9
9
EPIDEMIOLOGI OSTEOPOROSIS
Osteoporosis adalah penyakit di mana kepadatan dan kualitas tulang dikurangi,
menyebabkan kelemahan dari kerangka dan meningkat risiko patah tulang, terutama tulang
belakang, pergelangan tangan, pinggul, panggul dan upper lengan. Osteoporosis dan patah
tulang terkait adalah penyebab penting mortalitas dan morbiditas. Pada wanita lebih dari 45,
osteoporosis menyumbang hari lagi dihabiskan di rumah sakit daripada banyak penyakit
lainnya, termasuk diabetes, infark miokard dan kanker payudara. Diperkirakan bahwa hanya
satu dari tiga vertebral fraktur menjadi perhatian klinis. Seluruh dunia mengidap osteoporosis.
Ini menambah kejadian jutaan fraktur lainnya pertahunnya yang sebagian besar melibatkan
lumbar vertebra, panggul dan pergelangan tangan. Fragility Fracture dari tulang rusuk juga
umum terjadi pada pria.
Sumber : Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: EGC ; 2009
1. Jenis Kelamin
Kaum wanita mempunyai faktor risiko terkena osteoporosis lebih besar dibandingkan
kaum pria. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya
dalam tubuh sejak usia 35 tahun.
2. Usia
Semakin tua usia, risiko terkena osteoporosis semakin besar karena secara alamiah tulang
semakin rapuh sejalan dengan bertambahnya usia. Osteoporosis pada usia lanjut terjadi
karena berkurangnya massa tulang yang juga disebabkan menurunnya kemampuan tubuh
untuk menyerap kalsium.
3. Ras
Semakin terang kulit seseorang, semakin tinggi risiko terkena osteoporosis. Karena itu, ras
Eropa Utara (Swedia, Norwegia, Denmark) dan Asia berisiko lebih tinggi terkena
osteoporosis dibanding ras Afrika hitam. Ras Afrika memiliki massa tulang lebih padat
dibanding ras kulit putih Amerika. Mereka juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga
tekanan pada tulang pun besar. Ditambah dengan kadar hormon estrogen yang lebih tinggi
pada ras Afrika.
4. Pigmentasi dan Tempat Tinggal
Mereka yang berkulit gelap dan tinggal di wilayah khatulistiwa, mempunyai risiko terkena
osteoporosis yang lebih rendah dibandingkan dengan ras kulit putih yang tinggal di
wilayah kutub seperti Norwegia dan Swedia.
5. Riwayat Keluarga
Jika ada nenek atau ibu yang mengalami osteoporosis atau mempunyai massa tulang yang
rendah, maka keturunannya cenderung berisiko tinggi terkena osteoporosis.
6. Postur Tubuh
Semakin mungil seseorang, semakin berisiko tinggi terkena osteoporosis. Demikian juga
seseorang yang memiliki tubuh kurus lebih berisiko terkena osteoporosis dibanding yang
bertubuh besar.
7. Menopause
Wanita pada masa menopause kehilangan hormon estrogen karena tubuh tidak lagi
memproduksinya. Padahal hormon estrogen dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan
mempertahankan massa tulang. Semakin rendahnya hormon estrogen seiring dengan
bertambahnya usia, akan semakin berkurang kepadatan tulang sehingga terjadi
pengeroposan tulang, dan tulang mudah patah. Menopause dini bisa terjadi jika
pengangkatan ovarium terpaksa dilakukan disebabkan adanya penyakit kandungan seperti
kanker, mioma dan lainnya. Menopause dini juga berakibat meningkatnya risiko terkena
osteoporosis.
Sumber :
Tandra, Hans. Osteporosis. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama ; 2009
Sumber : Hirs, Marc. J. & Lozada, Carlos. J. Medical Management of Osteoarthritis. Hospital
Physisian; 2002
Sumber : Azizi, Ali, et al. The Knowledge and Attitude of Women in Kermanshah on
Osteoporosis. Journal of Chemical and Pharmaceutical Sciences; 2015.
10. REHABILITASI