Lapsus Cva
Lapsus Cva
CVA HEMORRHAGIC
Disusun Oleh :
Teti Puspita Sari
I. DATA PRIBADI
Nama : Tn. S
Umur : 43 tahun
Alamat : Jatiwates
Status : Menikah
Suku : Banjar
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
No RMK : 99-85-41
Ruang : Saraf
II. ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
dan tungkai kanan sehabis makan malam. Pasien juga tidak bisa bicara dan
muntah. Muntah terjadi 4x. Pasien juga mengalami kejang seluruh tubuh ±
30 menit. Menurut keluarga pasien, muka dan bibir Os tidak ada mencong,
INTOKSIKASI
Tidak ditemukan riwayat keracunan obat, zat kimia, makanan dan minuman.
Tidak ada riwayat penyakit hipertensi dan kencing manis pada keluarga
penderita.
KEADAAN PSIKOSOSIAL
Tanda Vital :
Nadi : 92 kali/menit
Respirasi : 28 kali/menit
Gizi : Baik
tekan, BU (+) N
- - + -
Kecerdasan : sde
Penyerapan : sde
Kemauan : sde
Psikomotor : sde
STATUS NEUROLOGIS
A. KESAN UMUM:
Monoton : sde
Scanning : sde
Sensorik : sde
Anomik : sde
Kepala:
Besar : Normal
Asimetri : (-)
Tortikolis : (-)
Muka:
Mask/topeng : (-)
Miophatik : (-)
Fullmooon : (-)
B. PEMERIKSAAN KHUSUS
Kernig : (-)/(-)
Laseque : (-)/(-)
Bruzinski I : (-)
Bruzinski II : (-)/(-)
2. Saraf Otak
Kanan Kiri
N. Olfaktorius
Kanan Kiri
Pupil
N. Trigeminus
Kanan Kiri
Cabang Motorik
Cabang Sensorik
sde
Kanan Kiri
Waktu Diam
Waktu Gerak
Bersiul sde
N. Vestibulocochlearis
Vestibuler
Vertigo : (-)
Nystagmus : (-)
Bagian Motorik:
Suara : sde
Menelan : sde
Bagian Sensorik:
N. Accesorius
Kanan Kiri
N. Hypoglossus
Sistem Motorik
Kekuatan Otot
Istirahat : normal
Lengan (Kanan/Kiri)
M. Deltoid : 0/3
M. Biceps : 0/3
M. Triceps : 0/3
Tungkai (Kanan/Kiri)
Besar Otot :
Atrofi :-
Pseudohypertrofi :-
Palpasi Otot :
Nyeri : sde
Kontraktur : -
Konsistensi : normal
Tonus Otot :
Lengan Tungkai
Hipotoni + - + -
Spastik - - - -
Rigid - - - -
Rebound - - - -
phenomen
Gerakan Involunter
Chorea : -/-
Athetose : -/-
Balismus : -/-
Fasikulasi : -/-
Myokimia : -/-
Koordinasi :
Pronasi/supinasi : tdl
3. Sistem Sensorik
Kanan/kiri
Rasa Eksteroseptik
Rasa Enteroseptik
Rasa Kombinasi
Streognosis : tdl
Barognosis : tdl
Grapestesia : tdl
Fungsi luhur
Apraxia : sde
Alexia : sde
Agraphia : sde
Fingerognosis : sde
Acalculia : sde
5. Refleks-refleks
Reflek kulit
Refleks kulit dinding perut : normal
Refleks Biceps : /0
Refleks Triceps : /0
Refleks Patella : /0
Refleks Achiles : /0
Refleks Patologis :
Tungkai
Lengan
Hoffmann-Tromner : -/-
Snout : (-)
Sucking : (-)
Palmomental : (-)
Salivasi : normal
7. Columna Vertebralis
Kelainan Lokal
Fleksi : tdl
Ekstensi : tdl
Rotasi : tdl
8. Pemeriksaan PA
Tidak dilakukan
9. Pemeriksaan radiologik
CT scan : -
MRI : -
Cerebral Angiografi : -
Columna vertebra
Myelografi / caudografi : -
CT scan : -
MRI : -
14. Diagnosis
15. Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tts/menit
Inj Fenitoin 3 x 1
Inj Ceftriakson 2 x 1 gr
RESUME
1. ANAMNESIS :
Pasien tiba-tiba tidak bisa menggerakkan tangan dan tungkai kanan sehabis
makan malam tanggal 23 Juni 2012. Pasien juga tidak bisa bicara dan
muntah. Muntah terjadi 4x. Pasien juga mengalami kejang seluruh tubuh ±
30 menit. Menurut keluarga pasien, muka dan bibir Os tidak ada mencong,
2. PEMERIKSAAN
Interna
Nadi : 92 kali/menit
Respirasi : 28 kali/menit
Suhu : 37,1o C
Status Neurologis
Sensorik : sde
APR : / 0
3. DIAGNOSIS
4. PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 tts/menit
Inj Fenitoin 3 x 1
Inj Ceftriakson 2 x 1 gr
dengan diagnosa klinis Hemiparesis dekstra. Pada pasien ini, diagnosa dapat
didapatkan keluhan utama kelemahan pada tangan kanan dan tungkai kanan yang
terjadi secara mendadak, sakit kepala, kejang, adanya mual dan muntah serta
kelemahan pada tangan kanan dan tungkai kanan, pada pemeriksaan N. VII
didapatkan lipatan nasolabial bagian kanan dan kiri simetris. Pada pemeriksaan
refleks fisiologis, yaitu BPR, TPR, KPR dan APR didapatkan bahwa refleks
tangan dan tungkai sebelah kanan menurun bila dibandingkan dengan sebelah kiri.
tangan dan tungkai sebelah kanan menurun bila dibandingkan dengan sebelah kiri
dekstra.
penderita ini didapatkan defisit neurologik yang mendadak tanpa adanya trauma
kepala sebelumnya berupa kelemahan pada tangan kanan dan tungkai kanan.
Serangan ini muncul pada saat setelah penderita melakukan aktivitas. Hal ini
fokal maupun global yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau
berakhir dengan maut tanpa ditemukan penyebab lain selain gangguan vaskular. 1
termasuk faktor resiko dari stroke yang tidak dapat diubah adalah usia tua, jenis
kelamin pria, ras, riwayat keluarga, dan riwayat stroke. Sedangkan faktor resiko
dari stroke yang dapat diubah adalah hipertensi, diabetes mellitus, merokok,
maka dapat disimpulkan bahwa faktor resiko dari penderita ini adalah usia dari
penderita yang sudah tua, adanya riwayat hipertensi dan juga adanya riwayat
atau stroke infark dengan melihat gejala awal dan pemeriksaan klinis yaitu: (3)
Peringatan sebelumnya - ++
Nyeri Kepala ++ -
Muntah ++ -
Kejang-kejang ++ -
Perdarahan di Retina ++ -
Papil Edema + -
Ptosis ++ -
ini memenuhi kriteria seperti yang ada pada tabel diatas yaitu awal terjadinya
yang sangat tiba-tiba, disertai nyeri kepala. Satu-satunya cara yang akurat untuk
dapat mendiagnosa stroke hemorragik dan non hemorragik adalah dengan bantuan
CT Scan6. Pada kasus ini CT scan belum dilakukan karena CT scan pada saat itu
sedang rusak.
pembuluh darah mana yang tersumbat. Pada penyumbatan arteri cerebri media
terdapat hemiparesis yang sama. Hal ini terjadi jika sumbatan di pangkal arteri,
bila tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol. Apabila terdapat penyumbatan
pada arteri cerebri anterior maka kelainan yang paling menonjol adalah pada
daerah tungkai.
berikan oksigen kalau perlu. Pada kasus ini pasien tidak diberikan oksigen
tinggi agar perfusi oksigen dan glukosa ke otak tetap optimal untuk menjaga
metabolisme otak.
otak, bila ada kejang segera berikan diazepam atau dilantin intra vena secara
perlahan. Pada pasien ini tidak ada kejang. Kemudian pemberian manitol tidak
dilakukan karena kadar ureum dan kretaininnya yang tinggi yaitu 52 mg/dl
dan 1,9 mg/dl. Pada pemberian manitol yang harus diperhatikan adalah
kateter (penderita wanita) atau kondom kateter (penderita pria) bila ada
NGT.
Terapi medikamentosa pada penderita ini yaitu infus RL, citikolin,
untuk mencegah timbulnya infeksi karena higine pasien yang jelek selama
sakit.