Jurusan Manajemen
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
E-mail:dyancandra2@gmail.com, yudiaatmaja@gmail.com,
iwayan.bagia@yahoo.co.id,
ABSTRAK
ABSTRACT
This research was aimed at finding the descriptive result about the evalation of handicraft
training program in UD Wahyu Artha at Menyali village, by using descriptive research design. The
subject of this research was the entire employees in UD Wahyu Artha who followed this training
program. They were 18 employees. The object of this reseacrh defined into two types of object.
The first one was material object and the second one was formal object. Meanwhile the formal
object was a training process. The material object in this reseacrh was the employees of UD
Wahyu Artha who followed this handicraft training program. The data researcher collected the
data by using observation, interview technique, note the written document and questionnaire.
These data were analyzed in descriptive technique. The evaluation of training implementation on
making craft on UD Wahyu Artha overall could be categorized successfully with very good grade.
So the implementation of training could improve and increase the employee’s performance.
PENDAHULUAN
Karyawan merupakan faktor perubahan dari kebiasaan lama menjadi
produksi yang senantiasa bergerak dan lebih baik terhadap perubahan sikap,
selalu berubah-ubah, mempunyai akal ketrampilan dan pengetahuan dalam
dan perasaan serta motivasi, jika tenaga melakukan suatu pekerjaan sesudah
kerja sebagai faktor produksi merasa mengikuti program pelatihan. Hal ini
senang bekerja dengan penuh didukung pula dari teori yang dinyatakan
semangat dan bergairah, maka dapat oleh Nasution (1994: 70) “Adanya
dipastikan bahwa tujuan yang telah peningkatan keahlian, pengetahuan dan
ditetapkan perusahaan atau organisasi sikap karyawan terhadap tugas-
akan semakin mudah tercapai. Oleh tugasnya dengan pengetahuan dan
karena itu kualitas sumber daya keterampilan yang diperoleh dalam
manusia senantiasa harus pelatihan akan merubah tingkah laku
dikembangkan dan diarahkan agar guna mendapatkan produktivitas yang
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan tinggi”. Setiap pelatihan hendaknya
oleh perusahaan. Di samping itu, para harus dievaluasi untuk menilai apakah
manajer harus mempunyai pelatihan program yang ditetapkan telah
untuk meningkatkan keterampilan dan mencapai tujuan atau tidak sehingga
kemampuan kepemimpinan mereka. nantinya bisa dilakukan perbaikan
Dalam sejumlah situasi, para kembali bila ternyata belum mencapai
pemberi kerja telah mendokumentasikan tujuan dari organisasi. Harapannya
bahwa pelatihan yang efektif akan program ini dapat berlanjut dan
menghasilkan peningkatan produktivitas memberikan manfaat bagi organisasi.
yang lebih banyak dari sekadar menutup Hal ini didukung pula dari teori yang
biaya pelatihan. Suatu program dinyatakan oleh Sulistiyani (2003: 178)
pelatihan yang efektif dan efisien yang tujuan dari evaluasi program pelatihan
diperoleh melalui pendidikan formal dan adalah untuk menguji dan menilai
nonformal yang dimiliki karyawan akan apakah progam pelatihan yang telah
turut meningkatkan kemampuan dan dijalani, secara efektif mampu mencapai
penguasaan terhadap pekerjaannya tujuan yang telah ditetapkan organisasi.
yang pada akhirnya berdampak pada Meningkatnya volume penjualan
produktivitas kerja yang baik. Pelatihan merupakan salah satu aspek penting
diberikan dalam upaya meningkatkan dalam perusahaan, untuk itu
kemampuan para karyawan dalam perusahaan terus berupaya
menghadapi tuntutan atau perubahan memperbaiki kinerja karyawan degan
lingkungan sekitar. melakukan pelatihan sebagai upaya
Pemberian pelatihan kepada meningkatkan produktivitas kerja.
para karyawan bertujuan Berdasarkan wawancara awal ternyata
memberdayakan karyawan agar mampu evaluasi pelatihan pada UD Wahyu
berpartisipasi aktif pada proses Artha tidak terintegrasi secara
perubahan lingkungan. Melalui pelatihan keseluruhan padahal hal ini sangat perlu
para karyawan akan mampu melakukan dilakukan agar dapat
menilai sejauh mana efektivitas (handicraft) yang terletak di Desa
dan efisiensi dari program pelatihan Pekraman Menyali, Kecamatan Sawan,
yang telah dilakukan. Salah satu klaster Kabupaten Buleleng. Banyak diantara
industri yang ada di Kabupaten Buleleng penduduknya memulai
adalah klaster industri kerajinan tangan
hidup mandiri, contohnya dengan membangun industri kecil
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
seperti industri kerajianan tangan dari sering dievaluasi adalah hasil dan
aluminium, seng dan tembaga. Pada pembelajaran. Hal ini mengidentifikasi
awalnya pengarajin di Desa Menyali bahwa evaluasi dari program pelatihan
hanya membuat kerajinan tangan masih dianggap remeh atau tidak begitu
dengan jenis produk yang terbatas penting untuk dilaksanakan sehingga
untuk fasilitas upakara umat Hindu di evaluasi dari pelaksanaan pelatihan
Bali, adapun produk tersebut antara lain: lebih memprioritaskan pada aspek hasil
bokor, dulang, sangku, pabuan, dan dan pembelajaran dibandingkan dengan
saab. Seiring perkembangan zaman aspek lainnya. Padahal idealnya
akhirnya jenis produk kerajinan tangan evaluasi pelatihan harus mencakup
lebih banyak menggunakan bahan empat tahapan penilaian, hal ini juga
dasar aluminium karena harganya yang diperkuat oleh teori yang dinyatakan
lebih murah dan proses pembutannya Tulus (1995:113) bahwa evaluasi
lebih mudah. Produk kerajianan tangan pelatihan meliputi empat tahapan yaitu:
dari aluminium kini telah dapat dinikmati (1) Reaksi, (2) Proses Belajar, (3)
atau dimanfaatkan oleh umum seperti Perilaku, dan (4) Hasil. Sehingga
pas foto, cermin, pernak-pernik natal, berdasarkan permasalahan tersebut
hiasan lampu gantung, pas bunga, perlu diadakan penilaian/menskor
hiasan dingding, tempat tisu, dan tempat kembali seberapa baik sasaran
file. Salah satu pengerajin usaha ini pelaksanaan pelatihan pembuatan
adalah I Gede Ardana sekaligus pemilik kerajinan tangan pada UD Wahyu Artha.
UD Wahyu Artha. Kerajinan tangan Oleh karena itu dibutuhkan suatu proses
(Handicraft) sudah ditekuninya sejak evaluasi pelaksanaan pelatihan yang
tahun 70-an. Sedangkan UD Wahyu akan menilai atau menskor setiap
Artha didirikan pada tahun 2004. komponen dalam evaluasi pelatihan.
Meningkatnya volume penjualan Pelatihan ketiga dalam pembuatan
merupakan salah satu aspek penting kerajinan tangan berlangsung dari
dalam perusahaan, untuk itu tanggal 13 Oktober sampai dengan 16
perusahaan terus berupaya Oktober 2015.
memperbaiki kinerja karyawan degan Penelitian ini bertujuan untuk
melakukan pelatihan sebagai upaya memperoleh temuan deskriptif
meningkatkan produktivitas kerja. mengenai evaluasi pelakasanaan
Berdasarkan wawancara awal ternyata pelatihan pembutan kerajinan tangan
evaluasi pelatihan pada UD Wahyu (handicraft) pada UD Wahyu Artha di
Artha tidak terintegrasi secara Desa Menyali yang meliputi 4 aspek
keseluruhan padahal hal ini sangat perlu penilaian (1) reaksi peserta pelatihan,
dilakukan agar dapat menilai sejauh (2) pembelajaran peserta pelatihan, (3)
mana efektivitas dan efisiensi dari perubahan sikap dan ketrampilan
program pelatihan yang telah dilakukan. peserta pelatihan dan (4) hasil kinerja
Data hasil wawancara awal peserta pelatihan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa evaluasi program mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat
pelatihan tidak terintegrasi secara teoritis dan manfaat praktis. Manfaat
lengkap dari empat tahapan evaluasi teoritis hasil penelitian ini diharapkan
pelatihan yang dilaksanakan meliputi: dapat memberikan sumbangan dalam
(1) Reaksi peserta pelatihan, (2) pengembangan ilmu ekonomi
Pembelajaran, (3) Perilaku peserta manajemen di bidang Manajemen
pelatihan, dan (4) Hasil peserta Sumber Daya Manusia khususnya pada
pelatihan. Dari keempat tahapan pelatihan dan pengembangan.
tersebut tahapan ketiga hampir jarang Secara praktis hasil penelitian ini
dievaluasi, sedangkan aspek yang diharapkan memberikan sumbangan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
METODE
Penelitian ini menggunakan desain merupakan outcome yang dicapai
deskriptif, penelitian dilakukan untuk karyawan dalam memproduksi kerajinan
memberikan gambaran yang lebih detail tangan, yang dilihat melalui praktik
mengenai suatu gejala atau fenomena. setelah pelatihan. Jenis dan sumber
Menurut Arikunto (2009: 234) bahwa data yang diperoleh dalam penelitian ini
penelitian deskriptif dimaksudkan untuk adalah data primer yang bersumber dari
menggambarkan apa adanya tentang tangan pertama (first hand data).
suatu gejala atau keadaan di lapangan. Adapun data primer dalam penelitian ini
Populasi dalam penelitian ini adalah yaitu wawancara tidak terstruktur, dan
seluruh karyawan pada UD Wahyu hasil kuisioner terhadap evaluasi
Artha yang mengikuti pelatihan pelaksanaan pelatihan pembuatan
pembuatan kerajianan tangan sebanyak kerajinan tangan.
18 orang yang diselengarakan pada Teknik pengumpulan data
tanggal 13 Oktober sampai dengan 16 merupakan langkah yang paling
Oktober 2015. strategis dalam penelitian, karena tujuan
Ukuran populasi yang kecil ini utama dari penelitian adalah
menyebabkan tidak dilakukannya mendapatkan data. Tanpa mengetahui
pengambilan sampel, karena seluruh teknik pengumpulan data, maka peneliti
anggota populasi menjadi unit analisis. tidak akan mendapatkan data yang
Subjek penelitian ini adalah UD Wahyu memenuhi standar data yang
Artha, sedangkan objek dari penelitian ditetapkan. Teknik pengumpulan data
ini ada dua yaitu objek material dan yang digunakan dalam penelitian ini
objek formal. Objek material dalam antara lain: (a) observasi merupakan
penelitian ini adalah peserta pelatihan suatu cara pengumpulan data dengan
pembuatan kerajinan tangan pada UD pengamatan langsung dan pencatatan
Wahyu Artha, sedangkan objek secara sistematis terhadap objek yang
formalnya adalah proses pelatihan akan diteliti, metode ini bertujuan untuk
pembuatan kerajinan tangan. mengamati kebenaran di lapangan,
Variabel dalam penelitian ini dalam hal ini yaitu evaluasi pelaksanaan
adalah evaluasi pelaksanaan pelatihan pelatihan pembuatan kerajinan tangan
pembuatan kerajinan tangan dengan pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali,
indikator yang dapat didefinisikan (b) wawancara Dalam pelaksanaanya
sebagai berikut: (1) reaksi merupakan penulis berinteraksi langsung kepada
respon peserta terhadap materi pemilik dan karyawan UD Wahyu Artha.
pelatihan, jenis dan metode pelatihan Jenis wawancara yang digunakan
yang dipergunakan, instruktur pelatihan, adalah wawancara tidak terstruktur
dan fasilitas pelatihan, (2) pembelajaran yakni penulis mengajukan secara bebas
merupakan pengetahuan, keahlian, sesuai dengan informasi yang
sikap yang diperoleh sebagai hasil dari diperlukan kemudian hasil dari jawaban
pelatihan, (3) perilaku merupakan narasumber dikembangkan lebih lanjut
perubahan sikap dan keterampilan yang untuk mendapatkan informasi lebih
terjadi pada peserta akibat dari lengkap. Dalam penelitian ini
pelatihan yang diikuti, dan (4) hasil wawancara dipergunakan untuk
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
Komponen Evaluasi
No Skor Katagori Total Nilai Katagori
Pelatihan
1 Reaksi Peserta Pelatihan 28 Reaktif 4 Baik
Pembelajaran Peserta Sangat
20 5 Sangat Baik
2 Pelatihan Baik
Sangat
18 5 Sangat Baik
3 Perilaku Peserta Pelatihan Baik
Sangat
19 5 Sangat Baik
4 Hasil Peserta Pelatihan Baik
Sangat
Sangat Baik
Total 85 Baik 19
Sangat
5 Sangat Baik
Rata-rata 21 Baik
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan hasil selisih dari pre test
mengenai reaksi karyawan memberikan dan post test. Secara keseluruhan
implikasi bahwa reaksi peserta pelatihan peningkatan pengetahuan dari peserta
terhadap materi, instruktur, metode dan pelatihan terhadap materi yang
fasilitas pelatihan sudah berada pada diberikan selama proses pembelajaran
katagori reaktif hal ini dapat dilihat berlangsung berada pada kategori
melalui kriteria penilaian berdasarkan sangat baik. Hasil penelitian ini
perorangan dan per materi dimana didukung dari teori yang dinyatakan
peserta berantusias dengan materi, Eko (dalam Kirkpatrick’s Training
instruktur, metode dan fasilitas yang Evaluation Model, 2005: 4) program
disediakan. Hasil Penelitian ini didukung pelatihan dikatakan berhasil ketika
dari teori yang dinyatakan Eko 2005: 4, aspek tersebut mengalami perbaikan
dalam Kirkpatrick’s Training Evaluation dengan membandingkan hasil
Model) mengukur reaksi bisa dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah
dengan menggunakan reaction sheet pelatihan. Hasil penelitian ini juga sesuai
yang berbentuk kuesioner. Evaluasi dengan kajian empirik yang dilakukan
terhadap reaksi ini sebenarnya oleh Revoldi (2009) dengan judul
dimaksudkan untuk mendapatkan penelitian “Evaluasi Pendidikan dan
respon dari peserta terhadap materi, Pelatihan (Studi Madya Pusdiklatwas
metode, instruktur dan fasilitas dari BPKP)” adapun hasil penelitian ini
penyelenggaraan pelatihan. Kajian adalah evaluasi dari dimensi
empirik yang turut mendukung temuan pembelajaran peserta ternyata
hasil penelitian ini dilakukan oleh Jeane mendapatkan kemajuan yang luar biasa
Marie Tulung (2014) dengan judul berkaitan dengan kompetensi yang
penelitian “Evaluasi Program Pendidikan disampaikan dalam program diklat.
dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Pada dimensi perilaku peserta
di Balai Diklat Keagamaan Manado” pelatihan diskor melaui observasi atau
menyatakan pada dimensi reaksi pengamatan langsung di lapangan dari
diperoleh instansi penyelenggara sudut pandang bukan berdasarkan
Diklatpim IV, dalam hal ini Balai Diklat posisi atau status sosial kerja dengan
Keagamaan Manado adalah instansi katagori sangat baik yang mengacu
yang layak untuk menyelenggarakan pada penilaian baik per orangan dan per
Diklatpim IV bagi PNS pemangku materi. Hasil penelitian ini didukung dari
jabatan eselon IV. teori yang dinyatakan oleh Eko (dalam
Pada dimensi pembelajaran Kirkpatrick’s training evaluation model,
dilakukan berdasarkan perbandingan 2005: 4) evaluasi pada dimensi perilaku
pemahaman peserta pelatihan terhadap dapat dilakukan melalui observasi
materi pelatihan pembuatan kerajinan langsung kedalam lingkungan kerja
tangan sebelum mengikuti pelatihan dan peserta atau kuesioner. Dari sini
setelah mengikuti pelatihan. Pada diharapkan dapatmengetahui perubahan
tahapan ini dapat diukur dengan perilaku kerja peserta sebelum dan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian tangan yang berbahan dasar
dan pembahasan yang telah dilakukan, aluminium tinggi.
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai Perubahan sikap dan keterampilan
berikut. peserta pelatihan pembuatan kerajinan
Reaksi peserta terhadap pelatihan tangan pada UD Wahyu Artha di Desa
pembuatan kerajinan tangan pada UD Menyali dilihat dari aspek kemandirian,
Wahyu Artha di Desa Menyali yang kejujuran, kedisiplinan dan tanggung
mengacu pada dua kriteria penilaian jawab peserta pelatihan berada pada
yaitu: (1) penilaian berdasarkan kategori sangat baik dengan mengacu
perorangan yang mengikuti pelatihan, pada dua kriteria penilaian: (1)
dan (2) penilaian berdasarkan penilaian berdasarkan perorang yang
permateri. Secara keseluruhan reaksi mengikuti pelatihan, dan (2) penilaian
peserta terhadap materi, instruktur, berdasarkan permateri.
metode dan fasilitas pelatihan berada Hasil pelaksanaan pelatihan
pada kategori reaktif, ini menunjukkan pembuatan kerajinan tangan
peserta pelatihan memiliki reaksi yang memberikan dampak positif terhadap
reaktif. peningkatan hasil kinerja karyawan
Pembelajaran peserta terhadap dalam proses pembuatan kerajinan
pelatihan pembuatan kerajinan tangan tangan berada pada kategori sangat
pada UD Wahyu Artha di Desa Menyali tinggi.
berada pada kategori sangat tinggi. Hal Berdasarkan hal tersebut dapat
ini berkaitan erat dengan peningkatan disimpulkan secara keseluruhan
pengetahuan peserta terhadap pola penilaian dari evaluasi pelaksanaan
dan motif baru terhadap kerajinan pelatihan pada karyawan UD Wahyu
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
DAFTAR RUJUKAN