Disusun oleh:
Kristiani Desimina Tauho
SN182055
1
B. Teori yang Menjelaskan Halusinasi
1. Teori Biokimia
Terjadi sebagai respon metabolisme terhadap stres yang
mengakibatkan terlepasnya zat halusinogenik neurotik (buffofenon
dan dimethytransaferase).
2. Teori Psikoanalisis
Merupakan respon pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari
luar yang mengancam dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar.
2
Halusinasi - Adanya gerakan cuping - Mencium bau dari bau-bauan
penghidung hidung karena mencium tertentu, seperti bau mayat,
sesuatu atau mengarahkan masakan, feses, bayi, atau
hidung pada tempat parfum
tertentu - Klien sering mengatakan
bahwa ia mencium suatu bau
- Halusinasi penciuman sering
menyertai klien demensia,
kejang, atau penyakit
serebrovaskuler
Halusinasi - Menggaruk-garuk - Klien mengatakan ada sesuatu
perabaan permukaan kulit yang menggerayangi tubuh,
- Klien terlihat menatap seperti tangan, serangga, atau
tubuhnya dan terlihat makhluk halus
merasakan sesuatu yang - Merasakan sesuatu di
aneh seputar tubuhnya permukaan kulit, seperti rasa
yang sangat panas dan dingin,
atau rasa tersengat aliran listrik
D. RENTANG RESPON
F. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
4
stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi
terjadinya gangguan halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologik yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan
perilaku individu.
d. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor. Pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu :
- Withdrawal : Menarik diri dan klien sudah asyik dengan
pengalaman internalnya.
- Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang
membingungkan (alam mengalihkan respon kepada sesuatu atau
seseorang).
- Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari-hari untuk memproses
masalah dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi
cemas.
Pada klien dengan halusinasi, biasanya menggunakan pertahanan diri
dengan menggunakan pertahanan diri dengan cara proyeksi yaitu untuk
mengurangi perasaan cemasnya, klien menyalahkan orang lain dengan
tujuan menutupi kekurangan yang ada pada dirinya.
5
G. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa rasa curiga, takut, tidak
aman, gelisah dan bingung, berperilaku yang merusak diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Rawlins dan Heacock (2000)
mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat
keberadaan individu sebagai makhluk yang dibangun atas unsur-unsur bio-
psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu:
1. Dimensi fisik
Manusia dibangun oleh sistem indra untuk menanggapi ransangan
eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat
ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti: kelelahan yang luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan tidur dalam waktu lama.
2. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan karena masalah yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi dari halusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan, sehingga klien tidak
sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga berbuat sesuatu
terhadap ketakutannya.
3. Dimensi intelektual
Individu yang mengalami halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari
ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, tetapi pada saat
tertentu menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol semua perilaku
klien.
4. Dimensi sosial
Dimensi sosial menunjukkan individu cenderung untuk mandiri.
Individu asik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat
untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri, dan
6
harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi
dijadikan sistem kontrol, sehingga jika perintah halusinasi berupa
ancaman, maka hal tersebut dapat mengancam dirinya atau orang lain.
Dengan demikian intervensi keperawatan pada klien yang mengalami
halusianasi adalah dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan penngalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan agar klien tidak menyendiri.
5. Dimensi spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi
dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Klien
yang mengalami halusiansi cenderung menyendiri dan cenderung
tidak sadar dengan keberadaanya serta halusinasi menjadi sistem
kontrol dalam individu tersebut.
H. Sumber Koping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu
dapat mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping
dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk
menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan
stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
I. Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri.
J. Tahapan Halusinasi
1. Tahap I ( non-psikotik )
7
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada
klien, tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi
merupakan hal yang menyenangkan bagi klien. Karakteristik :
a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan
b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan
kecemasan
c. Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam control
kesadaran
Perilaku yang muncul :
a. Tersenyum atau tertawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara
c. Pergerakan mata yang cepat
d. Respon verbal lambat, diam, dan berkonsentrasi
2. Tahap II ( non-psikotik )
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami
tingkat kecemasan yang berat. Secara umum, halusinasi yang ada
dapat menyebabkan antipasti.
Karakteristik :
a. Pengalaman sensori menakutkan atau merasakan dilecehkan oleh
pengalaman tersebut
b. Mulai merasa kehilangan kontrol
c. Menarik diri dari orang lain
Perilaku yang muncul :
a. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan
darah.
b. Perhatian terhadap lingkungan menurun
c. Konsentrasi terhadap pengalaman sensori menurun
d. Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi
dan realita.
8
3. Tahap III ( psikotik )
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat
kecemasan berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi. Karakteristik:
a. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
b. Isi halusinasi menjadi atraktif
c. Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir
Perilaku yang muncul:
a. Klien menuruti perintah halusinasi
b. Sulit berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
d. Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata
e. Klien tampak tremor dan berkeringat
4. Tahap IV ( psikotik )
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat
pani. Perilaku yang muncul:
a. Resiko tinggi menciderai
b. Agitasi atau kataton
c. Tidak mampu merespon rangsangan yang ada
Timbulnya perubahan persepsi sensori halusinasi biasanya diawali
dengan seseorang yang menarik diri dari lingkungan karena orang
tersebut menilai dirinya rendah. Bila klien mengalami halusinasi dengar
dan lihat atau salah satunya yang menyuruh pada kejelekan maka akan
berisiko terhadap perilaku,
9
obatan anti-psikosis. Adapun kelompok obat- obatan umum yang
digunakan adalah sebagai berikut:
DOSIS
KELAS KIMIA NAMA GENERIK
HARIAN
Asetofenazin (Tidal) 60-120 mg
Klorpromazin (Thorazine) 30-800 mg
Flufenazin (Prolixine, Permiti) 1-40 mg
Mesoridazin (Serentil) 30-400 mg
Perfenazin (Trilafon) 12-64 mg
Fenotiazin
Proklorperazin (Compazine) 15-150 mg
Promazin (Sparine) 40-1200 mg
Tiodazin (Mellaril) 150-800 mg
Trifluoperazin (Stelazine) 2-40 mg
Trifluopromazine (Vesprin) 60-150 mg
Kloprotiksen (Tarctan) 75-600 mg
Tioksanten
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzondiazepine Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg
10
L. POHON MASALAH
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan persepsi sensori
11
Setelah ... x SP 2
pertemuan, klien Evaluasi kegiatan yang lalu (SP
mampu: 1)
Menyebutkan Latih berbicara/bercakap dengan
kegiatan yang sudah orang lain saat halusinasi
dilakukan. muncul.
Memperagakan cara Masukkan dalam jadwal
bercakap-cakap kegiatan klien.
dengan orang lain.
Setelah ... x pertemuan SP 3
klien mampu: Evaluasi kegiatan yang lalu (SP
Menyebutkan 1 dan 2).
kegiatan yang sudah Latih kegiatan agar halusinasi
dilakukan. tidak muncul.
Membuat jadwal Tahapannya :
kegiatan sehari-hari Jelaskan pentingnya aktivitas
dan mampu yang teratur untuk mengatasi
memperagakannya. halusinasi.
Diskusikan aktivitas yang biasa
dilakukan oleh klien.
Latih klien melakukan aktivitas.
Susun jadwal aktivitas sehari-
hari sesuai dengan aktivitas yang
telah dilatih (dari bangun pagi
sampai tidur malam).
Pantau pelaksanaan jadwal
kegiatan, berikan penguatan
terhadap perilaku yang (+)
Setelah ... x SP 4
pertemuan, klien Evaluasi kegiatan yang lalu (SP
12
mampu: 1, 2, & 3).
Menyebutkan Tanyakan program pengobatan.
kegiatan yang sudah Jelaskan pentingnya penggunaan
dilakukan. obat pada gangguan jiwa.
Menyebutkan Jelaskan akibat bila tidak
manfaat dari digunakan sesuai program.
program Jelaskan akibat bila putus obat.
pengobatan. Jelaskan cara mendapatkan
obat/berobat.
Jelaskan pengobatan (prinsip 6
Benar)
Latih klien minum obat
Masukkan dalam jadwal harian
klien.
Keluarga mampu: Setelah ... x SP 1
Merawat klien di pertemuan, keluarga Identifikasi masalah keluarga
rumah dan menjadi mampu menjelaskan dalam merawat klien.
sistem pendukung tentang halusinasi Jelaskan tentang halusinasi
yang efektif untuk Pengertian halusinasi
klien. Jenis halusinasi yang
dialami klien
Tanda dan gejala halusinasi
Cara merawat klien
halusinasi
(caraberkomunikasi,
pemberian obat, dan
pemberian aktivitas kepada
klien).
Sumber-sumber pelayanan
kesehatan yang bisa
dijangkau.
13
Bermain peran cara
merawat.
RTL keluarga, jadwal
keluarga untuk merawat
klien.
Setelah ... x SP 2
pertemuan, keluarga Evaluasi kemampuan keluarga
mampu: (SP 1).
Menyelesaikan Latih keluarga merawat klien.
kegiatan yang sudah RTL keluarga, jadwal keluarga
dilakukan. untuk merawat klien.
Memperagakan cara
merawat klien
Setelah ... x pertemuan SP 3
keluarga mampu: Evaluasi kemampuan keluarga
Menyebutkan (SP 2).
kegiatan yang sudah Latih keluarga merawat klien.
dilakukan. RTL keluarga/jadwal keluarga
Memperagakan cara untuk merawat klien.
merawat klien serta
mampu membuat
RTL.
Setelah ... x pertemuan SP 4
keluarga mampu: Evaluasi kemampuan keluarga.
Menyebutkan Evaluasi kemampuan klien.
kegiatan yang sudah RTL keluarga
dilakukan. Follow up
Melaksanakan Rujukan
follow-up rujukan
14
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 1
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
- Klien tampak gelisah dan berbicara sendiri.
- Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan gaib.
2. Diagnosa keperawatan:
Gangguan persepsi sensori.
3. Tujuan khusus:
- Klien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya
- Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik
4. Tindakan keperawatan:
- Identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon.
- Jelaskan cara mengontrol halusinasi: menghardik, obat, bercakap-
cakap, melakukan kegiatan.
- Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik.
- Masukkan dalam jadwal kegiatan klien untuk latihan menghardik.
15
“Selamat pagi, Ibu! Perkenalkan nama saya ...... biasa dipanggil ....,, saya
mahasiswi dari ..........., yang akan merawat Ibu hari ini. Oh iya, nama Ibu
siapa? Biasanya di panggil apa?”
2. Evaluasi/ Validasi:
- Menanyakan perasaan klien saat ini.
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa yang dirasakan Ibu saat ini?”
16
“Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan
suara itu?”
“Apakah Ibu terus mendengar suara itu atau sewaktu-waktu? Kapan Ibu
terakhir kali mendengar suara itu? Berapa kali sehari? Pada waktu Ibu
sedang apa ketika suara itu muncul? Apakah ketika Ibu sendirian?”
“Apa yang Ibu rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa yang Ibu
lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suaranya bisa
hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara itu
muncul?”
“Ada beberapa cara untuk mencegah suara-suara itu muncul yaitu dengan
menghardik, obat, bercakap-cakap, dan melakukan kegiatan. Tapi hari ini
kita belajar 1 cara dulu, yaitu dengan cara menghardik. Caranya adalah saat
suara-suara itu muncul Ibu langsung menutup telinga dan bilang di dalam
hati “Pergi, pergi…Saya tidak mau dengar. Jangan ganggu saya!!” Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi.”
“Coba sekarang Ibu lakukan!”
“Nah, begitu...bagus! coba lagi!”
“Nah bagus, Ibu sudah bisa!”
TERMINASI:
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan:
Subyektif:
Perawat menanyakan bagaimana perasaan klien setelah mengikuti
kegiatan.
“Bagaimana perasaan Ibu setelah latihan mengusir suara-suara gaib
yang Ibu dengar dengan cara menghardik tadi?”
Obyektif:
Perawat meminta klien untuk mengulangi cara mengontrol halusinasi
(menghardik).
“Coba Ibu ulangi lagi apa yang sudah kita pelajari hari ini?”
“Iya bagus, Bu”
17
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan):
- Perawat menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul.
- Perawat memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan
harian klien.
“Kalau suara-suara itu muncul lagi, silahkan Ibu coba cara tersebut.
Terus berlatih ya, Bu”
”Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya?”
18
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan Aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.
Keliat, B,A. 2008. Askep Pada Kliean Gangguan Orientasi Realitas. Jakarta.
Maramis, F, W. 2008. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press.
19