Anda di halaman 1dari 10

POTENSI PASAR KEBUTUHAN ENERGI PADA PARIWISATA DI

GARUT

Yuswigi Andrian1, Budi Lukman Hakim2


Sekolah Tinggi Teknologi Garut
Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut 44151 Indonesia
Email : jurnal@sttgarut.ac.id
1
1503031@sttgarut.ac.id
2
Bhakim935@gmail.com
Abstrak – Tujuan penelitian ini mengetahui berapa besar potensi kebutuhan energi
yang digunakan untuk kegiatan pariwisata di kabupaten garut. Penelitian ini dimulai
dari hasil data observasi lapangan dan data dari BPS dan DISPAR kabupaten garut.
kemudian data hasil observasi lapangan dan data dari BPS dan DISPAR di olah
untuk mencari perbandingan diantara keduanya. Metode yang di gunakan penelitian
ini adalah metode MMSCFD (Million Standard Cubic Feet Day). Hasil yang
didapat bahwa dalam kegiatan pariwisata terdapat perbedaan kebutuhan energi baik
dari data observasi lapangan ataupun data DISPAR, kemudian hasil pengolahan
data dapat digambarkan dengan bantuan software google earth. Perkiraan atau
asumsi pasar bahan bakar dan energi di kabupaten garut akan sangat besar, potensi
tersebut terbukti pada pemetaan menggunakan google earth, untuk menyesuaikan
dengan kebutuhan energi dan bahan bakar masing-masing kegiatan pariwisata yang
ada di kabupaten garut seiring dengan kebijakan pemerintah setempat.
Kata Kunci – Potensi Kebutuhan Energi, MMSCFD (Million Standard Cubic Feet
Day), Google Earth, Pariwisata.
I. Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung
sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hitterland
bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut
mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan
Kabupaten Bandung sekaligus pula berperan di dalam mengendalikan
keseimbangan lingkungan, berhias gunung-gunung yang menjulang, termasuk

I-1
Sekolah Tinggi Teknologi Garut
Gunung Gede (atau Gunung Papandayan), Gunung Guntur dan Gunung Cikuray.
Sejarah Garut tak bisa dilepaskan dari Kabupaten Limbangan.
Kabupaten Limbangan adalah Kabupaten lama yang ibu kotanya dipindahkan
ke Garut kini karena seringkali terjadi bencana alam berupa banjir yang melanda
daerah ibu kota. Selain itu, kurang berkembangnya pusat pemerintahan karena jauh
dari sungai yang menjadi sarana transportasi dan irigasi area pesawahandan
perkebunan. Bupati Adiwijaya (Tahun 1813-1831) membentuk panitia survei
lokasi untuk menemukan ibu kota kabupaten yang baru. Pilihan akhirnya jatuh di
tempat yang dikelilingi gunung dan memiliki mata air yang mengalir ke cimanuk.
Tempat tersebut berjarak ± 17 km dari pusat kota lama. Saat menemukan mata air,
seorang panitia kakarut (bahasa sunda: tergores) belukar.
Kegiatan pariwisata merupakan salah satu sektor yang berperan dalam proses
pembangunan dan perkembangan wilayah, karena selain penghasil pertumbuhan
ekonomi sektor pariwisata juga dapat menjadi pendorong pertumbuhan sektor
pembangunan lainnya, seperti perkebunan, pertanian, perdagangan, dan perindustrian.
Pembangunan pariwisata memiliki peran nyata dalam aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan.
II. Metodologi Penelitian
Pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan menurut diagram alir pemecahan
masalah, dan berikut merupakan diagram alur pemecahan masalah

I-2
Sekolah Tinggi Teknologi Garut
START

STUDI PENDAHULUAN

TUJUAN PENELITIAN

SURVEY LAPANGAN

DATA PERIMER
-DATA HASIL SURVEY LAPNGAN
DATA SEKUDER
-KEBUTUHAN ENERGY LGP
-DATA BPS
-KEBUTUHAN LISTRIK
- DINAS PARIWISATA
-SOLAR
--BENSIN

PENGOLAHAN
&
ANALISA

KESIMPULAN & SARAN

MEMETAKAN PADA
KEBUTUHAN ENERGI

FINISH

Gambar 1 Metode Penelitian


(Sumber: Penulis,2019)
1. Metode Penelitian
Metodologi dari diagram alur penelitian di atas, dapat di jelaskan kegiatannya
pada poin-poin di bawah ini :
2. Studi Penelitian
Pada sektor pariwisata akan terus meningkat dengan banyaknya objek wisata
baru yang dibuka hal tersebut dapat dibutikan dari data sekunder yang didapat.
Untuk kebutuhan energi yang dibutuhkan pada sektor pariwisata memerlukan
energi dengan kapasitas besar dikarenakan banyaknya objek wisata dan pemakaian
bahan bakar digunakan pada kegiatan tersebut.
3. Tujuan Penelitian
Hasil Sudi lapangan mendapatkan tujuan bahwa untuk pemenuhan kebutuhan
energi dan bahan bakar pada sektor pariwisata di kabupaten garut, memiliki

I-3
Sekolah Tinggi Teknologi Garut
keunikan dan keragaman jenis- energi yang di butuhkan, dan perlu ada penelitian
karena kebutuhan tersebut terus meningkat seiring peningkatan kegiatan pariwisata
di kabupaten garut.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meneliti potensi pasar
kebutuhan energi pada sektor pariwisata, agar kedepannya bagi orang yang ingin
menggeluti kegiatan pengadaan bahan bakar dan energi, mendapat gambaran
mengenai bahan bakar dan energi pada sektor pariwisata yang sudah di petakan dan
sudah di konversi ke satuan yang umum pada bisnis bahan bakar dan energi.
4. Survey lapangan
A. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini di bagi menjadi dua yakni data primer dan
data sekunder :
1. Primer
Data primer yakni data pemakaian enregi berupa biaya pemakaian listrik, dan
biaya bahan bakar minyak dan bahan bakar gas yang di peroleh dari pariwisata yang
di dapatkan secara langsung dari objek penelitian di lapangan. Data yang di ambil
berupa data sampling, bedasarkan sampel acak sederhana (simple random
sampling), di karenakan data yang di ambil berupa jenis data yang sama, dan umum
di miliki oleh pariwisata.
a. Observasi
Teknik observasi dilkukan dengan melakukan pengamatan secara langsung
di lapangan mengenai berapa konsumsi energi yang di pakai oleh beberapa tempat
pariwisata yang menjadi tempat penelitian atau objek observasi yang berlokasi di
daerah garut.
b. Wawancara
Teknik wawancara dilakukan dengan melakukan proses wawancara kepada
pihak yang berada di tempat wisata yang menggunakan energi sebagai pelengkap
kegiatan pariwisata.
2. Sekunder
Data sekunder yakni data yang di dapatkan oleh peneliti bukan bersumber
dari informasi objek penelitian di lapangan melainkan data tersebut didapatkan dari
berbagai sumber.

I-4
Sekolah Tinggi Teknologi Garut
B. Studi Pustaka
Studi Keperpustakaan dilakukan supaya dapat mencari studi literatur yang
dapat menunjang untuk pemecahan pemasalahan yang terjadi.
5. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukanpada proses penelitian ini adalah pengolaha
data dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.
6. Analisa
Analisa akan di lakukan setelah semua data terkumpul, baik data primer dan
data sekunder. Juga proses analisa akan di lakukan setelah proses pengolahan hasil
data di sinkronisasi berdasarkan metode yang telah di pahami dari hasil studi
literatur, juga di sesuaikan dengan arahan pembimbing.metode yang akan di
gunakan berupa metode konversi, yang merubah dari awalnya satuan pemakaian
perbulan menjadi satuan MMSCFD.
III. Pembahansan Dan Analisis
1. Konversi Satuan Liter Dan Koligram Ke Volume
MMSCFD adalah singkatan dari Million Standard Cubic Feet per Day (gas)
atau juta standard kaki kubik per hari (gas). M adalah 1.000 (seribu) jika digunakan
dalam hubungan satuan SFC atau BTU. MM adalah 1.000.000 (satu juta) jika
digunakan dalam hubungan dengan satuan SFC dan BTU. SFC (Standard Cubic
Foot) adalah sejumlah gas yang diperlukan untuk mengisi ruangan 1 (satu) kaki
kubik, dengan tekanan sebesar 14,73 (empat belas dan tujuh tiga persepuluh pound
per square inch) psi atau 14,696 psi (empat belas dan enam sembilan enam per
seratus pound per square inch) dan pad temperature 60º F dalam kondisi kering
pengukuran yang berhubungan adalah MMSCMD singkatan dari Million Standard
Cubic Meters per Day (of gas).
Tujuan pengkonversian dari satuan bahan bakar yang ada di lapangan ke
MMSCFD tersebut adalah :
1. Pengkonversian di lakukan agar hasil penelitian bisa di terima oleh dunia
industri minyak dan gas yang berlaku

2. Pengkonversian di lakukan agar memperkecil digit satuan bahan bakar agar


lebih sederhana.

I-5
Sekolah Tinggi Teknologi Garut
3. Hasil penelitian di harap bisa menjadi tolak ukur atau gambaran, untuk
investor yang ingin mengembangkan kegiatan usahanya di bidang minyak
dan gas juga energy listrik.

2. Analisa Sementara Rencana Penyiapan Bahan Bakar Untuk


Kebutuhan Pariwisata
Data ini bisa di pakai sebagai salah satu pertimbangan untuk orang yang ingin
berinvestasi di bisnis pengadaan bahan bakar, khususnya pengadaan bahan bakar
untuk pemenuhan kegiatan pariwisata di kabupaten garut.
3. Klaster Berdasarkan Kedekatan
Hasil pengklasteran kedekatan kecamatan di kabupaten garut dapat di lihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Pengelompokkan data perkecamatan berdasarkan kedekatan
Kluster No Kecamatan MMSCFD
1 Sukawening 0.003
2 Pangatikan 0.009
3 Kadungora 0.006
4 Leuwi Goong 0.013
5 Cibiuk 0.005
Utara 1 6 Limbangan 0.031
7 Kersamanah 0.011
8 Malangbong 0.002
9 Banyuresmi 0.002
10 Cibatu 0.021
11 Selaawi 0.005
Kluster No Kecamatan MMSCFD
1 Tarogong Kidul 0.046
2 Tarogong Kaler 0.140
3 Cilawu 0.057
4 Garut Kota 0.042
5 Karangpawitan 0.005
6 Karangtengah 0.009
Utara 2
7 Sucinaraja 0.010
8 Wanaraja 0.006
9 Leles 0.021
10 Bayongbong 0.005
11 Pasir Wangi 0.037
12 Samarang 0.026

I-6
Sekolah Tinggi Teknologi Garut
Kluster No Kecamatan MMSCFD
1 Cisurupan 0.009
2 Cikajang 0.014
3 Banjarwangi 0.002
Selatan 4 Cihurip 0.001
1 5 Pamulihan 0.000
6 Pakenjeng 0.002
7 Cigedug 0.021
8 Sukaresmi 0.005
Kluster No Kecamatan MMSCFD
1 Cisompet 0.003
2 Cibalong 0.001
3 Pameungpeuk 0.021
4 Cikelet 0.012
5 Mekar Mukti 0.001
Selatan
6 Talegong 0.001
2
7 Cisewu 0.005
8 Bungbulang 0.000
9 Caringin 0.001
10 Pendeuy 0.002
11 Singajaya 0.004

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa :


1. Pada kluster garut utara 1 memiliki 11 kecamatan yang memiliki jarak yang
terdekat, jika ditinjau dari pemakaian konsumsi energi yaitu berada pada
kecamatan limbangan dengan pemakaian bahan bakar dan energi tertinggi
karena wilayah tersebut memliki tempat wisata yang cukup besar dan terkenal
kalangan masyarakat.

2. Pada kluster garut utara 2 memiliki 12 kecamatan yang memiliki jarak yang
terdekat, jika ditinjau dari pemakaian konsumsi energi yaitu berada pada
kecamatan tarogong kaler dengan pemakaian bahan bakar dan energi tertinggi
karena wilayah tersebut memliki tempat wisata yang cukup besar dan sering
dikunjungi wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri.

3. Pada kluster garut selatan 1 memiliki 8 kecamatan yang memiliki jarak yang
terdekat, jika ditinjau dari pemakaian konsumsi energi yaitu berada pada
kecamatan cigedug dengan pemakaian bahan bakar dan energi tertinggi

I-7
Sekolah Tinggi Teknologi Garut
karena wilayah tersebut memliki tempat yang memiliki pemandangan dan
pegunungan yang indah bisa dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung.

4. Pada kluster garut selatan 2 memiliki 11 kecamatan yang memiliki jarak yang
terdekat, jika ditinjau dari pemakaian konsumsi energi yaitu berada pada
kecamatan pameungpeuk dengan pemakaian bahan bakar dan energi tertinggi
karena wilayah tersebut memliki tempat wisata rekreasi atau berlibur dengan
menikmati suasana pantai yang indah dan berbagai jenis wisata lainnya.

4. Analisa Potensi kebutuhan Energi


Dari hasil pengklasteran yang telah di lakukan di dapat rata-rata tiap
klasternya. Untuk potensi dari masing-masing klaster di dapat dari hasil pengalian
rata-rata tiap klaster dengan jumlah unit wisata yang ada. Maka di dapat potensi
masing-masing klaster sebagai berikut :
1. Untuk klaster garut utara satu rata rata pemakaian bahan bakar dari data
primer sebesar 74,10 dan 41 unit usaha yang ada di klaster tersebut. sehingga
potensi kebutuhan bahan bakar yang di dapat adalah 3038,1 mmscfd

2. Untuk klaster garut utara dua rata rata pemakaian bahan bakar dari data
primer sebesar 62,53 dan 41 unit usaha yang ada di klaster tersebut.sehingga
potensi kebutuhan bahan bakar yang di dapat adalah 2563,7 mmscfd

3. Untuk klaster garut selatan satu rata rata pemakaian bahan bakar dari data
primer sebesar 35,30 dan 41 unit usaha yang ada di klaster tersebut.sehingga
potensi kebutuhan bahan bakar yang di dapat adalah 1447,3 mmscfd

Untuk klaster garut selatan dua rata rata pemakaian bahan bakar dari data primer
sebesar 24,30 dan 41 unit usaha yang ada di klaster tersebut.sehingga potensi
kebutuhan bahan bakar yang di dapat adalah 996,3 mmscfd
IV. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Kebutuhan pemakaian daya listrik per/unit usaha yang terdapat pada kluster
utara 1 dengan jumlah rata-rata 1806.25 kwh /bulan, kluster utara 2 dengan
jumlah rata-rata sebesar 2444.2 kwh/bulan, kluster selatan 1 dengan jumlah

I-8
Sekolah Tinggi Teknologi Garut
rata-rata 706.875 kwh/bulan, dank luster selatan 2 dengan jumlah rata-rata
460 kwh/bulan.

2. Pemakaian bahan bakar gas lpg yang tertinggi terdapat pada kluster utara 1
dengan jumlah rata-rata konsumsi 74.1 kg/bulan sehingga disarankan untuk
pemusatan agen lpg utamanya terdapat pada kecamtan yang menjadi induk
kluster tersebut.

3. Potensi energy yang di butuhkan untuk klaster garut utara satu adalah 3038,1
mmscfd, Untuk klaster garut utara dua adalah 2563,7 mmscfd, Untuk klaster
garut selatan satu adalah 1447,3 mmscfd, Untuk klaster garut selatan dua
adalah 996,3 mmscfd.

4. Rencana pembuatan pusat distribusi energy bahan bakar di garut, di


tempatkan pada empat sektor dan terletak pada kecamatan yang memiliki
kebutuhan energy yang terbesar. Untuk kluster utara 1 terletak pada
kecamatan limbangan, untuk kluster utara 2 terletak pada kecamatan
tarogong kaler, untuk kluster selatan 1 terletak pada kecamatan cikajang, dan
untuk kluster selatan 2 terletak pada kecamatan pameungpeuk.

I-9
Sekolah Tinggi Teknologi Garut
V. Daftar Pustaka
Djuwendah, E., Fatimah, S. And Pengajar Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian, S.
(2018) ‘Kajian Potensi Ekowisata Dalam Menunjang Pengembangan
Wilayah Pada Sub Das Cikandung Dan Kawasan Gunung Tampomas
Kabupaten Sumedang’, 11(1).
Fakhrul Rozi Yamali (2018) ‘Jurnal Civronlit Universitas Batanghari Vol.3 No.1
April 2018’, Kajian Azaz Manfaat Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)
Di Jalan Sultan Thaha Kota Jambi, 3(1), Pp. 9–12. Doi:
Http://Jt.Unbari.Ac.Id/Index.Php/CIVRONLIT/Article/Download/27/29.
Pantiyasa, W. (No Date) ‘Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat
(Community Based Tourism) Dalam Pemberdayaan Masyarakat (’.
SHAHIRAN, S. B. B. (UMP) (2009) ‘Definisi Sektor Pariwisata’, Definisi Sektor
Pariwisata, 2(5), P. 255. Available At: ???
Singgih, M. N. And Nirwana, N. (2016) ‘Perencanaan Dan Pengembangan Desa
Wisata Berbasis Masyarakat Dengan Model Partisipatory Rural Appraisal
(Studi Perencanaan Desa Wisata Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota
Batu)’, Jurnal Pariwisata Pesona, 1(1). Doi: 10.26905/Jpp.V1i1.376.
https://akirajunto.wordpress.com/2015/06/08/tentang-mmscfd/).
http://geosriwijaya.com/2017/11/pengertian-koordinat-geografis-dan-utm-serta-
cara-mengkonversi-satuan-koordinat.

I-10
Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Anda mungkin juga menyukai