Disusun Oleh :
NAMA : NI PUTU JULI NOMITASARI, A.Md.Keb
NIP : 19920706 201902 2 004
JABATAN : BIDAN TERAMPIL
UNIT KERJA : UPTD. PUSKESMAS II MELAYA
ANGKATAN/ABSEN : IV/ 9
i
LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR
KABUPATEN JEMBRANA
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Rancangan Aktualisasi yang berjudul “MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) Ramah
Anak” di Puskesmas II Melaya” telah diuji pada tanggal di Hotel Batukaru
Propinsi Bali.
Menyetujui,
Pembimbing Mentor
Penguji
NNN
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya rancangan aktualisasi “MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) Ramah Anak di
Puskesmas II Melaya” dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
Selama penyusunan rancangan aktualisasi ini penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Putu Artha, SE selaku Bupati Jembrana yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti kegiatan Latihan Dasar CPNS Tahun 2019.
2. Bapak DR. Ida Bagus Sedhawa, SE.,M.Si., selaku Kepala BPSDM Propinsi Bali
beserta jajarannya yang arahan dan fasilitas yang disediakan dalam penyelenggaraan
latsar ini.
3. Bapak Drs. I Made Budiasa, M.Si selaku Kepala BKPSDM Kabupaten Jembrana
beserta jajarannya atas semangat dan motivasi selama mengikuti latsar.
4. sebagai pengujidalam seminar rancangan aktualisasi ini
5. Ibu Dra. Ni Ketut Riani, M.Si sebagai Coach yang telah memberikan banyak
bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan rancangan aktualisasi ini;
6. dr. I Kadek Riadi Wiranuaba selaku mentor yang telah memberikan banyak arahan,
masukan dan dukungan bagi penulis;
7. Bapak dan Ibu Widyaiswara selaku pengampu yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan dalam penyusunan laporan rancangan aktualisasi;
8. Panitia pelaksana Pelatihan Dasar CPNS Golongan II Angkatan IV dan V Tahun
2019;
9. Teman-teman sesama CPNS Pelatihan Dasar Golongan II yang telah memberikan
masukan, semangat, dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa rancangan aktualisasi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan demi
kemajuan penulis ke depannya. Akhir kata semoga rancangan ini mendapat sambutan yang
hangat dari berbagai pihak dan dapat terealisasikan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
2
ini dilakukan untuk memperluas jangkauan pelayanan kesehatan tingkat dasar khususnya
bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas II Melaya. Sebagai puskesmas rawat inap,
Puskesmas II Melaya juga harus menjalankan tugas pelayanan unit gawat darurat 24 jam
dan pelayanan rawat inap ringan-sedang.
Kematian balita merupakan salah satu indikator penting yang menunjukkan
derajat kesehatan masyarakat. Secara global, kematian balita mengalami penurunan
sebesar 59% sejak tahun 1990 ke 2013. Indonesia memiliki kemajuan yang lebih pesat
dalam penurunan kematian balita dengan rerata penurunan sebesar 4,4%.
Salah satu upaya dalam menurunkan angka kematian balita antara lain melalui
peningkatan keterampilan tenaga kesehatan dalam menangani balita sakit, terutama bagi
bidan dan perawat di puskesmas sebagai lini depan pelayanan kesehatan di masyarakat.
Peningkatan keterampilan tersebut dilaksanakan melalui pendekatan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS).
Penerapan MTBS yang baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara
dini, memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan
pengetahuan bagi ibu dalam merawat anak di rumah serta mengoptimalkan system
rujukan dari masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit. Puskesmas
dikatakan sudah menerapkan MTBS apabila memenuhi criteria melaksanakan pendekatan
MTBS minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di Puskesmas tersebut. Target
pencapaian adalah 100% yang artinya setiap balita sakit harus dilakukan pendekatan
MTBS.
Menurut Peraturan Menteri Negara PPPA No.13 tahun 2011, Kabupaten/ Kota
layak anak adalah kabupaten/ kota yang memenuhi system pembangunan berbasis hak
melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia
usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program
dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak anak.
Salah satu cara mewujudkan Kabupaten/Kota Layak Anak adalah dengan adanya
Puskesmas ramah anak. Puskesmas ramah anak menjadi salah satu program prioritas dan
merupakan salah satu indikator Kabupaten/ Kota layak anak. Pelayanan ramah anak di
Puskesmas menjalankan fungsi berdasarkan empat prinsip perlindungan anak, yakni: 1)
non diskriminasi, 2) kepentingan terbaik bagi anak, 3) hak untuk hidup, kelangsungan
hidup, dan perkembangan, dan 4) penghargaan terhadap pendapat anak. Tujuannya adalah
untuk membangun kesehatan ibu dan anak yang mencakup kualitas hidup anak
3
meningkat, tumbuh kembang optimal baik secara fisik, mental, emosi, dan social, serta
intelegensi majemuk sesuai potensi genetiknya.
Kriteria Puskesmas ramah anak antara lain: jaminan tersedianya tenaga medis
yang memahami tentang hak dan kesehatan anak, tersedianya ruang pelayanan khusus
anak dan konseling bagi anak, tersedianya komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
tentang kesehatan anak, memiliki ruang laktasi yang higienis dan mampu melaksanakan
inisiasi menyusui dini (IMD) untu Puskesmas yang melayani persalinan, tersedianya
ruang bermain anak yang berjarak aman dari ruang tunggu pasien, terdapat poli
manajemen terpadu balita sakit (MTBS), pembentukan dan pelaksanaan kelompok
pendukung ibu untuk meningkatkan ASI Eksklusif, dan kawasan tanpa rokok.
Pencapaian MTBS di Puskesmas II Melaya pada tahun 2018 sebesar 99,03%.
Pencapaian MTBS sampai dengan bulan juli tahun 2019 sebesar 57,8% dimana hasil
tersebut belum mencapai target yaitu sebesar 100%.
Pencapaian cakupan balita sakit yang dilakukan pendekatan MTBS sangat
dipengaruhi oleh kinerja petugas MTBS itu sendiri. Kepatuhan petugas dalam
melaksanakan pemeriksaan balita sakit dengan mengikuti standar yang ada menjadi kunci
keberhasilan dalam penerapan MTBS. Salah satu kunci keberhasilan program MTBS
yang ditandai dengan kepatuhan dan kekonsistenan petugas dalam melengkapi pengisian
lembar MTBS.
Oleh karena itu, penulis mengangkat isu mengenai belum optimalnya pelaksanaan
asuhan kebidanan bayi dan balita dalam manajemen terpadu bayi sakit (MTBS). Adapun
gagasan utama untuk memecahkan isu tersebut adalah dengan melakukan beberapa
kegiatan yang utamanya berfokus pada pelaksanaan pelayanan MTBS di Puskesmas II
Melaya, sehingga dapat mengoptimalkan cakupan pelayanan MTBS yang berimplikasi
pada peningkatan mutu pelayanan di Puskesmas II Melaya.
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi ASN ini yaitu:
1. Untuk memahami dan menghabituasi nilai-nilai dasar ASN mencakup akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi (ANEKA).
2. Untuk mengaktualisasikan nilai-nilai ANEKA dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi Bidan di Puskesmas.
3. Untuk mengoptimalkan cakupan pelayanan MTBS sehingga peningkatan mutu
pelayanan di Puskesmas II Melaya.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
5
keselamatan pasien. Selain itu, kami harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan
memperhatikan kenyamanan pasien. Puskesmas ini memiliki disiplin pelayanan yang tinggi
baik itu disiplin waktu dan jadwal serta tempat pelayanan yang tepat. Integritas yang
dimaksud dilayani oleh tenaga kesehatan yang berintegritas tinggi yang sesuai dengan tugas
dan fungsinya. Kami juga berkomitmen akan memberikan pelayanan yang ramah dan setulus
hati. Nilai inovatif yang berarti inovasi pelayanan kami pastikan akan selalu dilakukan untuk
menjamin kepuasan pelanggan. Sehingga dalam melaksanakan tugas, Puskesmas II Melaya
memiliki motto ”MANDIRI (Mudah, Aman, Nyaman, Disiplin, Integritas, Ramah dan
Indah)”.
2.3.1. Akuntabilitas
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. Berdasarkan arti tersebut, maka dapatlah
dimaknai bahwa akuntabilitas kaitannya dengan profesi PNS merupakan pelaksanaan tugas
dan peran PNS yang dapat dipertanggungjawabkan.
Aspek-aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal yaitu akuntabilitas adalah sebuah
hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya laporan,
6
akuntabilitas menghasilkan konsekuensi, serta akuntabilitas memperbaiki kinerja.
Akuntabilitas juga memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal,
akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi dan akuntabilitas
stakeholder.
PNS yang akuntabel adalah PNS yang memiliki jiwa kepemimpinan, transparansi,
integritas, tanggung jawab, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan dan konsistensi
dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Sebuah keputusan yang akuntabel dan beretika
sangat penting dalam menjaga kepercayaan dan keyakinan masyarakat dalam pekerjaan
pemerintahan.
2.3.2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Setiap PNS harus memiliki nasionalisme
dan wawasan kebangsaan yang kuat dan mampu mengaktualisasikannya dalam fungsi dan
tugasnya sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan pemersatu bangsa
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Adapun indikator nasionalisme yang harus dimiliki PNS adalah :
1. Memahami peranan Pancasila dalam menumbuhkan nasionalisme PNS
2. Memahami fungsi dan peran PNS sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan publik
3. Memahami peran PNS sebagai pelayan publik
4. Memahami fungsi PNS sebagai pemersatu bangsa
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia
terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Sebagai
pelaksana kebijakan publik tentu setiap PNS harus memiliki nilai-nilai kepublikan,
berorientasi pada kepentingan publik dan senantiasa menempatkan kepentingan publik,
bangsa dan negara di atas kepentingan lainnya. Sebagai pelayan publik, setiap PNS
senantiasa bersikap adil dan tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Sebagai perekat dan pemersatu bangsa, setiap PNS harus memiliki jiwa
nasionalisme yang kuat, memiliki kesadaran sebagai penjaga kedaulatan negara, menjadi
pemersatu bangsa mengupayakan situasi damai di seluruh wilayah Indonesia, dan menjaga
keutuhan NKRI.
7
2.3.3. Etika Publik
Kata etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti kebiasaan atau watak, jadi
etika berarti pola perilaku atau kebiasaan yang baik dan dapat diterima oleh lingkungan
pergaulan seseorang atau sesuatu organisasi tertentu. Dalam kaitannya dengan pelayanan
publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Sedangkan kode etik adalah aturan-
aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya
ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis.
Pada prinsipnya terdapat 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu dimensi tujuan, tindakan
dan modalitas. Dimensi tujuan merujuk pada pelayanan publik yang relevan dan berkualitas,
dimensi tindakan merujuk pada integritas publik dan dimensi modalitas terdiri dari unsur-
unsur akuntabilitas, transparansi dan netralitas.Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
dalam pelaksanan tugas sebagai ASN, maka aparatur perlu menanamkan nilai-nilai dari etika
publik dalam setiap perilakunya sesuai dengan peran dan fungsinya.
8
kerusakan yang tidak hanya terjadi dalam kurun waktu pendek, namun dapat berdampak
secara jangka panjang. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, korupsi berarti
penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain.
KPK bersama dengan para pakar telah melakukan identifikasi nilai-nilai dasar anti
korupsi, dan dihasilkan sebanyak sembilan nilai anti korupsi sebagai berikut: 1) jujur, 2)
peduli, 3) mandiri, 4) disiplin, 5) tanggung jawab, 6) kerja keras, 7) sederhana, 8) berani, 9)
adil.
9
satu pintu merupakan bentuk pelayanan publik yang melibatkan beberapa instansi pemerintah
namun telah diwewenangkan pada satu lembaga saja, seperti contoh perizinan.
2.4.3 Pelayanan Publik
Konsep dan prinsip pelayanan publik di atur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun
2009 yang menjelaskan bahwa pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang jawa, dan/atau pelayanan administrative
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Selain itu, pelayanan publik juga
dapat diartikan segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah di pusat dan daerah dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk dan/atau jasa
baik dalam pemenuhan kebutuhan masayarakat (Lembaga administrasi Negara, 1998).
Adapun dalam pelaksanaannya pelayanan publik harus memerhatikan prinsip-prinsipnya,
seperti: 1). Partisipatif; 2). Transparan; 3). Responsif; 4). Tidak Diskriminatif; 5). Mudah dan
murah; 6). Efektif dan efisien; 7). Aksesibel; dan 8). Akuntabel.
10
BAB III
PENETAPAN ISU
11
A : Aktual
P : Problematik
K : Kekhalayakan
L : Layak/Kelayakan
Isu nomor (1) dianggap aktual karena belum tercapainya cakupan pelayanan MTBS di
Puskesmas II Melaya. Hal ini di dukung dengan belum terlaksananya pelayanan MTBS di
ruang perawatan nifas dan Unit Gawat Darurat (UGD). Isu ini jika tidak segera diatasi akan
mempengaruhi hajat hidup orang banyak (kekhalayakan). Belum optimalnya pelayanan
MTBS pada bayi dan balita akan berdampak pada kualitas kesehatan bayi dan balita. Isu ini
dianggap problematik, karena akibat yang ditimbulkan menyangkut aspek mutu pelayanan,
keselamatan pasien, serta akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap Puskesmas.
Oleh karena itu isi ini layak untuk dicarikan solusinya dan segera ditangani.
Isu nomor (2) terkait dengan belum optimalnya pelaksanaan pemeriksaan IVA di
Puskesmas II Melaya. Isu ini merupakan isu yang aktual mengingat masih banyak wanita
usia subur yang belum melakukan pemeriksan IVA untuk mendeteksi dini kanker serviks.
Hal ini menunjukan belum optimalnya pelaksanaan pemeriksaan IVA. Isu ini juga memenuhi
kekhalayakan karena akan mempengaruhi kualitas kesehatan reproduksi wanita usia subur di
wilayah kerja Puskesmas II Melaya yang akan berimplikasi pada peningkatan penyakit
kanker serviks. Isu ini dapat mempengaruhi derajat kesehatan Indonesia sehingga merupakan
isu yang problematic. Berdasarkan hal tersebut isu ini layak untuk mendapatkan solusi dalam
pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil analisis isu dengan metode APKL ditemukan dua isu yang
memenuhi syarat yakni isu nomor (1) Belum optimalnya pelaksanaan asuhan kebidanan bayi
dan balita dalam Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas II Melaya serta isu
nomor (2) Belum optimalnya pelaksanaan pemeriksaan IVA di Puskesmas II Melaya.
Berdasarkan hasil analisis isu menggunakan metode APKL (Aktual, Problematika,
Kekhalayakan, dan Kelayakan) diatas, terdapat 2 (dua) buah isu yang memenuhi kriteria.
Dari kedua isu diatas, akan dilakukan analisis penetapan prioritas isu (core issue)
menggunakan metode USG (Urgent, Seriousness, dan Growth). Urgent artinya seberapa
mendesaknya suatu isu untuk segera dibahas, dianalisis, dan ditindaklanjuti. Seriousness
artinya seberapa serius suatu isu harus segera dibahas dikaitkan dengan akibat yang akan
ditimbulkan. Growth artinya seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika
12
tidak ditangani sebagaimana mestinya. Adapun analisis isu berdasarkan kriteria USG dapat
dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Analisis Isu Berdasarkan Metode USG
Total Urutan
NO ISU Urgency Seriousness Growth
Prioritas
Skor
Belum optimalnya
pelaksanaan asuhan
kebidanan bayi dan balita
1 dalam Manajemen 5 5 4 14 I
Setelah dilakukan analisis isu menggunakan metode USG “Urgency, Seriousness dan
Growth” didapatkan bahwa isu yang paling prioritasi untuk segera dipecahkan adalah belum
optimalnya pelaksanaan asuhan kebidanan bayi dan balita dalam Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) di Puskesmas II Melaya.
13
3.3 Rancangan Aktualisasi
3.3.1 Rancangan Kegiatan Aktualisasi Nilai – Nilai Dasar
Penguatan
Keterkaitan Substansi Mata Kontribusi terhadap
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Nilai
Pelatihan Visi-Misi Organisasi
Organisasi
12
poli anak. penggandaan lembar
MTBS.
d. Komitmen Mutu
Menempatkan lembar
MTBS di masing-masing
ruangan dalam map.
e. Anti Korupsi
Melakukan penggandaan
lembar MTBS sesuai
kebutuhan.
13
poli anak dalam d. Komitmen Mutu
pelaksanaan Melakukan sosialisasi
sosialisasi pengisian lembar MTBS
pengisian lembar dengan bahasa yang mudah
MTBS. dipahami.
c. Melaksanakan e. Anti Korupsi
sosialisasi Melakukan sosialisasi
pengisian lembar pengisian lembar MTBS
MTBS pada sesuai dengan waktu yang
petugas Rawat telah ditentukan.
inap, UGD, dan
poli anak.
14
d. Menanyakan Memberikan salam dengan
adanya tanda ramah dan sopan.
bahaya umum bayi d. Komitmen Mutu:
dan balita pada Melaksanakan anamnesa
orang tua. sesuai kebutuhan dengan
e. Menanyakan teliti.
keluhan utama lain e. Anti Korupsi:
bayi/ balita pada Melaksanakan anamnesa
orang tua. sesuai kebutuhan.
15
dengan ‘lihat, raba, Melakukan pemeriksaan
dan dengar’. fisik sesuai dengan standar.
j. Menyampaikan e. Anti Korupsi
hasil pemeriksaan Melakukan pemeriksaan
kepada ibu bayi/ fisik sesuai dengan
balita. kebutuhan.
16
Tidak memungut biaya
dalam melakukan
permainan edukatif.
17
7. Pemberian a. Menyapa orang tua Orang tua a. Akuntabilitas: Keterkaitan dengan Penguatan
konseling bayi/ balita dengan bayi/ balita Menyampaikan konseling visi puskesmas dan nilai
kepada orang ramah dan sopan. paham dan sesuai dengan kondisi salah satu misi MANDIRI
tua bayi/ balita b. Memberikan mengerti balita. Puskesmas II Melaya (Mutu,
tentang cara konseling secara tentang tanda b. Nasionalisme: yaitu mendorong Aman,
perawatan anak singkat kepada bahaya pada Tidak ada unsur kemandirian Nyaman,
sakit di rumah. orang tua bayi/ bayi dan diskriminasi dalam masyarakat untuk Disiplin,
balita sesuai balita. menyampaikan konseling. hidup bersih dan sehat Integritas,
dengan hasil c. Etika Publik: dengan meningkatkan Ramah)
penilaian dan Menyapa orang tua bayi/ kesehatan individu,
klasifikasi bayi/ balita dengan ramah/ keluarga dan
balita. sopan. masyarakat beserta
d. Komitmen mutu: lingkungan.
Menyampaikan konseling
secara singkat dan mudah
dipahami oleh orang tua
bayi/ balita.
e. Anti Korupsi:
Tidak berlebihan dalam
menyampaikan konseling.
8. Pemeriksaan a. Menginformasikan Bayi/ balita a. Akuntabilitas:
18
bayi/ balita oleh pada ibu bayi/ mendapat Memastikan bayi/ balita
dokter. balita bahwa akan pemeriksaan mendapatkan pemeriksaan
dilakukan dokter. dokter.
pemeriksaan oleh b. Nasionalisme:
dokter di ruang Tidak membeda-bedakan
pemeriksaan bayi/ balita.
umum. c. Etika Publik:
b. Mengantarkan
bayi/ balita ke d. Komitmen mutu:
ruang pemeriksaan Menyampaikan konseling
umum. secara singkat dan mudah
c. Meempersilakan dipahami oleh orang tua
ibu bayi/ balita bayi/ balita.
untuk menunggu e. Anti Korupsi:
sesuai antrian Tidak berlebihan dalam
pelayanan di ruang menyampaikan konseling.
pemeriksaan
umum.
9. Pembuatan Melakukan langkah Tersedia yang a. Akuntabilitas: Keterkaitan dengan Penguatan
dokumentasi dokumentasi dengan dokumentasi Membuat laporan sesuai visi puskesmas dan nilai
pelayanan SOAP: asuhan dengan kondisi pasien. salah satu misi MANDIRI
19
MTBS dan - Subjektif kebidanan b. Nasionalisme: Puskesmas II Melaya (Mutu,
asuhan - Objektif pada bayi/ Menganggap semua menyelenggarakan Aman,
kebidanan pada - Assesment balita yang laporan penting dan tidak pelayanan kesehatan Nyaman,
bayi dan balita. - Planing akurat. mengabaikannya. dasar yang bermutu, Disiplin,
c. Etika Publik: merata dan terjangkau Integritas,
Membuat dokumentasi Ramah)
laporan secara terstruktur
dan rapi.
d. Komitmen Mutu:
Selalu mendokumentasikan
semua asuhan kebidanan
sebagai bukti legal dalam
melakukan tindakan.
e. Anti Korupsi:
Membuat data yang sesuai
dengan hasil pengkajian.
20
3.3.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
21
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dalam rangka meningkatkan upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus
ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Salah satu pendekatan
yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan bagi bayi dan
balita dilakukan melalui program MTBS. Kepatuhan petugas dalam melaksanakan
pemeriksaan balita sakit dengan mengikuti standar yang ada menjadi kunci keberhasilan
dalam penerapan MTBS. Salah satu kunci keberhasilan program MTBS yang ditandai dengan
kekonsistenan petugas dalam melengkapi pengisian lembar MTBS. Namun, kepatuhan dan
kekonsistenan petugas dalam melengkapi pengisian lembar MTBS di Puskesmas II Melaya
masih rendah. Oleh karena itu, penulis membuat inovasi kegiatan dengan judul MTBS
(Manajemen Terpadu Balita Sakit) Ramah Anak. Terdapat 9 (sembilan) kegiatan yang
menjadi rancangan kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi ASN yang terdiri dari
penyediaan lembar MTBS, sosialisasi pengisian lembar MTBS pada petugas, anamnesa
dengan orang tua bayi/ balita, pemeriksaan fisik bayi/ balita, pemanfaatan alat permainan
edukatif (APE) pada bayi/ balita, penilaian dan klasifikasi bayi/ balita, pemberian konseling
kepada orang tua bayi/ balita, cara perawatan anak sakit di rumah, pemeriksaan bayi/ balita
oleh dokter, pembuatan dokumentasi pelayanan MTBS dan asuhan kebidanan pada bayi dan
balita. Kegiatan ini semuanya akan dilaksanakan di Puskesmas II Melaya selama 6 minggu.
Dengan adanya rancangan kegiatan ini maka diharapkan kegiatan aktualisasi di
tempat kerja ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar sehingga dapat meningkatkan
pelaksanaan asuhan kebidanan bayi/ balita dalam manajemen terpadu balita sakit (MTBS) di
Puskesmas II Melaya. Selain itu, dengan usaha menerapkan nilai-nilai dasar profesi ASN
maka diharapkan nantinya akan terbentuk ASN yang profesional dan berkarakter yang
mampu berperan sebagai pelaksana kebijakan publik, sebagai pelayan publik, serta perekat
dan pemersatu bangsa.
22
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2014. Pedoman Penyelengggaraan Manajemen Terpadu Balita Sakit
Berbasis Masyarakat (MTBS-M). Jakarta. Kementrian Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS). Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 01/KEP/M.PAN/1/2008
Tentang Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya, tahun 2008
Lembaga Administrasi Negara (LAN), 2014. Etika Publik, Modul Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III,
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara (LAN), 2015. Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi Pegawai
Negeri Sipil, Modul Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai
Negeri Sipil Prajabatan Golongan III, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara (LAN), 2015. Akuntabilitas, Modul Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III,
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara (LAN), 2015. Anti Korupsi, Modul Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III,
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara(LAN), 2015. Komitmen Mutu, Modul Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III,
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara( LAN), 2015. Nasionalisme, Modul Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III,
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara(LAN). 2015. Manajemen ASN. Modul Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III.
Jakarta; Lembaga Administrasi Negara
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, tahun 2014
23
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Kebijakan Pengembangan Kabupaten/ Kota Layak
Anak.
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Panduan Pengembangan Kabupaten/ Kota Layak
Anak.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara,
tahun 2014.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara,
tahun 2014.
24