Anda di halaman 1dari 22

Persamaan Diferensial

Dari kata “persamaan” dan “diferensial”, dapat dilihat bahwa Persamaan

Diferensial berkaitan dengan penyelesaian suatu bentuk persamaan yang mengandung

diferensial. Persamaan diferensial merupakan suatu persamaan yang memuat turunan

satu atau beberapa dari suatu fungsi yang tak diketahui. Persamaan tersebut layaknya

disebut “persamaan turunan“ karena memuat turunan akan tetapi istilah “persamaan

diferensial” (aequatio differentialis) yang dikenalkan oleh Leibniz pada tahun 1676

sudah umum digunakan sehingga untuk selanjutnya dikenal dengan nama persamaan

diferensial.

Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat fungsi suatu variabel

bersama dengan turunannya (Arjudin). Persamaan diferensial adalah persamaan yang

salah satu atau lebih sukunya mengandung diferensial (turunan). Bentuk diferensial

itu dapat berupa turunan terhadap peubah koordinat (x,y,z,r,η,ф) atau waktu, misalnya

dy/dx, du/dɵ, d2 r/dt2 (Eka dan Priyambodo, 2011). Persamaan diferensial dapat

diklasifikasikan berdasarkan tipe, orde dan kelinearannya. Berdasarkan tipenya,

persamaan diferensial di bedakan menjadi dua tipe yaitu apabila persamaan tersebut

hanya mengandung satu variabel bebas, persamaan disebut persamaan diferensial

biasa, dan jika mengandung lebih dari satu variabel bebas disebut persamaan

diferensial parsial (Triatmodjo, 2010).

Persamaan diferensial biasa adalah persamaan diferensial yang hanya

mempunyai satu peubah bebas, peubah bebas biasanya disimbolkan dengan 𝑥. (Munir,
2013). Jika sebuah persamaan hanya mengandung turunan biasa dari satu atau beberapa

variabel tak bebas terhadap satu variabel bebas, maka persamaan diferensial yang

bersangkutan dinamakan Persamaan Diferensial Biasa (Ordinary Differential

Equations, ODE).

Contoh:

Persamaan diferensial

𝑑𝑦
+ 10𝑦 = 𝑒 𝑥
𝑑𝑥

dan

𝑑2 𝑦 𝑑𝑦
− + 6𝑦 = 0
𝑑𝑥 2 𝑑𝑥

merupakan persamaan diferensial biasa.

Persamaan diferensial parsial adalah persamaan diferensial yang mempunyai

lebih dari satu peubah bebas. Turunan fungsi terhadap setiap peubah bebas dilakukan

secara parsial (Munir, 2013). Menurut arjudin dan anwar (2018) persamaan diferensial

yang mengandung variabel bebas lebih dari satu disebut persamaan diferensial parsial.

Contoh:

𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕 2𝑢 𝜕 2𝑢 𝜕𝑢
=− 𝑑𝑎𝑛 = − 2
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑥 2 𝜕𝑡 2 𝜕𝑡
Orde dari persamaan diferensial adalah tingkat tertinggi dari turunan atau

diferensial yang muncul dalam persamaan tersebut. (Arjudin dan Anwar, 2018).

Contoh

𝑑𝑦
1) +𝑦 =𝑥 (Orde 1)
𝑑𝑥

2) (𝑦")2 + 3𝑥 = 2(𝑦 ′ )3 (Orde 1)

3) (𝑥 + 𝑦)𝑑𝑥 + (𝑦 − 𝑥)𝑑𝑦 = 0 (Orde 2)

4) 𝑥 2 𝑦 ′′′ 𝑦 ′ + 2𝑒 𝑥 𝑦" = (𝑥 2 + 2)𝑦 2 (Orde 3)

Persamaan diferensial banyak muncul pada permasalahan dalam fisika maupun sosial

yang melibatkan penerapan konsep-konsep pada kalkulus. Penyelesaian atau solusi

dari suatu persamaan diferensial adalah fungsi, misalkan 𝑦 = 𝑓(𝑥), yang memenuhi

persamaan diferensial tersebut.

Persamaan diferensial dikatakan linier jika jumlah pangkat dari fungsi dan

turunan-turunannya paling tinggi satu dalam setiap suku. Dalam hal lain dikatan

persamaan diferensial tak linier atau non linier (Arjudi dan Anwar, 2018).

Contoh:

Persamaan diferensial linier

1) (𝑦 − 𝑥)𝑑𝑥 + 4𝑥𝑑𝑦 = 0 (PD Linier orde 1)

2) 𝑦" − 2𝑦′ + 𝑦 = 0 (PD Linier orde 2)


𝑑3 𝑦 𝑑𝑦
3) 𝑥 3 𝑑𝑥 3 − 4𝑥 𝑑𝑥 + 6𝑦 = 𝑒 𝑥 (PD Linier orde 3)

Persamaan diferensial non linier

𝑑𝑦
1) (1 + 𝑦) 𝑑𝑥 + 2𝑦 = 𝑒 𝑥 PD non linear orde 1

𝑑2 𝑦
2) + sin 𝑦 = 0 PD non linear orde 2
𝑑𝑥 2

𝑑4 𝑦
3) + 𝑦2 = 0 PD non linear orde 4
𝑑𝑥 4

Metode Numerik

Metode numerik merupakan solusi yang menggunakan pendekatan

alternatif yaitu untuk mendapatkan hampiran (aproksimasi) ke solusi eksak dengan

menggunakan prosedur numerik. Menurut Munir (2013) metode numerik adalah

teknik yang digunakan untuk memformulasikan persoalan matematik sehingga

dapat dipecahkan dengan operasi perhitungan/aritmetika biasa (tambah, kurang,

kali, dan bagi). Metode numerik adalah proses-proses berhingga, dan hasil

numerik merupakan nilai hampiran dari hasil eksak (subarinah, 2013). Metode

numerik disebut juga sebagai alternatif dari metode analitik, yang merupakan

metode penyelesaian persoalan matematika dengan rumus-rurnus aljabar yang

sudah baku atau lazim. Disebut demikian, karena adakalanya persoalan matematik
sulit diselesaikan atau bahkan tidak dapat diselesaikan secara analitik sehingga

dapat dikatakan bahwa persoalan matematik tersebut tidak mempunyai solusi

analitik. Sehingga sebagai alternatifnya, persoalan matematik tersebut

diselesaikan dengan metode numerik.

Solusi analitik merupakan metode untuk menyelesaikan permasalahan

permasalahan persamaan diferensial biasa dengan rumus-rumus aljabar yang

sudah lazim. Sedangkan solusi numerik merupakan metode untuk menyelesaikan

permasalahan-permasalahan yang diformulasikan secara matematis dengan cara

operasi hitungan (aritmatika) (Triatmodjo:2002). Menurut Munir (2013) metode

analitik disebut juga metode sejati karena hanya memberikan solusi sejati (exact

solution) atau solusi yang sesungguhnya. Bila metode analitik tidak dapat lagi

diterapkan, maka solusi persoalan sebenarnya masih dapat dicari dengan

menggunakan metode numerik.

Perbedaan utama antara metode numerik dengan metode analitik terletak pada dua

hal:

1. Pertama, solusi dengan menggunakan metode numerik selalu berbentuk

angka. Sedangka metode analitik yang biasanya menghasilkan solusi

dalam bentuk fungsi matematik yang selanjutnya fungsi mateamtik

tersebut dapat dievaluasi untuk menghasilkan nilai dalam bentuk angka.


2. Kedua, dengan metode numerik, solusi yang diperoleh berupa solusi yang

menghampiri atau mendekati solusi sejati sehingga solusi numerik

dinamakan juga solusi hampiran atau solusi pendekatan, namun solusi

hampiran dapat dibuat seteliti yang kita inginkan.

Metode numerik untuk persamaan diferensial memainkan peranan sangat

penting bagi rekayasawan, karena dalam prakteknya sebagian besar persamaan

diferensial tidak dapat diselesaikan secara analitik. Solusi hampiran jelas tidak

tepat sama dengan solusi sejati, sehingga ada selisih antara keduanya. Selisih inilah

yang disebut dengan galat (error). Penyelesaian PDB secara numerik berarti

menghitung nilai fungsi di xr+1 = xr + h, dengan h adalah ukuran langkah (step)

setiap lelaran. Pada metode analitik, nilai awal berfungsi untuk memperoleh solusi

yang unik, sedangkan pada metode numerik nilai awal (initial value) pada

persamaan diferensial berfungsi untuk memulai iterasi. Terdapat beberapa metode

numerik yang sering digunakan untuk menghitung solusi PDB yaitu :

1. Metode Euler

2. Metode Runge-Kutta

Galat

Galat adalah selisih antara nilai eksak dan nilai absolute (Underwood,

2002:38). Menurut Prasetya (2016:8). Galat (error) berasosiasi dengan seberapa

dekat solusi hampiran terhadap solusi sejatinya (eksak). Semakin kecil galat maka
semakin teliti solusi numerik yang didapatkan. (Djojodiharjo, 2000:12). Dapat

disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa galat merupakan nilai dari

selisih antara solusi eksak dengan solusi hampirannya dimana semakin kecil nilai

selisihnya maka solusi hampirannya semakin teliti.

Metode Euler

Diberikan PDB orde satu,

y' = dy/dx = f(x, y) dan nilai awal y(x0) = y0

Misalkan

yr = y(xr)

adalah hampiran nilai y di xr yang dihitung dengan metode Euler. Dalam hal ini

xr = x0 + rh, r = 0,1,2,... n.

Metoda Euler diturunkan dengan cara menguraikan y(xr+1) di sekitar xr ke dalam

deret Taylor:

(𝑥𝑟+1− 𝑥𝑟 ) (𝑥𝑟+1− 𝑥𝑟 )2
𝑦(𝑥𝑟+1 ) = 𝑦(𝑥𝑟 ) + 𝑦 ′ (𝑥𝑟 ) + 𝑦 ′′ (𝑥𝑟 ) ……. (P.8.5)
1! 2!

Bila persamaan (P.8.5) dipotong sampai suku orde tiga, diperoleh

(𝑥𝑟+1− 𝑥𝑟 ) ′ (𝑥𝑟+1− 𝑥𝑟 )2 ′′
𝑦(𝑥𝑟+1 ) = 𝑦(𝑥𝑟 ) + 𝑦 (𝑥𝑟 ) + 𝑦 (𝑡). 𝑥𝑟 < 𝑡 < 𝑥𝑟+1
1! 2!
(P.8.6)
Berdasarkan persamaan (P.8.4),
y'(xr) = f(xr, yr)

dan
xr+1 - xr = h

maka persamaan (P.8.6) dapat ditulis menjadi

ℎ2
𝑦(𝑥𝑟+1 ) ≈ 𝑦(𝑥𝑟 ) + ℎ𝑓(𝑥𝑟 , 𝑦𝑟 ) + 𝑦′′(𝑡) ……. (P.8.7)
2

Dua suku pertama persamaan (P.8.7), yaitu

𝑦(𝑥𝑟+1 ) ≈ 𝑦(𝑥𝑟 ) + ℎ𝑓(𝑥𝑟 , 𝑦𝑟 ) ; 𝑟 = 0,1,2, … , 𝑛 …… (P.8.8)

menyatakan metode Euler atau metode Euler-Cauchy. Metode Euler disebutjuga

metode ordepertama, karena pada persamaan (P.8.7) kita hanya mengambil

sampai suku orde pertama saja. Untuk menyederhanakan penulisan, persamaan

(P.8.8) dapat juga ditulis lebih singkat sebagai

yr+1 = yr + hfr

Selain dengan bantuan deret Taylor, metode Euler juga dapat diturunkan dengan

cara yang berbeda. Sebagai contoh, misalkan kita menggunakan aturan segiempat

untuk mengintegrasi-kan f(x,y) pada persamaan diferensial

y' = f(x, y) ; y(x0) = y0

Integrasikan kedua ruas dalam selang [xr, xr+1]:


𝑥𝑟+1 𝑥𝑟+1
′ (𝑥)𝑑𝑥
∫ 𝑦 =∫ 𝑓(𝑥, 𝑦(𝑥))𝑑𝑥
𝑥𝑟 𝑥𝑟

Gunakan aturan segiempat untuk mengintegrasikan ruas kanan, menghasilkan:

y(xr+1) - y(xr) = hf(xr , y(xr))

atau

y(xr+1) = y(xr) + hf(xr, yr)

yang merupakan metode Euler.

Algoritma Metode Euler

Merghitung hampiran penyelesaian masalah nilai awal y’= f(t,y)


dengan y(t0) = y0
Pada [t0,b]
INPUT : n, 𝑡0 , b, 𝑦0 , dan fungsi f
OUTPUT : (𝑡𝑘 , 𝑦𝑘 ), r = 1, 2, 3, …, n
LANGKAH_LANGKAH:
𝑏−𝑡0
1. Hitung h = 𝑛
2. For r = 1, 2, 3, …,n
Hitung 𝑥𝑟 = 𝑥𝑟+1 + ℎ, 𝑦𝑟 = 𝑦𝑟−1 + ℎ × 𝑓(𝑥𝑟−1 , 𝑦𝑟−1 )
3. SELESAI

Contoh:
𝑑𝑦 𝑥
Selesaikan persamaan = 𝑦 dimana 𝑦(0) = 1 menggunakan Metode Euler
𝑑𝑥

ukuran langkah ℎ = 0,2. Tentukan nilai dari 𝑦(1) dan hitunglah galatnya!

Jawab:

𝑑𝑦 𝑥
Solusi eksak 𝑑𝑥 = 𝑦 adalah 𝑦 = √𝑥 2 + 1

Nilai eksak 𝑦 = √𝑥 2 + 1

𝑦 = √12 + 1

𝑦 = √2

𝑦 = 1,414213562

Rumus Metode Euler adalah 𝑦𝑟+1 = 𝑦𝑟 + ℎ𝑓(𝑥𝑟 , 𝑦𝑟 )

𝑥0 = 0 → 𝑦0 = 1

𝑥0
𝑥1 = 0,2 → 𝑦1 = 𝑦0 + ℎ ×
𝑦0

0
𝑦1 = 1 + 0,2 ×
1

𝑦1 = 1

𝑥
𝑥2 = 0,4 → 𝑦2 = 𝑦1 + ℎ × 𝑦1
1
0,2
𝑦2 = 1 + 0,2 ×
1

𝑦2 = 1,04

𝑥
𝑥3 = 0,6 → 𝑦3 = 𝑦2 + ℎ × 𝑦2
2

0,4
𝑦3 = 1,04 + 0,2 ×
1,04

𝑦3 = 1,116923077

𝑥3
𝑥4 = 0,8 → 𝑦4 = 𝑦3 + ℎ ×
𝑦3

0,6
𝑦4 = 1,116923077 + 0,2 ×
1,116923077

𝑦4 = 1,224361093

𝑥4
𝑥5 = 1 → 𝑦5 = 𝑦4 + ℎ ×
𝑦4

0,8
𝑦4 = 1,224361093 + 0,2 ×
1,224361093

𝑦4 = 1,355041496

Galat = 𝑦𝑒𝑘𝑠𝑎𝑘 − 𝑦ℎ𝑎𝑚𝑝𝑖𝑟𝑎𝑛

Galat = 1,414213562 − 1,355041496

Galat = 0,059172067
Dapat juga di buat dalam bentuk table

Metode Euler
x y hampiran y eksak Galat
0 1 1 0
0.2 1 1.019803903 0.019803903
0.4 1.04 1.077032961 0.037032961
0.6 1.116923077 1.166190379 0.049267302
0.8 1.224361093 1.280624847 0.056263754
1 1.355041496 1.414213562 0.059172067

Grafik Metode Euler


1.6

1.5

1.4

1.3

1.2

1.1

0.9

0.8
1 2 3 4 5 6

y hampiran y eksak

Metode Runge-Kutta

Metode Runge-Kutta merupakan metode yang berusaha mendapatkan

derajat ketelitian yang lebih tinggi, dan sekaligus menghindarkan keperluan

mencari turunan yang lebih tinggi dengan jalan mengevaluasi fungsi f(x, y)

pada titik terpilih dalam setiap selang langkah.(Munir:2013).


Bentuk umum metoda Range-Kutta orde-n ialah:

𝑦𝑟+1 = 𝑦𝑟 + 𝑎1 𝑘1 + 𝑎2 𝑘2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑘𝑛 …… (P.8.24)

Dengan 𝑎1 , 𝑎2 , … , 𝑎𝑛 adalah tetapan, dan

k1  hf ( xr , yr )
k2  hf ( xr  p1h, yr  q11k1 )
k3  hf ( xr  p2 h, yr  q21k1  q22 k2 )
...
kn  hf ( xr  pn 1h, yr  qn 1,1k1  qn 1,2 k2  ...  qn 1,n 1kn 1 )

Nilai ai, pi, qij dipilih sedemikian rupa sehingga meminimumkan galat per

langkah, dan persamaan (P.8.24) akan sama dengan metode deret Taylor dari

orde setinggi mungkin.

Metode Runge-Kutta yang terkenal dan banyak dipakai dalam praktek

adalah metode Runge-Kutta orde tiga dan metode Runge-Kutta orde empat.

Kedua metode tersebut terkenal karena tingkat ketelitian solusinya tinggi

(dibandingkan metode Runge-Kutta orde sebelumnya, mudah diprogram, dan

stabil.

Metode Runge-Kutta orde empat berbentuk:

𝑘1 = ℎ𝑓(𝑥𝑟 , 𝑦𝑟 )

𝑘2 = ℎ𝑓(𝑥𝑟 + 1⁄2 ℎ, 𝑦𝑟 + 1⁄2 𝑘1 )


𝑘3 = ℎ𝑓(𝑥𝑟 + 1⁄2 ℎ, 𝑦𝑟 + 1⁄2 𝑘2 )

𝑘4 = ℎ𝑓(𝑥𝑟 + ℎ, 𝑦𝑟 + 𝑘3 )

𝑦𝑟+1 = 𝑦𝑟 + 1⁄6 (𝑘1 + 1⁄2 𝑘2 + 1⁄2 𝑘3 + 𝑘4 )

Algoritma Runge Kutta Orde 4

1. Tentukan persamaan f(x,y)


2. Tentukan 𝑥 = 𝑥0 dan 𝑦 = 𝑦0
3. Tentukan nilai awal 𝑥0 dan 𝑦0
4. Tentukan nilai h
𝑥𝑎 −𝑥0
5. Jumlah loop, 𝑛 = ℎ
6. Untuk i = 1 sampai n maka:
a. 𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + ℎ × 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 )
b. 𝑥 = 𝑥 + ℎ
7. Simpan nilai 𝑥𝑖 , 𝑦𝑖
8. Lanjutkan nilai i

Contoh:

𝑑𝑦 𝑥
Selesaikan persamaan 𝑑𝑥 = 𝑦 dimana 𝑦(0) = 1 menggunakan Metode Runge

Kutta Orde 4 dengan ukuran langkah ℎ = 0,2. Tentukan nilai dari 𝑦(1) dan

hitunglah galatnya!

Jawab:

𝑑𝑦 𝑥
Solusi eksak 𝑑𝑥 = 𝑦 adalah 𝑦 = √𝑥 2 + 1

Nilai eksak 𝑦 = √𝑥 2 + 1
𝑦 = √12 + 1

𝑦 = √2

𝑦 = 1,414213562

Rumus metode runge kutta orde 4 adalah

𝑘1 = ℎ × 𝑓(𝑥𝑟 , 𝑦𝑟 )

1 1
𝑘2 = ℎ × 𝑓(𝑥𝑟 + 2 ℎ, 𝑦𝑟 + 2 𝑘1 )

1 1
𝑘3 = ℎ × 𝑓(𝑥𝑟 + 2 ℎ, 𝑦𝑟 + 2 𝑘2 )

𝑘4 = ℎ × 𝑓(𝑥𝑟 + ℎ, 𝑦𝑟 + 𝑘3 )

(𝑘1 +2𝑘2 +2𝑘3 +𝑘4 )


𝑦𝑟+1 = 6

jadi

𝑥0 = 0 → 𝑦0 = 1

𝑥
𝑥1 = 0,2 → 𝑘1 = ℎ × 𝑦0
0

0
𝑘1 = 0,2 × =0
1

0,1
𝑘2 = 0,2 × = 0,02
1

0,1
𝑘3 = 0,2 × = 0,019802
1,01
0,2
𝑘4 = 0,2 × = 0,039223
1,019802

𝑦1 = 1/6 × (0 + 2(0,02) + 2(0,019802) + 0,039223)

= 1,019804544

𝑥
𝑥2 = 0,4 → 𝑘1 = ℎ × 𝑦1
1

0,2
𝑘1 = 0,2 × = 0,039223
1,019804544

0,3
𝑘2 = 0,2 × = 0,057725
1,039416

0,3
𝑘3 = 0,2 × = 0,057215
1,048667

0,4
𝑘4 = 0,2 × = 0,074279
1,077020

𝑦2 = 1/6 × (0,039223 + 2(0,057725) + 2(0,057215)

+ 0,074279)

= 1,077034986

𝑥
𝑥3 = 0,6 → 𝑘1 = ℎ × 𝑦2
2

0,4
𝑘1 = 0,2 × = 0,074278
1,077034986

0,5
𝑘2 = 0,2 × = 0,089753
1,114174
0,5
𝑘3 = 0,2 × = 0,089134
1,121911

0,6
𝑘4 = 0,2 × = 0,102901
1,166169

𝑦3 = 1/6 × (0,074278 + 2(0,089753) + 2(0,089134)

+ 0,102901)

= 1,166193563

𝑥
𝑥4 = 0,8 → 𝑘1 = ℎ × 𝑦3
3

0,6
𝑘1 = 0,2 × = 0,102899
1,166193563

0,7
𝑘2 = 0,2 × = 0,114976
1,217643

0,7
𝑘3 = 0,2 × = 0,114409
1,223682

0,8
𝑘4 = 0,2 × = 0,124941
1,280602

𝑦4 = 1/6 × (0,102899 + 2(0,114976) + 2(0,114409)

+ 0,124941)

= 1,280628597

𝑥
𝑥5 = 1 → 𝑘1 = ℎ × 𝑦4
4
0,8
𝑘1 = 0,2 × = 0,124939
1,280628597

0,9
𝑘2 = 0,2 × = 0,134019
1,343098

0,9
𝑘3 = 0,2 × = 0,133567
1,347638

1
𝑘4 = 0,2 × = 0,141423
1,414196

𝑦4 = 1/6 × (0,124939 + 2(0,134019) + 2(0,133567)

+ 0,131423)

= 1,414217417

Dapat di buat juga dalam bentuk table seperti berikut


Metode Runge Kutta Orde 4
x k1 k2 k3 k4 y hampiran y eksak Galat
0 1 1 0
0.2 0 0.02 0.019802 0.039223 1.019804544 1.01980390 0.00000064
0.4 0.039223 0.057725 0.057215 0.074279 1.077034986 1.07703296 0.00000202
0.6 0.074278 0.089753 0.089134 0.102901 1.166193563 1.16619038 0.00000318
0.8 0.102899 0.114976 0.114409 0.124941 1.280628597 1.28062485 0.00000375
1 0.124939 0.134019 0.133567 0.141423 1.414217417 1.41421356 0.00000385
Tabel Metode Runge Kutta Orde 4
Grafik Metode Runge Kutta Orde 4

Metode Runge Kutta Orde 4


1.45
1.4
1.35
1.3
1.25
1.2
1.15
1.1
1.05
1
0.95
0.9
1 2 3 4 5 6

y hampiran y eksak

MATLAB (Martix Laboratory)

MATLAB merupakan singkatan dari MATrix LABoratory diamana merupakan

sebuah paket perangkat lunak untuk komputasi teknik dan scientific (operasi‐

operasi matriks dan matematika, baik dalam aljabar maupun bilangan kompleks,

fungsi‐fungsi matriks, analisis data, polinomial, pengintegralan, pendeferensialan,

persamaan‐persamaan nonlinear, interpolasi, pemrosesan sinyal, dll). Matlab

merupakan bahasa pemrograman yang hadir dengan fungsi dan karakteristik yang

berbeda dengan bahasa pemrograman lain yang sudah ada lebih dahulu seperti

Delphi, Basic maupun C++. Matlab merupakan bahasa pemrograman level tinggi

yang dikhususkan untuk kebutuhan komputasi teknis, visualisasi dan

pemrograman seperti komputasi matematik, analisis data, pengembangan


algoritma, simulasi dan pemodelan dan grafik-grafik perhitungan. MATLAB

(Martix Laboratory) adalah sebuah pemrograman untuk analisis dan komputasi

numerik, merupakan suatu bahasa pemrograman matematika lanjutan yang

dibentuk dengan dasar pemikiran menggunakan sifat dan bentuk

matriks.(Arhami:2005). MATLAB dikembangkan sebagai bahasa pemrograman

sekaligus alat visualisasi yang menawarkan banyak kemampuan untuk

menyelesaikan berbagai kasus yang berhubungan langsung dengan disiplin ilmu

matematika.(Away:2006). MATLAB merupakan suatu program komputer yang

bisa membantu memecahkan berbagai masalah matematis yang kerap kita temui

dalam bidang teknis. MATLAB adalah bahasa komputasi tingkat tinggi karena

struktur bahasa pemrograman MATLAB sangat ringkas dan lebih mudah untuk

dipahami dibandingkan dengan bahasa mesin (seperti bahasa Assembly) dan

bahasa tingkat menengah (seperi bahasa C, C++, Java, Fortran). Dengan

menggunakan MATLAB pula, dapat memecahkan suatu masalah teknis komputasi

dengan lebih cepat.

Tampilan utama dari matlab dapat dilihat pada gambar 2.


Current
Workspace
Directory
Command M-File
Window atau Editor Command
History

Bagian-bagian Jendela MATLAB

a. Current Directory
Window ini menampilkan isi dari direktori kerja saat menggunakan matlab.
Kita dapat mengganti direktori ini sesuai dengan tempat direktori kerja yang
diinginkan. Default dari alamat direktori berada dalam folder works tempat
program files Matlab berada.
b. Command Window
Window ini adalah window utama dari Matlab. Disini adalah tempat untuk
menjalankan fungsi, mendeklarasikan variable, menjalankan proses-proses , serta
melihat isi variable.
c. Command History
Window ini berfungsi untuk menyimpan perintah-perintah apa saja yang
sebelumnya dilakukan oleh pengguna terhadap matlab.
d. M-File atau Editor
Di dalam matlab, kita dapat menyimpan semua script yang akan digunakan
dalam file pada matlab dengan ekstensi .M. M-File dapat dipanggil dengan
memilih menu file->new->MFile.
e. Workspace

Workspace berfungsi untuk menampilkan seluruh variabel-variabel yang


sedang aktif pada saat pemakaian matlab. Apabila variabel berupa data matriks
berukuran besar maka user dapat melihat isi dari seluruh data dengan melakukan
double klik pada variabel tersebut. Matlab secara otomatis akan menampilkan
window “array editor” yang berisikan data pada setiap variabel yang dipilih user.

Anda mungkin juga menyukai