Anda di halaman 1dari 35

Etika Profesional

BAB 4

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4-1


Tujuan Pembelajaran 1

1. Membedakan perilaku etis dan tidak etis dalam konteks pribadi serta
profesional.
2. Memecahkan dilema etika dengan menggunakan kerangka kerja etis.
3. Menjelaskan pentingnya perilaku etis bagi profesi akuntansi.
4. Menguraikan tujuan dan isi Kode Perilaku Profesional AICPA.
5. Memahami Sarbanes-Oxley Act dan persyaratan independensi lain dari SEC dan PCAOB serta
faktor-faktor tambahan yang mempengaruhi independensi auditor.
6. Menerapkan peraturan dan Interpretasi Kode Etik AICPA atas independensi serta menjelaskan arti
pentingnya.
7. Memahami persyaratan peraturan lainnya menurut kode etik AICPA.
8. Menguraikan mekanisme pemberlakuan peraturan perilaku.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4-2


Apa itu Etika?
Etika dapat didefinisikan secara luas
sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral.

Masing-masing dari kita pasti memiliki serangkaian nilai semacam itu.

Kita dapat atau tidak dapat memper-


timbangkannya secara eksplisit.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4-3


Ilustrasi Prinsip-prinsip Etika yang telah Ditentukan
 Dapat dipercaya  Penghargaan

 Pertanggungjawaban  Kelayakan
 Perhatian  Kewarganegaraan

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4-4


Kebutuhan akan Etika
Perilaku etis sangat diperlukan oleh masyarakat
agar bisa berfungsi secara teratur.

Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting,


sehingga banyak nilai etika yang umum dimasukkan dalam
UU.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4-5


Mengapa Orang Bertindak Tidak Etis
Standar etika seseorang berbeda dengan yang
berlaku di masyarakat secara keseluruhan.

Orang memilih untuk bertindak mementingkan


diri sendiri.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4-6


Orang Memilih untuk Bertindak Mementingkan Diri
Sendiri -- Contoh
Si A menemukan sebuah tas yang berisi surat-
surat penting dan uang senilai $1.000.

Ia membuang tas itu setelah mengambil uangnya.


Ia membual kepada teman-temannya tentang
keberuntungannya itu.

Tindakan ini mungkin berbeda dengan sebagian


besar masyarakat.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4-7


Orang Memilih untuk Bertindak Mementingkan Diri Sendiri – Contoh

Si B menghadapi situasi yang sama tetapi mengambil


sikap yang berbeda.

Ia mengambil uangnya tetapi meninggalkan tasnya.

Ia tidak memberi tahu siapapun dan membelanjakan


uangnya.

Ia telah melanggar standar etikanya sendiri dan


memilih untuk bertindak mementingkan diri sendiri.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4-8


Dilema Etika

Dilema etika adalah situasi yang dihadapi


seseorang di mana ia harus membuat
keputusan tentang perilaku yang tepat.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4-9


Merasionalkan Perilaku Tidak Etis
 Setiap orang melakukannya
Jika sah menurut hukum, hal itu etis
 Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 10


Memecahkan Dilema Etika
1. Memperoleh fakta-fakta yang relevan

2. Mengidentifikasi isu-isu etis dari fakta-fakta tersebut


3. Menentukan siapa yang terpengaruh
4. Mengidentifikasi alternatif yang tersedia untuk orang
yang harus memecahkan dilema
5. Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin
terjadi dari setiap alternatif
6. Memutuskan tindakan yang tepat

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 11


Kebutuhan Khusus akan Perilaku Etis dalam Profesi

Masyarakat kita telah memberikan istilah profesional.

Seorang profesional diharapkan dapat berperilaku pada tingkat yang


lebih tinggi ketimbang sebagian besar anggota masyarakat lainnya.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 12


Perbedaan Antara Kantor Akuntan Publik dan
Profesional Lainnya
Kantor akuntan publik ditugaskan dan dibayar
oleh perusahaan yang menerbitkan laporan
keuangan.

Penerima manfaat utama audit adalah


para pemakai laporan keuangan.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 13


Akuntan Publik Didorong untuk Berperilaku pada
Tingkat yang Tinggi

Ujian GAAS dan


CPA interpretasi Persyaratan
pendidikan yang
berkelanjutan
Pengendalian
mutu
Perilaku personil
kantor akuntan Kewajiban
hukum
publik
Peer
review

Seksi praktik
Kode AICPA
PCAOB
Perilaku
dan SEC
Profesional

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 14


Kode Perilaku Profesional
Standar perilaku etis yang ideal yang
Prinsip dinyatakan dalam istilah filosofis.
Ini tidak dapat diberlakukan.

Standar perilaku etis minimum yang


Peraturan
dinyatakan sebagai peraturan khusus.
perilaku
Ini dapat diberlakukan.

Interpretasi Interpretasi atas peraturan perilaku oleh


peraturan Divisi Etika Profesional AICPA.
perilaku Ini tidak dapat diberlakukan, tetapi para
Praktisi harus menjustifikasi penyimpangan.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 15


Kode Perilaku Profesional
Penjelasan yang diterbitkan dan jawaban
atas pertanyaan tentangperaturan perilaku
yang diserahkan kepada AICPA oleh para
Kaidah Etika praktisi serta pihak lain yang berkentingan
dengan persyaratan etis.
Ini tidak dapat diberlakukan, tetapi para
praktisi harus menbjustifikasi penyimpangan.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 16


Prinsip-prinsip Etis
1. Pertanggungjawaban:
Para profesional harus melaksanakan pertimbangan dan moral yang
sensitif dalam semua aktivitasnya.
2. Kepentingan publik:
Para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian
rupa agar dapat melayani kepentingan publik.
3. Integritas:
Para anggota harus melaksanakan semua tanggung jawab dengan
penuh integritas untuk mempertahankan kepercayaan publik.
4. Objektivitas dan independensi:
Para anggota harus objektif, independen, dan bebas dari konflik kepentingan.
5. Keseksamaan:
Para anggota harus mengamati standar profesi dan berusaha keras
meningkatkan kompetensi.
6. Ruang lingkup dan sifat jasa:
Anggota yang berpraktik untuk publik harus mengamati
Kode Perilaku Profesional.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 17


Standar Perilaku
Perilaku ideal
Prinsip
oleh praktisi

Tingkat minimum
Peraturan
perilaku oleh
perilaku
praktisi
Perilaku substandar

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 18


Independensi
Nilai auditing sangat tergantung pada Persepsi publik
atas independensi auditor.

 Independensi dalam fakta (Independence in fact)

 Independensi dalam penampilan (Independence in appearance)

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 19


Ketentuan Sarbanes-Oxley Act dan SEC
yang membahas Independensi auditor
SEC mengesahkan aturan yang memperkuat independensi auditor
pada bulan Januari 2003 sejalan dengan persyaratan Sarbanes-Oxley Act.

Sarbanes-Oxley Act dan peraturan SEC yang direvisi lebih lanjut


membatasi, tetapi tidak Benar-benar mengeliminasi jenis jasa nonaudit
Yang dapat diberikan kepada publik.

PCAOB juga menerbitkan aturan Independensi tambahan yang berkaitan


dengan ketentuan jasa pajak tertentu.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 20


Ketentuan Sarbanes-Oxley Act dan SEC yang
Membahas Independensi Auditor
Jasa yang Dilarang

1. Jasa pembukuan dan akuntansi lainnya


2. Perancangan dan implementasi sistem informasi keuangan
3. Jasa penaksiran atau penilaian
4. Jasa aktuarial
5. Outsourcing audit internal
6. Fungsi manajemen sumber daya manusia
7. Jasa pialang, dealer, atau penasihat investasi
atau bankir investasi
8. Jasa hukum dan pakar yang tidak berkaitan dengan audit
9. Semua jasa lain yang ditentukan oleh peraturan PCAOB
sebagai tidak diperkenankan

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 21


Komite Audit
Komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan
yang tanggung jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap
independen dari manajemen.

Kebanyakan komite audit terdiri dari tiga hingga lima atau terkadang
paling banyak tujuh direktur yang bukan merupakan bagian dari
manajemen perusahaan.

Sarbanes-Oxley Act mewajibkan bahwa semua anggota komite audit


harus bersikap independen.

Perusahaan harus mengungkapkan apakah dalam komite audit


setidaknya ada satu pakar keuangan.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 22


Konflik yangTimbul dari
Hubungan Personalia
SEC telah menambahkan “periode cooling off ”
selama satu tahun sebelum seorang anggota
Tim penugasan audit dapat bekerja dengan
klien dan menduduki posisi manajemen kunci
tertentu.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 23


Rotasi Partner
Sarbanes-Oxley Act mensyaratkan
bahwa pimpinan dan partner audit
merotasi penugasan audit setelah
periode lima tahun.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 24


Kepentingan Kepemilikan
Aturan SEC tentang hubungan
keuangan berfokus pada perspektif
penugasan.

Aturan SEC melarang kepemilikan


dalam klien auditoleh orang-orang
yang dapat mempengaruhi audit.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 25


Isu-isu Lainnya
 Belanja prinsip akuntansi

Penugasan dan pembayaran fee


audit oleh manajemen

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 26


Peraturan Perilaku
 Peraturan 101 – Independensi

Seorang anggota yang berpraktik


untuk perusahaan publik harus independen
dalam pelaksanaan jasa profesional
sebagaimana disyaratkan oleh standar
yang dirumuskan lembaga yang dibentuk
oleh Dewan.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 27


Kepentingan Keuangan
Interpretasi Peraturan 101 melarang
anggota yang terlibat untuk memiliki
Investasi langsung dalam klien audit.

 Anggota yang tercakup


 Kepentingan keuangan langsung vs.
tidak langsung
 Material atau tidak material

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 28


Masalah Kepentingan Keuangan yang Berkaitan

 Mantan praktisi
 Prosedur pemberian pinjaman yang normal
 Kepentingan keuangan dan penerimaan
bekerja untuk anggota keluarga inti serta
keluarga terdekat
 Hubungan sebagai investor atau investee
bersama dengan klien
 Direktur, pejabat, manajemen,
atau karyawan perusahaan

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 29


Perkara Hukum Antara Kantor Akuntan dan Klien
Jika ada tuntutan hukum atau maksud untuk memulai tuntutan
hukum antara kantor akuntan publik dan kliennya, kemampuan
kantor akuntan publik dan klien untuk tetap objektif akan dipertanyakan.

Interpretasi menganggap perkara hukum semacam itu sebagai


pelanggaran atas peraturan 101.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 30


Jasa Pembukuan dan Lainnya
Kode Etik AICPA mengizinkan kantor akuntan publik
untuk memberikan baik jasa pembukuan maupun auditing
kepada klien yang sama.

1. Klien harus menerima tanggung


jawab penuh atas laporan keuangan.

2. Akuntan publik tidak boleh berperan


sebagai karyawan atau manajemen.

3. Audit harus sesuai dengan GASS.

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 31


Jasa Pembukuan dan Lainnya
Peraturan SEC and AICPA tidak memper-
kenankan kantor akuntan publik untuk
menyediakan jasa pembukuan kepada
klien audit perusahaan publik.
Konsultasi dan jasa nonaudit lainnya

Fee yang belum dibayar

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 32


Peraturan Perilaku Lainnya
102 – Integritas dan Objektivitas 302 – Fee kontinjen
201 – Standar Umum 501 – Tindakan yang dapat didiskreditkan
202 – Ketaatan pada standar 502 – Iklan dan bentuk permohonan
203 – Prinsip-prinsip akuntansi lainnya
503 – Komisi dan fee referal
301 – Informasi rahasia klien
505 – Bentuk dan nama organisasi

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 33


Pemberlakuan
Tindakan oleh Divisi Etika Profesional AICPA

Tindakan olehDewan Akuntansi Negara Bagian

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 34


Akhir Bab 4

©2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 4 - 35

Anda mungkin juga menyukai