Standar Audit
Standar Audit
PENGAUDITAN I
STANDAR AUDITING
Oleh:
Kelompok VI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
Ikatan Akuntansi Indonesia telah menetapkan dan mengesahkan standar auditing yang
terdiri atas sepuluh standar. Standar auditing merupakan suatu kaidah agar mutu auditing dapat
tercapai sebagaimana mestinya. Standar auditing ini harus diterapkan dalam setiap audit atas
laporan keuangan yang dilakukan auditor independen. Setiap standar dalam standar auditing
saling berkaitan erat dan saling bergantung antara yang satu dengan yang lain. Standar tersebut
dengan segala bahasannya dituangkan ke dalam buku yaitu Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP).
Dalam banyak hal, standar-standar tersebut saling berhubungan dan saling bergantung
satu dengan lainnya. Materialitas dan resiko audit melandasi penerapan semua standar auditing
terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Di Amerika Serikat, standar
auditing semacam ini disebut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) yang
dikeluarkan oleh the American Institute of Certified Public Accountants (AICPA).
Standar auditing terdiri dari tiga bagian. Pertama, bagian yang mengatur tentang mutu
professional auditor independen atau persyaratan pribadi auditor (standar umum). Kedua,
bagian yang mengatur mengenai pertimbangan-pertimbangan yang harus digunakan dalam
pelaksanaan audit (standar pekerjaan lapangan). Ketiga, bagian yang mengatur tentang
pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam penyusunan laporan audit (standar
pelaporan).
1. Standar Umum.
Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu
pekerjaannya. Standar umum ini mencakup tiga bagian yaitu :
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
Standar pertama ini menuntut kompetensi teknis seorang auditor yang
melaksanakan audit. Kompetensi ini ditentukan oleh tiga faktor yaitu :
1) Pendidikan formal dalam bidang akuntansi di suatu perguruan tinggi termasuk
ujian profesi auditor.
2) Pelatihan yang bersifat praktis dan pengalaman dalam bidang auditing.
3) Pendidikan professional yang berkelanjutan selama menekuni karir auditor
professional.
1
Meskipun seseorang sangat ahli dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak
memenuhi persyaratan sebagai auditor bila tidak memiliki pendidikan dan pengalaman
memadai dalam bidang auditing.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor.
2
pekerjaan tersebut. Seorang auditor harus memiliki keterampilan yang umumnya
dimiliki oleh auditor pada umunya dan harus menggunakan keterampilan tersebut
dengan´kecermatan dan keseksamaan yang wajar. Untuk itu auditor dituntut untuk
memiliki skeptisme profesional dan keyakinan yang memadai dalam mengevaluasi
bukti audit.
3. Standar Pelaporan
3
Standar pelaporan terdiri dari empat item, diantaranya:
a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia.
Standar ini mengharuskan auditor untuk mengidentifikasikan dan menggunakan
prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia sebagai kriteria yang dipakai
untuk mengevaluasi asersi-asersi yang dibuat leh manajemen. Prinsip akuntansi
berterima umum lebih luas daripada sekedar Prinsip Akuntasi Indonesia (PAI) 198
maupun SAK sebagai pengganti PAI.
b. Laporan audit harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
Konsistensi merupakan suatu konsep di dalam akuntansi yang menuntut
diterapkannya standar secara terus-menerus, tidak diubah-ubah kecuali dengan alasan
yang dapat dibenarkan misalnya agar laporan keuangan dapat menyajikan posisi
keuangan perusahaan yang sebenarnya dan untuk menghindari informasi yang
menyesatkan. Konsistensi sangat diperlukan untuk mendukung komparabilitas
laporan keuangan dari satu periode ke periode berikutnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan audit.
Standar ini berkaitan erat dengan informasi tambahan sebagai pendukung dan
pelengkap laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut dapat dinyatakan dalam
bentuk catatan atas laporan keuangan maupun bentuk pengungkapan lainnya. Laporan
audit tidak perlu menyatakan hal ini apabila pengungkapan informative sudah
memadai.
d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelasmengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Tujuan standar pelaporan ini adalah untuk mencegah salah tafsir tentang tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan
keuangan. Seorang akuntan dikaitkan dengan laporan keungan jika ia mengizinkan
4
namanya dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi laporan
tersebut. Bila seorang akuntan menyerahkan kepada kliennya atau pihak lain suatu
laporan keuangan yang disusunnya atau dibantu penyusunannya, maka ia juga
dianggap berkaitan dengan laporan keuangan tersebut, meskipun ia tak
mencantumkan namanya dalam laporan tersebut.
6
Daftar Pustaka :
Halim, Abdul. 2008. Auditing: Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan Edisi 4. Yogyakarta:
Unit Penertbit dan Percetakan STIM YKPN.
Arens, A. Alvin. 2008. Jasa Audit dan Assurance. Jakarta: Salemba Empat.