satu atau beberapa dari suatu fungsi yang tak diketahui. Persamaan tersebut layaknya
disebut “persamaan turunan“ karena memuat turunan akan tetapi istilah “persamaan
diferensial” (aequatio differentialis) yang dikenalkan oleh Leibniz pada tahun 1676
sudah umum digunakan sehingga untuk selanjutnya dikenal dengan nama persamaan
diferensial.
salah satu atau lebih sukunya mengandung diferensial (turunan). Bentuk diferensial
itu dapat berupa turunan terhadap peubah koordinat (x,y,z,r,η,ф) atau waktu, misalnya
dy/dx, du/dɵ, d2 r/dt2 (Eka dan Priyambodo, 2011). Persamaan diferensial dapat
persamaan diferensial di bedakan menjadi dua tipe yaitu apabila persamaan tersebut
biasa, dan jika mengandung lebih dari satu variabel bebas disebut persamaan
mempunyai satu peubah bebas, peubah bebas biasanya disimbolkan dengan 𝑥. (Munir,
2013). Jika sebuah persamaan hanya mengandung turunan biasa dari satu atau beberapa
variabel tak bebas terhadap satu variabel bebas, maka persamaan diferensial yang
Equations, ODE).
Contoh:
Persamaan diferensial
𝑑𝑦
+ 10𝑦 = 𝑒 𝑥
𝑑𝑥
dan
𝑑2 𝑦 𝑑𝑦
− + 6𝑦 = 0
𝑑𝑥 2 𝑑𝑥
lebih dari satu peubah bebas. Turunan fungsi terhadap setiap peubah bebas dilakukan
secara parsial (Munir, 2013). Menurut arjudin dan anwar (2018) persamaan diferensial
yang mengandung variabel bebas lebih dari satu disebut persamaan diferensial parsial.
Contoh:
𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕 2𝑢 𝜕 2𝑢 𝜕𝑢
=− 𝑑𝑎𝑛 = − 2
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑥 2 𝜕𝑡 2 𝜕𝑡
Orde dari persamaan diferensial adalah tingkat tertinggi dari turunan atau
diferensial yang muncul dalam persamaan tersebut. (Arjudin dan Anwar, 2018).
Contoh
𝑑𝑦
1) +𝑦 =𝑥 (Orde 1)
𝑑𝑥
Persamaan diferensial banyak muncul pada permasalahan dalam fisika maupun sosial
dari suatu persamaan diferensial adalah fungsi, misalkan 𝑦 = 𝑓(𝑥), yang memenuhi
Persamaan diferensial dikatakan linier jika jumlah pangkat dari fungsi dan
turunan-turunannya paling tinggi satu dalam setiap suku. Dalam hal lain dikatan
persamaan diferensial tak linier atau non linier (Arjudi dan Anwar, 2018).
Contoh:
𝑑𝑦
1) (1 + 𝑦) 𝑑𝑥 + 2𝑦 = 𝑒 𝑥 PD non linear orde 1
𝑑2 𝑦
2) + sin 𝑦 = 0 PD non linear orde 2
𝑑𝑥 2
𝑑4 𝑦
3) + 𝑦2 = 0 PD non linear orde 4
𝑑𝑥 4
Metode Numerik
kali, dan bagi). Metode numerik adalah proses-proses berhingga, dan hasil
numerik merupakan nilai hampiran dari hasil eksak (subarinah, 2013). Metode
numerik disebut juga sebagai alternatif dari metode analitik, yang merupakan
sudah baku atau lazim. Disebut demikian, karena adakalanya persoalan matematik
sulit diselesaikan atau bahkan tidak dapat diselesaikan secara analitik sehingga
analitik disebut juga metode sejati karena hanya memberikan solusi sejati (exact
solution) atau solusi yang sesungguhnya. Bila metode analitik tidak dapat lagi
Perbedaan utama antara metode numerik dengan metode analitik terletak pada dua
hal:
diferensial tidak dapat diselesaikan secara analitik. Solusi hampiran jelas tidak
tepat sama dengan solusi sejati, sehingga ada selisih antara keduanya. Selisih inilah
yang disebut dengan galat (error). Penyelesaian PDB secara numerik berarti
setiap lelaran. Pada metode analitik, nilai awal berfungsi untuk memperoleh solusi
yang unik, sedangkan pada metode numerik nilai awal (initial value) pada
1. Metode Euler
2. Metode Runge-Kutta
Galat
Galat adalah selisih antara nilai eksak dan nilai absolute (Underwood,
dekat solusi hampiran terhadap solusi sejatinya (eksak). Semakin kecil galat maka
semakin teliti solusi numerik yang didapatkan. (Djojodiharjo, 2000:12). Dapat
disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa galat merupakan nilai dari
selisih antara solusi eksak dengan solusi hampirannya dimana semakin kecil nilai
Metode Euler
Misalkan
yr = y(xr)
adalah hampiran nilai y di xr yang dihitung dengan metode Euler. Dalam hal ini
xr = x0 + rh, r = 0,1,2,... n.
deret Taylor:
(𝑥𝑟+1− 𝑥𝑟 ) (𝑥𝑟+1− 𝑥𝑟 )2
𝑦(𝑥𝑟+1 ) = 𝑦(𝑥𝑟 ) + 𝑦 ′ (𝑥𝑟 ) + 𝑦 ′′ (𝑥𝑟 ) ……. (P.8.5)
1! 2!
(𝑥𝑟+1− 𝑥𝑟 ) ′ (𝑥𝑟+1− 𝑥𝑟 )2 ′′
𝑦(𝑥𝑟+1 ) = 𝑦(𝑥𝑟 ) + 𝑦 (𝑥𝑟 ) + 𝑦 (𝑡). 𝑥𝑟 < 𝑡 < 𝑥𝑟+1
1! 2!
(P.8.6)
Berdasarkan persamaan (P.8.4),
y'(xr) = f(xr, yr)
dan
xr+1 - xr = h
ℎ2
𝑦(𝑥𝑟+1 ) ≈ 𝑦(𝑥𝑟 ) + ℎ𝑓(𝑥𝑟 , 𝑦𝑟 ) + 𝑦′′(𝑡) ……. (P.8.7)
2
yr+1 = yr + hfr
Selain dengan bantuan deret Taylor, metode Euler juga dapat diturunkan dengan
cara yang berbeda. Sebagai contoh, misalkan kita menggunakan aturan segiempat
atau
Contoh:
𝑑𝑦 𝑥
Selesaikan persamaan = 𝑦 dimana 𝑦(0) = 1 menggunakan Metode Euler
𝑑𝑥
ukuran langkah ℎ = 0,2. Tentukan nilai dari 𝑦(1) dan hitunglah galatnya!
Jawab:
𝑑𝑦 𝑥
Solusi eksak 𝑑𝑥 = 𝑦 adalah 𝑦 = √𝑥 2 + 1
Nilai eksak 𝑦 = √𝑥 2 + 1
𝑦 = √12 + 1
𝑦 = √2
𝑦 = 1,414213562
𝑥0 = 0 → 𝑦0 = 1
𝑥0
𝑥1 = 0,2 → 𝑦1 = 𝑦0 + ℎ ×
𝑦0
0
𝑦1 = 1 + 0,2 ×
1
𝑦1 = 1
𝑥
𝑥2 = 0,4 → 𝑦2 = 𝑦1 + ℎ × 𝑦1
1
0,2
𝑦2 = 1 + 0,2 ×
1
𝑦2 = 1,04
𝑥
𝑥3 = 0,6 → 𝑦3 = 𝑦2 + ℎ × 𝑦2
2
0,4
𝑦3 = 1,04 + 0,2 ×
1,04
𝑦3 = 1,116923077
𝑥3
𝑥4 = 0,8 → 𝑦4 = 𝑦3 + ℎ ×
𝑦3
0,6
𝑦4 = 1,116923077 + 0,2 ×
1,116923077
𝑦4 = 1,224361093
𝑥4
𝑥5 = 1 → 𝑦5 = 𝑦4 + ℎ ×
𝑦4
0,8
𝑦4 = 1,224361093 + 0,2 ×
1,224361093
𝑦4 = 1,355041496
Galat = 0,059172067
Dapat juga di buat dalam bentuk table
Metode Euler
x y hampiran y eksak Galat
0 1 1 0
0.2 1 1.019803903 0.019803903
0.4 1.04 1.077032961 0.037032961
0.6 1.116923077 1.166190379 0.049267302
0.8 1.224361093 1.280624847 0.056263754
1 1.355041496 1.414213562 0.059172067
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
0.9
0.8
1 2 3 4 5 6
y hampiran y eksak
Metode Runge-Kutta
mencari turunan yang lebih tinggi dengan jalan mengevaluasi fungsi f(x, y)
𝑦𝑟+1 = 𝑦𝑟 + 𝑎1 𝑘1 + 𝑎2 𝑘2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑘𝑛 …… (P.8.24)
k1 hf ( xr , yr )
k2 hf ( xr p1h, yr q11k1 )
k3 hf ( xr p2 h, yr q21k1 q22 k2 )
...
kn hf ( xr pn 1h, yr qn 1,1k1 qn 1,2 k2 ... qn 1,n 1kn 1 )
Nilai ai, pi, qij dipilih sedemikian rupa sehingga meminimumkan galat per
langkah, dan persamaan (P.8.24) akan sama dengan metode deret Taylor dari
adalah metode Runge-Kutta orde tiga dan metode Runge-Kutta orde empat.
stabil.
𝑘1 = ℎ𝑓(𝑥𝑟 , 𝑦𝑟 )
𝑘4 = ℎ𝑓(𝑥𝑟 + ℎ, 𝑦𝑟 + 𝑘3 )
Contoh:
𝑑𝑦 𝑥
Selesaikan persamaan 𝑑𝑥 = 𝑦 dimana 𝑦(0) = 1 menggunakan Metode Runge
Kutta Orde 4 dengan ukuran langkah ℎ = 0,2. Tentukan nilai dari 𝑦(1) dan
hitunglah galatnya!
Jawab:
𝑑𝑦 𝑥
Solusi eksak 𝑑𝑥 = 𝑦 adalah 𝑦 = √𝑥 2 + 1
Nilai eksak 𝑦 = √𝑥 2 + 1
𝑦 = √12 + 1
𝑦 = √2
𝑦 = 1,414213562
𝑘1 = ℎ × 𝑓(𝑥𝑟 , 𝑦𝑟 )
1 1
𝑘2 = ℎ × 𝑓(𝑥𝑟 + 2 ℎ, 𝑦𝑟 + 2 𝑘1 )
1 1
𝑘3 = ℎ × 𝑓(𝑥𝑟 + 2 ℎ, 𝑦𝑟 + 2 𝑘2 )
𝑘4 = ℎ × 𝑓(𝑥𝑟 + ℎ, 𝑦𝑟 + 𝑘3 )
jadi
𝑥0 = 0 → 𝑦0 = 1
𝑥
𝑥1 = 0,2 → 𝑘1 = ℎ × 𝑦0
0
0
𝑘1 = 0,2 × =0
1
0,1
𝑘2 = 0,2 × = 0,02
1
0,1
𝑘3 = 0,2 × = 0,019802
1,01
0,2
𝑘4 = 0,2 × = 0,039223
1,019802
= 1,019804544
𝑥
𝑥2 = 0,4 → 𝑘1 = ℎ × 𝑦1
1
0,2
𝑘1 = 0,2 × = 0,039223
1,019804544
0,3
𝑘2 = 0,2 × = 0,057725
1,039416
0,3
𝑘3 = 0,2 × = 0,057215
1,048667
0,4
𝑘4 = 0,2 × = 0,074279
1,077020
+ 0,074279)
= 1,077034986
𝑥
𝑥3 = 0,6 → 𝑘1 = ℎ × 𝑦2
2
0,4
𝑘1 = 0,2 × = 0,074278
1,077034986
0,5
𝑘2 = 0,2 × = 0,089753
1,114174
0,5
𝑘3 = 0,2 × = 0,089134
1,121911
0,6
𝑘4 = 0,2 × = 0,102901
1,166169
+ 0,102901)
= 1,166193563
𝑥
𝑥4 = 0,8 → 𝑘1 = ℎ × 𝑦3
3
0,6
𝑘1 = 0,2 × = 0,102899
1,166193563
0,7
𝑘2 = 0,2 × = 0,114976
1,217643
0,7
𝑘3 = 0,2 × = 0,114409
1,223682
0,8
𝑘4 = 0,2 × = 0,124941
1,280602
+ 0,124941)
= 1,280628597
𝑥
𝑥5 = 1 → 𝑘1 = ℎ × 𝑦4
4
0,8
𝑘1 = 0,2 × = 0,124939
1,280628597
0,9
𝑘2 = 0,2 × = 0,134019
1,343098
0,9
𝑘3 = 0,2 × = 0,133567
1,347638
1
𝑘4 = 0,2 × = 0,141423
1,414196
+ 0,131423)
= 1,414217417
y hampiran y eksak
sebuah paket perangkat lunak untuk komputasi teknik dan scientific (operasi‐
operasi matriks dan matematika, baik dalam aljabar maupun bilangan kompleks,
merupakan bahasa pemrograman yang hadir dengan fungsi dan karakteristik yang
berbeda dengan bahasa pemrograman lain yang sudah ada lebih dahulu seperti
Delphi, Basic maupun C++. Matlab merupakan bahasa pemrograman level tinggi
bisa membantu memecahkan berbagai masalah matematis yang kerap kita temui
dalam bidang teknis. MATLAB adalah bahasa komputasi tingkat tinggi karena
struktur bahasa pemrograman MATLAB sangat ringkas dan lebih mudah untuk
a. Current Directory
Window ini menampilkan isi dari direktori kerja saat menggunakan matlab.
Kita dapat mengganti direktori ini sesuai dengan tempat direktori kerja yang
diinginkan. Default dari alamat direktori berada dalam folder works tempat
program files Matlab berada.
b. Command Window
Window ini adalah window utama dari Matlab. Disini adalah tempat untuk
menjalankan fungsi, mendeklarasikan variable, menjalankan proses-proses , serta
melihat isi variable.
c. Command History
Window ini berfungsi untuk menyimpan perintah-perintah apa saja yang
sebelumnya dilakukan oleh pengguna terhadap matlab.
d. M-File atau Editor
Di dalam matlab, kita dapat menyimpan semua script yang akan digunakan
dalam file pada matlab dengan ekstensi .M. M-File dapat dipanggil dengan
memilih menu file->new->MFile.
e. Workspace