lebih penting dan
meningkatkan ancaman.
Perawat dapat menunjukkan perawatan terhadap pasien dalam banyak cara.
Terdapat deskripsi dalam kepustakaan keperawatan tentang mekanisme
memberikan dukungan emosional, sosial, spiritual, dan fisik pada lingkup
keperawatan. Satu perilaku yang menembus semua tindakan ini adalah sentuhan.
Dengan menggunakan sentuhan yang berarti, ikhlas, bersungguh-sungguh,
perawat mampu menunjukkan perhatian dan dukungan pada pasien dan keluarga.
Dengan memahami kekuatan sentuhan dalam suatu interaksi, perawat berhasil
merencanakannya pada asuhan mereka dan mengembangkan keterampilan dengan
memasukkannya dalam proses komunikasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari perhatian dan sentuhan ?
2. Apakah jenis – jenis sentuhan ?

1
3. Apa saja komponen terapi sentuhan ?
4. Apa saja mamfaat terapi sentuhan ?
5. Apakah efek lain dari sentuhan keperawatan ?
6. Apakah pesan – pesan dari sentuhan ?
7. Apakah taksonomi dari sentuhan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perhatian dan sentuhan
2. Untuk mengetahui jenis – jenis sentuhan
3. Untuk mengetahui komponen terapi sentuhan
4. Untuk mengetahui mamfaat terapi sentuhan
5. Untuk mengetahui efek lain dari sentuhan keperawatan
6. Untuk mengetahui taksonomi dari sentuhan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Perhatian
Terdapat sedikit perselisihan diantara penulis keperawatan dimana
perhatian merupakan fokus sentral dalam keperawatan. Leininger mengatakan
sebagai suatu keyakinan kuat dari pentingnya perilaku perhatian dalam
perawatan. Ia menggambarkan ikatan yang kuat antara mengobati (fokus
utama pada pelayanan kesehatan) dan perhatian oleh petugas pelayanan
kesehatan. “Saya berprinsip bahwa hal itu (perhatian) adalah konsep sentral
dan penting dalam keperawatan. Lebih dari itu, perhatian merupakan faktor
vital untuk pertumbuhan manusia, pemeliharaan kesehatan, dan bertahan
hidup. Memberikan perhatian pada manusia dan manusia berhubungan erat.
Perhatian manusia masih merupakan dimensi penting dari pekerjaan
professional, khususnya saat mengatasi masalah krisis kehidupan, memelihara
kesehatan, dan perubahan dalam praktik kesehatan.”
Watson menggambarkan “ilmu tentang perhatian” (science of caring)
sebagai suatu keseimbangan dari ilmu pengetahuan dan kemanusiaan:
“Pemeliharaan perhatian manusia merupakan agenda kritis bagi keperawatan
dan sistem pelayanan kesehatan dewasa ini. Keperawatan harus mencapai
keseimbangan yang sulit antara pengetahuan ilmiah dan perilaku praktik
kemanusiaan. Watson juga mengatakan hubungan yang erat antara mengobati
dan perhatian. “Dimana faktor kuratif bertujuan untuk mengobati penyakit
pasien, faktor perhatian bertujuan untuk proses perawatan yang membantu
seseorang mencapai (atau mempertahankan) kesehatan atau meninggal dengan
damai.” Dasar filsafat ilmiah perhatian terdiri dari “(1) pembentukan sistem
nilai kemanusiaan-altruistik, (2) menanamkan kepercayaan-harapan), (3)
pengembangan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain”.

3
Penulis lain menunjukkan dugaan tentang perhatian dari sudut
pandang yang berbeda. Noddings menyatakan, “Sebagai manusia, kita
menginginkan perhatian dan memberi perhatian. Perhatian adalah penting, ini
meliputi pembuatan langkah tentang kerangka referensi pribadi pada orang
lain. Saat kita memperhatikan, kita mempertimbangkan pandangan orang lain,
kebutuhannya, dan apa yang diharapkan dari kita.”
Benfield menguji konsep perhatian sebagai mempunyai perkembangan
dalam pelayanan kesehatan dunia modern. Ia menggambarkan dua filosofi
perawatan yang berbeda: (1) perawatan yang berorientasi pada penyakit, dan
(2) perawatan yang berorientasi pada orang. Pada perawatan yang berorinetasi
pada penyakit, focus dan perhatian pada patologi dan penyakit, tidak perlu
melihat konteks manusia. Pada perawatan yang berorientasi pada orang,
fokusnya pada kualitas hidup seseorang dan keluarga. Kerumitan pelayan
kesehatan saat ini menyatukan kedua ahli filosofi keperawatan tersebut. Jika
perawat memebrikan sebagian besar perawatan yang berorientasi pada orang,
dan dokter memberikan perawatan yang berorientasi pada penyakit, tantangan
utama terletak pada pembuatan kedua perawatan ini secara beriringan untuk
saling meningkatkan (Barbara, 1996).
Untuk mewujudkan kenyataan, beberapa hambatan yang yang harus
ditanggulangi:
a. Perawat dan dokter harus mengembangkan komunikasi dan tim kerja
yang lebih efektif.
b. Waktu yang dibutuhkan untuk memberikan perawatan yang berorientasi
pada pasien oleh perawat harus dinilai oleh institusi dimana perawat
bekerja.
c. Perawat harus menghentikan, atau memperluas, stereotip yang berfokus
pada teknik dalam perawatan kritis yang berhubungan dengan peran dan
keterampilan pemberi perawatan yang berorientasi pada pasien.

4
Selama bertahun-tahun, kepustakaan keperawatan telah mendiskusikan
aktivitas yang merefleksikan asuhan. Contoh menggambarkan perilaku ini
sebagai atribut kemanusiaan tentang perawatan pasien yang tak dapat
digantikan oleh teknologi: mendengar, perhatian, humor, keterlibatan, dan
berbagi.
Cowper Smith menyarankan pemeliharaan kesopanan, belas kasihan,
menghargai, martabat, dan ketulusan sebagai faktor penting dalam perhatian
pada pasien. Kalisch menggambarkan empati tingkat tinggi sebagai faktor
utama dalam proses perhatian.
Jourard dengan gamblang menggambarkan perasaan tentang hubungan
pasien dan perawat, perhatian, dan pengaruh bahwa mereka berada pada
kesembuhan pasien. Menurut Jourard, penyembuhan pasien tergantung pada
luasnya pemahaman seseorang yang merawatnya. Pemberian asuhan oleh
perawat meningkatkan kenyamanan, identitas, dan integritas pasien.
Kurangnya perhatian dapat secara aktual menyebabkan efek yang merusak
pada kesehatan dan penyembuhan pasien. Kehangatan, rasa cinta, dan
perhatian yang responsive pada manusia berada di antara inti penyembuhan.
Perawat sebagai seseorang professional yang paling mungkin dan mampu
memberikan aspek perawatan menusiawi ini.

2. Sentuhan
Sentuhan merupakan bentuk personal dari komunkasi verbal
(Fundamental Keperawatan edisi 2, halaman 386). Ada dau jenis sentuhan,
yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non kontak. Sentuhan kontak merupakan
sentuhan langsung kulit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non kontak
merupakan sentuhan mata. Sentuhan adalah bagian penting dari hubungan
perawat dan pasien, namun sentuhan harus digunakan sesuai batasan karena
penggunaannya terbatas oleh norma sosial yang kuat.

5
Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis
merupakan komunikasi simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994).
Rangsang raba adalah yang paling penting dalam perkembangan.
Sensasi sentuhan merupakan sensori yang paling berkembang saat lahir
(Liaw, 2000). Memegang, mengurut dan menepuk, memberikan ASI,
mengganti popok, memijat dan memandikan merupakan pengalaman
perabaan bervariasi. Rangsangan atau stimulasi yang dilakukan sejak dini,
terus menerus dan bervariasi dengan suasana yang menyenangkan akan
memacu perkembangan bayi dari berbagai aspek. Kulit merupakan reseptor
terluas pada tubuh dan stimulasi pada reseptor ini menjadi alat komunikasi
non verbal. Ungkapan cinta kasih orang tua pada bayinya dapat disampaikan
melalui terapi sentuhan.
Pada saat lahir semua manusia memiliki reseptor yang berada di
permukaan kulit yang dapat menyebabkan fisiologi eksitasi pada saat
menerima kontak personal dari manusia lainnya diteruskan ke otak melalui
saraf. Keadaan ini dapat terjadi pada saat bayi prematur menerima stimulasi,
salah satunya dengan terapi sentuhan.
Tingkat kepuasan Pasien berdasarkan jurnal didapatkan bahwa
sebagian besar pasien puas terhadap komunikasi perawat yaitu sebanyak 32
responden (66,7%).
Menurut peneliti penilaian seorang pasien atau keluarga pasien
merupakan penilaian komplit mereka menilai dari komunikasi secara
bersamaan bukan hanya salah satu saja karena budaya yang di tanamkan pada
keluarga mereka sehingga tingkat kepuasan mereka dapat di ukur jika
perkataan yang sopan disertai sikap ketimuran yang baik.
Bentuk komuniaksi yang penting pada pelayanan kesehatan adalah
sentuhan. Kebutuhan akan sentuhan dianggap untuk ditingkatkan selama
episode stress tinggi dan tidak dapat secara total dipenuhi dengan bentuk
komunikasi yang lain. Perawat, saat menggunakan sentuhan, biasanya

6
mencoba untuk memahami, mendukung, memberi kehangatan, perhatian, dan
kedekatan pada pasien. Komunikasi ini adalah suatu aktivitas proses
keperawatan. Sentuhan tidak hanya meningkatkan pemulihan fisik dari
penyakit.
Sentuhan adalah perilaku positif yang menghasilkan efek kepuasan
pasien dan berada diantara kebutuhan dasar dari kesehatan perkembangan
mental dan fisik. Hal ini merupakan rasa yang paling penting. Sentuhan
menyatakan penerimaan terhadap realita melalui sensai lain dan merupakan
bagian sentral dari proses komunikasi manusia. Hal ini berefek positif pada
kemampuan kognitif dan persepsi dan dapat mempengaruhi tanda fisiologis
seperti pernapasan dan aliran darah. Sebagai kesimpulan sentuhan mewakili
interaksi positif dan elemen terapeutik interaksi manusia.
Tindakan menyentuh atau disentuh terkait dengan stimulasi reseptor
pada kulit yang menyampaikan pesan ke otak yang kemudian di
interpretasikan oleh seseorang. Sebagian besar segmen otak dicurahkan pada
sentuhan. Tidak dapat dipungkiri, sentuhan mendukung berbagai aspek
komunikasi, belajar, dan pemahaman.
Jadi bisa sentuhan bisa dikatakan sebagai faktor utama kepuasan
pasien. Untuk pengaplikasiannya sentuhan bisa dilakukan dengan cara
memegang tangan pasien, memijat punggung pasien, menempatkan pasien
dengan hati-hati, atau terlihat dalam pembicaraan (komunikasi non verbal).
Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan dan kenyamanan pasien,
meningkatkan harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang kenyataan.

3. Mengkomunikasikan Perhatian melalui Sentuhan


Komunikasi yang bermakna adalah hal penting dalam proses perhatian
yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan psikososial pasien. Bentuk
komuniaksi yang penting pada pelayanan kesehatan adalah sentuhan.
Kebutuhan untuk kontak taktil ada pada setiap orang sejak lahir dan berlanjut

7
sepanjang kehidupan. Ini merupakan kebutuhan, jika dipenuhi akan
bertambah dan tumbuh pada potensi manusia dan merupakan dasar
perkembangan yang sehat dari seseorang. Kebutuhan akan sentuhan dianggap
untuk ditingkatkan selama episode stress tinggi dan tidak dapat secara total
dipenuhi dengan bentuk komunikasi yang lain. Perawat, saat menggunakan
sentuhan, biasanya mencoba untuk memahami, mendukung, memberi
kehangatan, perhatian, dan kedekatan pada pasien. Komunikasi ini adalah
suatu aktivitas proses keperawatan. Sentuhan tidak hanya meningkatkan
pemulihan fisik dari penyakit.
Peran sentuhan dalam perawatan dapat dipandang dari berbagai sudut.
Ini membantu banyak tujuan dalam interaksi perawat-pasien. Komunikasi
dengan sentuhan adalah sederhana, terus terang, dan langsung. Sentuhan
adalah perilaku positif yang menghasilkan efek kepuasan pasien dan berada
diantara kebutuhan dasar dari kesehatan perkembangan mental dan fisik. Hal
ini merupakan rasa yang paling penting. Sentuhan menyatakan penerimaan
terhadap realita melalui sensai lain dan merupakan bagian sentral dari proses
komunikasi manusia. Hal ini berefek positif pada kemampuan kognitif dan
persepsi dan dapat mempengaruhi tanda fisiologis seperti pernapasan dan
aliran darah. Sebagai kesimpulan sentuhan mewakili interaksi positif dan
elemen terapeutik interaksi manusia.
Tindakan menyentuh atau disentuh terkait dengan stimulasi reseptor
pada kulit yang menyampaikan pesan ke otak yang kemudian
diinterpretasikan oleh seseorang. Sebagian besar segmen otak dicurahkan
pada sentuhan. Tidak dapat dipungkiri, sentuhan mendukung berbagai aspek
komunikasi, belajar, dan pemahaman.
Sentuhan itu sendiri seringkali bentuk biasa dari komunikasi antar
pribadi yang dilakukan dalam area atau jarak yang kecil antar orang. Area
intim dipertimbangkan pada daerah 6 sampai 8 inci dari tubuh seseorang.

8
Fakta bahwa sentuhan melanggar jarak intim ini sebagai tanda berarti pada
pesan-pesam yamg dikirimkan.
Terdapat peningkatan kebutuhan terhadap sentuhan pada unit
perawatan kritis dimana mesin dan teknologi mendukung secara kuat
depersonalisasi pasien. Sebelum teknologi modern dikembangkan, hal
terbesar dimana perawat dapat mengupayakan kenyamanan pasien dan
perhatian dengan keberadaan dan sentuhan mereka, dalam hal ini banyak
diterapkan. Perawat mungkin tergoda untuk memikirkan bahwa sentuhan
sangat mudah menjadi efektif. Bagaimanapun, penignkatan medis yang
sedikit dapat menggantikan keuntungan dari kehangatan dan menyentuh.
Sentuhan yang non-task merupakan intervensi terapeutik yang kuat
yang mengkomunikasikan perawatan. Otoritas keperawatan pada umumnya
meyakini bahwa peningkatan afektif yang berarti pada hubungan dengan
pengobatan berdasarkan sentuhan dapat bermakna untuk meningkatkan proses
komunikasi pasien-perawat.

B. Tujuan Teknik Sentuhan


Dari penjelasan singkat di atas mengenai pengertian, tentunya ada yang
kurang jika kita tidak membahas tengtang tujuan dari sentuhan / komunikasi non
verbal. Secara umum, tujuan inti dari sentuhan/ komunikasi non verbal adalah :
1. Memberikan komunikasi
2. Mengatur komunikasi
3. Menunjukkan perasaan
4. Menunjukkan sikap
Dari ke empat tujuan teknik sentuhan/ komunikasi non verbal diatas, dapat
dikembangkan lagi menjadi beberapa tujuan turunan dan dapat kita lihat ketika
terjadi sebuah komunikasi non verbal maupun verbal. Adapun tujuan turunan dari
komunikasi non verbal :

9
1. Mempermudah komunikasi
Tujuan komunikasi nonverbal yang pertama untuk mempermudah komunikasi
antara 2 orangyang berbeda bahasa, atau sedang dalam jarak yang jauh dan
sedang ditengah kondisi yang bising sehingga tidak memungkinkan untuk
melakukan komunikasi non verbal.
2. Memperlancar komunikasi
Komunikasi verbal tentunya memiliki tujuan untuk memperlancar komunikasi
yang dilakukan oleh berbagai pihak. Tujuan yang satu ini bukan hanya
berguna bagi komunikasi nonverbal saja, melainkan juga terhadap
komunikasi verbal.
3. Mengutarakan maksud
Tujuan dari komunikasi non verbal / sentuhan adalah untuk mengutarakan
maksud ataupun keinginan kita kepada orang lain. Memang, untuk
mengutarakan maksud dan keinginan lebih cepat untuk dimengerti dengan
menggunakan komunikasi verbal. Namun ketika terjadi sebuah kendala, maka
komunikasi nonverbal dapat menjadi jawaban.
4. Meningkatkan kepercayaan
Komunikasi nonverbal/ sentuhan juga bertujuan untuk meningkatkan
kepercayaan diantara pihak – pihak yang sedang berkomunikasi. Dengan
dilakukan komunikasi nonverbal untuk dapat memahami apa maksud dari
komunikator yang sedang melakukan komunikasi nonverbal untuk dapat
memahami apa maksud dari komunikator tersebut.

C. Jenis Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana
perawat dapat mendekatkan diri dengan pasien untuk memberikan perhatian dan
dukungan. Ada dua jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non
kontak. Sentuhan kontak merupakan sentuhan langsung kulit dengan kulit.

10
Sedangkan sentuhan non kontak merupakan kontak mata. Kedua jenis sentuhan
ini digambarkan dalam tiga kategori:
1. Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan
ini. Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan
memberikan rasa aman kepada pasien. Prosedur dilakukan secara hati-hati dan
atas pertimbangan kebutuhan pasien.
2. Sentuhan Pelayanan (Caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan pasien,
memijat punggung pasien, menempatkan pasien dengan hati-hati, atau terlihat
dalam pembicaraan (komunikasi non verbal). Sentuhan ini dapat
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan pasien, meningkatkan harga diri,
dan memperbaiki orientasi tentang kenyataan (Boyek dan Watson, 1994).
3. Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk
melindungi perawat dan/atau pasien (Fredrikddon, 1999). Contoh dari
sentuhan perlindungan adalah mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara
menjaga dan mengingatkan pasien agar tidak terjatuh. Sentuhan dapat
menimbulkan berbagai pesan, dan oleh karena itu harus digunakan secara
bijaksana.
Menurut hasil penelitian dari jurnal yang kami temukan sentuhan juga
mampu meningkatkan aktualisasi diri seseorang, menurunkan stress sehingga
pertumbuhan individu yang lebih terarah serta mampu membentuk harga diri
yang baik (Kozier et al., 2004 dalam Asniar, 2017). Sentuhan juga dapat
bermanfaat tidak pada pemberian layanan asuhan keperawatan saja, namun
sangat bermanfaat bagi pembentukan kualitas diri saat dihadapkan dalam
pekerjaan.

11
D. Komponen Terapi Sentuhan
Komponen dalam tindakan stimulasi taktil/terapi sentuhan menurut Liaw
(2000) ada 5 komponen dalam terapi sentuhan, yaitu:
1. Durasi: merupakan lamanya proses sentuhan yang dilakukan pada bayi
prematur. Pada beberapa penelitian durasi sentuhan pada bayi prematur adalah
15 menit sesuai dengan yang dilakukan oleh penelitian Dieter et al. (2003).
2. Lokasi : merupakan bagian tubuh pada bayi yang mendapatkan stimulasi
sentuhan. Lokasi sentuhan ini adalah kepala, bahu, lengan, kaki dan bokong
(Roesli, 2001).
3. Pelaksanaan: pada saat pelaksanaan terapi sentuhan ini memerlukan tindakan
secara bertahap. Pada saat bayi merasa nyaman ketika mendapatkan terapi
sentuhan ini maka pelaksanaan terapi sentuhan ini dapat diteruskan.
4. Intensitas: merupakan kekuatan pada saat sentuhan. Pada saat sentuhan pada
bayi prematur harus dilakukan dengan lembut karena tubuh pada bayi
prematur ini sangat rentan dan rapuh.
5. Frekuensi: merupakan jumlah sentuhan yang dilakukan pada setiap harinya.
Frekuensi dari terapi sentuhan ini adalah 3x sehari sesuai yang dilakukan oleh
Lahat et al. (2007), Dieter et al. (2003) dan Diego et al. (2008).

E. Manfaat Terapi Sentuhan pada Fungsi Fisiologis


Penelitian tentang terapi sentuhan ini telah banyak dilakukan dengan
manfaat secara fisiologi dan dapat dibuktikan secara ilmiah, manfaat itu antara
lain:
1. Dampak biokimia positif : penurunan kadar hormon stres (cathecolamine)
peningkatan kekebalan terutama IgD, IgA dan IgM.
2. Dampak klinis yang posotif yaitu : peningkatan jumlah sel dan daya toksin
dari sistem imunitas, mengubah gelombang otak secara positif, memperbaiki
sirkulasi darah dan pernafasan, merangsang fungsi pencernaan dan
pembuangan, meningkatkan kenaikan berat badan, mengurangi depresi dan

12
ketegangan, meningkatkan kesiagaan, membuat tidur terlelap, mengurangi
rasa sakit, mengurangi kembung dan kolik, meningkatkan hubungan orangtua
dan bayi, meningkatkan volume air susu ibu (Ema, 2010).

F. Efek Lain dari Sentuhan Keperawatan


Efek sentuhan pada lingkungan klinik sulit dicapai. Sentuhan telah
memainkan peran utama dalam meningkatkan dan mempertahankan orientasi
terhadap kenyataan pada pasien yang mengalami kekacauan tentang waktu,
tempat, dan mengidentifikasi orang. Sentuhan keperawatan paling menolong
dalam situasi dimana orang mengalami ketakutan, ansietas, atau depresi. Ini juga
menguntungkan bagi pasien yang membutuhkan dukungan atau asuhan, yang
mempunyai kesulitan mengungkapkan secara verbal, atau yang mengalami
disorientasi, tidak responsif, atau penyakit terminal.
Usia pasien besar pengaruhnya terhadap persepsi sentuhan. Pada
penelitian ole h Day, pasien yang lebih muda merasakan bahwa sentuhan
digunakan sehari-hari sebagai bagian positif dari asuhan keperawatan, sementara
orang yang lebih tua merasakan bahwa hal tersebut digunakan untuk tujuan
terapeutik pada saat nyeri, kesepian, dan depresi. Pasien juga merasa bahwa
kebutuhan untuk disentuh meningkat pada penyakit serius dan menurun dengan
meningkatnya kedekatan keluarga.
Holliger menyarankan agar perawat menyadari hal tersebut, untuk pasien
lansia, kebutuhan komunikasi adalah pokok. Strategi yang komunikatif
hendaklah memasukkan arti verbal dan non-verbal, “dengan sentuhan menjadi
bentuk penting dari interaksi non-verbal antara perawat dan pasien.” Sentuhan
menambah maknanya karena kebutuhan akan stimulasi yang optimal
mempertahankan berkurangnya sensori terhadap kerusakan lebih dari yang ada,
atau proses neurologis atau psikologis. Saat terjadi penurunan penggunaan
sensori, orang lansia mengalami kebutuhan yang lebih besar akan komunikasi
afektif karena meningkatnya kemungkinan isolasi dan kesepian. Hal ini diyakini

13
bahwa faktor-faktor ini besar pengaruhnya ada kesehatan fisik dan mental pada
orang lansia.
Pada studi lain, kegunaan sentuhan oleh perawat pada unit perawtan kritis
tidak bervariasi menurut usia atau jenis kelamin pasien. Sayangnya, kebanyakan
pasien yang sakit yang mungkin membutuhkan dan menginginkan banyak
sentuhan-sedikit disentuh. Studi tentang kebiasaan menyentuh dan perilaku
perawat pada perawatan orang jompo ditemukan bahwa orang-orang dengan
kerusakan fisik sedikit atau tidak sama sekali lebih banyak disentuh. Pria dan
yang secara fisik terganggu menerima sentuhan lebih sedikit.
Pasien yang mengalami kehilangan pendengaran atau penglihatan
menunjukkan kebutuhan yang tinggi akan komunikasi yang efektif dan kreatif
dari perawat. Penggunaan yang sengaja, sentuhan yang direncanakan tampaknya
memberikan pasien-pasien ini rasa pengendalian yang lebih besar terhadap
lingkup rumah sakit yang tidak akrab. Menggunakan sentuhan sebagai bagian dari
perawatan (misalnya penyuluhan prabedah) menghasilkan intervensi keperawatan
yang efektif. Hasil ini mengarah pada kebutuhan termasuk sentuhan sebagai
intervensi khusus pada rencana perawatan. Jika upaya dikoordinasikan oleh
perawat, penggunaan sentuhan dapat lebih merelasasi pasien dari pada
menggunakan sedatif atau tranquilizer.
Yang lebih penting, terdapat pertumbuhan yang nyata dimana secara alami
interaksi pasien-perawat mempengaruhi hasil fisik dan psikis dari penyakit.
Alasan bahwa sentuhan seperti kata emosional dimana orang seringkali
mengalaminya sebagai kekurangan.
Perawat memberikan pesan yang bevariasi luas melalui penggunaan
sentuhan dalam asuhan keperawatan, termasuk keamanan, pemahaman, ketulusan,
penghargaan, dukungan, kehangatan, perhatian, jaminan, minat, empati,
kenyamanan, kedekatan, dorongan, penerimaan, keinginan dibantu dan keinginan
terlibat. Walaupun yakin perawat memperhatikan pesan-pesan, tepatnya sepertiga

14
dari mereka menyadari penggunaan sentuhan dalam praktik, hanya berhubungan
dengan komunikasi verbal karena kemungkinan terjdi kesalahpahaman pasien.

G. Pesan-Pesan dari Sentuhan


Sentuhan dapat di interpretasikan dalam beberapa cara tergantung pada
karakteristik berikut: lamanya, lokasi, frekwensi, tindakan, intensitas, dan sensasi.
Lamanya sentuhan merupakan jumlah waktu dimana sentuhan terjadi.
Umumnya makin lama sentuhan memungkinkan meningkatnya kesempatan bagi
pasien untuk mengidentifikasidan menyaatukan sentuhan. Sentuhan yang lebih
lama juga memungkinkan lebih merealisasikan bagian tubuh dan batasan tubuh
serta meningkatkan harga diri.
Lokasi sentuhan menyinggung daerah dan bagian tubuh yang disentuh.
Lokasi sentuhan memberikan pesan terhadap bagian tubuh tertentu dan
menyatukannya menjadi satu kesatuan. Sentuhan pada tungkai lebih dari lengan
(merujuk pada sentrapetalitas) sering menyampaikan pesan kedekatan dan
intimasi dengan penyentuh. Sejumlah lokasi sentuhan dapat memindahkan pesan
positif pada penilaian diri terhadap pasien yang disentuh.
Frekuensi sentuhan, atau total jumlah sentuhan yang dialami kemungkinan
besar mempengaruhi harga diri, kedekatan dengan orang lain, kemampuan
kognitif dan emosi serta identitas seksual.
Tindakan menyentuh merujuk pada “jumlah pendekatan pada permukaan
tubuh” dan energi yang digunakan untuk menyentuh. Pendekatan yang cepat
untuk menyentuh meningkatkan persepsi diri pada orang yang disentuh,
memberikan pasien melihat dirinya sebagai seksual yang mandiri.
Intensitas sentuhan merujuk pada tekanan yang digunakan pada
permukaan tubuh selama menyentuh. Intensitas diukur oleh derajat lekukan kulit.
Intensitas sentuhan ringan dilaporkan mengakibatkan efek terapi yang paling
sedikit, dimana variasi kuat lemahnya intensitas mempunyai kemungkinan
tertinggi untuk efek positif.

15
Sensasi merupakan interpretasi tubuh terhadap sentuhan sebagai hal yang
menyenangkan atau menyakitkan. Sensasi yang menyakitkan mengubah
gambaran diri dengan mengganggu penggunaan normal kemampuan persepsi
tubuh. Sentuhan yang menyenangkan lebih cocok untuk memberikan perasaan
bahwa bagian tubuh berharga dan bernilai.
Meskipun simbol sentuhan ini memberikan komponen yang dapat diukur
untuk mencari perilaku kita, pesan dikirim dan diterima dan konteksnya terjadi
secara bervariasi. Hal ini akan membantu untuk mengingat bahwa sentuhan
merupakan bahasa yang dapat menjadi bagian terkuat interaksi perawat-pasien.

H. Taksonomi Sentuhan
Taksonomi sentuhan telah dikembangkan dan diusulkan dengan peneka
nan utama pada pengelompokkan yang di tentukann oleh peran dan hubungan
orang terkait. Haslin mengembangkan grafik taksonomi didasarkan atas temuan
penelitian terhadap sentuhan sebagi perluasan bentuk komunikasi non-verbal.
Taksonomi menggambarkan tatanan informal suatu hubungan yang dimana
terdapat pengaturan jenis-jenis sentuhan yang di ijinkan masyarakat. Dalam
konteks taksonomi ini, intensitas hubungan antara penyentuh dan penerima
sentuhan meningkat karena kemajuan mereka melalui tingkatan tersebut.
a. Tingkat 1 : fungsional/profesional
Hubungan pada tingkat ini, sentuhan dilakukan berhubungan dengan tugas
profesional. Sering kali terjadi sentuhan intim, bagaimanapun hal ini tetap
berada dalam fungsinya/hubungan profesional. Contoh pada hubungan ini
adalah hubungan perawat-pasien, perawat-keluarga pasien, ahli terapi
pernafasan-pasien, dokter-pasien.
b. Tingkat II: sosial/kesopanan
Hubungan pada tingkat ini mempunyai perilaku sentuhan dimana ditandai
oleh batasan budaya dan yang diperbolehkan. Berjabatan tangan merupakan

16
contoh perilaku sentuhan pada tingkat ini, hal ini berfungsi sebagai
penetralisir antara dua orang.
c. Tingkat III : persahabatan / kehangatan
Hubungan pada tingkat ini sering kali tidak mudah, karena kurang formal dari
pada tingkat sosial atau tingkat kesopanan hal ini sering ditafsirkan sebagai
mewakili tingkat yang tinggi dari cinta atu perilaku seksual ingin membawa
pesan perhatian dan perhatian tepatnya sering dijadikan salah paham terhadap
perasaan yang lebih dalam. Pesan dimana beberapa orang merasa perhatian
secara seksual dengan orang sesama jenis atau lawan jenis mungkin membuat
mereka waspada terhadap sentuhan pada tingkat ini. Perilaku menyentuh yang
sangat umum pada tingkat ini adalah memeluk.
d. Tingkat IV : rasa cinta / keintiman
Sentuhan pada tingkat ini perhatian yang dalam dan komitmen.
Ketidaknyamanan dengan isyarat pada tingkat ini sering membuat bingung
pada komitmen suatu hubungan. Orang-orang lebih nyaman dengan isyarat
sentuhan jika tingkat hubungan ini tepat mengirim pesannya.
e. Tingkat V : Getaran Seksual
Tingkat ini merupakan tingkat yang mendalam dari suatu hubungan dimana
sentuhan menyampaikan arti seksual dan stimulasi. Pesan ini memasukkan
atau mengeluarkan cinta dan komitmen.
Heslin membuat hipotesa dimana terdapat dua kemungkinan cara dimana
taksonomi ini memberikan skor intensitas terhadap kepribadian dan kemanusiaan
orang lain. Sebuah model memprediksi bahwa tingkat kemanusiawian dan
individualisme meningkat pada korelasi dengan tingkat taksonomi, dari tingkat 1
smpai 5. pada situasi ini, individu menjadi kurang objektiv dan lebih sebagai
individu karena tingkat hubugnan yang tinggi.
Heslin memilih model dimana penghargaan tertinggi terhadap individu
lain terjadi pada tingkat persahabatan / kehangatan. Dalam hubungan ini, terjadi
penerimaan lebih besar pada orang lain dan toleransi yang lebih besar, serta

17
istimewa. Ini ideal jika penerimaan yang sama senantiasa terjadi pada tingkat 4
dan 5 pada taksonomi.

a. Ikatan perawat-pasien
Dari penelitian Heslin, pertanyaan-pertanyaan berkembang, “dimana
hubungan perawat-pasien terjadi dalam taksonomi?” hal ini sunguh tepat
dimana banyak tugas terkait dengan interaksi berhubungan dengan tingkat
fungsional/profesional yang mengijinkan sejumlah aktivitas perawatan
membolehkan sentuhan (pemeriksaan fisik, mengganti posisi pasien,
memandikan, mengganti baju, atau meletakkan elektroda monitor jantung).
tetapi apa arti “sentuhan afektif?” penerimaan, perhatian, perawatan, dan
dukungan pindahkan oleh perilaku ini menandakan interaksi pada tingkat
persahabatan atau kehangatan. Adalah mungkin bagi perawat mempunyai
kapasitas untuk bergerak diantara dua tingkat pada satu cara dalam rangka
mempertahankan peran profeisonal sementara juga berhubungan pada tingkat
manusiawinya dengan perawatan yang tulus untuk tiap pasien sebagai
individu. Hal ini merupakan kombinasi yang membuat hubungan perawat
pasien unik dan kuat.
Perhatian, rasa percaya, dan dukungan berkembang diantara perawat-
pasien merupakan dasar dari ikatan perawat-pasien. Tak ada pelayanan
kesehatan professional lain mempunyai kesempatan yang konsisten dan sering
berinteraksi dengan pasien pada kerangka kerja yang sama. Tak ada kerangka
kerja interaksi lain tentang interaksi dapat mengusahakan sumber dukungan
pasien yang lebih kuat: seorang profesional, dasar pengetahuan dan
perawatan, penerimaan manusia sebagai pribadi yang berharga dan
bermartabat.
b. Hipohuganemia
Konsep “hipohuganemia” menerangkan suatu keadaan kekurangan
sentuhan pada pasien. Karena sentuhan merupakan kebutuhan dasar dari lahir

18
sampai dewasa, setiap orang berusaha memenuhi kebutuhan ini yang
bervariasi dengan pengalaman hidup. Sakit atau dirawat, kehilangan orang
yang dicintai, atau mengalami krisis dapat meningkatkan kebutuhan atau
keinginan seseorang akan sentuhan. Jika kejadian terjadi dan kebutuhan tidak
tercukupi, seorang berada dalam “hipohuganemia”, meskipun stimulus bentuk
lain menurun secara cepat pada kebutuhan ini, hanya sentuhan manusia yang
mampu memuaskannya.
c. Pasien dan keluarga resiko tinggi
Meskipun pasien yang dikirim keunit pelayanan intensif dapat
mengalami beberapa ancaman terhadap kekurangan sentuhan, situasi ini
menandai resiko tinggi pada pasien atau keluarga. Sebaiknya, sentuhan yang
direncanakan menjadi strategi efektif untuk menurunkan keadaan kekurangan
sentuhan dimana situasi ini terjadi.
d. Kekurangan sensori
Karena gangguan penggunaan sensasi atau input sensori yang tidak
memadai secara kuantitas maupun kualiitas. Pasien ICU kurang dapat
berhubungan dengan lingkungan yang berarti. Seperti pasien mendapat
keuntungan dari perencanaan sentuhan individu oleh perawat. Stimulasi yang
bijaksana dapat digunakan untuk menyampaikan pesan tentang dirinya,
persepsi batas tubuhnya, harga diri, keseluruhan, dan berhubungan dengan
realita. Sentuhan dapat sangat efektif jika digunakan sendiri atau dikaitkan
dengan bentuk lain komunikasi verbal dan non-verbal.
e. Ancaman Body Boundary (Jarak Kedekatan Pribadi)
Lingkup perawatan kritis mengusahakan tantangan khusus bagi pasien
untuk mempertahanakan pemahaman yang jelas tentang batas tubuh mereka
sendiri. Meningkatnya penggunaan mesin dan teknologi disamping tempat
tidur seperti monitor invasive dan teknik pengobatan dapat menakutkan dan
membingungkan pasien dengan penyakit kritis. Selang, kateter, dan kabel
melintang dipermukaan tubuh untuk menghubungkan dengan peralatan

19
intravena, alat pemonitor, alat mekanik untuk menunjang kehidupan. Hal ini
dapat menyulitkan bagi pasien untuk mengetahui dimana bagian tubuh
berakhir dan mesin dimulai. Kesulitan ini dapat meningkat jika perawat
memakai banyak waktunya disisi tempat tidur untuk menyentuh dan
mengotak –atik peralatan. Pada situasi ini, perawat menemukan cara untuk
mengusahakan sentuhan pada pasien selama di sisi tempat tidur. Diyakini
bahwa menyentuh sejumlah besar permukaan bagian tubuh dapat mendorong
kemampuan pasien untuk merasakan bentuk tubuh secara akurat dan
menyatukan informasi tentang bagian tubuh dan tubuh sebagai suatu
keutuhan.

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Leininger mengatakan sebagai suatu keyakinan kuat dari pentingnya
perilaku perhatian dalam perawatan. Ia menggambarkan ikatan yang kuat antara
mengobati (fokus utama pada pelayanan kesehatan) dan perhatian oleh petugas
pelayanan kesehatan. “saya berprinsip bahwa hal itu (perhatian) adalah konsep
sentral dan penting dalam keperawatan. Lebih dari itu, perhatian merupakan
faktor vital untuk pertumbuhan manusia, pemeliharaan kesehatan, dan bertahan
hidup, memberikan perhatian pada manusia dan manusia berhubungan erat.
Perhatian manusia masih merupakan simensi penting dari pekerjaan professional,
khususnya saat mengatasi masalah krisis kehidupan, memelihara kesehatan, dan
perubahan dalam praktik kesehatan.
Komunikasi yang bermakna adalah hal penting dalam proses perhatian
yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan psikososial pasien. Bentuk
komuniaksi yang penting pada pelayanan kesehatan adalah sentuhan.
Meskipun simbol sentuhan ini memberikan komponen yang dapat diukur
untuk mencari perilaku kita, pesan dikirim dan diterima dan konteksnya terjadi
secara bervariasi. Hal ini akan membantu untuk mengingat bahwa sentuhan
merupakan bahasa yang dapat menjadi bagian terkuat interaksi perawat-pasien.
B. Saran
Terapi sentuhan ini merupakan tindakan yang sederhana akan tetapi dap
memberikan pengaruh yang banyak terhadap pasien. Akan tetapi beberapa
pelayanan kesehatan belum begitu mengaplikan tindakan ini kepada pasien.
Sebaiknya setiap pelayan kesehatan menerapkan terapi sentuh ini terutama
berguna untuk psikologis maupun fisiologis pasien.
Makalah ini belum begitu lengkap dikarenakan referensi yang kurang.
Semoga penyusun makalah selanjutnya dapat melengkapi isi dari makalah yang
kami susun ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Darsini. 2016. Hubungan Komunikasi Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien


Yang Dirawat Di Ruang Kana RS Gatoel Volume 1 Hal 61.

Engram, Barbara 1994. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC

Gallo M. Barbara dkk. 1996. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi VI


Volume I. Jakarta: EGC

Hikmah, Ema. 2010. Pengaruh Terapi Sentuhan Terhadap Suhu Dan Frekuensi Nadi
Bayi Prematur Yang Dirawat Di Ruang Perinatologi RSUD Kabupaten
Tanggerang.

Lubantobing, Valentina. 2018. Persepsi Perawat, Pasien Dan Perawat Tentang


Perilaku Caring Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Volume 3
Hal 67.

Perry, Potter. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

22
LAMPIRAN

PERTANYAAN

1. Nadya : bagaimana kita mengetahui pesan-pesan dari berbagai karakteristik


sentuhan tersebut?
2. Panji : jelaskan kembali tingkat taksonomi sentuhan dan bagaimana
membedakan tingkat sentuhan tersebut?
3. Ayuari : apa saja jenis-jenis sentuhan dan apa manfaat dinamika sentuhan dari
segi fisiologis dan psikologis?
4. Asya : bagaimana perbedaan dinamika sentuhan pada pasien sadar dan tidak
sadar?
5. Dira : bagaimana cara mengetahui tingkat keefektifan sentuhan?
6. Balqis : apakah sentuhan merupakan factor utama kepuasan pasien dan contoh
pengaplikasiannya?

23

Anda mungkin juga menyukai