SKRIPSI
Oleh:
Oleh:
i
SKRIPSI
FORMULASI DAN EVALUASI PATCH BUKAL
TRIAMSINOLON ASETONIDA DENGAN VARIASI KADAR
Na-CMC DAN KARBOPOL SEBAGAI POLIMER
MUKOADHESIF
ii
SKRIPSI
FORMULASI DAN EVALUASI PATCH BUKAL
TRIAMSINOLON ASETONIDA DENGAN VARIASI KADAR
Na-CMC DAN KARBOPOL SEBAGAI POLIMER
MUKOADHESIF
Oleh :
Mengetahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Indonesia
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan diterbitkan dalam daftar pustaka.
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada mereka yang telah berjasa dalam hidup
saya.
Ibunda Antiny
Ayahanda Abas
Adik tersayang Callista Qaula Praja
Serta keluarga besar yang telah banyak berperan dalam perjalanan hidup saya.
Terima kasih juga untuk teman-teman yang selalu ada ketika saya sedang
jatuh, Yunita Catur Pratiwi, Dinda Noverinta Prahentika, Fandy Barestu,
Antonius Dicky Kurniawan, Rheza Egha, dan Amallia Rahmah. Terima kasih
juga untuk kalian yang telah menemani saya dalam perjalanan menyelesaikan
skripsi ini, Fajri Maulan Furqan dan Elena Elvareza.
And special thanks to Ikha Silvianie, who gives so much support so I can
survive until the end.
v
KATA PENGANTAR
vi
5. Bapak Hartanto dan Mas Hangga sebagai laboran Laboratorium Teknologi
Farmasi Universitas Islam Indonessia yang telah membantu dan
membiming selama proses penelitian
6. Saudara Fajri Maulan Furqan selaku teman satu tim dalam penelitian ini
7. Semua pihak terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, mohon
maaf atas segala kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan penulisan
selanjutnya.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat pada umumnya dan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
vii
DAFTAR ISI
viii
2.1.4.2 Karbopol ........................................................................................ 13
3.1.1 Bahan................................................................................................... 19
3.2.5 Evaluasi Zat Aktif Sediaan Patch Bukal Triamsinolon Asetonida ..... 24
ix
3.2.5.2 Pembuatan Kurva Baku................................................................. 24
4.1.3 Ketebalan............................................................................................. 29
4.1.4 pH ........................................................................................................ 30
4.2 Evaluasi Zat Aktif Sediaan Patch Bukal Triamsinolon Asetonida ............ 32
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Polimer Patch Bukal ............................................. 10
Tabel 3.1 Formula 1 Batch Bukal Triamsinolon Asetonida ................... 21
Tabel 4.1 Data Hasil Uji Organoleptis Sediaan Patch Bukal
Triamsinolon Asetonida .......................................................... 27
Tabel 4.2 Data Hasil Uji Keseragaman Bobot Sediaan Patch Bukal
Triamsinolon Asetonida .......................................................... 28
Tabel 4.3 Data Hasil Uji Ketebalan Sediaan Patch Bukal Triamsinolon
Asetonida ................................................................................ 29
Tabel 4.4 Data Hasil Uji pH Sediaan Patch Bukal Triamsinolon
Asetonida ................................................................................ 30
Tabel 4.5 Data Hasil Uji Folding Endurance Sediaan Patch Bukal
Triamsinolon Asetonida .......................................................... 32
Tabel 4.6 Data Hasil Uji Penentuan Kadar Sediaan Patch Bukal
Triamsinolon Asetonida .......................................................... 35
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Sertifikat Analisis Triamsinolon Asetonida ....................... 41
Lampiran 2 Data Hasil Evaluasi Fisik Sediaan Patch Bukal
Triamsinolon Asetonida ..................................................... 42
Lampiran 3 Panjang Gelombang Triamsinolon Asetonida.................... 44
Lampiran 4 Kurva Baku Triamsinolon Asetonida ................................. 45
Lampiran 5 Data Hasil Linearitas .......................................................... 46
Lampiran 6 Data Hasil Spektrofotometri Kadar Triamsinolon
Asetonida ............................................................................ 47
Lampiran 7 Data Hasil Uji Kadar .......................................................... 49
xiii
FORMULASI DAN EVALUASI PATCH BUKAL TRIAMSINOLON
ASETONIDA DENGAN VARIASI KADAR Na-CMC DAN KARBOPOL
SEBAGAI POLIMER MUKOADHESIF
INTISARI
xiv
FORMULATION AND EVALUATION OF TRIAMCINOLONE
ACETONIDE BUCCAL PATCH WITH Na-CMC AND CARBOPOL
VARIATION AS MUCOADHESIVE POLYMER
ABSTRACT
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
ss metabolism; menghindari efek samping zat aktif karena efek yang diinginkan
bersifat lokal (Mote et al., 2013).
Untuk mendapatkan penghantaran obat bukal yang optimal, sistem tersebut
harus memiliki adesivitas yang cukup untuk dapat menempel pada lapisan mukus
pada mukosa bukal dan menahan formula dari saliva dan gerakan rongga mulut.
Dalam mendapatkan spesifikasi tersebut, eksipien yang digunakan pada sistem
penghantaran bukal harus bisa meningkatkan permeasi obat dan memodifikasi
profil pelepasan obat. Polimer baik tunggal maupun kombinasi biasa digunakan
untuk melepaskan obat dengan mekanisme seperti erosi, pengembangan dan
hidrasi. Polimer mukoadhesif dapat diklasifikasikan sebagai anion seperti karbopol
dan natrium carboxymethyl cellulose (Na-CMC), dan kation seperti kitosan dan
hydroxypropylmethyl cellulose (HPMC) (Esim et al., 2017).
Dalam penelitian ini polimer yang digunakan adalah kombinasi Na-CMC
dan karbopol dengan variasi kadar untuk melihat pengaruh variasi kadar dan
kombinasi polimer terhadap sifat fisik formula yang dibuat. Na-CMC merupakan
polimer hidrofilik anionik dan terbukti cocok sebagai matrik sediaan patch
antijamur dan memiliki kekuatan mukoadhesi yang paling kuat dibandingkan
Carbopol 934P, polietilen oksida, polimetilvinileter/maleatanhidrida, dan tragakan
(Nair dan Chien, 1996). Na-CMC dapat menghambat laju pelepasan obat dengan
ionisasi gugus karbosiklik Na-CMC, ionisasi ini menyebabkan peningkatan
kemampuan mengembang tablet sehingga mengakibatkan pembentukkan lapisan
gel (H. Hosmani et al., 2006).
Karbopol merupakan polimer anionik dengan molekul besar. Karbopol
memiliki sejumlah keunggulan untuk menjadi matriks tablet dengan pelepasan
yang dimodifikasi, serta memiliki kapasitas pembentuk gel dan sifat mukoadhesif
yang baik. Karbopol membentuk gel alkalin pH yang berefek pada pelepasan obat.
Obat yang pelepasannya bergantung pada pH dapat menyebabkan variabilitas in
vivo dan penambahan polimer lain pada komposisi matrik tablet dapat dilakukan
untuk mengontrol pelepasan obat (Esim et al., 2017). Penambahan karbopol akan
meningkatkan kekuatan buccal mocoadhesive. Karbopol secara signifikan dapat
meningkatkan bioadesif, semakin besar jumlah karbopol yang ditambahkan maka
3
semakin besar pula kekuatan buccal mocoadhesive yang dihasilkan (Irawan et al.,
2012). Mekanisme interaksi karbopol dalam buccal mocoadhesive terjadi melalui
hidrasi polimer pada permukaan mukus. Hidrasi tersebut menyebabkan relaksasi
dan pembentukan ikatan hidrogen dengan mucin (H. Hosmani et al., 2006).
STUDI PUSTAKA
4
5
pedu dan surfaktan nonionik, liposom, etanol, dan azone (Sweetman, 2009; Padula
et al., 2018).
Pasta dental triamsinolon asetonida digunakan sebagai pengobatan
tambahan dan mengurangi secara sementara dari gejala yang berkaitan dengan
inflamasi dan kelainan gusi. Untuk mendapatkan terapi yang efektif pada kondisi
mukosa oral, konsentrasi dari kortikosteroid dalam mukosa bukal harus
dipertahankan dengan meminimalkan absorpsi sistemiknya, dimana hal tersebut
dapat dicapai dengan formulasi khusus, yang menghasilkan peningkatan
konsentrasi obat pada mukosa dengan mengurangi absorpsi sistemiknya. Jumlah
obat yang diabsorpsi bergantung pada waktu peresapan obat ke dalam membran
bukal. Sistem penghantaran obat untuk menghantarkan obat ke dalam mukosa oral
termasuk obat kumur, tinctures, formulasi bukal, dan salep. Penambahan polimer
mukoadhesif seperti hydroxypropylcellulose, karbopol, sodium carboxymethyl-
cellulose, gelatin, dan pektin ke dalam suatu formulasi dapat memperpanjang waktu
kontak (Hamishehkar et al., 2015).
1. RAS minor: merupakan jenis RAS yang paling umum terjadi, mewakili 70-
85% dari semua kasus. Bermanifestasi sebagai lesi berbentuk bulat atau oval
yang ditutupi oleh pseudomembran berwarna putih keabu-abuan dan
dikelilingi oleh erythematous halo. Setiap RAS minor biasanya melibatkan
kemunculan 1-5 ulser dengan diameter di bawah 1 cm. RAS minor bersifat
self-limiting atau sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu 4-14 hari
tanpa meninggalkan bekas luka.
2. RAS mayor: merupakan jenis RAS yang paling berat yang mewakili 10%
dari semua kasus. Pada subtipe ini ukuran dari ulser yang terjadi lebih dari
1cm dan cenderung terjadi pada bibir, langit-langit mulut, dan faring. Lesi
berlangsung selama lebih dari 6 minggu dan dapat meninggalkan bekas
luka.RAS herpetiform: subtipe ini terjadi 1-10% dari semua kasus dan
diketahui sebagai ulser berulang yang kecil, dalam, dan menyakitkan.
Aftosa yang berkembang dapat mencapai angka 100, berukuran 2-3 mm,
cenderung bergabung pada ulser yang lebih besar dengan kontur yang tidak
beraturan. Subtipe ini diketahui sering terjadi pada wanita lanjut usia,
berbeda dengan dua subtipe lainnya (Belenguer-Guallar et al., 2014).
Karena penyebab dari RAS yang belum diketahui secara pasti, banyak obat
yang telah dievaluasi dalam percobaan untuk meringankan gejala yang
ditimbulkan. Pengobatan yang dilakukan ada berbagai macam, tergantung dari
faktor yang berpengaruh. Dalam semua kasus, manajemen yang dilakukan bersifat
simtomatis dan bertujuan untuk menurunkan efek inflamasi dari aftosa dan
mengurangi rasa sakit dengan memberikan obat secara topikal maupun sistemik
(Belenguer-Guallar et al., 2014).
rongga mulut, atau keduanya. Sediaan patch akan menghilang atau terdisposisi dari
mulut setelah beberapa saat (Parmar et al., 2010).
Polimer adhesif dalam sediaan patch dapat berperan sebagai pembawa zat
aktif, atau lapisan adhesive yang menghubungkan antara lapisan berisi zat aktif dan
mukosa, atau lapisan pelindung untuk menutupi lapisan yang berisi zat aktif. Patch
biasanya dibuat dalam ukuran 1 hingga 3 cm agar nyaman saat digunakan. Akan
tetapi tempat pemberian juga menjadi pertimbangan. Patch berukuran besar dapat
diberikan pada sisi tengah mukosa bukal (di tengah pipi), sedangkan pada sisi
sublingual dan gingival lebih membutuhkan patch berukuran kecil (Parmar et al.,
2010).
Keuntungan sediaan patch bukal antara lain aksesibilitas yang baik,
aktivitas enzim yang rendah, sesuai untuk obat atau eksipien yang sedikit
memberikan kerusakan atau mengiritasi mukosa, tidak memberikan rasa tidak
nyaman, mudah dilepas, memberikan tempat untuk menambahkan peningkat
permeasi, inhibitor enzim atau pengatur pH dalam formulasi, memudahkan dalam
merancang multidirectional atau unidirectional sistem pelepasan obat untuk aksi
lokal atau sistemik. Beberapa keuntungan lain dari patch bukal:
1. Mukosa oral kaya dengan suplai darah. Obat yang terabsorbsi dari
rongga mulut melalui mukosa oral, dan ditranspor melalui vena lingual
dalam atau vena wajah, vena jugulais internal dan vena braciocephalic
ke dalam sirkulasi sistem.
2. Dengan penghantaran obat melalui bukal, obat memperoleh akses
langsung ke dalam sirkulasi sistem dengan menghindari first pass effect.
Kontak dengan cairan pencernaan pada jalur gastrointestinal yang tidak
sesuai untuk stabilitas obat seperti insulin atau protein lainnya, peptide
dan steroid dapat dihindari. Selain itu nilai absorpsi obat tidak
terpengaruh oleh makanan atau proses pengosongan lambung.
3. Patch bukal telah diketahui untuk aksesibilitasnya yang baik terhadap
membran yang melapisi rongga mulut, sehingga membuat
penggunaannya nyaman dan tidak menimbulkan rasa sakit.
8
…………………………………..
Obat + Matriks
Mukoadhesif
………………………………........
.....
Gambar 2.2 Patch Bukal Tipe Matriks (Parmar et al., 2010)
10
Patch bukal ini didesain dalam konfigurasi matriks yang mengandung zat aktif
obat, adhesif, dan eksipien lainnya dicampur menjadi satu. Patch ini
melepaskan obat secara bidirectional yaitu ke mukosa dan mulut.
2. Tipe reservoir (unidirectional)
Lapisan Belakang
b. Direct Milling
Pada metode ini, patch dibuat tanpa menggunakan pelarut. Zat akitf dan
eksipien dicampur secara mekanis dengan penggilingan langsung (direct
milling) atau dengan pengadonan, biasanya tanpa peran cairan. Setelah proses
pencampuran, hasil adonan diratakan pada release liner hingga mencapai
ketebalan yang diinginkan. Lapisan dasarnya kemudian dilaminasi menjadi
lapisan release liner. Ketika tidak ada perbedaan minor antara kedua proses
pembuatan patch di atas, maka proses tanpa menggunakan pelarut lebih
dianjurkan karena memungkinkan tidak adanya residu pelarut dan masalah
kesehatan yang berkaitan dengan pelarut yang digunakan (Mishra et al., 2012).
2.1.4.2 Karbopol
Karbopol merupakan polimer sintetis dengan bobot molekul yang besar dari
asam akrilat yang mempunyai rantai silang dengan sukrosa alil atau eterm alil dari
pentaeritriol. Karbopol mengandung 52%-68% gugus asam karboksilat (-COOH)
yang dihitung dari zat yang telah dikeringkan (Rowe et al., 2009).
mengembang hingga luas yang cukup besar, karena karbopol merupakan three-
dimensionally crosslinked microgels (Rowe et al., 2009).
2.1.4.3 Aspartam
Aspartam digunakan sebagai pemanis yang kuat dalam produk minuman,
produk makanan, dan pemanis pengganti gula, dan pada sediaan farmasi digunakan
sebagai pemanis dalam tablet, campuran serbuk, dan bahan setengah jadi vitamin.
Aspartam meningkatkan sistem rasa dan dapat digunakan untuk menutupi rasa yang
tidak diinginkan. Aspartam diperkirakan memiliki tingkat kemanisan 180-200 kali
lebih kuat dari sukrosa. Tidak seperti pemanis kuat lainnya, aspartam
dimetabolisme dalam tubuh dan memiliki nilai gizi dimana 1 g aspartam
memmberikan energi kurang lebih 17 kJ atau 4 kcal. Namun pada penelitian,
apabila aspartam dikonsumsi pada jumlah yang kecil akan memberikan nilai gizi
yang minimal. WHO telah mengatur tingkat keamanan konsumsi harian aspartam
pada 40 mg/kg berat badan (Rowe et al, 2009).
Aspartam memiliki rumus molekul C14H18N2O5 dengan bobot molekul
294,30. Aspartam memiliki pemerian sebagai serbuk kristalin putih dengan rasa
manis yang kuat dan hampir tidak berbau. Aspartam larut dalam etanol (95%), agak
larut dalam air, dan kelarutannya akan meningkat pada temperatur yang lebih tinggi
dan pada pH yang lebih asam (Rowe et al, 2009).
2.1.4.4 Etanol
Etanol juga dikenal sebagai ethanolium 96 atau alcohol memiliki rumus empirik
C2H6O dengan berat molekul 46,07. Etanol memiliki fungsi sebagai antimikroba
pada bahan pengawet, disinfektan, skin penetrant, dan pelarut. Etanol merupakan
cairan bening, tidak berwarna, aktif, volatile atau mudah menguap, dan mudah
terbakar dengan karakteristik aroma khas dan sensasi rasa terbakar. Kelarutan
etanol dapat bercampur dengan kloroform, eter, gliserin, dan air (dengan
peningkatan suhu dan konsentrasi) (Rowe et al., 2009).
2.1.4.6 Mentol
Hexahydrothymol atau peppermint camphor juga dikenal sebagai mentol
memiliki rumus empirik C10H20O dengan berat moleku 156,27. Mentol memiliki
fungsi sebagai agen perasa, pemberi aroma, dan agen terapetik. Karakteristik rasa
peppermint dari l-mentol secara natural membeikan sensasi rasa dingin atau
menyegarkan karena l-mentol berinteraksi secara langsung dengan resptor dingin
tubuh. Pemerian mentol berupa gumpalan serbuk kristalin tidak berwarna,
berbentuk prisma, atau kristal tidak simetris, atau heksagonal, atau tergabung
dengan karakteristik aroma dan rasa yang kuat. Kelarutan mentol larut dalam etanol
(95%), eter, minyak lemak, dan parafin cair, secara bebas larut dalam asam asetat,
larut dalam aseton dan benzen, sangat sedikit larut dalam gliserin, dan praktis tidak
larut dalam air (Rowe et al., 2009).
membentuk gel pada lapisan mukosa. Kombinasi Na-CMC dan karbopol sebagai
polimer mukoadhesif patch bukal diharapkan memberikan sifat fisik yang baik
terhadap sediaan.
2.3 Hipotesis
Variasi kadar Na-CMC dan karbopol berpengaruh terhadap sifat fisik
meliputi bobot, ketebalan, pH, Swelling Index, dan folding endurance dari matriks
patch bukal mukoadhesif triamsinolon asetonida.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (Mettler
Toledo/PL303), oven (Memmert), homogenizer (IKA RW-20), spektrofotometer
UV-Vis (Shimadzu UV-1800), jangka sorong digital (Sensin ®), pH meter surface
(Horiba Electrode), dan seperangkat alat gelas (Iwaki, Pyrex).
19
20
triamsinolon asetonida secara in vitro pada setiap formula yang dibuat. Skema kerja
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Orientasi
Formulasi dan
Pembuatan Patch Bukal
Patch
Bukal
Kesimpulan
Setiap matriks patch bukal yang dibuat memiliki kekuatan sediaan sebesar
1 mg yang mengacu pada penelitian Sen et al., (2015) yang memformulasikan tablet
bukal dengan kekuatan sediaan sebesar 3 mg, uji pra klinis hidrogel oleh Choi et
al., (2013) dengan kekuatan sediaan 1 mg, dan berdasarkan sediaan yang
menggunakan bahan aktif yang sama di pasaran dengan kekuatan sediaan 0,767 mg
tiap penggunaan pasta oral sebanyak 76 mg untuk menutupi lesi dengan luas 0,6
22
cm2, serta dengan mempertimbangkan dosis maksimal per hari yaitu 0,117-
1,66mg/kg BB untuk anak-anak dan 4-100 mg untuk dewasa. Formulasi dibuat
berdasarkan hasil optimasi dimana formula dengan variasi kadar karbopol yang
lebih dominan cenderung tidak terbentuk dengan baik.
berwarna hitam dan diperiksa secara visual apakah sediaan jernih, halus dan
homogeny (Madhavi B, 2013).
3.2.4.4. Uji pH
Uji pH dilakukan dengan mengambil 3 matriks patch bukal triamsinolon
asetonida dari tiap formulasi yang kemudian dibiarkan mengembang dalam waktu
2 jam diatas permukaan cawan petri. Kemudian diukur pH menggunakan surface
pH meter, dihitung nilai rata-rata, standar deviasi, dan koefisien variasi dari tiap
formulasi (Shayeda, 2010; Madhavi B, 2013).
3.2.5.3 Linieritas
Linieritas diukur dengan cara menghubungkan hasil analisa antara respon
(y) dan (x) pada pembacaan absorbansi kurva baku triamsinolon asetonida dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimal. Data yang diperoleh
kemudian diproses menggunakan koefisien korelasi antara seri kadar dan data
analitik dari triamsinolon asetonida dalam seri kadar (Aquino et al., 2011).
26
27
a b
c d
Gambar 4.1 Patch Bukal Triamasinolon (a) Formula 1; (b) Formula 2; (c)
Formula 3; (c) Formula 4
Keterangan :
Formula 1 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 100:0
Formula 2 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 87,5:12,5
Formula 3 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 75:25
Formula 4 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 50:50
Formula 5 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 37,5:62,5
Tabel 4.1 Data Hasil Uji Organoleptis Sediaan Patch Bukal Triamsinolon
Asetonida
Parameter Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5
Uji
Transparansi Jernih Jernih Jernih Jernih -
Aroma Mentol Mentol Mentol Mentol -
Tekstur Halus Kasar Kasar Kasar -
Minyak Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada -
Gelembung Sedikit Banyak Banyak Banyak -
28
Tabel 4.2. Data Hasil Uji Keseragaman Bobot Sediaan Patch Bukal Triamsinolon
Asetonida
Replikasi F1 F2 F3 F4 F5
1 199 294 248 352 -
2 171 257 236 378 -
3 209 245 243 392 -
Rata-Rata (mg) 193 265,3 242,3 374 -
SD 19,7 25,5 6,1 20,3 -
RSD (%) 10,2 9,6 2,5 5,4
Keterangan :
Formula 1 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 100:0
Formula 2 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 87,5:12,5
Formula 3 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 75:25
Formula 4 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 50:50
Formula 5 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 37,5:62,5
Adanya perbedaan atau variasi bobot sediaan patch dari hasil pengujian
dapat dipengaruhin karena beberapa faktor seperti proses penimbangan,
pemindahan campuran larutan, penggunaan cetakan yang tidak seragam, dan variasi
kadar dari polimer penyusun. Na-CMC sebagai polimer mukoadhesif memiliki
peran dalam meningkatakan viskositas larutan yang memberikan ikatan gel yang
lebih kuat sehingga pelarut lebih sulit untuk menguap saat proses pengeringan patch
sehingga dapat meningkatkan bobot patch (Tiensi et al., 2018). Namun karbopol
29
sebagai polimer yang hidrofilik memiliki sifat higroskopis sehingga karbopol dapat
menyerap air atau kelembaban lingkungan, memungkinkan campuran dengan kadar
karbopol yang lebih besar memiliki bobot yang lebih besar (Raghavendra Rao et
al., 2012). Dari hasill uji keseragaman bobot hanya formula 3 dan 4 yang memenuhi
kriteria keterulangan dengan nilai RSD<6%.
4.1.3 Ketebalan
Uji ketebalan dilakukan untuk menghitung ketebalan dari sediaan patch
bukal triamsinolon asetonida yang telah dibuat. Ketebalan dari sediaan akan
berpengaruh terhadap kenyamanan pada saat penggunaan dan tingkat kekuatan
adhesif sediaan. Uji ketebalan dilakukan dengan menggunakan jangka sorong
digital. Hasil uji keseragaman bobot patch bukal triamsinolon asetonida dapat
dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Data Hasil Uji Ketebalan Sediaan Patch Bukal Triamsinolon
Asetonida
Replikasi F1 F2 F3 F4 F5
1 0,35 0,23 0,30 0,35 -
2 0,25 0,21 0,40 1,05 -
3 0,30 0,23 0,36 0,47 -
Rata-Rata (mg) 0,30 0,22 0,35 0,62 -
SD 0,05 0,01 0,05 0,37 -
RSD (%) 16,67 5,56 14,4 60,38
Keterangan :
Formula 1 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 100:0
Formula 2 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 87,5:12,5
Formula 3 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 75:25
Formula 4 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 50:50
Formula 5 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 37,5:62,5
4.1.4 pH
Uji pH dilakukan bertujuan untuk memastikan sediaan patch bukal
triamsinolon asetonida yang telah dibuat memiliki rentang pH yang masuk pada
kriteria pH mukosa mulut/bukal yaitu pada rentang 6-6,5 (Hassan et al., 2011).
Hasil uji pH patch bukal triamnsinolon asetonida dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Data Hasil Uji pH Sediaan Patch Bukal Triamsinolon Asetonida
Replikasi F1 F2 F3 F4 F5
1 5,95 5,06 4,82 4,64 -
2 6,35 5,10 4,97 4,57 -
3 6,41 5,11 4,91 4,58 -
Rata-Rata (mg) 6,23 5,09 4,90 4,59 -
SD 0,25 0,02 0,07 0,03 -
RSD (%) 4,01 0,51 1,54 0,84
Keterangan :
Formula 1 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 100:0
Formula 2 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 87,5:12,5
Formula 3 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 75:25
Formula 4 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 50:50
Formula 5 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 37,5:62,5
31
Dari hasil uji pH sediaan patch bukal triamsinolon asetonida yang telah
dilakukan, hanya formula 1 yang memenuhi kriteria pH yang dapat diterima oleh
mukosa mulut. Pada formula 2, 3, dan 4, pH sediaan semakin menurun seiring
bertambahnya kadar karbopol, hal ini dikarenakan gugus karboksil pada struktur
penyusun karbopol dapat menyebabkan penurunan pH sediaan (Hosmani et al,
2013). Mukosa mulut sangat sensitif terhadap asam dan basa, sehingga sediaan
formula 2, 3, dan 4 tidak dapat diberikan kepada pasien karena dikhawtirkan dapat
mengiritasi mukosa mulut.
2010). Data hasil uji folding endurance sediaan patch bukal triamsinolon asetonida
dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.5. Data Hasil Uji Folding Endurance Sediaan Patch Bukal Triamsinolon
Asetonida
F1 F2 F3 F4 F5
Banyak Lipatan >300 kali >300 kali >300 kali >300 kali -
Keterangan :
Formula 1 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 100:0
Formula 2 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 87,5:12,5
Formula 3 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 75:25
Formula 4 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 50:50
Formula 5 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 37,5:62,5
Hasil dari uji folding endurance dari 4 formulasi yang dihasilkan dapat
dikatakan baik karena tidak mengalami breaking setelah dilipat lebih dari 300
kalli lipatan (Mishra dan Ramteke, 2011).
4.2.2 Linearitas
Linearitas dilakukan dengan cara membaca kurva baku dengan konsentrasi
asetonida 10 ppm; 14 ppm; 18 ppm; 22 ppm; 26 ppm; dan 30 ppm pada panjang
gelombang 237 nm. Linearitas hubungan anatara konsentrasi analit dan absorbansi
digunakan untuk menentukan nilai koefisien korelasi (r). Persamaan linearitas
hubungan antara konsentrasi analit dan absorbansi dapat diliha pada gambar 4.3.
34
0.9
0.8
y = 0.0253x + 0.0043
0.7
Absorbansi 0.6
R² = 0.9995
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Konsentrasi (ppm)
Tabel 4.6. Data Hasil Uji Penentuan Kadar Sediaan Patch Bukal Triamsinolon
Asetonida
F1 F2 F3 F4 F5
Rata-Rata (%) 31,73 44,53 44,93 74,53 -
n 3 3 3 3 -
SD 7,6 8,76 8,8 3,28 -
RSD (%) 23,95 19,68 19,58 4,41 -
Keterangan :
Formula 1 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 100:0
Formula 2 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 87,5:12,5
Formula 3 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 75:25
Formula 4 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 50:50
Formula 5 : formulasi dengan perbandingan polimer Na-CMC:karbopol = 37,5:62,5
5.1 Kesimpulan
Perbandingan kadar polimer Na-CMC dan karbopol mempengaruhi sifat
fisik sediaan patch bukal triamsinolon asetonida meliputi sifat organoleptis, bobot,
ketebalan, dan pH sediaan. Semakin tinggi kadar karbopol semakin meningkatkan
bobot dan ketebalan sediaan, sedangkan semakin tinggi kadar karbopol semakin
asam pH sediaan. Kadar zat aktif triamsinolon asetonida pada sediaan patch bukal
tidak terdistribusi secara homogen dan tidak masuk pada rentang kadar yang baik.
5.2 Saran
Perlu dilakukan uji permeasi dan uji adhesifitas untuk menguji daya lekat
dan daya penetrasi sediaan patch bukal triamsinolon asetonida untuk mengetahui
efektifitas formulasi. Perlu penambahan kadar zat propilen glikol guna mengurangi
kerapuhan sediaan.
36
37
DAFTAR PUSTAKA
Amtha, R., Marcia, M. dan Aninda, A. I. (2017) “Plester sariawan efektif dalam
mempercepat penyembuhan stomatitis aftosa rekuren dan ulkus
traumatikus,” 3(2), hal. 69–75.
Chandra, B., Rivai, H. dan Marianis (2016) “Pengembangan dan Validasi Metode
Analisis Alopurinol Tablet dengan Metode Absorbansi dan Metode Luas
Daerah di Bawah Kurva secara Spektrofotometri Ultraviolet Pengembangan
dan Validasi Metode Analisis Alopurinol Tablet dengan Metode Absorbansi
dan Metode,” Jurnal Farmasi Higea, 8(2), hal. 96–109. doi:
10.13140/RG.2.2.27116.67204.
Choi, S. G. et al. (2013) “Topical treatment of the buccal mucosa and wounded skin
in rats with a triamcinolone acetonide-loaded hydrogel prepared using an
electron beam,” International Journal of Pharmaceutics. Elsevier B.V.,
447(1–2), hal. 102–108. doi: 10.1016/j.ijpharm.2013.02.053.
Characterization.”
Hanif, M., Zaman, M. dan Chaurasiya, V. (2015) “Polymers used in buccal film: A
review,” Designed Monomers and Polymers, hal. 105–111. doi:
10.1080/15685551.2014.971389.
Li, X.-Q. et al. (2017) “Mucoadhesive buccal films of tramadol for effective pain
management,” Brazilian Journal of Anesthesiology (English Edition).
Sociedade Brasileira de Anestesiologia, 67(3), hal. 231–237. doi:
10.1016/j.bjane.2015.08.016.
Mazumder, S. et al. (2017) “Quality by Design approach for studying the impact of
formulation and process variables on product quality of oral disintegrating
films,” International Journal of Pharmaceutics. Elsevier B.V., 527(1–2),
hal. 151–160. doi: 10.1016/j.ijpharm.2017.05.048.
Tiensi, A. N. et al. (2018) “Formulasi Patch Bukal Minyak Atsiri Daun Sirih ( Piper
Betle L .) dengan Variasi Kadar CMC-Na dan Karbopol sebagai Polimer
Mukoadhesif,” 14(1), hal. 20–28.
41
LAMPIRAN
∑(𝑥−𝐱̄ ) 𝑆𝐷
Rumus SD = √ RSD = x 100%
𝑛−1 𝐱̄
Perhitungan SD formula 1 :
SD =
RSD =
19,7
× 100% = 10,2%
193
2. Uji Ketebalan
Replikasi F1 F2 F3 F4 F5
1 0,35 0,23 0,30 0,35 -
2 0,25 0,21 0,40 1,05 -
3 0,30 0,23 0,36 0,47 -
Rata-Rata (mg) 0,30 0,22 0,35 0,62 -
SD 0,05 0,01 0,05 0,37 -
RSD (%) 16,67 5,56 14,4 60,38
∑(𝑥−𝐱̄ ) 𝑆𝐷
Rumus SD = √ RSD = x 100%
𝑛−1 𝐱̄
43
Perhitungan SD formula 1 :
SD =
RSD =
0,05
× 100% = 16,67%
0,30
3. Uji pH
Replikasi F1 F2 F3 F4 F5
1 5,95 5,06 4,82 4,64 -
2 6,35 5,10 4,97 4,57 -
3 6,41 5,11 4,91 4,58 -
Rata-Rata (mg) 6,23 5,09 4,90 4,59 -
SD 0,25 0,02 0,07 0,03 -
RSD (%) 4,01 0,51 1,54 0,84
∑(𝑥−𝐱̄ ) 𝑆𝐷
Rumus SD = √ RSD = x 100%
𝑛−1 𝐱̄
Perhitungan SD formula 1 :
SD =
RSD =
0,25
× 100% = 4,01%
6,23
44
R² = 0.9995
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Konsentrasi (ppm)
y = 0,025x + 0,004
R2 = 0,9995
r = 0,999
b = 0,025
a = 0,004
47
Abs. Kadar
Abs. Abs. Kadar Kadar Kadar %Rata-
Replikasi Zat Fp Sebelum %Kadar SD RSD
Sampel Blanko (ppm) 1 Patch Teoritis Rata
Aktif Pengenceran
1 0,289 0,083 0,206 8,08 5 40,4 0,404 1 40,4 31,73 7,6 23,95
2 0,230 0,083 0,147 5,72 5 28,6 0,286 1 28,6
3 0,218 0,083 0,135 5,24 5 26,2 0,262 1 26,2
𝑦−𝑎
y = bx + a x= 𝑏
y = 0,0025x + 0,004
0,206−0,004
0,268 = 0,025x + 0,004 x= = 8,08
0,025
Perhitungan kadar
Kadar yang didapat x Faktor pengenceran = 8,08 x 5
= 40,4 ppm
Kadar dalam 1 patch = 40,4 mg/ 1000 ml = 0,404 mg/ 10 ml
50
SD =
RSD =
7,6
× 100% = 23,95%
31,73
51
Formula 2
Abs. Kadar
Abs. Abs. Kadar Kadar Kadar %Rata-
Replikasi Zat Fp Sebelum %Kadar SD RSD
Sampel Blanko (ppm) 1 Patch Teoritis Rata
Aktif Pengenceran
1 0,261 0,083 0,178 6,96 5 34,8 0,348 1 34,8 44,53 8,76 19,68
2 0,322 0,083 0,239 9,40 5 47,0 0,470 1 47,0
3 0,346 0,083 0,263 10,36 5 51,8 0,518 1 51,8
Formula 3
Abs. Kadar
Abs. Abs. Kadar Kadar Kadar %Rata-
Replikasi Zat Fp Sebelum %Kadar SD RSD
Sampel Blanko (ppm) 1 Patch Teoritis Rata
Aktif Pengenceran
1 0,272 0,083 0,189 7,40 5 37,0 0,370 1 37,0 44,93 8,8 19,58
2 0,304 0,083 0,221 8,68 5 43,4 0,434 1 43,4
3 0,359 0,083 0,276 10,88 5 54,4 0,544 1 54,4
52
Formula 4
Abs. Kadar Kadar
Abs. Abs. Kadar Kadar %Rata-
Replikasi Zat Fp Sebelum 1 %Kadar SD RSD
Sampel Blanko (ppm) Teoritis Rata
Aktif Pengenceran Patch
1 0,441 0,083 0,358 14,16 5 70,8 0,708 1 70,8 74,53 3,28 4,41
2 0,472 0,083 0,389 15,40 5 77,0 0,770 1 77,0
3 0,466 0,083 0,383 15,16 5 75,8 0,758 1 75,8