Anda di halaman 1dari 3

36

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang pasien didiagnosis gastroenteritis akut dehidrasi ringan-sedang. Hal-
hal yang mendasari pengambilan diagnosis tersebut diantaranya :
Gastroenteritis akut dehidrasi ringan-sedang :
Seorang anak dikatakan diare akut jika didapatkan buang air besar
dengan konsistensi lebih cair dari biasanya lebih dari 3 kali atau lebih selama 24
jam, disertai perubahan konsistensi feses menjadi cair dari biasanya dengan atau
tanpa lendir dan darah. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14
hari (kurang dari 2 minggu) (WHO., 2005).
Pada pasien ini didapatkan dari anamnesis dengan keluhan yaitu buang
air besar (BAB) cair sejak 2 hari SMRS yaitu tepatnya pada saat pagi hari. BAB
cair timbul dengan tiba-tiba dan sudah berlangsung ± 5 kali sehari sejak kemarin.
BAB berbentuk cair, jumlah feses setiap kali BAB tidak begitu banyak dengan
ampas sedikit, berwarna kuning, tidak ada lendir, tidak ada darah, berbau amis,
tidak seperti minyak, dan tidak seperti air cucian beras. Selain itu, juga disertai
muntah sejak 2 hari SMRS sebanyak 5 kali sehari, muntah berisi makanan yang
dimakan dan tidak ada darah. Tidak ada riwayat mencret apabila memakan
makanan tertentu atau minum susu.

Muntah pada pasien disebabkan oleh iritasi usus yang dapat merusak
mukosa saluran cerna dan mengakibatkan pelepasan serotonin dari sel-sel
chromaffin yang selanjutnya akan ditransmisikan langsung ke pusat muntah atau
melalui chemoreseptor trigger zone. Pusat muntah selanjutnya akan
mengirimkan impuls ke otot-otot abdomen, diafragma dan nervus viseral
lambung dan esofagus untuk mencetuskan muntah (Chow et al., 2010).
Selain buang air besar cair dan muntah pasien juga mengalami demam
sejak 2 hari SMRS yaitu pada pagi hari timbul bersamaan dengan munculnya
buang air besar cair. Demam tidak begitu tinggi, timbul secara perlahan. Hal ini
disebabkan oleh karena adanya pusat pengaturan suhu terletak di bagian
anterior hipotalamus. Ketika vascular bed yang mengelilingi hipotalamus
terekspos pirogen eksogen tertentu (bakteri) atau pirogen endogen (IL-1, IL-6,
TNF), zat metabolik asam arakidonat dilepaskan dari sel-sel endotel jaringan
pembuluh darah ini. Zat metabolik ini seperti prostaglandin E2, melewati blood
37

brain barrier dan menyebar ke daerah termoregulator hipotalamus, mencetuskan


serangkaian peristiwa yang meningkatkan set point hipotalamus. Dengan adanya
set point yang lebih tinggi, hipotalamus mengirim sinyal simpatis ke pembuluh
darah perifer, menyebabkan vasokonstriksi dan menurunkan pembuangan panas
dari kulit (Prewitt, 2005).
Selama BAB cair dan muntah ibu pasien mengatakan anaknya terlihat
lemas dan lebih rewel dari biasanya, namun masih mau minum serta terlihat
lebih haus dari biasanya. Beberapa keadaan pada pasien ini termasuk ke dalam
kelompok dehidrasi ringan-sedang berdasarkan panduan untuk dehidrasi ringan-
sedang yaitu bila terdapat dua tanda atau lebih seperti keadaan umum yang
tampak gelisah, rewel, mata cekung, anak merasa haus dan ingin banyak minum
dan turgor kembali lambat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan beberapa tanda
seperti gelisah, rewel, ubun-ubun tidak cekung, dan turgor kembali lambat.
Pada pemeriksaan penunjang secara keseluruhan ada peningkatan
yang bermakna yaitu leukositosis, peningkatan neutrophil dan trombositosis.
Peningkatan pada leukosit, neutrophil dan trobosit menandakan adanya infeksi
yang disebabkan oleh bakteri, bakteri yang paling sering menyebabkan diare
adalah bakteri E.Coli yaitu sebanyak 30% . Selain bakteri E.Coli bakteri lain yang
dapat menyebabkan diare adalah bakteri Shigella (10-15%), Campylobacter
jejuni (5-15%), Vibrio cholera, Salmonella (non tyhoid) (1-5%). Selain disebabkan
oleh bakter diare juga dapat disebabkan oleh virus seperti rotavirus, dan
protozoa seperti Giardia duodenalis, Entamoeba histolytica, dan Cryotosporidium
(WHO., 2005).
Infeksi karena bakteri kemungkinan disebabkan oleh sanitasi yang
kurang baik yaitu botol susu yang hanya dua dan dot susu yang jarang
dibersihkan. Namun dalam hal untuk mengetahui pasti penyebabnya harus
dilakukan pemeriksaan feses yang meliputi pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik feses serta kultur dan uji resistensi bakteri agar dapat menegakkan
penyabab dari diare dan tepat dalam pemberian penatalaksanaan. Berdasarkan
pemeriksaan feses tidak ditemukan adanya penemuan yang bermakna, ini
kemungkinan disebabkan karena pemeriksaan feses lengkap dilakuan sehari
setelah pasien diberi terapi antibiotik sehingga tidak ditemukannya bakteri. Serta
membutuhkan pemeriksaan elektrolit untuk mengetahui status dari elektrolit
pasien agar tepat dalam memberikan panatalaksanaan.
38

Pada kasus ini antibiotik diberikan karena peningkatan pada leukosit,


neutrophil dan trobosit yang menandakan adanya infeksi yang disebabkan oleh
bakteri sehingga diberikan antibiotik yang memiliki spektrum luas. Selain itu
pasien juga diberi terapi suportif yaitu cairan rumatan KAEN 4B yang memiliki
kandungan elektrolit tinggi. Terapi simptomatis juga di berikan seperti
paracetamol untuk penurun panas, ondansetron adalah antiemetik golongan
serotonin 5-HT3 antagonis reseptor yang bekerja dengan menghambat reseptor
serotonin di saluran cerna dan sistem saraf pusat, dan ranitidin untuk mencegah
sekresi asam lambung berlebih yang dapat mengiritasi dinding lambung (WHO,
2005).
Oralit yang diberikan berfungsi sebagai pengganti cairan elektrolit dan
mineral didalam tubuh yang terdehidrasi akibat diare dan muntah-muntah. Zinc
telah terbukti berperan penting dalam metalo-enzim, polyribosom, membran sel,
dan fungsi seluler. Berperan dalam pertumbuhan seluler dan fungsi sistem
kekebalan tubuh. Zinc mengurangi lama dan beratnya diare, zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Smecta dapat mengikat dan menonaktifkan
racun bakteri atau zat lain yang menyebabkan diare, dan untuk melindungi
mukosa usus (WHO, 2005).

KIE yang dapat diberikan kepada orangtua pasien adalah berikan nasihat
dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian Oralit, zinc,
ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke petugas
kesehatan jika anak: buang air besar cair lebih sering, muntah berulang-ulang,
mengalami rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam, tinjanya
berdarah, tidak membaik dalam 3 hari. Serta KIE pemberian ASI, pemberian
makan yang lebih baik, penggunaan air yang aman, mencuci tangan, keamanan
makanan, menjaga sanitasi, membeli botol susu agar dapat digunakan
bergantian dan dibersihkan secara optimal. Pasien juga sebaiknya dibiasakan
tidak menggunakan dot, karena bakteri yang dapat menyebabkan diare berasal
dari botol susu dan dot yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai