Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI DI RUANG BIMO

RUMAH SAKIT UMUM MITRA PARAMEDIKA

DISUSUN OLEH :
RIRIN SUMARNI TAMELAB
NIM. 1801308

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRAHUSAYA YOGYAKARTA


TAHUN 2019
A. DEFINISI
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan sel dan
jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara
terus-menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernapas. Pada
atmosfer, gas selain oksigen juga terdapat karbon dioksida (CO), Nitrogen (N),
dan unsur-unsur lain seperti argon dan helium. Pemenuhuan kebutuhan oksigen
tubuh sangat ditentukan oleh adekuatnya sistem pernapasan, sistem
kardiovaskular, dan hematologi. Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan
oksigen diatmosfer, kemudian oksigen masuk melalui organ pernapasan bagian
atas seperti hidung atau mulut, faring, laring, dan selanjutnya masuk ke organ
pernapasan bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkussekunder,
bronkus tersier (segmental), terminal bronkiolus, dan selanjutnya masuk ke
alveoli. Selain itu untuk jalan masuknya udara ke organ pernapasan bagian
bawah, organ pernapasan bagian atas juga berfungsi untuk pertukaran gas,
proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke pernapasan bagian atas juga
berfungsi untuk pertukataran gas, proteksi terhaadap benda asing yang akan
masuk ke pernapasan bagian bawah, menghangatkan, filtrasi, dan melembabkan
gas. Sementara itu, fungsi organ pernapasan bagian bawah, selain sebagai tempat
untuk masuknya osigen, berperan juga dalam proses difusi gas (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
B. Macam-macam gangguan kebutuhan oksigenasi
1. Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang
diinspirasi ke jaringan.
Penyebab terjadinya hipoksia :
a. gangguan pernafasan
b. gangguan peredaran darah
c. gangguan sistem metabolism
d. gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).

2. Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi
elveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang
berarti bahwa CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi →
menyebabkan peningkatan rata – rata dan kedalaman pernafasan.
Tanda dan gejala :
a. pusing
b. nyeri kepala
c. henti jantung
d. koma
e. Ketidakseimbangan elektrolit
3. Hypoventilasi
Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan
tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat
terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek
samping dari beberapa obat.
Tanda dan gejala:
a. napas pendek
b. nyeri dada
c. sakit kepala ringan
d. pusing dan penglihatan kabur
4. Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat
dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung kongestif, dan
overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun pathologis.
Fisiologis :
a. orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki
b. pada anak-anak yang sedang tidur
c. pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi
Pathologis :
a. gagal jantung
b. pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)
5. Kussmaul’s ( hyperventilasi)
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per
menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal
6. Apneu
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
7. Biot’s
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengangangguan
sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha.
Kesulitan bernafas disebut dyspnea.

C. faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang
sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil
dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa
kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi
terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan
berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan
pola napas
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi
daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup
individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju
pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan
denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan
pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi
penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan
tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada
terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-
penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap
oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi
oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan
ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan
obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman
pernapasan.
6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat
mempengarhi pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel
jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan
obstruksi sebagian jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika
ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan
membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam
hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral.
Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 - 5 menit
sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya
terlihat cemas, lelah dan pucat.
7. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama
jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut
dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha
inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu
ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti
pada penderita asma.
8. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang
saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Mempertahankan jalan napas
yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang
membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai
dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

D. MANIFESTASI KLINIS
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea

E. Penatalaksanaan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Suctioning
4) Jalan nafas buatan
b. Defisit perawatan diri
1) Bantu perawatan diri atau kebersihan
2) Kaji kemapuan menggunakan alat bantu
Asuhan keperawatan oksigenasi

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan diagnosis
medis.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggita gerak sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi,dan penurunan
tingkat kesadaran.
3. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan
aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan
atau gangguan fungsi otak yang lain.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat steooke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit
jantung,anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan anti
kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.

4. Riwayat penyakit keluarga


Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau adanya
riwayat stroke dari generasi terdahulu.
5. Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi
sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak
harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-
hari.
6. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang mengandung lemak,
makanan apa yang ssering dikonsumsi oleh pasien, misalnya : masakan yang
mengandung garam, santan, goreng-gorengan, suka makan hati, limpa, usus, bagaimana
nafsu makan klien.
b. Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba, minum yang mengandung
alkohol.
c. Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB yaitu konstipasi
karena adanya gangguan dalam mobilisasi, bagaimana eliminasi BAK apakah ada
kesulitan, warna, bau, berapa jumlahnya, karena pada klien stroke mungkn mengalami
inkotinensia urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena
kerusakan kontrol motorik dan postural.
7. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus II),
gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan.
c. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, adanya
kesulitan dalam menelan.
d. Dalam memotar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan bola
mata kelateral (nervus VI).
e. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius (nervus
f. Dada
1) Inspeksi : Bentuk simetris
2) Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan.
3) Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.
4) Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung I dan II
murmur atau gallop.
g. Abdomen
1) Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.
2) Auskultasi : Bisisng usus agak lemah.
3) Perkusi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
h. Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi paralisa atau
hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan pengukuran kekuatan
otot, normal : 5
i. Pengukuran kekuatan otot menurut (Muttaqin, 2008)
1) Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
2) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
3) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.
4) Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan
pemeriksaan.
5) Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya berkurang.
6) Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh
8. Riwayat Keperawatan
Masalah keperawatan yang pernah dialami
a. Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
b. Pernah mengalami batuk dengan sputum.
c. Pernah mengalami nyeri dada.
d. Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas.
9. Riwayat penyakit pernapasan
a. apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain ?
b. bagaimana frekuensi setiap kejadian?
10. Riwayat kardiovaskuler
Pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll) atau
peredaran darah.
11. Gaya hidup
merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.
B. Diagnosa keperawatan
a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan terjadinya penumpukan mucum di saluran pernapasan ditandai dengan RR
24x/menit dan ronki basah
b) Deficit keperawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
C. Rencana keperawatan
TANGGAL DIAGNOSA RENCANA
/JAM KEPERAWATAN
TUJUAN (NOC) INTERVENSI(NIC)

 Ketidakefekti NOC: Status pernapasan , NIC: menejemen jalan napas


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x8 jam
fan bersihan jalan diharapkan status pernapasan terpenuhi dengan 1. Monitor status pernapasan dan oksigenasi
napas indikator dan sebagaimana mestinya.
2. Posisikan untuk meringankan sesak napas
indikator A T
3. Instrusikan bagaimana melakukan batuk
3 5 efektif
Frekuensi
4. Kelola nebulizer ultrasonik
pernapasan
5. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana
3 5
Irama pernapasan mestinya
3 5 6. Buang sekret dengan memotivasi pasien
Kepatenan jalan
untuk batuk dan menyedot lendir
napas
Keterangan :
1. Defisiasi berat dari kisaran normal
2. Defisiasi yang cukup berat dari kisaran
normal
3. Defisiasi sedang dari kisaran normal
4. Defisiasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada defisisasi dari kisaran normal
indikator A T

3 5
Batuk
3 5
Akumulasi sputum

Keterangan :
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
NOC: perawatan diri NIC:peawatan diri kesiapan menigkatkan
Setelah dan lakukan tindakan keperawatan selama
3x8 jam yang diharapakan klien dapat melakukan 1. Bantuan perawatan diri
 Defisit perawatan diri
indikator A T 2. Bantuan keperawatan diri mandi
perawatan diri
,kebersihan
berhubungan dengan 3 5
Makan 3. Bantuan perawatan diri makan
kelemahan fisik
3 5 4. Bantuan perawatan diri berpakaian
Memakai baju 5. Bantuan perawatan diri eliminasi
3 5 6. Penigkatan latihan-latihan kekuatan otot
Mandi
3 5
Berpakaian
3 5
Kebersihan
3 5
Memposisikan diri

Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. 2007. Jakarta : EGC

Nursing interventions classification (NIC) 2013. Jakarta : EGC

Nursing outcome classification (NOC) 2013 .jakarta: ECG

NANDA-I diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2018-2020.

Anda mungkin juga menyukai