Anda di halaman 1dari 21

PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Penilaian Pembelajaran Sekolah Dasar

Dosen Pengampu :

Hieronimus Sujati, M.Pd. dan Firmansyah, M.Pd.

Disusun oleh :

1. Melati Sukma (18108241027)

2. Susilowati (18108241092)

3. Nabila Shafananda (18108241097)

4. Tri Ratna Ainun (18108241108)

PGSD-3C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020
A. Penilaian Psikomotor
1. Pengertian Penilaian Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya
lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Berkaitan dengan psikomotor,
menurut Singer (1972) bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah
mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–reaksi
fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian
seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu: gerakan refleks, gerakan dasar,
kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi nondiskursif.
Gerakan refleks adalah respons motorik atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi
lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan komplek yang
khusus. Kemampuan perseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motorik atau
gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan terampil.
Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar, seperti keterampilan dalam
olah raga. Komunikasi nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan gerakan.
Hasil belajar psikomotor dibagi menjadi tiga, yaitu: specific responding, motor
chaining, rule using. Pada tingkat specific responding peserta didik mampu merespons hal-
hal yang sifatnya fisik, (yang dapat didengar, dilihat,atau diraba), atau melakukan
keterampilan yang sifatnya tunggal, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis
meja. Pada motor chaining peserta didik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua
keterampilan dasar menjadi satu keterampilan gabungan, misalnya memukul bola,
menggergaji, menggunakan jangka sorong, dll. Pada tingkat rule using peserta didik sudah
dapat menggunakan pengalamannya untuk melakukan keterampilan yang komplek,
misalnya bagaimana memukul bola secara tepat agar dengan tenaga yang sama hasilnya
lebih baik.
Dave (1967) dalam penjelasannya mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor
dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu: imitasi, manipulasi, presisi,artikulasi, dan
naturalisasi. Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatankegiatan sederhana dan sama
persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Contohnya, seorang peserta didik
dapat memukul bola dengan tepat karena pernah melihat atau memperhatikan hal yang
sama sebelumnya. Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang
belum pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai
contoh,seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat hanya berdasarkan pada
petunjuk guru atau teori yang dibacanya. Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan
melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja
yang tepat. Contoh, peserta didik dapat mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai dengan
target yang diinginkan. Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan
kegiatan yang komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh.
Sebagai contoh, peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat
sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini, peserta didik sudah
dapat melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan arah dan kecepatan tepat serta
memukul bola dengan arah yang tepat pula. Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah
kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja
sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh tanpa berpikir panjang peserta didik dapat
mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan
target yang diinginkan.
Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan
(1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui (1) pengamatan
langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik
berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes
kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan,keterampilan, dan sikap, (3) beberapa
waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara itu
Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1)
kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu
pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas,
(4)kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang
diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.
Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar
psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian
dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan
praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
2. Tahap Penilaian Psikomotor
Menurut Mardapi (2003), keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu:
1. Gerakan refleks,
Gerakan refleks adalah respons motoric atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika
bayi lahir
2. Gerakan dasar,
Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan komplek yang
khusus.
3. Kemampuan perseptual,
Kemampuan perseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motorik atau
gerak.
4. Gerakan fisik,
Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan terampil.
5. Gerakan terampil,
Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar, seperti keterampilan
dalam olah raga.
6. Komunikasi nondiskursif.
Komunikasi nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasidengan menggunakan
gerakan.
Dave (1967) dalam penjelasannya mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor dapat
dibedakan menjadi lima tahap, yaitu:
1. Mitasi,
Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatankegiatan sederhana dan sama persis
dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Contohnya, seorang peserta didik
dapat memukul bola dengan tepat karena pernah melihat atau memperhatikan hal
yang sama sebelumnya.
2. Manipulasi,
Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah
dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai contoh, seorang
peserta didik dapat memukul bola dengan tepat hanya berdasarkan pada petunjuk
guru atau teori yang dibacanya.
3. Presisi,
Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang
akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Contoh, peserta didik
dapat mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai dengan target yang diinginkan.
4. Artikulasi,
Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang
komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Sebagai
contoh, peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat
sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini, peserta didik
sudah dapat melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan arah dan kecepatan
tepat serta memukul bola dengan arah yang tepat pula.
5. Naturalisasi.
Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara
reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi.
Sebagai contoh tanpa berpikir panjang peserta didik dapat mengejar bola kemudian
memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan.
3. Aspek-Aspek Penilaian Psikomotor
Leighbody dan Kidd menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar psikomotor
meliputi : 1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja; 2) kemampuan
menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan; 3) kecepatan
mengerjakan tugas; 4) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau kriteria
yang telah ditentukan. Dalam hal ini Ryan (1980) dengan penekanan kepada kapan
penilaian dilaksanakan, menjelaskan bahwa hasil belajar psikomotor dapat diukur
melalui 1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik, 2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan cara
memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan
silap, 3) memberikan penilaian kepada peserta didik beberapa waktu berselang setelah
pembelajaran usai.
Untuk melaksanakan pengukuran hasil belajar psikomotor, ada dua hal yang
perlu dilakukan, yaitu membuat soal dan membuat perangkat instrument untuk
mengamati kinerja peserta didik. Soal untuk hasil belajar psikomotor dapat berupa
lembar kerja, lembar tugas, perintah kerja, dan lembar eksperimen. Instrument untuk
mengamati kinerja peserta didik dapat berupa lembar observasi atau portofolio. Lembar
observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengamati keberadaan suatu benda
atau kemunculan aspek-aspek keterampilan yang diamati. Lembar observasi dapat
berupa daftar cek atau skala penilaian.
4. Kriteria (Rubrik) Penilaian Psikomotor
Kriteria atau rubrik adalah pedoman kinerja atau hasil kerja peserta didik.
Dengan adanya kriteria, penilaian subjektif atau tidak adil dapat dihindari atau paling
tidak dikurangi, guru menjadi lebih mudah menilai presentasi yang dapat dicapai
peserta didik, dan peserta didik pun akan terdorong untuk mencapai prestasi sebaik-
baiknya karena kriteria panilaiannya jelas.
Rubrik terdiri atas dua hal yang saling berhubungan. Hal pertama adalah skor
dan hal lainnya adalah kriteria yang harus dipenuhi untuk mencapai skor itu. Banyak
sedikitnya gradasi skor (missal 5, 4, 3, 2, 1) tergantung pada jenis skala penilaian yang
digunakan dan hakikat kinerja yang akan dinilai. Contoh rubrik dan penggunaanya
pada lembar skala penilaian sebagai berikut.

Berilah centang ( ) dibawah skor 5 bila Anda anggap cara melakukan aspek
keterampilan sangat tepat, skor 4 bila tepat, 3 bila agak tepat, 2 bila tidak tepat, dan
skor 1 bila sangat tidak tepat untuk setiap aspek keterampilan di bawah ini!

Nomor Aspek keterampilan Skor


Butir 5 4 3 2 1
Starting Position
01 Waktu jongkok lutut kaki belakang ada di depan
ujung kaki lainnya.
02 Kedua tangan di tanah, siku, empat jari agak
rapat mengarah ke samping luar.
03 Waktu jongkok posisi punggung segaris dengan
kepala.
04 Pandangan kira-kira 1 meter di depan garis start.
05 Waktu aba-aba siap, posisi tungkai depan  90
dan tungkai belakang 100-120
Starting Action
06
07
08
09
10

Tampak dalam skala penilaian diatas bahwa penilaian di atas harus bekerja keras
untuk menilai apakah aspek keterampilan yang muncul itu sangat tepat sehingga harus
di beri skor 5, atau agak tepat sehingga skornya 3. Oleh karena itu, dalam menggunakan
skala penilaian ini harus dilakukan secermat mungkin agar skor yang didapat
menunjukkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Sedikit berbeda dengan skala penilaian, skor yang ada di lembar daftar periksa
observasi tidak banyak bervariasi, biasanya hanya dua pilihan, yaitu ada atau “ya”
dengan skor 1 dan “tidak” dengan skor 0. Kriteria (rubrik) dan penggunaanya pada
datar periksa observasi dapat dilihat pada contoh berikut.

Berilah centang ( ) dibawah ini kata “ya” bila aspek keterampilan yang
dinyatakan iti muncul dan benar, dan berilah centang di bawah kata “tidak” bila
aspek keterampilan itu muncul tetapi tidak benar atau aspek itu tidak muncul
tetapi tidak benar atau asperk itu tidak muncul sama sekali. Kata “ya” diberi skor
1, dan kata “tidak” diberi skor 0.
Nomor Aspek keterampilan Skor
Butir Ya Tidak
Starting Position
01 Waktu jongkok lutut kaki belakang ada di depan
ujung kaki lainnya.
02 Kedua tangan di tanah, siku, empat jari agak
rapat mengarah ke samping luar.
03 Waktu jongkok posisi punggung segaris dengan
kepala.
04 Pandangan kira-kira 1 meter di depan garis start.
05 Waktu aba-aba siap, posisi tungkai depan  90
dan tungkai belakang 100-120
Starting Action
06
07

B. Penilaian Kinerja
1. Pengertian Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja (Performance assessment) secara sederhana dapat dinyatakan
sebagai penilaian terhadap kemampuan dan sikap siswa yang ditunjukkan melalui suatu
perbuatan. Menurut para ahli penilaian kinerja merupakan penilaian terhadap perolehan,
penerapan pengetahuan dan keterampilan yang menunjukkan kemampuan siswa dalam
proses maupun produk. Penilaian tersebut mengacu pada standar tertentu.
Terdapat istilah lainnya yang berkaitan dengan penilaian kinerja yaitu penilaian
alternatif (alternative assessment) dan penilaian otentik (authentic assessment). Beberapa
ahli (Bookhart, 2001) menyatakan bahwa istilah penilaian otentik kadang-kadang
digunakan untuk menjelaskan penilaian kinerja karena tugas-tugas asesmennya yang lebih
dekat dengan kehidupan nyata. Istilah penilaian alternatif digunakan untuk penilaian
kinerja karena merupakan alternatif untuk penilaian tradisional-paper and pencil test (tes
tertulis obyektif).
Standar diperlukan dalam penilaian kinerja untuk mengidentifikasi secara jelas
apa yang seharusnya siswa ketahui dan apa yang seharusnya siswa dapat lakukan.
Standar tersebut dikenal dengan istilah rubrik. Rubrik dapat dinyatakan sebagai
panduan pemberian skor yang menunjukkan sejumlah kriteria performance pada proses
atau hasil yang diharapkan. Rubrik terdiri atas gradasi mutu kinerja siswa mulai dari
kinerja yang paling buruk hingga kinerja yang paling baik disertai dengan skor untuk
setiap gradasi mutu tersebut. Dengan mengacu pada rubrik inilah guru memberikan
nilai terhadap kinerja siswa.

Selain dari rubrik, penilaian kinerja terdiri atas komponen lainnya yaitu task
(tugas-tugas). Task merupakan perangkat tugas yang menuntut siswa untuk
menunjukkan suatu performance (kinerja) tertentu.
2. Keistimewaan dan Keterbatasan
Penilaian kinerja dapat menilai pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa.
Penilaian kinerja memungkinkan siswa menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan.
Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa terdapat perbedaan antara
“mengetahui bagaimana melakukan sesuatu” dengan “mampu secara nyata melakukan
hal tersebut”. Seorang siswa yang mengetahui cara menggunakan mikroskop, belum
tentu dapat mengoperasikan mikroskop tersebut dengan baik. Tujuan sekolah pada
hakekatnya adalah membekali siswa dengan kemampuan nyata (the real world
situation). Dengan demikian penilaian kinerja sangat penting artinya untuk memantau
ketercapaian tujuan tersebut.
Penilaian kinerja dapat menilai proses dan produk pembelajaran. Pada
pembelajaran biologi, penilaian kinerja lebih menekankan proses apabila dibandingkan
dengan hasil. Penilaian proses secara langsung tentu lebih baik karena dapat memantau
kemampuan siswa secara otentik. Namun seringkali penilaian proses secara langsung
tersebut tidak dimungkinkan karena pengerjaan tugas siswa memerlukan waktu lama
sehingga siswa harus mengerjakannya di luar jam pelajaran sekolah. Untuk mengatasi
hal tersebut, penilaian terhadap proses dan usaha siswa dapat dilakukan terhadap
produk. Misalnya untuk menilai kemampuan siswa membuat herbarium, maka guru
biologi dapat melihat hasil
/produk herbarium siswa. Melalui produk tersebut dapat dilihat kemampuan siswa
dalam melakukan tahapan pembuatan herbarium dan usahanya. Usaha dan kemajuan
belajar mendapatkan penghargaan dalam penilaian kinerja. Hal tersebut menyebabkan
penilaian kinerja memiliki keunggulan untuk pembelajaran biologi bila dibandingkan
dengan tes tradisional yang berorientasi pada pencapaian hasil belajar.
Penilaian kinerja memiliki kekuatan apabila dibandingkan dengan penilaian
tradisional. Kekuatan tersebut dapat dirangkum sebagai berikut: 1) siswa dapat
mendemonstrasikan suatu proses; 2) proses yang didemonstrasikan dapat diobservasi
langsung; 3) menyediakan evaluasi lebih lengkap dan alamiah untuk beberapa macam
penalaran, kemampuan lisan, dan keterampilan- keterampilan fisik; 4) adanya
kesepakatan antara guru dan siswa tentang kriteria penilaian dan tugas-tugas yang akan
dikerjakan; 5) menilai hasil pembelajaran dan keterampilan-keterampilan yang
kompleks; 7) memberi motivasi yang besar bagi siswa; serta 8) mendorong aplikasi
pembelajaran pada situasi kehidupan yang nyata.
Selain memiliki kekuatan, penilaian kinerja memiliki juga beberapa keterbatasan
yaitu; 1) sangat menuntut waktu dan usaha; 2) pertimbangan (judgement) dan
penskoran sifatnya lebih subyektif; 3) lebih membebani guru; dan 4) mempunyai
reliabilitas yang cenderung rendah. Meskipun penilaian kinerja memiliki keterbatasan,
penilaian kinerja tetap perlu dilaksanakan pada pembelajaran biologi untuk mengatasi
kelemahan dari tes dalam menilai siswa.

3. Penyusunan Perangkat Penilaian


Perangkat penilaian kinerja sebaiknya dikembangkan melalui uji coba dalam
pembelajaran. Guru biologi dapat menguji dan mengembangkan task (tugas) dan rubric
penilaian kinerja agar cocok dengan kondisi di kelasnya serta sesuai dengan
kemampuan siswa. Ujicoba dapat dilakukan sambil guru mengajar di kelas. Hasil uji
coba tersebut dapat dijadikan sebagai dasar perbaikan perangkat penilaian kinerja agar
menjadi lebih feasible (dapat dikerjakan), lengkap dan aman dilakukan.
Beberapa pedoman untuk memeriksa kualitas perangkat penilaian kinerja dapat
dikemukakan sebagai berikut: 1) esensial dan valid (dihubungkan dengan standar dan
tujuan utama kurikulum); 2) otentik (problem dan proses mendekati atau sesuai dunia
nyata); 3) integratif (menuntut integrasi pengetahuan, konsep, sikap dan kebiasaan
berpikir); 4) pengukuran bersifat open ended (merangsang munculnya pertanyaan-
pertanyaan sepanjang pengerjaan tugas); 5) problem menarik bagi siswa dan
memerlukan ketekunan; 6) mendorong siswa menjadi pemikir yang divergen dan
bijaksana; 7) feasible aktivitas aman bagi siswa dan dapat dikerjakan); 8) penilaian
mengikuti keragaman gaya belajar siswa; 9) penggunaan kelompok kerja dapat
merangsang proses berpikir individual; 10) akuntabilitas individual (meskipun
digunakan kelompok kerja, kinerja individual harus mudah diobservasi); 11) terdapat
sejumlah definisi (bila diperlukan) dan petunjuk yang jelas; 12) pengalaman siswa
menjadi umpan balik untuk siklus perbaikan; 13) siswa memiliki beberapa format
pilihan/ cara untuk mempresentasikan produk akhir; 14) kriteria kualitas jelas bagi
siswa sejak awal kegiatan; 15) panduan penskoran harus mudah digunakan.
Metode-metode yang dapat digunakan untuk penilaian kinerja antara lain:
1) observasi; 2) interviu; 3) portofolio; 4) penilaian essay; 5) ujian praktek (practical
examination); 6) paper; 7) penilaian proyek; 8) kuesioner; 9) daftar cek (checklist); 10)
penilaian oleh teman (peer rating); 11) penilaian diskusi; dan 13) penilaian jurnal kerja
ilmiah siswa.
Langkah-langkah utama yang perlu ditempuh ketika menyusun penilaian
kinerja yaitu: 1) menentukan indicator kinerja yang akan dicapai siswa; 2) memilih
fokus asesmen (menilai proses/prosedur, produk, atau keduanya); 3) memilih tingkatan
realisme yang sesuai (menentukan seberapa besar tingkat keterkaitannya dengan
kehidupan nyata); 4) memilih metode observasi, pencatatan dan penskoran; 5)
mengujicoba task dan rubrik pada pembelajaran; serta 6) memperbaiki task dan rubrik
berdasarkan hasil ujicoba untuk digunakan pada pembelajaran berikutnya.
Berikut ini akan disajikan contoh rubrik penilaian dan format penilaian kinerja
dalam bentuk daftar cek
Contoh 1 Rubrik untuk Pencapaian kompetensi
Kriteria pemberian skor

Dimensi yang dinilai: pencapaian kompetensi/tujuan pembelajaran biologi

Tingkat pencapaian (Skor)


Istimewa (4) : Tujuan/ kompetensi dapat dicapai sepenuhnya dan pertumbuhan
siswa sangat terarah kepada pencapaian tujuan.
Baik (3) : Sebagian besar tujuan/kompetensi dikuasai dengan baik
dan pertumbuhan siswa terarah pada pencapaian tujuan.
Cukup (2) : Hanya sebagian kecil saja kompetensi yang dapat dicapai siswa dan
pertumbuhan siswa kurang terarah pada pencapaian kompetensi
tersebut.
Kurang (1) : Tidak terdapat adanya tanda-tanda pencapaian tujuan/kompetensi
yang diharapkan
Untuk keperluan pengisian raport, skala penilaian 1,2,3,4 pada contoh 1 tersebut dapat
diubah ke dalam skala 5,6,7,8 dsb. Rubrik/kriteria pemberian skor di atas ditujukan
untuk memberi skor pencapaian kompetensi tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan
terhadap pekerjaan siswa.

Contoh 2. Rubrik untuk Penilaian Kemajuan Belajar

Kriteria pemberian
skor

Dimensi : Kemajuan dan perkembangan siswa pada pembelajaran biologi


Deskripsi : Siswa menunjukkan kemajuan dan perkembangan konsep
biologi dan
berbagai keterampilan. Kemajuan sesuai dengan tujuan
pembelajaran
Tingkat Deskrips
pencapaian i
Istimewa (4) Siswa menampilkan kinerja yang sangat baik,
konsisten dan terus berusaha meningkatkan kinerjanya.
Baik (3) Siswa menampilkan kinerja yang baik dan
menunjukkan peningkatan secara umum.
Cukup (2) Siswa menampilkan sedikit kinerja yang baik dan
menunjukkan beberapa ketidak-konsistenan.
Kurang (1) Kinerja siswa kurang baik dari waktu ke waktu atau kinerja
siswa benar-benar tidak konsisten
Sangat kurang (0) Tidak ada upaya untuk menampilkan kemajuan dan
pencapaian
tujuan

Seperti contoh sebelumnya, skala penilaian 0,1,2,3,4 pada contoh rubrik ini dapat
diubah ke dalam skala 5,6,7,8,9 atau diubah sesuai keperluan. Untuk keperluan
pengisian nilai raport, hasil penilaian pada contoh 1 dan contoh 2 dapat dirata-ratakan
sehingga diperoleh satu nilai.

Penilaian kinerja sering dilakukan dengan menggunakan daftar cek dan


skala penilaian.

a. Daftar Cek

Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya – tidak). Pada
penilaian kinerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai apabila
kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh guru. Jika

tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai
hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat
diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai (kemampuan) tengah.

b. Skala Penilaian

Penilaian kinerja menggunakan skala rentang memungkinkan guru untuk memberi


nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara
kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala rentang tersebut,
misalnya, sangat baik–baik–cukup–kurang. Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih
dari satu penilai agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih
akurat. Penilaian dengan skala penilaian yang baik pada dasarnya masih harus
dilengkapi dengan rubrik. Rubrik diperlukan untuk mendeskripsikan kinerja pada
setiap kategori: sangat baik–baik–cukup–kurang agar hasil penilaian konsisten dan
obyektif.
Contoh 3. Penilaian Kinerja dalam Bentuk daftar Cek
Nama Siswa : .........................
Kelas : .........................
Penilaian
No ASPEK/KINERJA YANG Ya Tidak Ket.
DIHARAPKAN
I. PERSIAPAN PRAKTIKUM
1. Membawa perlengkapan praktikum (alat/bahan
yang
ditugaskan)
2 Memakai jas lab dan berpenampilan rapi
II.SELAMA KEGIATAN PRAKTIKUM
A. Menggunakan alat dan bahan
3 Mengambil bahan dengan rapi, tidak
berceceran
4 Mengambil bahan praktikum sesuai kebutuhan
5 Mengoperasikan alat dengan benar
6 Menggunakan alat dan bahan sesuai prosedur
praktikum
B. Kemauan, Keterampilan Mengamati,
Menganalisis dan menyimpulkan Hasil
Praktikum
7 Memfokuskan perhatian pada kegiatan
praktikum/tidak mengerjakan hal-hal lain
yang tidak berhubungan
dengan prosedur praktikum
8 Memiliki minat/interes terhadap aktivitas
praktikum
9 Terlibat secara aktif dalam kegiatan praktikum
10 Mengamati hasil praktikum dengan cermat
11 Menafsirkan hasil pengamatan dengan benar
12 Menyajikan data secara sistematis dan
komunikatif
13 Menganalisis data secara induktif
14 Membuat kesimpulan yang sesuai dengan
hasil
praktikum
III. KEGIATAN AKHIR PRAKTIKUM
1 Membersihkan alat yang telah dipakai
2 Membersihkan meja praktikum dari sampah
dan bahan
yang telah dipakai
3 Mengembalikan alat ke tempatnya semula
dalam
keadaan kering
Contoh penggunaan skala penilaian dalam penilaian kinerja dapat
dilihat pada contoh 6 penilaian portofolio pada pembahasan selanjunya.

Contoh 4 Penilaian Kinerja dalam Bentuk daftar Cek

Hari/tanggal : ............................
Materi Pembelajaran : ............................

Aspek yang
Dinilai
Ide Argumentasi Bersikap Orisin
Na berhubun Pedapat Ide baik/ mengharga al (ide
ma gan erat Tepat/benar disampaikan mempertahanka i pendapat yang
Sis dengan (sesuai konsep jelas dan n pendapat orang lain disampai
wa topik biologi) sistematis dengan alasan
permasala kan baru)
han yang logis dan
ilmi
ah
Y Tid Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tida Ya Tida
a ak k k

4. Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan salah satu jenis model evaluasi yang menekankan pada
evaluasi secara otentik pada peserta didik. Penilaian portofolio menurut Phopam, (1999)
merupakan kumpulan pekerjaan seseorang. Jika ditinjau dari segi pendidikan portofolio
berarti kumpulan dari tugas-tugas peserta didik yang membentuk sejumlah kompetensi
dasar atau standar kompetensi.
Model asesmen dengan portofolio adalah model penilaian dengan cara peserta didik
membandingkan dengan kemampuan dirinya sendiri sebagai tolak ukur keberhasilan, oleh
karena itu pendidik harus sudah menyiapkan perencanaan tugas dalam satu semester.
Tujuan dari penilaian portofolio secara kognitif agar peserta didik terampil dalam
menyelesaikan masalah dalam bidang studi. Secara afektif peserta didik dapat menjadi
lebih percaya diri, dan secara motorik peserta didik lebih terampil dalam mengembangkan
psikomotornya. Beberapa cara portofolio yang dianggap sangat penting dalam proses
penilaian potofolio adalah 1). pengumpulan ( storing ), 2). pemilihan ( sorting ), 3).
penetapan ( dating ) dari suatu tugas ( task ).
Berdasarkan hasil penelitian Hidayat (2004) menyebutkan bahwa semakin tinggi
penggunaan penilaian portopolio maka semakin baik pula penguasaan materi bagi
mahasiswa. Kekuatan pengaruh dan konstribusi penilaian portofolio terhadap variasi
penguasaan materi sebesar 46,05%. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya pembelajaran
dan penilaian portofolio terhadap penguasaan materi.
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa dalam kaitannya dengan peningkatan
kualitas dan efesiensi pembelajaran, sistem penilaian portofolio terbukti dapat membantu
peningkatan penguasaan materi dan perolehan nilai rata-rata yang semakin tinggi. Dengan
pembelajaran menggunakan penilaian portofolio dapat memotivasi belajar dan
meningkatkan keterampilan hidup mahasiswa baik yang berkenaan dengan general skills
maupun spec ific skills .
Fungsi portofolio tidak hanya sebagai tempat untuk menyimpan hasil pekerjaan
siswa tetapi juga mempunyai fungsi yang lain, yaitu: a). Merupakan sumber informasi
bagai pendidik maupun peserta didik, b). Mengetahui perkembangan pengetahuan peserta
didik, c). Memberikan data yang telah dilakukan peserta didik sebagai bahan untuk
mengembangkan kemampuan pendidk dan peserta didik, d). Melihat perkembangan dan
tanggung jawab peserta didik dalam belajar, e). Melihat perluasan dimensi belajar, f).
Melihat pembaharuan kembali proses belajar mengajar, dan g). Melihat perkembangan
pandangan peserta didik dalam belajar.
Beberapa hal yang harus diperhatikan selama melakukan penilaian portofolio
adalah a). Karya yang dikumpulkan adalah benar-benar karya yang besangkutan, b).
Menentukan contoh pekerjaan yang harus dikumpulkan, c). Mengumpulkan dan
menyimpan sampel karya, d). Demonstrasi kemampuan untuk menunjukkan kemampuan
pekerjaan yang original e). Demonstrasi kemampuan untuk mengintegrasikan teori dan
praktek, f). Menentukan kriteria untuk menilai portofolio, g). Merencanakan pertemuan
dengan peserta didik yang akan dinilai dan h). Merefleksikan nilai-nilai individu,
pandangan dunia baru atau orientasi filosofi.
Prinsip-prinsip yang merupakan pedoman dalam penilaian portofolio adalah a).
Saling percaya (Mutual Trust ), b). Kerahasiaan bersama ( Confidentiality ), c). Milik
bersama ( Joint Ownership ), d). Kepuasan ( Satisfaction ), e). Kesesuaian ( Relevan ce ),
dan f).Penilaian proses dan hasil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prinsip penilaian
portofolio merupakan penilaian yang dilakukan oleh peserta didik yang kemudian hasilnya
dibahas bersama dengan pendidik. Penilaian portofolio yang berbentuk sebuah karya,
dinilai meliputi tugas projek, tugas menghitung, pemecahan masalah, merancang, dan
sebagainya. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penerapan penilaian
portofolio adalah:
a. Membuat bentuk penilaian portofolio yang tepat agar dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran Mata Kuliah Restoran.
b. Merancang penilaian portofolio yang sesuai dengan pembelajaran Mata Kuliah
Restoran.
c. Membuat pedoman penetapan penilaian portofolio.
d. Menganalisis hasil penilaian portofolio.
e. Melaporkan penilaian portofolio.
f. Merefleksikan hasil akhir penilaian portofolio.
5. Penilaian Proyek
1. Aspek-Aspek Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan menyelidiki, dan
kemampuan menginformasikan suatu hal secara jelas. Penilaian proyek dilakukan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pelaporan. Pada penilaian proyek
setidaknya ada empat hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.
a. Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi, mengelola
waktu pengumpulan data, dan penulisan laporan yang dilaksanakan secara
kelompok.
b. Relevansi kesesuaian tugas proyek dengan muatan mata pelajaran dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam
pembelajaran.
c. Keaslian proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap proyek peserta didik
d. Inovasi dan kreativitas hasil penilaian proyek yang dilakukan peserta didik terdapat
unsur-unsur kebaruan dan menemukan sesuatu yang berbeda dari biasanya.
Guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti
penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapan laporan
tertulis/lisan. Untuk menilai setiap tahap perlu disiapkan kriteria penilaian atau rubik.
Rubrik merupakan paduan penilaian yang menggambarkan kriteria yang diinginkan
guru dalam menilai atau memberi tingkatan dari hasil pekerjaan siswa. Rubrik memuat
daftar karakteristik yang diinginkan yang perlu ditunjukkan dalam suatu pekerjaan
siswa. Pengembangan rubrik penilaian dijelaskan Donna Szpyrka dan Ellyn B. Smith
(1995) bahwa langkah-langkah pengembangan rubrik dapat memenuhi kriteria sebagai
berikut.
a. Menentukan konsep, keterampilan atau kinerja yang akan diasesmen
b. Merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan urutan konsep atau
keterampilan yang akan diasesmen ke dalam rumusan atau definisi yang
menggambarkan aspek kognitif dan aspek kinerja.
c. Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas yang harus
diasesmen.
d. Menentukan skala yang akan diasesmen.
e. Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja yang
tidak diharapkan secara gradual. Deskripsi konsep atau keterampilan kinerja
tersebut dapat diikuti dengan memberikan angka pada setiap gradasi atau memberi
deskripsi gradasi.
f. Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kinerja dengan
rubrik yang telah dikembangkan.
g. Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja atau hasil kerja dari uji coba tersebut,
kemudian dilakukan revisi terhadap deskripsi kinerja maupun konsep dan
keterampilan yang akan diasesmen.
2. Rubrik Penilaian Proyek
Pelaksanaan penilaian keterampilan, baik kinerja, proyek, maupun
portofolio, dapat menggunakan rubrik dan daftar checklist rating scale atau skala
Gutman, sebagaimana contoh berikut.

Contoh rubrik dan rating scale/daftar checklist kinerja praktik dan produk KD 4.1, 4.2,
dan 4.3.

No Rubrik Baik Baik Cukup Perlu bimbingan


sekali
1. Siswa menjalankan Tanpa 1 kali arahan 2 kali arahan Belum dapat
peraturan arahan menjalankan
permainan di peraturan
sekolah permainan sesuai
arahan.
2. Siswa mampu Sesuai 1 kekeliruan 2 kekeliruan Belum dapat
menebalkan garis petunjuk menebalkan garis
sesuai petunjuk sesuai petunjuk
3. Siswa mampu Sesuai 1 kekeliruan 2 kekeliruan Belum dapat
menulis di udara, petunjuk menulis
pasir dan panggung
No Nama Rating scale
Pembelajaran ke 1
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
Keterangan:
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Perlu Bimbingan
Contoh rubrik dan daftar checklist kinerja praktik dan produk KD 4.1, 4.2, dan 4.3

No Rubrik Baik Perlu Bimbingan


1. Siswa menjalankan Tanpa arahan Belum dapat menjalankan
peraturan permainan di peraturan permainan sesuai
sekolah arahan.
2. Siswa mampu menebalkan Sesuai petunjuk Belum dapat menebalkan
garis sesuai petunjuk garis sesuai petunjuk
3. Siswa mampu menulis di Sesuai petunjuk Belum dapat menulis
udara, pasir dan panggung
No Nama Daftar checklist
Pembelajaran ke 1
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Keterangan:
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Perlu Bimbingan
DAFTAR PUSTAKA

Brookhart, S.M., (2001), The Standard and Classroom Assessment Research. Paper
Presentend At The Anual Meeting Of The American Assosiation Of Collage Of
Teacher Education, Dallas, USA
Dave, R.H. (1967). Taxonomy of educational objectives and achievement testing. London:
University of London Press.

Hidayat. 2004. Pengaruh Penilaian Portofolio terhadap Penguasaan Materi Kuliah Statistik.
Yogyakarta 26-27 Maret 2004.

Leighbody, G.B. 1968. Methods of teaching shop and technical subjects. New York: Delmar
Publishing

Mardapi, Djemari. 2003. Penyusunan Tes Hasil Belajar. Yogyakarta: UNY.

Popham, W.J. 1995. Classroom Assesment . Boston: Allyn and Bacon.

Ryan, D.C. 1980. Characteristics of teacher. A Research study: Their description, comparation,
and appraisal. Washington, DC: American Council of Education.

Singer,R.N. 1972. The psychomotor domain: Movement behavior. London: Henry Kimton
Publisher.

Anda mungkin juga menyukai