Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu dan Bayi merupakan salah satu indikator penting
dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Menurut data Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010, AKI di Indonesia
masih tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu sebesar
228 per 100.000 kelahiran hidup. Kejadian kematian Ibu maternal paling
banyak adalah sewaktu bersalin sebesar 49,5%, kematian waktu hamil 26%,
pada waktu nifas 24% (Dinkes, 2011).
Penyebab angka kematian ibu sebagian besar disebabkan oleh
perdarahan (40% - 60%), toksemia gravidarum (30% - 40%) dan infeksi (20%
- 30%). Selain itu adanya 4 T yaitu terlalu sering melahirkan, terlalu banyak
melahirkan, terlalu muda melahirkan dan terlalu tua melahirkan (Maryunani,
2009). Insiden Hiperemesis Gravidarum di Indonesia ini sekitar 3,5 per 1000
kelahiran hidup (Bobak, 2010).
Kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
haid pertama haid terakhir (dimulai dari konsepsi) sampai 6 bulan, triwulan ke-
3 dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Saifuddin, 2011).
Sebanyak 90% ibu mengalami mual selama kehamilan dan sekitar
setengahnya disertai muntah, hal tersebut terjadi pada tiga bulan pertama
kehamilan, menurut ahli merupakan penolakan tubuh terhadap makanan yang
mengandung toksin. Meski istilahnya morning sickness tapi kenyataan yang
sebenarnya tidak hanya terjadi pada pagi hari saja, bahkan rasa mual tersebut
terjadi sepanjang hari (Maulana, 2010).
Masalah-masalah kehamilan itu sendiri terdiri dari hipertensi, pre
eklampsi, anemia dan hiperemesis gravidarum, maka dari harus dilakukan
pemeriksaan yang teliti karena akan mempengaruhi secara dramatis
penatalaksanaan klinisnya. Hiperemesis Gravidarum merupakan mual muntah
yang mengakibatkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit (Wijono,
2013).
Dampak hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan dehidrasi yang
menimbulkan konsumsi O2 menurun, gangguan fungsi sel liver dan terjadi
ikterus, terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan
gangguan fungsi umum dan mual muntah yang berkelanjutan dapat
menimbulkan gangguan fungsi umum alat-alat vital dan menimbulkan
kematian (Manuaba, 2017).
Pada keadaan hiperemesis gravidarum perlu dilakukan penanganan
dengan pengobatan rawat inap dan diet ibu hamil dengan memberikan
makanan yang mudah dicerna, tidak merangsang dan diberikan dalam porsi
sedikit tapi sering. Pemberian makanan dan cairan disesuaikan keadaan ibu
hamil (Rumdasih dkk, 2015).
Sehubungan dengan latar belakang masih banyak ibu hamil yang
mengalami hiperemesis gravidarum grade II tersebut maka penulis tertarik
untuk melaksanakan studi kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada ibu
hamil Trimester I pada Ny. S G4P2A1 umur kehamilan 13 minggu dengan
Hiperemesis Gravidarum Grade II di RSU Raden Mattaher Tahun 2019”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah ini adalah:


“Bagaimana penerapan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil Trimester I pada
Ny. S G4P2A1 umur kehamilan 13 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum
Grade II di RSU Raden Mattaher Tahun 2019, dengan menggunakan
pendekatan Manajemen Kebidanan menurut Varney?”.

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang


asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester I dengan hiperemesis
gravidarum grade II dengan menggunakan pendekatan manajemen Varney.
2. Tujuan Khusus

a. Diharapkan penulis mampu :

1) Melaksanakan pengkajian pada ibu hamil trimester I pada Ny. S


dengan hiperemesis gravidarum grade II.
2) Menginterpretasikan data serta merumuskan diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada ibu ibu hamil trimester I pada Ny. S
dengan hiperemesis gravidarum grade II.
3) Merumuskan diagnosa potensial pada ibu hamil trimester I pada Ny.
S dengan hiperemesis gravidarum grade II.
4) Melakukan intervensi tindakan segera pada ibu hamil trimester I
pada Ny. S dengan hiperemesis gravidarum grade II.
5) Merencanakan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan
pengkajian pada ibu hamil trimester I pada Ny. S dengan
hiperemesis gravidarum grade II.
6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester
I pada Ny. S dengan hiperemesis gravidarum grade II.
7) Melakukan evaluasi tindakan secara teliti dan cermat pada ibu hamil
trimester I pada Ny. S dengan hiperemesis gravidarum grade II.
b. Penulis mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktek
pada ibu hamil trimester I pada Ny. S dengan hiperemesis gravidarum
grade II.
c. Mampu merumuskan pemecahan masalah terhadap kesenjangan antara
teori dan praktek pada ibu hamil trimester I pada Ny. S dengan
hiperemesis gravidarum grade II.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Diri Sendiri

Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang penatalaksanaan


asuhan kebidanan serta dapat menerapkan teori dan praktek kebidanan
pada kasus ibu hamil trimester I dengan hiperemesis gravidarum grade II.
2. Bagi Profesi

Dapat digunakan sebagai masukan bagi profesi bidan untuk meningkatkan


mutu pelayanan profesi sesuai standar asuhan kebidanan khususnya pada
kasus ibu hamil trimester I dengan hiperemesis gravidarum grade II.
3. Bagi Institusi

a. Rumah Sakit

Dapat menambah dan mengembangkan ilmu yang sudah ada serta


meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk asuhan
kebidanan pada ibu hamil trimester I dengan Hiperemesis Gravidarum
II.
b. Pendidikan

Dapat menambah buku referensi dan sumber bacaan diperpustakaan,


untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pada ibu hamil
trimester I dengan hiperemesis gravidarum grade II.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis

1. Kehamilan

a. Pengertian kehamilan

1) Menurut Wiknjosastro (2015), kehamilan adalah proses mulai dari


ovulasi sampai partus, lamanya 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih
dari 300 hari (43 minggu).
2) Menurut Saifuddin (2016), kehamilan adalah masa dimulainya
konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari
(40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir.
3) Menurut Kisanti (2010), kehamilan adalah pertemuan antara sel
sperma dan sel telur yang terjadi melalui hubungan seksual antara
laki-laki dan wanita. Pembuahan terjadi di dalam rahim ketika wanita
sedang berada pada masa subur.
b. Tanda-tanda Kehamilan

1) Tanda-tanda kemungkinan hamil

Tanda-tanda kemungkinan hamil menurut Wiknjosastro (2017),


adalah :
a) Amenorhoe, (tidak dapat haid) gejala ini penting karena wanita
hamil tidak dapat haid lagi
b) Nause (enek) dan emesis (mual), enek terjadi umumnya pada
bulan-bulan pertama kehamilan disertai kadang-kadang oleh
emesis sering terjadi di pagi hari.
c) Sering buang air kecil.

d) Rasa tergelitik, nyeri tekan, pembengkakan pada payudara.

e) Perubahan warna pada jaringan vagina dan servik.

f) Areola berwarna lebih gelap dan kelenjar-kelenjar di sekitar


puting menjadi menonjol.
g) Mengidam, sering terjadi pada bulan pertama tetapi menghilang
dengan makin tuanya kehamilan.
h) Pembesaran rahim dan perut.

i) Kontraksi sebentar-sebentar terasa nyeri.

2) Tanda-tanda tidak pasti kehamilan


Menurut Wiknjosastro (2017), tanda-tanda tidak pasti hamil, yaitu :

a) Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan.

b) Tanda hegar, perlunaan pada daerah segmen bawah uterus.

c) Tanda chadwick, vagina livid, terjadi kira-kira minggu ke-6.

d) Tanda piscaseck, uterus membesar kesalah satu jurusan.

e) Tanda Braxton hicks, uterus berkontraksi bila dirangsang. Tanda


ini khas untuk uterus pada kehamilan.
f) Suhu basal, meningkat terus antara 37,20 – 37,80 C.

g) Tes kehamilan, yang banyak dipakai adalah pemeriksaan


hormone korionik gonadotropin (HCG dalam urin).
3) Tanda-tanda pasti kehamilan

Tanda-tanda pasti hamil menurut Wiknjosastro (2016), yaitu :

a) Gambaran janin atau kantong gestasi pada ultrasonografi.

b) Detak jantung janin didengarkan menggunakan stetoskop leenex


dan dilihat melalui gambaran USG.
c) Gerakan janin terasa melalui dinding perut.

c. Perubahan fisiologi ibu hamil

Menurut Manuaba (2017), perubahan fisiologi ibu hamil meliputi :

1) Perubahan pada sistem gastrointestinal

Sebagian besar terjadi oleh karena makin meningkatnya hormon


progeseteron yang dapat mengurangi peristaltik usus dan
menimbulkan berbagai komplikasi ringan sampai berat. Proses mual
dan muntah dapat berlangsung cukup berat sehingga menimbulkan
gangguan kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menimbulkan sulit
makan, BB turun, menimbulkan metabolisme anaerobik dan
menimbulkan ketosis, serta gangguan elektrolit.
2) Perubahan pada kulit

Terjadi karena terdapat hormon khusus. Perubahan kulit dalam bentuk


hiperpigmentasi dan hiperemi di beberapa tempat.
3) Abdomen
Terjadi perubahan striae lividae/nigra yang disebabkan oleh
kombinasi melanocyte stimulating hormon estrogen dan progesteron.
4) Payudara

Putting susu dan areola mammae bertambah hitam, kelenjar


montgomery makin menonjol. Ketiganya disebabkan oleh kombinasi
peningkatan hormon seperti diatas.
5) Perubahan sistem kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan untuk dapat mendukung


peningkatan metabolisme sehingga tumbuh kembangnya janin sesuai
dengan kebutuhannya.
6) Perubahan sistem genetalia

Perubahan yang paling besar terjadi pada sistem genetalia, karena


merupakan tempat tumbuh-kembangnya hasil konsepsi yang terus
berlanjut sampai aterm di dalam uterus.
7) Perubahan sistem kelenjar endokrin

Kehamilan telah mengubah seluruh sistem sehingga bersama-sama


dapat memenuhi kebutuhan tumbuh-kembangnya janin dalam uterus
dengan sempurna. Demikianlah kelenjar endokrin mengalami
perubahan berupa peningkatan produksi dalam bentuk hormon,
bahkan dapat terjadi pembesaran.
8) Perubahan metabolisme

Kehamilan merupakan satu tambahan kehidupan intra uteri yang


memerlukan nutrisi, elektrolit, trace element dan lainnya sehingga
secara keseluruhan metabolisme anak meningkat sekitar 20 – 25%.

d. Klasifikasi kehamilan

Menurut Manuaba (2017), klasifikasi kehamilan meliputi :

1) Kehamilan trimester 1 : 0 sampai 14 minggu

2) Kehamilan trimester II : 14 sampai 28 minggu

3) Kehamilan trimester III : 28 sampai 40 minggu

e. Proses kehamilan

Menurut Wiknjosastro (2016), proses kehamilan merupakan mata


rantai yang berkesinambungan yang terdiri atas :
1) Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem
hormon yang kompleks.
2) Terjadinya migrasi spermatozoa dan ovum dengan gerak aktif tuba
yang memiliki fibriae, maka ovum diangkap dan menuju uterus,
sedangkan spermatozoa masuk kedalam alat genetalia menuju tuba
fallopi.
3) Konsepsi dan pertumbuhan zigot adalah pertemuan inti ovum dengan
inti spermatozoa.
4) Nidasi (implantasi) pada uterus adalah proses penempelan hasil
konsepsi di dalam endometrium.
5) Pembentukan plasenta.

6) Tumbuh kembang hasil konsepsi hingga aterm.

f. Komplikasi kehamilan

Menurut Wiknjosastro (2017), komplikasi yang mungkin terjadi pada


ibu hamil adalah :
1) Keguguran (aborsi spontan) dan kelahiran mati. Keguguran adalah
kehilangan janin karena penyebab alami sebelum usia kehamilan
mencapai 20 minggu, sedangkan kelahiran mati (stillbirth) kehilangan
janin karena penyebab alami pada usia kehamilan mencapai lebih dari
20 minggu.
2) Kehamilan ektopik (kehamilan diluar kandungan) kehamilan di mana
janin berkembang diluar rahim yaitu di dalam tuba falopi (saluran
telur), kanalis servikalis (saluran leher rahim) dan rongga panggul
maupun rongga perut.
3) Anemia, keadaan di mana jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pengangkut O2) kurang dari normal. Selama
hamil volume darah bertambah sehingga penurunan konsentrasi sel
darah merah dan hemoglobin yang sifatnya mencegah adalah normal.
4) Abrupsio plasenta dan plasenta previa. Abrupsio plasenta adalah
pelepasan plasenta yang berada dalam posisi normal pada dinding
rahim sebelum waktunya yang terjadi pada saat kehamilan.
Sedangkan plasenta previa di mana plasenta yang tertanam di atas atau
di dekat servik (leher rahim) pada rahim bagian bawah. Di dalam
rahim plasenta bisa menutupi lubang serviks secara keseluruhan atau
sebagian. Plasenta previa biasanya terjadi pada wanita yang telah
hamil lebih dari satu kali atau wanita yang memiliki kelainan rahim
misalnya fibroid.
5) Hiperemesis gravidarum salah satu komplikasi kehamilan di mana
mual dan muntah yang berlebihan selama masa hamil yang dapat
menyebabkan dehidrasi dan kelaparan.

6) Pre-eklamsi merupakan tekanan darah tinggi yang disertai dengan


proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan)
yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama
setelah persalinan.
2. Hiperemesis Gravidarum

a. Pengertian

1) Menurut Manuaba (2007), hiperemesis gravidarum adalah mual atau


muntah yang berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas
sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan hidup ibu hamil.
2) Menurut Arif (2010), hiperemesis gravidarum adalah mual dan
muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan
keadaan umum menjadi buruk.
3) Menurut Varney (2009), hiperemesis gravidarum adalah mual dan
muntah yang berlebihan saat kehamilan.
b. Etiologi Hiperemesis gravidarum

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.


Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan
saraf disebabkan kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.
Menurut Manuaba (2010), faktor-faktor penyebab hiperemesis
gravidarum yang ditemukan, antara lain :
Faktor predisposisi, sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa,
diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG. Frekuensi
yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan
dugaan bahwa faktor horman memegang peranan karena pada kedua
keadaan tersebut hormon khorionik gonadrotopin dibentuk berlebihan.
1) Faktor organik, masuknya vili khorialis dalam siklus maternal dan
perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari
pihak ibu.
2) Faktor alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan

3) Faktor psikologis, faktor ini memegang peran penting pada


hiperemesis gravidarum walaupun hubungannya dengan terjadinya
hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Sebagai contoh
rumah tangga yang rusak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinaan takut terhadap tanggung jawab sebagi ibu
dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi
hamil atau sebagai sebagai pelarian karena kesuksesan hidup.
c. Patofisiologi Hiperemesis gravidarum

Patofisologi hiperemesis gravidarum menurut Manuaba (2010),


diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun dan diuresis menurun. Hal
ini menimbulkan perfusi ke jaringan, menutup untuk memberikan nutrisi
dan mengkonsumsi O2. Oleh karena itu dapat terjadi perubahan
metabolisme menuju ke arah anaerobik yang menimbulkan benda keton
dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan perubahan
elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi. Dampak dari semua
itu masalah tersebut menimbulkan gangguan fungsi alat vital sebagai
berikut :
1) Hepar

a) Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun.

b) Gangguan fungsi sel liver dan terjadi ikterus.

c) Terjadi perdarahan pada parenkin liver sehingga menyebabkan


gangguan fungsi umum.
2) Ginjal

a) Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme


tertimbun.
b) Terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal

c) Sistem saraf pusat, terjadi nekrosis dan perdarahan otak


diantaranya perdarahan ventrikel.
d. Gejala dan tingkat Hiperemesis Gravidarum

Menurut Manuaba (2010), gejala hiperemesis gravidarum secara


klinis dapat dibagi menjadi 3 tingkat, meliputi :
1) Hiperemesis gravidarum grade I dengan gejala mual dan muntah
terus-menerus, dehidrasi, turgor kulit berkurang, lidah kering, tekanan
darah turun dan suhu naik, nyeri epigastrum.
2) Hiperemesis gravidarum grade II dengan gejala dehidrasi bertambah,
turgor kulit makin berkurang, lidah kering dan kotor, mata cekung,
tekanan darah turun dan nadi meningkat, mata ikterik, urine
berkurang, nafas berbau aseton.
3) Hiperemesis gravidarum grade III dengan gejala dehidrasi makin
berat, mual dan muntah berhenti, terjadi perdarahan dari esofagus,
lambung, dan retina, gangguan fungsi hati bertambah, ikterus
meningkat, gangguan kesadaran (somnolen sampai koma).
e. Diagnosis

Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak terlalu sukar


karena penyakit ini berkaitan dengan gestose (gestatid-hamil), yaitu
hanya terdapat pada ibu hamil (Manuaba, 2010).
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan
kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin,
sehingga pengobatan perlu segera diberikan (Wiknjosastro, 2015).
f. Pencegahan Hiperemesis Gravidarum
Menurut Prawirohardjo (2009), pencegahan terhadap hiperemesis
gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan informasi
tentang kehamilan dan persalinan sebagai proses jalan yang fisiologis,
memberi keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang Fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah 4
bulan. Beberapa hal untuk mencegah hiperemesis gravidarum adalah :
menganjurkan makan dalam jumlah sedikit tapi sering, menghindari
makanan yang berlemak, minum yang cukup untuk menghindari
dehidrasi.
Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum

Menurut Wiknjosastro (2010), bila pencegahan tidak berhasil,


maka diperlukan pengobatan, yaitu :
1) Terapi obat menggunakan sedatif, yang sering di berikan adalah
Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan, adalah vitamin B1 dan B6.
Anti histamin juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada
keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti hidrokhloride atau
khlorpromasin.
2) Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola
di rumah sakit.
3) Isolasi, penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah
dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk.
Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar
penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak
diberikan makan dan minum selama 24 jam. Kadang-kadang dengan
isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
4) Terapi Psikologik, perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit
dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan,
kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang
kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
5) Cairan parenteral, berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit,
karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan garam
fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium
dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila
ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara
intravena.
6) Penghentian kehamilan, pada sebagian kecil kasus keadaan tidak
menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan
medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,
takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi
komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan
untuk mengakhiri kehamilan.
g. Prognosis Hiperemesis Gravidarum

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum


sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun
demikian pada tingkatan yang berat penyakit ini dapat mengancam jiwa
ibu dan janin (Winkjosastro, 2010).
3. Hiperemesis Gravidarum Grade II

a. Pengertian

1) Menurut Prawirohardjo (2011), hiperemesis gravidarum grade II


adalah mual dan muntah yang sering kedapatan pada trimester I,
gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid
terakhir dan belangsung selama kurang 10 minggu.
2) Menurut Manuaba (2011), hiperemesis gravidarum grade II adalah
mual muntah berlebihan sehingga mengakibatkan aktivitas sehari-
hari menjadi terganggu dan dapat membahayakan hidupnya.
b. Etiologi Hiperemesis Gravidarum Grade II

Menurut Hacker (2012), penyebab yang mendasari mual dan


muntah-muntah selama kehamilan tidak diketahui dengan baik. Ada
beberapa hipotesis diusulkan :
1) Peristiwa psikis. Pasien yang berada dalam stress kejiwaan akan lebih
mungkin untuk mengalami mual dan muntah-muntah.
2) Perubahan neuroendokrin, timbulnya mual dan muntah-muntah
diperkirakan sejajar dengan peningkatan korionik gonadotropin
serum.
3) Gangguan fungsi adrenal dan hipofisis, pasien dengan penyakit
addison atau insufisiensi adrenokotikal setelah adrenalektomi akan
mengeluh mual dan muntah-muntah. Pemberian hormon
adrenokortiko tropic (ACTH) pada pasien dengan hiperemesis
guavidarum sering menimbulkan respon terapeutik. Tetapi kedua
kelenjar berfungsi secara normal pada pasien hiperemesis.
4) Hipertiroksemia. Hipertirosemia terdapat pada sekitar 70% pasien
dengan hiperemesis gravidarum.
5) Ketidakseimbangan steroid seks. Defisiensi progesterone dan
kelebihan estrogen telah terlibat, meskipun tidak ada data yang
memperkuat pernyataan ini.
6) Obat-obat dan bahan kimia dapat mencetuskan mual dan muntah-
muntah melalui perubahannya dari khemo reseptor pada dasar vertikel
keempat, prostaglandin, obat glikosuda jantung diperkirakan dapat
bekerja melalui mekanisme semacam itu.
c. Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum Grade II

Menurut Wiknjosastro (2016), tanda dan gejala hiperemesis


gravidarum grade II adalah :
1) Mual muntah yang berlebihan + 8 – 10 x/hari.

2) Dehidrasi bertambah.

3) Turgor kulit makin berkurang.

4) Lidah kering dan kotor.

5) Mata cekung.

6) Berat badan turun > 5% dari berat sebelum hamil.

7) Tekanan darah turun dan nadi meningkat.

8) Gejala hemokonsentrasi makin tampak, urine berkurang, terdapat


aseton dalam urine.
9) Terjadi gangguan buang air besar.

10) Nafas berbau aseton.

d. Pencegahan Hiperemesis Gravidarum Grade II

Prinsip Pencegahan menurut Mansjoer (2011), adalah mengobati


emesis agar tidak terjadi hiperemesis, yaitu :
1) Penerapan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses
fisiologis.
2) Makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan seperti,
biscuit, roti kering dan teh hangat saat bangun tidur dan sebelum tidur.
Hindari makanan berminyak dan berbau, sebaiknya dihidangkan
dalam keadaan panas atau saat dingin.
e. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum Grade II

Menurut Manuaba (2010), bila pencegahan tidak berhasil, maka


diperlukan pengobatan yaitu :
1) Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan
pertukaran udara yang baik, kalori diberikan secara parental dengan
glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2 – 3 liter sehari
2) Diuresis selalu dikontrol untuk menjaga keseimbangan cairan.

3) Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum


menjadi baik, coba berikan minuman makanan yang sedikit demi
sedikit ditambah.
4) Sedative yang diberikan adalah fenobarbital.
5) Dianjurkan pemberian vitamin B1 dan B6 tambahan.

6) Pada keadaan lebih berat berikan antiemetik seperti metokloramid,


disiktomin hiroklorida atau klorpromasin.
7) Berikan terapi psikologis untuk menyakinkan pasien penyakitnya bisa
disembuhkan serta menghilangkan rasa takut hamil dan konflik yang
melatarbelakangi hiperemesis gravidarum.
8) Berikan obat anti histamine, seperti dramamin, Avomin.

f. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum Grade II

Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti
ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu
menjadi lemah dan dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa,
pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang
menyebabkan peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan
ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai
dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang
(Setiawan, 2011).
Pada bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di awal kehamilan
tidak berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu
menderita hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya
mengalami BBLR, IUGR, prematur hingga terjadi abortus
(Wiknjosastro, 2010).

B. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan dengan


menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah sehingga merupakan
alur kerja dan pengorganisasian, pemikiran serta langkah-langkah dalam
suatu urutan yang logis, yang menguntungkan baik bagi klien maupun bidan
(Varney, 2011).
2. Proses Manajemen kebidanan

Penyusunan studi kasus ini penulis mengacu pada penerapan


manajemen kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum
grade II menurut 7 langkah Varney karena metode dan pendekatannya
sistematik dan analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan
pemecahan masalah terhadap klien. Dalam proses ketujuh langkah tersebut
dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, yaitu :
Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses kebidanan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2008).
Pengumpulan data ini meliputi :

a. Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang di dapat dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak
dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independen tetapi melalui
suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2008).
Data subyektif di sini meliputi :

1) Identitas klien dan suami menurut (Nursalam, 2008)

a) Nama

Dikaji untuk mengenal dan mengetahui pasien, agar tidak keliru


dalam memberikan penanganan.
b) Umur

Dikaji untuk mengetahui umur pasien. Umur ibu hamil yang terlalu
muda kurang dari 20 tahun lebih potensial terhadap hiperemesis
gravidarum grade II.
c) Agama

Dikaji untuk memberi motivasi pasien sesuai dengan agamanya.

d) Suku / Bangsa

Dikaji untuk mengetahui faktor bawaan atau ras pasien.

e) Pendidikan

Dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien, sehingga


mempermudah dalam memberikan pendidikan kesehatan. Tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap dan perilaku ibu terhadap
terjadinya hiperemesis gravidarum grade II.
f) Pekerjaan

Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan


terhadap permasalahan kesehatan, serta dapat menunjukkan tingkat
keadaan ekonomi keluarga.
g) Alamat
Dikaji untuk mengetahui tempat tinggal pasien, serta
mempermudah pemantauan.
2) Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan yang harus ditanyakan dengan


singkat dengan menggunakan bahasa yang di pakai si pemberi
keterangan. Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan
klien datang, apakah untuk memeriksakan kehamilan atau untuk
memeriksakan keluhan lain. Keluhan yang muncul pada kasus
hiperemesis gravidarum grade II adalah mual-muntah 8-10 x/hari
(Wiknjosastro, 2010).
3) Riwayat haid / menstruasi

Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah


menarche, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah,
teratur atau tidak teratur, sifat darah, keluhan utama yang dirasakan
saat haid, dan menstruasi terakhir yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk perhitungan tanggal kehamilan dan perkiraan kelahiran
(Wiknjosastro, 2010). Pada kasus hiperemesis gravidarum grade II
riwayat menstruasi terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir
dan berlangsung selama kurang 10 minggu (Prawirohardjo, 2011).
4) Riwayat kehamilan sekarang

Dikaji untuk mengetahui keadaan kehamilan itu saat ini, terutama


mengenai keteraturan ibu dalam memeriksakan kehamilannya, karena
dari pemeriksaan ANC yang rutin dapat diketahui keluhan- keluhan
yang dirasakan, misalnya : pemeriksaan hiperemesis gravidarum dan
pemeriksaan yang lain sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya faktor resiko terjadinya hiperemesis gravidaraum
(Prawirohardjo, 2011).
5) Riwayat Penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang

Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini, apakah pada


keadaan ibu hamil hiperemesis gravidarum grade II menderita
sakit flu, batuk dan demam (Winkjosastro, 2010).
b) Riwayat penyakit sistemik

Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit sistemik pada ibu hamil


diantaranya jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, diabetes melitus,
hipertensi, dan epilepsi yang dapat mempengaruhi kehamilan
(Wiknjosastro, 2010).
c) Riwayat penyakit keluarga
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menurun dalam keluarga
seperti asma, DM, hipertensi, jantung dan riwayat penyakit menular
seperti TBC dan hepatitis, baik dalam kelurga ibu maupun ayah yang
dapat mempengaruhi kehamilan (Farrer, 2008).
d) Riwayat keturunan kembar

Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang


mempunyai riwayat keturunan kembar (Saifuddin, 2008).
e) Riwayat operasi

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah dilakukan tindakan


operasi atau belum, yang sekiranya dapat mengganggu dalam
proses kehamilan ini (Winkjosastro, 2009).
6) Riwayat perkawinan

Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama ibu menikah, dengan


suami sekarang merupakan istri yang ke berapa, dan mengetahui
berapa jumlah anaknya (Varney, 2011).
7) Riwayat keluarga berencana

Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi apa yang pernah dipakai dan
berapa lama memakai alat kontrasepsi, dan adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi (Ambarwati&Wulandari, 2008).
8) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

a) Kehamilan : Dikaji untuk mengetahui berapa umur kehamilan janin


(Wiknjosastro, 2011).
b) Persalinan : Dikaji untuk mengetahui persalinan ibu yang lalu
spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada
perdarahan, waktu persalinan di tolong oleh siapa,
dimana tempat melahirkan (Wiknjosastro, 2010).
c) Nifas : Dikaji untuk mengetahui adakah komplikasi pada
masa nifas sebelumnya, untuk dapat melakukan
pencegahan atau waspada terhadap kemungkinan
kekambuhan komplikasi (Nursalam, 2008).
d) Anak : Dikaji untuk mengetahui riwayat anak, jenis
kelamin, hidup atau mati, kalau meninggal pada usia
berapa dan sebab meninggal, berat badan dan
panjang badan waktu lahir (Wiknjosastro, 2011).
e) Riwayat laktasi

Dikaji untuk mengetahui berapa lama ibu pernah menyusui, adakah


keluhan atau tidak saat menyusui (Wiknjosastro, 2010).
9) Pola kebiasaan sehari-hari sebelum dan selama hamil
a) Nutrisi

Dikaji untuk mengetahui status gizi pasien sebelum dan selama


hamil apakah mengalami perubahan, frekuensi makan, jenis
makanan, kualitas dan kuantitas makanan, serta berapa banyak ibu
minum dalam satu hari. Pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum grade II asupan makan dan minum ibu berkurang, ibu
mengalami mual dan muntah setelah makan (Manuaba, 2008).
b) Eliminasi

Dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK pasien sebelum


dan selama hamil, BAB meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi,
dan bau, serta kebiasaan BAK meliputi frekuensi, warna, dan
jumlah. Pada kasus hiperemesis gravidarum grade II frekuensi
urine berkurang, diakibatkan karena adanya dehidrasi (Manuaba,
2008).
c) Aktifitas

Dikaji untuk mengetahui pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada ibu


hamil dengan hiperemesis gravidarum grade II aktivitas menjadi
terganggu (Ambarwati&Wulandari, 2008).
d) Istirahat

Dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa


lama kebiasaan tidur siang dan tidur malam. Pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum grade II kebutuhan istirahat akan
berkurang dikarenakan adanya gangguan rasa nyaman ibu
mengalami mual dan muntah, ibu dianjurkan untuk bedrest total
(Ambarwati&Wulandari, 2008)
e) Seksualitas

Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan


seksual dalam seminggu, ada keluhan atau tidak (Saifuddin,
2008).
10) Psikososial budaya

Dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan ibu dalam menjalani


kehamilan ini, dukungan keluarga, jenis kelamin yang diharapkan,
kehamilan ini direncanakan atau tidak. Adakah pantangan makanan
selama kehamilan, kebiasaan atau adat istiadat dalam kehamilan. Pada
kasus hiperemesis gravidarum grade II yang takut terhadap
kehamilan dan persalinaan, takut terhadap tanggung jawab sebagi ibu
dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah (Saifuddin, 2006).
11) Penggunaan obat-obatan atau rokok
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu perokok dan pemakai obat-
obatan selama hamil atau tidak (Nursalam, 2008).
Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur
(Nursalam, 2008) meliputi :
12) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik


(memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang
lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan
dalam berjalan), lemah atau buruk (kurang atau tidak memberi
respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien
sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri). Pada hiperemesis
gravidarum grade II keadaan umum ibu lemah (Sulistyawati,
2009).
b) Kesadaran

Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu, menurut Nursalam


(2008), meliputi :
(1) Composmentis (kesadaran penuh dengan memberikan respon
yang cukup terhadap stimulus yang diberikan)
(2) Somnolen (kesadaran yang mau tidur saja. Dapat
dibangunkan dengan rangsang nyeri, tetapi jatuh tidur lagi)
(3) Koma (tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau
rangsangan apapun, reflek pupil terhadap cahaya tidak ada).
(4) Apatis (acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya).

Pada keadaan ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum grade II

kesadaran ibu apatis (Alimul, 2006).


c) Tekanan darah

Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan


nilai satuannya mmHg. Keadaan ini sebaiknya antara 90/60 –
130/90 mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih dari 30 mmHg
dan peningkatan diastolik tidak lebih dari 15 mmHg dari keadaan
normal pasien atau paling sedikit pada pengukuran 2 kali berturut-
turut pada selisih 1 jam. Pada kasus hiperemesis gravidarum grade
II tekanan darah terjadi penurunan (Manuaba, 2007).
d) Suhu

Untuk mengetahui suhu badan klien kemungkinan demam atau


febris yang merupakan gejala adanya infeksi yang berdampak pada
kehamilan hiperemesis gravidarum suhu di ukur dengan
menggunakan skala derajat celcius. Batas normal 36,5 – 37,50C
(Saifuddin, 2006). Pada kasus hiperemesis gravidarum grade II
keadaan suhu badan mengalami kenaikan dari batas normal karena
dehidrasi (Manuaba, 2008).
e) Nadi

Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang di hitung dalam 1


menit, denyut nadi normal adalah 70 x/menit sampai 88 x/menit
(Saifuddin, 2006). Nadi pada hiperemesis gravidarum grade II
sekitar 100 kali permenit (Mansjoer, 2009)
f) Respirasi

Untuk mengetahui frekuensi pernapasan yang di hitung dalam 1


menit, respirasi normal adalah 12 x/menit sampai 20 x/menit. Pada
kasus hiperemesis gravidarum sedang pernafasan akan lebih cepat
(Saifuddin, 2009).
g) Berat badan

Untuk mengetahui status gizi ibu, berat badan ibu hamil bertambah
0,5 kg per minggu, bila kurang perhatikan apakah ada malnutrisi,
malabsorbsi, atau pemakaian alkohol, obat-obatan, atau rokok.
Sebaliknya, bila lebih dari 0,5 kg, perhatikan adanya diabetes
mellitus, kehamilan ganda, hidramnion, atau oedema. Pada kasus
hiperemesis gravidarum sedang berat badan menurun sekitar 4-5%
dari berat badan sebelumnya (Markum, 2007).
h) Tinggi badan

Untuk mengetahui tinggi badan pasien (Nursalam, 2008).

i) LILA

Untuk mengetahui status gizi ibu hamil, dengan batas lingkar


lengan normal, yaitu 23,5 cm (Wiknjosastro, 2006).
13) Pemeriksaan sistematis

a) Inspeksi

(1) Kepala, meliputi :

(a) Rambut

Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, menilai


warnanya, kelebatan, dan karakteristik rambut (Alimul,
2009).
(b) Muka

Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak ada


oedema dan cloasma gravidarum atau tidak
(Prawirohardjo, 2010). Pada ibu hamil hiperemesis
gravidarum grade II muka terlihat pucat (Wiknjosastro,
2010).
(c) Mata

Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, keadaan


conjungtiva pucat atau merah muda, warna sclera putih
atau kuning, mata cekung atau tidak. Pada ibu hamil
hiperemesis gravidarum grade II mata terlihat cekung,
mata ikterik (Alimul, 2010).
(d) Hidung

Untuk mengetahui keadaan hidung ada polip atau tidak


(Alimul, 2010).
(e) Telinga

Untuk mengetahui keadaan telinga simetris atau tidak, ada


serumen atau tidak (Alimul, 2010).
(f) Mulut

Untuk mengetahui keadaan mulut adakah caries, bersih


atau tidak, keadaan bibir kering atau tidak, lidah kotor dan
berbau aseton atau tidak. Pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum grade II mulut berbau aseton,
lidah kering (Alimul, 2010)
(2) Leher

Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar gondok atau


pembesaran kelenjar limfe (Alimul, 2010).
(3) Dada dan Axilla

Untuk mengetahui keadaan payudara membesar atau tidak,


putting susu menonjol atau tidak, areola hiperpigmentasi atau
tidak, keadaan axilla ada benjolan dan nyeri atau tidak
(Nursalam, 2010).
(4) Abdomen

Untuk mengetahui adanya pembesaran abdomen atau perut,


adanya jaringan parut, luka bekas operasi dan pergerakan janin
(Nursalam, 2010).
(5) Genetalia

Untuk mengetahui adanya varices atau tidak, mengetahui


apakah ada pembengkakan kelenjar bartolini, mengetahui
pengeluaran yaitu perdarahan dan flour albus (Wiknjosastro,
2008)
(6) Anus

Adanya haemoroid atau tidak adanya varices atau tidak


(Wiknjosastro, 2008)
(7) Ekstremitas

Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya varices,


reflek patella positif atau negatif, betis merah lembek atau
keras (Wiknjosastro, 2008).
(8) Kulit

Untuk mengetahui turgor kulit berkurang. Pada kasus


hiperemesis gravidarum grade II turgor kulit berkurang
(Mansjoer, 2012).
b) Palpasi

Menurut Manuaba (2009), yaitu :

(1) Leopold I : Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian


janin dalam fundus serta konsistensi uterus.
(2) Leopold II : Untuk menentukan bagian kanan dan kiri pada
perut ibu.
(3) Leopold III : Untuk mengetahui bagian apa yang terdapat di
bagian bawah perut dan apakah bagian bawah
tersebut sudah atau belum masuk pintu atas
panggul.
(4) Leopold IV : Untuk mengetahui seberapa masuknya bagian
bawah janin ke dalam rongga panggul.
c) Auskultasi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya DJJ karena


merupakan tanda pasti kehamilan. Terdengarnya DJJ menunjukkan
bahwa janin dalam keadaan hidup (Manuaba, 2009).
Pemeriksaan penunjang.
Untuk menegakkan diagnosa dari pemeriksaan fisik, pada kasus
hiperemesis gravidarum sedang pemeriksaan yang dilakukan :
Elektrolit darah dan Urinalisis. Pada kasus hiperemesis gravidarum
grade II urine terdapat aseton (Mansjoer, 2010).
Langkah II : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa


atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik
(Varney, 2010).
a. Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang di tegakkan bidan dalam


lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan. Diagnosa yang dapat di tegakkan adalah “Ny X G... P... A...
umur... tahun dengan hiperemesis gravidarum grade II”.
Dasar :

Data Subyektif :

Menurut Wiknjosastro (2010), yaitu :


1) Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir pada tanggal.
2) Ibu mengatakan ini kehamilan yang.
3) Ibu mengatakan mual muntah 8 - 10 x/ hari.
4) Ibu mengatakan badannya lemas.
5) Ibu mengatakan nafsu makan berkurang.
6) Ibu mengatakan frekuensi BAK berkurang.

Data Obyektif :

Menurut Wiknjosastro (2010), yaitu :


1) HPL
2) Keadaan umum lemah dan kesadaran apatis.
3) Tekanan darah turun.
4) Nadi kecil sekitar 100 x/menit dan cepat.
5) Suhu kadang-kadang naik.
6) Berat badan turun > 5% dari berat badan sebelum hamil.
7) Turgor kulit berkurang.
8) Mata cekung.
9) Lidah mengering dan kotor.
10) Nafas berbau aseton.
11) Palpasi abdomen.
b. Masalah

Masalah adalah hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi


oleh bidan sesuai dengan pengkajian, sebagai contoh pada kasus
hiperemesis gravidarum grade II adalah ibu merasa cemas dengan
kehamilannya (Mansjoer, 2010).
c. Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang di butuhkan pasien dan belum


teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang di dapatkan dengan
melakukan analisa data, sebagai contoh pada kasus hiperemesis
gravidarum grade II adalah memberikan konseling dan motivasi
dukungan pada ibu (Mansjoer, 2010).
Langkah III : Diagnosa Potensial.

Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi masalah atau diagnosa


potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi (Nursalam, 2008).
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap
bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Dan yang
paling penting adalah melakukan asuhan yang aman. Dari kasus hiperemesis
gravidarum grade II didapatkan diagnosa potensial terjadinya dehidrasi dan
terganggunya keseimbangan elektrolit, dan dapat mengarah ke hiperemesis
gravidarum grade III yang dapat membahayakan hidup ibu dan janin
(Varney, 2010).
Langkah IV : Antisipasi

Antisipasi adalah mengidentifikasi tindakan segera oleh bidan atau


dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau di tangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Sofyan, 2008).
Antisipasi dalam kasus hiperemesis gravidarum grade II yaitu kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian terapi Vit B1, B6, Sedative, Anti emetik dan
Anti histamin, serta motivasi untuk bedrest total (Wiknjosastro, 2010).
Langkah V : Perencanaan

Perencanaan adalah merupakan kelanjutan manajemen terhadap


diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada
langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus
rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up
to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan
dilakukan klien (Varney, 2010).
Rencana Asuhan dari diagnosa yang akan diberikan dalam kasus

hiperemesis gravidarum grade II menurut Manuaba (2008), adalah :

a. Isolasi penderita dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran
udara yang baik, kalori diberikan secara parental dengan glukosa 5%
dalam cairan fisiologis sebanyak 2 – 3 liter sehari
b. Jaga keseimbangan cairan.
c. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum menjadi
baik, diberikan minuman makanan yang sedikit demi sedikit ditambah.
d. Berikan sedative yaitu fenobarbital.

e. Anjurkan pemberian vitamin B1 dan B6 tambahan.

f. Berikan antiemetik seperti metokloramid, disiktomin hiroklorida atau


klorpromasin.
g. Berikan terapi psikologis untuk menyakinkan pasien penyakitnya bisa
disembuhkan serta menghilangkan rasa takut hamil dan konflik yang
melatarbelakangi hiperemesis gravidarum.
h. Berikan obat anti histamine, seperti dramamin, Avomin.
Langkah VI : Pelaksanaan ( Implementasi)

Menurut Varney (2010), pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh


seperti yang diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan
aman. Penatalaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak
melakukannya sendiri tetapi dia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan penatalaksanaannya (misalnya memastikan langkah-langkah
tersebut benar terlaksana) (Varney, 2010).
a. Mengisolasi penderita dalam kamar yang tenang dan cerah dengan
pertukaran udara yang baik, kalori diberikan secara parental dengan
glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2 – 3 liter sehari
b. Menjaga keseimbangan cairan.

c. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum menjadi
baik, memberikan minuman makanan yang sedikit demi sedikit
ditambah.
d. Memberikan sedative yaitu fenobarbital.

e. Menganjurkan pemberian vitamin B1 dan B6 tambahan.

f. Memberikan antiemetik seperti metokloramid, disiktomin hiroklorida


atau klorpromasin.
g. Memberikan terapi psikologis untuk menyakinkan pasien penyakitnya
bisa disembuhkan serta menghilangkan rasa takut hamil dan konflik yang
melatarbelakangi hiperemesis gravidarum.
h. Memberikan obat anti histamine, seperti dramamin, Avomin.
(Wiknjosastro, 2010
46
LangkahVII : Evaluasi

Evalusi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses


keperawatan menandakan seberapa jauh rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2008). Pada langkah ini
dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah dipenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana rencana tersebut dapat dianggap
efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Varney, 2010).
a. Mual muntah berkurang.

b. Keadaan umum baik

c. Ibu dan janin sehat

d. Nafsu makan sudah baik

e. Berat badan naik

f. Tidak terjadi dehidrasi

g. Tidak terjadi hiperemesis gravidarum grade III

C. Data Perkembangan

Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah


manajemen Varney, sebagai catatan perkembangan dilakukan asuhan
kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Menurut Varney. (2010), sistem
pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP, yaitu :
a. S (Subyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesa sebagai langkah satu Varney.
b. O (Obyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan tes diagnostic lain yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan
langkah satu Varney.

c. A (Assesment) : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan


intepretasi data subyektif dan obyektif suatu identifikasi:
1) Diagnosa atau masalah

2) Antisipasi diagnosa atau masalah

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,


konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan sebagai
langkah II, III, IV Varney.
d. P (Planning) : Mengambarkan pendokumentasian dari tindakan dan
46
evaluasi, perencanaan berdasarkan assessment sebagai
langkah V, VI, VII Varney.
D. Landasasan Hukum

Berdasarkan Permenkes NO 1464/MENKES/PER/X/2010 Pasal 10


ayat (1). Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa
pra hamil, kehamilan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua
kehamilan (Depkes RI, 2010).
Berdasarkan Wewenang bidan menurut Kepmenkes: 369/SK/III/2007
mengenai keyakinan tentang kolaborasi. Praktik kebidanan dilakukan dengan
menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik
terhadap perempuan, sebagai salah satu kesatuan fisik, psikis emosional, sosial
budaya, spiritual, serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki otonomi
penuh dalam praktiknya yang berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
(Menkes RI, 2007).
BAB III

METODOLOGI

A. Jenis Studi Kasus

Laporan studi kasus ini dengan metode deskriptif yaitu suatu metode yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan atau membuat gambaran
tentang studi keadaan secara obyektif. Studi kasus adalah studi yang dilakukan
dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari
unit tunggal, yaitu satu orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu
masalah (Notoatmodjo, 2010).
B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan


(Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini dilaksanakan di RSU Raden Mattaher.
C. Subyek Studi Kasus

Dalam penulisan studi kasus ini subyek merupakan orang yang dijadikan
sebagai responden untuk mengambil kasus (Notoatmodjo, 2010). Subyek
laporan kasus ini Ibu hamil Ny. S G4P2A1dengan hiperemesis gravidarum grade
II.
D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus merupakan kapan pelaksanaan pengambilan studi


kasus akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini dilaksanakan
pada tanggal 30 Oktober - 02 November 2019
E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data (Arikunto, 2011). Pada kasus ini instrumen yang
digunakan untuk mendapatkan data adalah format asuhan kebidanan pada ibu
hamil.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada klien adalah dengan cara mengambil data
primer dan data sekunder :
1. Data primer

Data primer adalah data yang diambil secara langsung diambil dari
objek/objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi
(Riwidikdo, 2011)
Data primer diperoleh dengan cara :

a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik, yaitu :

1) Inspeksi

Inspeksi adalah proses observasi yang dilaksanakan secara


sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indera
penglihatan, pendengaran dan penciuman (Nursalam, 2008).
Inspeksi dilakukan secara berurutan dimulai dari kepala sampai
kaki. Pada kasus ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum
Pemeriksaan mulai dari kepala, leher, dada dan axilla, abdomen,
genetalia, anus, ekstremitas, kulit dan mammae (Wiknjosastro,
2009).
2) Palpasi

Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera


peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif
(Nursalam, 2008). Pada kasus ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum grade II pemeriksaan Leopold I – IV (Wiknjosastro,
2007).

3) Perkusi

Perkusi adalah teknik pemeriksaan dengan mengetuk-


ngetukkan jari ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk
membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan (Nursalam,
2008). Pada kasus ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum grade
II seperti pada reflek pattela kanan dan kiri negatif atau positif
(Mufdlilah, 2009).
4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan


stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh
(Nusalam, 2008). Pada kasus ibu hamil pemeriksaan auskultasi yang
ikut terdengar adalah bunyi detak jantung janin (Manuaba, 2007).
b. Wawancara

Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk


mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
peneliti secara lisan dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau
bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face)
(Notoatmodjo, 2010).
c. Observasi

Observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu


obyek dengan menggunakan seluruh alat indera mengobservasi dapat
dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran peraba dan
pengecap (Arikunto, 2006). Dalam studi kasus ini observasi pada ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum grade II adalah observasi intake
dan output (Mansjoer, 2011).
2. Data sekunder

Data sekunder adalah dokumentasi catatan medis merupakan sumber


informasi yang penting bagi tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi
masalah untuk menegakkan diagnosa, merencanakan tindakan kebidanan
dan memonitor respon pasien terhadap tindakan (Notoatmodjo, 2010).
a. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang dipersiapkan


karena adanya permintaan seorang penyidik (Nursalam, 2008). Dalam
kasus ini dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data yang
diambil dari catatan rekam medik klien berupa jumlah ibu hamil di RSU
Raden Mattaher
b. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat


penting dalam menunjang latar belakang teoritis dalam suatu penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Studi kepustakaan pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum grade II mengambil dari buku-buku kesehatan
tahun 2006 – 2018.
G. Alat-alat yang Dibutuhkan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara lain :

1. Alat dan bahan pengambilan data :

a. Format pengkajian pada ibu hamil

b. Buku tulis

c. Ballpoint

2. Alat dan bahan melakukan pemeriksaan dan observasi :

a. Spygmomanometer

b. Stetoskop

c. Termometer

d. Timbangan berat badan


e. Pita pengukur lingkar lengan atas

f. Stetoskop monoculer atau leanec

g. Metlin

h. Jam tangan dengan penunjuk second

i. Hammer

3. Alat untuk pendokumentasian :

a. Status atau catatan pasien

b. Rekam medik

c. Alat tulis
BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Tanggal : 30 Oktober 2019


Jam : 15.00 WIB
Tempat : RSU Raden Mattaher

A. TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien Indentitas Suami

1) Nama : Ny. S Nama : Tn. S

2) Umur : 27 tahun Umur : 35 tahun

3) Agama : Islam Agama : Islam

4) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

5) Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

6) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

7) Alamat : RT.04 W

b. Anamnesa (Data Subjektif)

1) Keluhan utama pada waktu masuk

Ibu mengatakan hamil 3 bulan, mengeluh sejak 3 hari yang lalu mual
dan muntah + 10 x/hari, berupa cairan setelah makan dan minum,
serta badan terasa lemas dan pusing.

2) Riwayat menstruasi

a) Menarche : Ibu mengatakan haid pertamanya pada


usia 12 tahun.
b) Siklus : Ibu mengatakan siklus menstruasinya 28
hari.
c) Lama : Ibu mengatakan lamanya haid 6 – 7 hari.
d) Banyaknya : Ibu mengatakan saat haid sehari ganti

pembalut 2 – 3 kali.

e) Teratur/tidak teratur : Ibu mengatakan haidnya teratur setiap

bulan.

f) Sifat darah : Ibu mengatakan sifat darahnya encer dan

berwarna merah.

g) Dismenorhoe : Ibu mengatakan saat haid tidak pernah

mengalami nyeri perut (dismenorhoe).

3) Riwayat kehamilan sekarang

a) HPHT : 01 Agustus 2019.

b) HPL : 08 Mei 2020.

c) Gerakan janin : Ibu mengatakan belum merasakan

adanya gerakan janin.

d) Obat yang dikonsumsi : Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi

obat dari bidan seperti anti muntah dan


vitamin.
e) Keluhan-keluhan pada

Trimester I : Ibu mengatakan sering mual dan muntah

pada pagi hari, tapi sejak 3 hari yang lalu


mengalami mual dan muntah + 10 x/hari
berupa cairan setelah makan dan minum.
f) ANC : Ibu mengatakan 2 kali dilakukan di bidan
pada saat UK 1 bulan dan 2 bulan.
g) Penyuluhan yang pernah didapat

Ibu mengatakan sudah mendapatkan penyuluhan gizi ibu hamil.

h) Imunisasi / TT : 2 kali dilakukan di bidan


TT1 : pada waktu umur kehamilan 1 bulan
TT2 : Pada waktu umur kehamilan 2 bulan
i) Kekhawatiran khusus

Ibu mengatakan merasa cemas dengan kondisi kehamilannya.

4) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan mual dan muntah sejak 3 hari yang lalu, mual
dan muntah berupa cairan + 10 x/hari setiap setelah makan dan
minum, badan terasa lemas dan pusing.
b) Riwayat penyakit sistemik

(1) Jantung : Ibu mengatakan dada sebelah kirinya tidak

berdebar-debar dan tidak keluar keringat


dingin pada telapak tangannya.
(2) Ginjal : Ibu mengatakan pada pinggangnya tidak
pernah sakit saat BAK.
(3) Asma/TBC :Ibu mengatakan tidak pernah mengalami batuk
yang berkepanjangan sampai 3 bulan atau
lebih dan ibu tidak pernah mengalami sesak
nafas.
(4) Hepatitis : Ibu mengatakan pada kuku, mata, dan kulitnya
tidak berwarna kuning.
(5) DM : Ibu mengatakan tidak mudah haus, lapar, dan
tidak sering BAK pada malam hari > 8 kali.

(6) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami

tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg,


dengan keluhan misalnya : pusing, tengkuk
terasa kaku dan tegang.
(7) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami

kejang sampai mengeluarkan busa dari


mulutnya.
(8) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit apapun, misalnya : HIV/AIDS,
malaria dan lain-lain.
c) Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga baik dari pihak ayah


maupun ibu tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti :
jantung, DM, dan hipertensi ataupun penyakit menular seperti :
TBC, hepatitis.
d) Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan bahwa baik dari pihak ayah maupun ibu tidak ada
yang mempunyai riwayat keturunan kembar.
e) Riwayat operasi

Ibu mengatakan bahwa sampai saat ini belum pernah mengalami


riwayat operasi apapun.
5) Riwayat perkawinan

a) Status perkawinan syah, kawin 1 kali.

b) Kawin I umur 17 tahun, dengan suami umur 24 tahun, lamanya


10 tahun, memiliki 2 anak dan pernah mengalami keguguran.
6) Riwayat Keluarga Berencana

Ibu mengatakan setelah kehamilan pertama ibu menggunakan KB


suntik selama + 3 tahun dan lepas dari KB suntik karena ingin
mempunyai anak lagi.Setelah kehamilan yang kedua ibu tidak
menggunakan KB dengan alasan karena ibu ingin mempunyai anak.
Setelah kehamilan yang ketiga ibu menggunakan KB suntik + 2,5
tahun dan tidak menggunakan KB suntik lagi karena ingin
mempunyai anak.
7) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

No. Tgl/thn Tempat Umur Jenis Anak Nifas Keadaan


Partus Partus hamil Persalinan Penolong Jenis BB PB Keadaan Laktasi Anak
Sekarang
1. 2005 BPS 9 bulan Spontan Bidan Q 2800 gr 49 cm Sehat + 1,5 th Hidup
2. 2009 Abortus
3. 2011 BPS 9 bulan Spontan Bidan Q 3500 gr 50 cm Sehat + 1 th Hidup
4. Hamil sekarang

8) Pola Kebiasaan Sehari-hari

a) Nutrisi

(1) Sebelum hamil

Ibu mengatakan makan 3x sehari porsi sedang dengan menu


nasi, sayur hijau, tempe/tahu. Tidak memiliki pantangan
makanan, ibu minum 7 – 8 gelas sehari dengan air putih.
(2) Selama hamil

Ibu mengatakan sejak 3 hari yang lalu nafsu makan menurun


dan merasa malas untuk makan dan minum karena selalu
muntah. Makan tidak teratur + 2x sehari porsi kecil dengan
menu nasi, sayuran hijau, tempe/tahu dan buah-buahan.
Makanan dan menghindari makanan pedas dan bersantan untuk
mengurangi rasa mual, ibu minum 6 gelas sehari, 4 gelas air
putih dan 2 gelas teh hangat pagi dan sore.
b) Eliminasi

(1) Sebelum hamil


Ibu mengatakan buang air kecil dengan frekuensi + 6 – 7 kali
sehari, dan buang air besar dengan frekuensi 1 kali sehari,
konsistensi lunak, tidak ada keluhan.
(2) Selama hamil

Ibu mengatakan buang air kecil dengan frekuensi + 4 – 5 kali


sehari, warna kuning jernih, bau khas urine dan buang air besar
dengan frekuensi 1 kali sehari, konsistensi lunak, tidak ada
keluhan.
c) Aktivitas

(1) Sebelum hamil

Ibu mengatakan beraktivitas normal seperti menyapu,


memasak, mencuci pakaian dan pekerjaan rumah tangga
lainnya.
(2) Selama hamil

Ibu mengatakan mengurangi aktivitasnya sehari-hari seperti


tidak memasak dan mencuci pakaian serta di bantu suami
dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga lainnya dan
sejak 3 hari yang lalu ibu mengatakan lebih banyak tiduran tapi
tetap melakukan aktivitas ringan seperti menyapu dan mencuci
piring.
d) Istirahat / tidur

(1) Sebelum hamil

Ibu mengatakan tidur siang + 2 jam dan tidur malam + 9 jam.

(2) Selama hamil

Ibu mengatakan tidur siang + 1 jam dan tidur malam + 5 jam

dengan keluhan sering terbangun karena merasa mual dan


muntah.
e) Seksualitas

(1) Sebelum hamil

Ibu mengatakan melakukan hubungan suami isteri 3x


seminggu.
(2) Selama hamil

Ibu mengatakan melakukan hubungan suami isteri 1x


seminggu, tidak ada keluhan.
f) Personal hygiene

(1) Sebelum hamil

Ibu mengatakan mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, gosok


gigi 2x sehari, dan ganti pakaian 2x sehari.
(2) Selama hamil

Ibu mengatakan mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, gosok


gigi 2x sehari, dan ganti pakaian 2x sehari dengan keluhan ibu
merasa mual dan muntah setiap gosok gigi.
g) Psikososial budaya

(1) Perasaan tentang kehamilan ini

Ibu mengatakan merasa senang dengan kehamilannya ini dan


merasa cemas dengan keadaan yang dialaminya sekarang.
(2) Kehamilan ini direncanakan / tidak

Ibu mengatakan kehamilannya ini direncanakan.

(3) Jenis kelamin yang diharapkan

Ibu mengatakan jenis kelamin perempuan atau laki-laki tidak


jadi masalah yang penting anaknya bisa lahir normal dan sehat.
(4) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini

Ibu mengatakan keluarga mendukung kehamilannya ini.

(5) Keluarga lain yang tinggal serumah

Ibu mengatakan hanya tinggal dengan suaminya.

(6) Pantangan makanan

Ibu mengatakan menghindari makanan pedas dan bersantan


untuk mengurangi rasa mualnya.
(7) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan

Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada tradisi mitoni.

h) Menggunakan obat-obatan / rokok

Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan selain


dari bidan, dan ibu dan suami tidak merokok.
9) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium Hb : 10,3 gr%, golongan darah A+


dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2019 pada pukul 12.30 WIB
Pemeriksaan penunjang lain dilakukan pemeriksaan PP Test dengan
hasil positif (+)

c. Data Objektif

1) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum : Lemah

b) Kesadaran : Composmentis

c) TTV : TD : 120/80 mmHg N : 80 x/menit


S : 360C R : 20 x/menit
d) TB : 155 cm

e) BB sebelum hamil : 55 kg

f) BB sekarang : 52 kg

g) LLA : 24 cm

2) Pemeriksaan Sistematis

a) Kepala

(1) Rambut : Hitam, bersih, tidak mudah rontok, tidak

berketombe.

(2) Muka : Pucat, bersih, tidak ada cloasma


gravidarum, tidak ada oedema.
(3) Mata

(a) Conjungtiva : Pucat

(b) Sklera : Putih, kekuningan

(c) Oedema : Tidak oedema

(d) Mata : Cekung


(4) Hidung : Normal, bersih, tidak ada secret, tidak ada

polip.

(5) Telinga : Normal, simetris, bersih, tidak ada serumen.


(6) Mulut/gigi/gusi : Lidah kotor, warna keputihan, tercium bau

aseton, tidak ada caries gigi, gusi tidak ada


luka, tidak ada stomatitis.
b) Leher

(1) Kelenjar gondok : Tidak mengalami pembesaran

(2) Tumor : Tidak ada benjolan

(3) Pembesaran kelenjar limfe : Tidak mengalami pembesaran

parotitis.

c) Dada dan Axilla

(1) Mammae

(a) Membesar : Membesar secara fisiologis.

(b) Tumor : Tidak ada benjolan.

(c) Simetris : Simetris kanan dan kiri.

(d) Areola : Hiperpigmentasi.

(e) Putting susu : Menonjol.

(f) Kolostrum : Belum keluar.

(2) Axilla

(a) Benjolan : Tidak ada benjolan.

(b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan.

d) Abdomen

(1) Luka bekas operasi : Tidak ada luka bekas operasi.

(2) Linea alba/nigra : Linea alba.

(3) Strie Albican/livide : Tidak ada strie.


e) Ekstremitas

(1) Varices : Tidak ada varices.

(2) Oedema : Tidak ada oedema.

(3) Reflek patella : Positif kanan dan kiri.

(4) Betis merah/lembek/keras : Betis tidak merah dan lembek.


(5) Pada tangan sebelah kiri : Terpasang infus D5 drip narfoz 1

ampul 4 mg 32 tetes per menit.

f) Kulit : Turgor kulit berkurang dan kering.

3) Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis)

a) Abdomen

(1) Inspeksi

(a) Pembesaran perut : Sesuai dengan umur kehamilan.

(b) Bentuk perut : Simetris.

(c) Kelainan : Tidak ada kelainan.

(d) Pergerakan janin : Belum ada.

(2) Palpasi

(a) Pergerakan janin : Belum ada

(b) Leopold I : Konsistensi uterus keras, teraba


tegang.
(c) Leopold II : Kanan : tidak dilakukan.

Kiri : tidak dilakukan.

(d) Leopold III : Tidak dilakukan.

(e) Leopold IV : Tidak dilakukan.

(f) TBJ : Tidak dilakukan.

(3) Auskultasi

DJJ : Punctum maximum : Tidak dilakukan.


Frekuensi : Tidak dilakukan.
Teratur / tidak : Tidak dilakukan.

b) Pemeriksaan panggul

(1) Kesan panggul : Tidak dilakukan.


(2) Distansia spinarum : Tidak dilakukan.

(3) Distansia kristarum : Tidak dilakukan.

(4) Conjugata eksterna (boudeloque) : Tidak dilakukan.

(5) Lingkar panggul : Tidak dilakukan.

c) Anogenital

(1) Vulva vagina

(a) Varices : Tidak ada varices di vulva.

(b) Luka : Tidak ada luka di vulva.

(c) Kemerahan : Tidak kemerahan di vulva.

(d) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan di vulva.

(e) Kelenjar bartolini : Tidak ada pembesaran di vulva.

(f) Pengeluaran pervaginam : Tidak ada pengeluaran

pervaginan di vulva.

(2) Perineum

(a) Bekas luka : Tidak ada bekas luka di perineum.

(b) Lain-lain : Tidak ada

(3) Anus

(a) Haemorhoid : Tidak ada haemorhoid di anus.

(b) Lain-lain : Tidak ada.


4) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium

dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2019 pada pukul 12.30 WIB


(1) Hb : 10,3 gr%.
(2) Golongan darah : A+.

b) Pemeriksaan penunjang lain : dilakukan pemeriksaan PP Test (+).


2. Interpretasi Data

Tanggal 30 Oktober 2019 Pukul 15.15 WIB

a. Diagnosa Kebidanan

Ny. S G4P2A1 umur 27 tahun hamil 13 minggu dengan hiperemesis


gravidarum grade II.
Data dasar
Data Subjektif :
1) Ibu mengatakan ini kehamilannya yang keempat dan sudah pernah
keguguran.
2) Ibu mengatakan usianya 27 tahun.

3) Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya tanggal 10 Nopember


2012.
4) Ibu mengatakan sering mual dan muntah pada pagi hari, tapi sejak 3
hari yang lalu + 10 x/hari berupa cairan setelah makan dan minum.
5) Ibu mengatakan badannya lemas dan kepala pusing.

Data Objektif :

1) HPL : 01 Agustus 2018


2) Keadaan umum ibu lemah, kesadaran composmentis.

3) Vital sign : TD : 120/80 mmHg N : 80 x/menit

R : 20 x/menit S : 360C

4) BB sebelum hamil : 55 kg.


BB sekarang : 52 kg.
5) Mata : Konjungtiva pucat, mata cekung dan sklera
berwarna putih kekuningan.
6) Mulut : Lidah kotor berwarna putih, tercium bau
aseton dari mulut.
7) Kulit : Turgor kulit kering.

8) Palpasi abdomen : Konsistensi uterus keras, teraba tegang.

9) Pemeriksaan penunjang : Dilakukan pemeriksaan PP Test (+)


Dilakukan pada tanggal 12 Febuari 2013 pada pukul 12.30 WIB
a) Hb : 10,3 gr%.
b) Golongan darah : A+.

b. Masalah

Ibu merasa cemas terhadap kehamilannya karena ibu mengalami mual


dan muntah yang berlebihan, badan lemas dan kepala pusing.
c. Kebutuhan

1) Memberi support mental.

2) Memberi informasi tentang keadaan kehamilan saat ini.

3) Memberi penjelasan tentang mual muntah yang sedang dialami ibu.

4) Memberi cairan adekuat agar terjadi keseimbangan antara intake dan


output cairan.
3. Diagnosa Potensial

Potensial terjadi Hiperemesis Gravidarum Grade III.

Antisipasi

a. Informasi dan edukasi tentang kehamilannya.

b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi :

1) Pasang infus Dextrosa 5% drip narfoz 1 ampul 4 mg 32 tpm.

2) Injeksi Ranitidin 25 mg IV.

3) Biosanbe 250 mg 1x 1 tablet/hari.

4) Antasida 200 mg 3 x 1 tablet/hari.

5) B6 10 mg 3 x 1 tablet/hari.

c. Kolaborasi dengan dokter ahli gizi untuk diit Hiperemesis Gravirum


Grade II untuk memberikan diit bubur halus.
d. Ibu diisolasi di kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara
yang baik.
4. Rencana Tindakan

Tanggal 30 Oktober 2019 Pukul 15.30 WIB

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan dan jelaskan kepada ibu tentang


keadaan yang dialaminya sekarang.
b. Anjurkan pada anggota keluarga agar ibu bedrest total, dan agar
memberikan dukungan kepada ibu supaya ibu tidak cemas dan khawatir
dengan keadaannya.
c. Anjurkan keluarga untuk membantu ibu untuk BAK dan BAB
menggunakan pispot.
d. Observasi mual muntah setiap 2 jam.

e. Observasi keadaan umum dan vital sign setiap 4 jam.


f. Lakukan kolaborasi dengan dokter.
g. Anjurkan pada ibu untuk makan bubur dan minum sedikit tetapi sering
dengan frekuensi + 3 – 4 x sehari dengan porsi sedang dan menghindari
makanan berminyak dan berbau menyengat.

h. Observasi BAK dan BAB setiap hari.

5. Implementasi

Tanggal 30 Oktober 2019 Pukul 16.00 WIB

a. Pukul 16.05 WIB, Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan memberika


penjelasan pada ibu tentang keadaannya sekarang merupakan gejala
mual muntah yang berlebihan yang dapat menggganggu aktivitas
sehari-hari, dan biasanya akan menghilang setelah kehamilan 4 bulan.
b. Pukul 16.10 WIB, Menganjurkan pada anggota keluarga agar ibu
bedrest total dan agar memberikan dukungan supaya ibu tidak cemas
dan khawatir dengan keadaannya.
c. Pukul 16.15 WIB, Menganjurkan pada keluarga agar membantu ibu
BAK dan BAB menggunakan pispot.
d. Pukul 18.00 WIB, Mengobservasi input makanan dan minuman serta
output mual dan muntah tiap 2 jam sekali dan mengobservasi BAB dan
BAK.
e. Pukul 18.20 WIB, Mengobservasi KU dan vital sign setiap 4 jam.

f. Pukul 18.30 WIB, Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk


memberikan terapi obat oral yaitu 1 tablet Antasida 200 mg, 1 tablet
Biosanbe 250 mg, dan 1 tablet vitamin B6 10 mg dan menganjurkan ibu
untuk segera minum obat setelah makan.
g. Pukul 18.40 WIB, Menganjurkan pada ibu untuk makan sedikit tapi
sering, seperti makan makanan ringan dan biskuit.
6. Evaluasi

Tanggal 30 Oktober 2019 Pukul 18.50 WIB

a. Ibu sudah mengerti tentang keadaannya saat ini.

b. Keluarga sudah paham bahwa ibu harus bedrest total dan bersedia
untuk memberikan dukungan pada ibu.
c. Keluarga bersedia membantu ibu BAK dan BAB dengan menggunakan
pispot, ibu mengatakan sudah BAK 2x tapi sedikit.
d. Ibu masih mual dan muntah sebanyak 3x berupa cairan setelah makan
dan minum dalam 2 jam terakhir.
e. Keadaan umum lemah, kesadaran composmentis.
f. Dilakukan kolaborasi dengan dokter dan terapi obat oral sudah
diberikan kepada ibu yaitu :
1) Antasida 1 tablet 200 mg.

2) Biosanbe 1 tablet 250 mg.

3) Vitamin B6 1 tablet 10 mg.

g. Ibu sudah makan beberapa potong biskuit


DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal 31 Oktober 2019 Pukul 08.00 WIB

Data Subjektif

1. Ibu mengatakan masih merasakan mual dan muntah sebanyak 4x berupa


cairan setelah makan dan minum dari pukul 18.30 sampai pukul 08.00 WIB.
2. Ibu mengatakan BAK 3x dari kemarin pukul 17.00 sampai pukul 08.00
WIB, dengan menggunakan pispot dan ibu belum BAB.
3. Ibu mengatakan badannya masih terasa lemas dan pusing.

4. Ibu mengatakan pagi ini habis makan 4 sendok bubur halus, dan minum 1
gelas teh manis.
5. Ibu mengatakan aktivitas hanya berbaring di tempat tidur.

6. Ibu mengatakan tidur malam dari jam 20.00 sampai jam 05.00 WIB, kadang
malam terbangun karena adanya rasa mual.
Data Objektif

1. Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis.

Vital sign : TD : 110/70 mmHg N : 80 x/menit


0
S : 37,7 C R : 20 x/menit
2. Mata : Sedikit cekung, sklera berwarna putih kekuningan,
conjungtiva pucat.
3. Mulut : Lidah kotor dan masih sedikit tercium bau aseton pada
pernafasannya.
4. Kulit : Turgor kulit masih kering.

5. Ekstremitas atas : Tangan kiri terpasang infus dextrose 5% drip narfoz 1


ampul 4 mg 20 tpmAssesment

Ny. S G4P2A1 umur 27 tahun hamil 13 minggu dengan Hiperemesis


Gravidarum Grade II hari ke-2.

Planning
Tanggal 31 Oktober 2019 Pukul 08.30 WIB

1. Pukul 08.35 WIB, Memberitahu hasil pemeriksaan mengenai keadaan ibu


sekarang bahwa mual dan muntahnya sudah berkurang, tetapi suhu badan ibu
masih sedikit demam.
2. Pukul 08.45 WIB, menganjurkan kembali pada ibu untuk makan bubur halus
sedikit tapi sering.
3. Pukul 09.00 WIB, Memberikan dukungan moril kepada ibu dan keluarga
dengan cara meyakinkan bahwa kondisi ibu akan segera membaik dan
penyakitnya dapat disembuhkan.
4. Pukul 09.15 WIB, Melanjutkan terapi dokter

a. Antasida 1 tablet 200 mg.

b. Biosanbe 1 tablet 250 mg.

c. Vitamin B6 1 tablet 10 mg.

5. Pukul 11.15 WIB, Mengobservasi mual dan muntah setiap 2 jam sekali.

6. Pukul 11.30 WIB, Mengobservasi BAK dan BAB per hari.

7. Pukul 11.45 WIB, melanjutkan terapi dokter pemberian Ranitidin 25 mg


secara IV dan Infus dextrose 5% drip narfoz 1 ampul 4 mg 20 tpm.
8. Pukul 15.00 WIB, Mengobservasi keadaan umum dan vital sign setiap 4 jam
sekali.

Evaluasi
Tanggal 31 Oktober 2019 Pukul 13.30 WIB

1. Ibu sudah dijelaskan tentang hasil pemeriksaan dan ibu sudah tidak
khawatir lagi.
2. Ibu makan siang menghabiskan 8 sendok makan bubur halus dan bersedia
mengkonsumsi buah dan sayuran.
3. Telah memberikan dukungan moril kepada ibu dan keluarga.

4. Telah melanjutkan terapi dokter obat oral sudah diberikan kepada ibu dan
ibu bersedia meminumnya.
5. Ibu masih mual dan muntah sebanyak 3x berupa cairan dari pukul 08.00
sampai pukul 13.30 WIB.
6. Ibu sudah BAK 4x dari jam 08.00 sampai pukul 13.30 WIB menggunakan
pispot dan belum BAB.
7. Ibu telah diberikan obat injeksi Ranitidin 25 mg secara IV, dan pada tangan
kiri terpasang infus dextrose 5% drip narfoz 1 ampul 4 mg 20 tpm.
8. Ibu bersedia istirahat cukup dan minum obat sesuai anjuran.
DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal 01 November 2019 Pukul 08.15 WIB

Data Subjektif

1. Ibu mengatakan mual dan muntah sebanyak 3x dari pukul 13.30 sampai pukul
08.15 WIB berupa cairan.
2. Ibu mengatakan nafsu makan bertambah menjadi ½ porsi bubur halus hangat.
3. Ibu mengatakan keadaannya agak membaik, tetapi masih lemas, sedikit
pusing dan ibu masih cemas.
4. Ibu mengatakan BAK sebanyak 4x dari pukul 15.00 sampai 08.15 WIB
dengan dibantu keluarga dan BAB sebanyak 1x dengan menggunakan pispot.
5. Ibu mengatakan aktivitasnya berbaring di tempat tidur sambil latihan miring
kanan dan miring kiri.
Data Objektif

1. Keadaan umum masih agak lemah, kesadaran composmentis.

Vital sign : TD : 110/70 mmHg N : 82 x/menit

S : 360C R : 20 x/menit

2. Mata : Masih sedikit cekung, sklera sudah tidak berwarna


kuning, conjungtiva sudah tidak pucat.
3. Mulut : Lidah sudah tidak kotor, tidak tercium bau aseton
dalam pernafasan.
4. Kulit : Turgor kulit sudah membaik.

5. Ekstremitas atas : Tangan kiri terpasang infus dextrose 5% drip narfoz 1


ampul 4 mg 20 tpm.

Assesment

Ny. S G4P2A1 umur 27 tahun hamil 13 minggu dengan Hiperemesis


Gravidarum Grade II hari ke-3.

Planning
01 November 2019 08.45 WIB,

1. Pukul 08.45 WIB, Memberitahu hasil pemeriksaan tentang keadaan ibu


sekarang sudah membaik, suhu badan menurun.
2. Pukul 09.00 WIB, Menganjurkan pada ibu untuk latihan duduk dan berdiri
perlahan-lahan.
3. Pukul 10.15 WIB, Mengobservasi mual dan muntah setiap 2 jam sekali.
4. Pukul 11. 30 WIB, mengulang kembali kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian diit bubur nasi hangat.
5. Pukul 12.15 WIB, Mengobservasi keadaan umum dan vital sign setiap 4
jam sekali.
6. Pukul 12.30 WIB, melanjutkan terapi dokter :

a. Infus dextrose 5% drip narfoz 1 ampul 4 mg 20 tpm

b. Injeksi Ranitidin 25 mg IV.

c. Antasida 1 tablet 200 mg.

d. Biosanbe 1 tablet 250 mg.

e. Vitamin B6 1 tablet 10 mg.

Evaluasi

Tanggal 01 November 2019 Pukul 16.30 WIB

1. Ibu sudah dijelaskan tentang hasil pemeriksaan dan ibu merasa senang
dengan kondisinya yang semakin baik..

2. Ibu sudah bisa duduk dan berdiri perlahan-lahan.

3. Ibu mengatakan mual dan muntah sebanyak 1x dalam 6 jam terakhir.

4. Ibu bersedia makan siang dengan menggunakan bubur nasi hangat dan habis
6 sendok makan.
5. Ibu sudah dilakukan pemeriksaan keadaan umum dan vital signVital sign :
TD : 110/70 mmHg, N : 82 x/menit, S : 360C, R : 20 x/menit dan hasilnya
sudah disampaikan kepada ibu dan keluarga.
6. Ibu sudah minum obat sesuai anjuran.
DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal : 02 November 2019 Pukul : 08.00 WIB

S : Data Subyektif

1. Ibu mengatakan keadaannya lebih baik dari hari kemarin.

2. Ibu mengatakan tidak mual dan sudah tidak muntah lagi.

3. Ibu mengatakan pagi ini makan ½ piring bubur nasi hangat dan minum teh
hangat 1 gelas.
4. Ibu mengatakan sudah tidak pusing dan badannya juga sudah tidak lemas.

5. Ibu mengatakan BAK 5x sehari dari pukul 16.30 sampai 08.00 WIB dikamar
mandi dibantu keluarga dan BAB 1x pukul 06.00 WIB dikamar mandi, lancar
dan tidak ada keluhan.
6. Ibu mengatakan aktifitasnya sudah bisa berdiri dan berjalan perlahan.

O : Data Obyektif

1. Keadaan umum baik, Kesadaran composmentis.

Vital sign : TD : 110/80 mmHg N : 84 x/menit


0
S : 36 C R : 22 x/menit
2. PP Test :Positif

3. Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih dan tidak cekung

4. Mulut : Lidah tampak tidak kotor, tidak tercium bau aseton

5. Kulit : Turgor kulit baik

6. Ekstremitas atas : Tangan kiri terpasang infus Dextrose 5% 20 tpm

A : Assesment

Ny. S G4P2A1 umur 27 tahun hamil 13 minggu riwayat Hiperemesis


Gravidarum Grade II hari ke-4.

P : Planning

1. Pukul 08.15 WIB, memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa


semuanya dalam keadaan normal, mual dan muntahnya dapat diatasi dan
kondisi ibu sudah baik.
2. Pukul 08.45 WIB, menganjurkan pada ibu untuk memeriksakan
kehamilannya secara rutin dan makan makanan yang bergizi, rendah lemak
dan tinggi protein seperti : nasi, sayur bayam, tahu bacem, dan perkedel
daging.
3. Pukul 10.00 WIB, mengobservasi mual dan muntah setiap 2 jam sekali.

4. Pukul 11.30 WIB, melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
diit nasi lembek.
5. Pukul 11.40 WIB, memberikan penkes tentang gizi ibu hamil

6. Pukul 11.50 WIB, melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam :

a. Infus dextrose 5% sudah dilepas.

b. Antasida 1 tablet 200 mg.

c. Biosanbe 1 tablet250 mg.

d. Vitamin B6 1 tablet 10 mg.

e. Pasien diperbolehkan pulang dengan bekal obat Antasida 200 mg 3 x 1


tablet/hari sebanyak 9 butir untuk 3 hari, Biosanbe 1 x 250 mg 1 x 1
tablet/hari sebanyak 9 butir untuk 3 hari, Vitamin B6 10 mg 3 x 1
tablet/hari sebanyak 9 butir untuk 3 hari.
7. Pukul 12.00 WIB, mengobservasi keadaan umum, vital sign dan anjurkan ibu
istirahat cukup.

8. Pukul 12.10 WIB, dilakukan pemeriksaan Hb

9. Pukul 12.30 WIB, menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan


ulang satu minggu lagi.

Evaluasi
Tanggal 01 November 2019 Pukul : 13.30 WIB

1. Ibu sudah dijelaskan tentang kondisinya bahwa ibu sudah sembuh dan ibu
senang sudah diijinkan untuk pulang ke rumah.
2. Sudah diberitahukan pada ibu dan keluarga bila keadaan ibu sekarang sudah
baik.
3. Ibu bersedia untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin.

4. Ibu sudah tidak mual dan muntah lagi.

5. Ibu sudah makan siang dengan nasi lembek dengan porsi sedang.
6. Ibu sudah minum obat sesuai anjuran, dan infus sudah lepas pukul 11.50
WIB.
7. Terapi obat jalan sudah diberikan.

8. Diperoleh Hb 12 gr%

9. Ibu pulang tanggal 15 Februari 2013 pukul 13.30 WIB dan ibu bersedia
untuk kunjungan ulang satu minggu lagi.
B. PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis menguraikan tentang proses asuhan


kebidanan pada ibu hamil dengan Hiperemsis Gravidarum Grade II di RSU
Assalam Gemolong Sragen dengan menggunakan 7 langkah Varney.
Pembahasan ini dimaksudkan agar diambil suatu kesimpulan dan pemecahan
masalah dari kesenjangan yang ada, sehingga dapat digunakan sebagai tindak
lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang tepat, efektif dan efisien.
1. Pengkajian

Pada kasus ini pengkajian diperoleh data subjektif ibu hamil Ny. S ibu
mengatakan ini kehamilan yang ke-4, pernah keguguran 1 kali, ibu
mengatakan usianya 27 tahun, ibu mengatakan HPHT 10 November 2012,
mengeluh sejak 3 hari yang lalu mual dan muntah + 10 x/hari setelah
makan yang berupa cairan serta badan terasa lemas dan kepala pusing,
sedangkan pada data objektif didapatkan hasil pemeriksaan fisik keadaan
umum lemah, kesadaran composmentis, TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit,
R : 20 x/menit, S : 360C, BB turun dari 55 kg menjadi 52 kg, mata
konjungtiva pucat, mata cekung dan sklera berwarna putih kekuningan,
mulut lidah kotor berwarna putih, tercium bau asetor dari mulut.Turgor kulit
berkurang dan kering, pemeriksaan penunjang Hb 10,3 gr% dan golongan
darah A+.
Pengkajian adalah tahap awal dari proses kebidanan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2008). Sedangkan pada teori keluhan utama hiperemesis
gravidarum grade II menurut Wiknjosastro (2008) adalah mual muntah 8
– 10 x/hari, dehidrasi bertambah, turgor kulit makin berkurang, lidah kering
dan kotor, mata cekung berat badan turun > 5% dari berat sebelum hamil,
tekanan darah turunpenurunan 80/50 mmHg, suhu mengalami kenaikan
38,70C dari batas normal, nadi sekitar 100 x/menit, gejala hemokonsentrasi
makin tampak, urine berkurang, terdapat aseton dalam urine, terjadi
gangguan buang air besar, nafas berbau aseton. menurut Alimul (2006)
kesadaran ibu apatis.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara
teori dan kasus yaitu pada teori kesadaran
2. Interpretasi Data

Data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menurut diagnosa


kebidanan, masalah dan kebutuhan. Pada kasus ini dapat ditegakkan
diagnosa kebidanan yaitu Ny. S G4P2A1 umur 27 tahun hamil 13 minggu
dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II. Masalah ibu merasa cemas
terhadap kehamilannya karena ibu mengalami mual dan muntah yang
berlebihan, badan lemas dan kepala pusing. Kebutuhan yang diberikan
adalah memberi support mental, memberi informasi tentang keadaan
kehamilan saat ini, memberi penjelasan tentang mual muntah yang sedang
dialami ibu, memberi cairan adekuat agar terjadi keseimbangan antara
intake dan output cairan.
Sedangkan pada teori masalah adalah hal-hal yang sedang dialami
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengkajian, sebagai
contoh pada kasus hiperemesis gravidarum grade II adalah ibu merasa
cemas dengan kehamilannya Mansjoer (2008). Kebutuhan hal-hal yang di
butuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah
yang didapatkan dengan melakukan analisa data, sebagai contoh pada kasus
hiperemesis gravidarum grade II adalah memberikan konseling dan
motovasi dukungan pada ibu (Mansjoer, 2008).
Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara
teori dan kasus yang ada dilahan.
3. Diagnosa Potensial

Pada kasus untuk diagnosa potensial dapat terjadi hiperemesis


gravidarum grade III, setelah dilakukan tindakan tidak terjadi diagnosa
potensial. Sedang pada teori langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi.yang paling penting adalah melakukan asuhan yang
aman. Dari kasus hiperemesis gravidarum grade II didapatkan diagnosa
potensial ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu
menjadi lemah dan dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa,
pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang
menyebabkan perdarahan esofagus, kekurangan hepar dan kerusakan ginjal,
ini akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin
karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan,yang
mengakibatkan peredaran darah janin berkurang (Setiawan, 2007). Pada
langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada dilahan praktek.

Antisipasi / Tindakan Segera

Pada langkah antisipasi pada kasus Hiperemesis Gravidarum Grade


II dilakukan informasi dan edukasi tentang kehamilannya, kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian terapi : pasang infus Dextrosa 5% drip
narfoz 1 ampul 4 mg 32 tpm, injeksi Ranitidin 25 mg IV, Biosanbe 250 mg
3x1 tablet/hari, Antasida 200 mg 3x1 tablet/hari, B6 10 mg 3x1 tablet/hari
dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk diit Hiperemesis Gravidarum Grade
II untuk memberikan diit bubur halus.
Antisipasi adalah mengindentifikasi tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Sofyan,
2006). Antisipasi dalam hiperemesis gravidarum grade II yaitu kolaborasi
dengan dokter untuk memberian terapi Vitamin B1, B6, Sedative, Anti
emetik dan Anti histamin, serta motivasi untuk bedrest total (Manuaba,
2008).
Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara
teori dan kasus yang ada dilahan.

4. Rencana Asuhan

Rencana asuhan yang diberikan pada kasus Hiperemesis Gravidarum


Grade II adalah beritahu ibu hasil pemeriksaan dan jelaskan kepada ibu
tentang keadaan yang dialaminya sekarang, anjurkan pada anggota keluarga
agar ibu bedrest total, dan agar memberikan dukungan kepada ibu supaya
ibu tidak cemas dan khawatir dengan keadaannya, anjurkan keluarga untuk
membantu ibu untuk BAK dan BAB menggunakan pispot, observasi mual
muntah setiap 2 jam, observasi keadaan umum dan vital sign setiap 4 jam,
lakukan kolaborasi dengan dokter, anjurkan pada ibu untuk makan bubur
dan minum sedikit tetapi sering dengan frekuensi + 3 – 4 x sehari dengan
porsi sedang dan menghindari makanan berminyak dan berbau menyengat,
observasi BAK dan BAB setiap hari, ibu ditempatkan diruang yang tenang
dan cerah dengan pertukaran udara yang baik.
Rencana asuhan dari diagnosa yang akan diberikan menurut Manuaba
(2008), adalah isolasi penderita dalam kamar yang tenang dan cerah dengan
pertukaran udara yang baik, kalori diberikan secara parental dengan glukosa
5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2 – 3 liter sehari, jaga keseimbangan
cairan, bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum
menjadi baik, diberikan minuman makanan yang sedikit demi sedikit
ditambah, berikan sedative yaitu fenobarbital, anjurkan pemberian Vitamin
B1 dan B6 tambahan, berikan antiemetik seperti metokloramid, disiktomin
hiroklorida atau klorpromasin, berikan terapi psikologis untuk meyakinkan
pasien penyakitnya bisa disembuhkan serta menghilangkah rasa takut hamil
dan konflik yang melatarbelakangi hiperemesis gravidarum, berikan obat
anti histamine, seperti dramamin, avomin.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara
teori dan kasus yang ada dilapangan.

5. Pelaksanaan

Pada kasus pelaksanaan asuhan yang diberikan adalah memberitahu


ibu hasil pemeriksaan dan memberikan penjelasan pada ibu tentang
keadaannya sekarang merupakan gejala mual muntah yang berlebihan yang
dapat menggganggu aktivitas sehari-hari, dan biasanya akan menghilang
setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan pada anggota keluarga agar ibu
bedrest total dan agar memberikan dukungan supaya ibu tidak cemas dan
khawatir dengan keadaannya, menganjurkan pada keluarga agar membantu
ibu BAK dan BAB menggunakan pispot, mengobservasi input makanan dan
minuman serta output mual dan muntah tiap 2 jam sekali dan mengobservasi
BAB dan BAK, mengobservasi KU dan vital sign setiap 4 jam, melakukan
kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi obat oral yaitu 1 tablet
Antasida 200 mg, 1 tablet Biosanbe 250 mg, dan 1 tablet vitamin B6 10 mg
dan menganjurkan ibu untuk segera minum obat setelah makan,
menganjurkan pada ibu untuk makan sedikit tapi sering, seperti makan
makanan ringan dan biskuit.
Menurut Varney (2004), pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh
dilakukan seperti yang diuraikan pada langkah kelima atau pada
perencanaan, dilaksanakan secara efisien dan aman. Pada langkah ini
penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

6. Evaluasi

Pada kasus Hiperemesis Gravidarum Grade II ini dilakukan


perawatan selama 4 hari. Didapatkan hasil keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, dilakukan PP Test dan hasilnya positif, vital sign : TD :
110/80 mmHg, N : 84 x/menit, S : 360C, R : 22 x/menit, mata : conjungtiva
merah muda, sklera putih dan tidak cekung, mulut : lidah tampak tidak
kotor, tidak tercium bau aseton, kulit : turgor kulit lebih baik, ibu sudah tidak
mual dan muntah lagi, nafsu makan meningkat.
Sedangkan pada teori evaluasi yang didapat menurut Varney (2004)
adalah : mual muntah berkurang, keadaan umum baik, ibu dan janin sehat,
nafsu makan sudah baik, berat badan naik, tidak terjadi dehidrasi, tidak
terjadi hiperemesis gravidarum grade III. Pada langkah ini penulis tidak
menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bab ini penulis mengambil suatu kesimpulan dari studi kasus yang
berjudul Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Ny. S G4P2A1 Umur Kehamilan
13 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II di RSU Raden Mattaher
Tahun 2019, yaitu :
1. Pengkajian data terhadap ibu hamil Ny. S G4P2A1 Umur Kehamilan 13
minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II diperoleh data subjektif
ibu hamil Ny. S ibu mengatakan ini kehamilan yang ke-4, pernah keguguran
1 kali, ibu mengatakan usianya 27 tahun, ibu mengatakan HPHT 08 mei
2018 mengeluh sejak 3 hari yang lalu mual dan muntah + 10 x/hari setelah
makan yang berupa cairan serta badan terasa
lemas dan kepala pusing, sedangkan pada data objektif didapatkan hasil
pemeriksaan fisik keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, TD :
120/80 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, S : 360C, BB turun dari 55
kg menjadi 52 kg, mata konjungtiva pucat, mata cekung dan sklera berwarna
putih kekuningan, mulut lidah kotor berwarna putih, tercium bau asetor dari
mulut. Turgor kulit berkurang dan kering, pemeriksaan penunjang Hb 10,3
gr% dan golongan darah A+.
2. Interpretasi data dilakukan dengan mengumpulkan data secara teliti dan
akurat sehingga didapatkan diagnosa Ny. S G4P2A1 umur 27 tahun hamil 13
minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II.
3. Diagnosa potensial pada kasus Ny. S tidak muncul karena dapat ditangani
secara cepat dan tepat sesuai dengan prosedur.
4. Antisipasi pada Ny. S adalah dilakukan informasi dan edukasi tentang
kehamilannya, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi : pasang
infus Dextrosa 5% drip narfoz 1 ampul 4 mg 32 tpm, injeksi Ranitidin 25
mg IV, Biosanbe 250 mg 3x1 tablet/hari, Antasida 200 mg 3x1 tablet/hari,
B6 10 mg 3x1 tablet/hari dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk diit
Hiperemesis Gravidarum Grade II untuk memberikan diit bubur halus.
5. Rencana tindakan yang diberikan pada Ny. S yaitu beritahu ibu hasil
pemeriksaan dan jelaskan kepada ibu tentang keadaan yang dialaminya
sekarang, anjurkan pada anggota keluarga agar ibu bedrest total, dan agar
memberikan dukungan kepada ibu supaya ibu tidak cemas dan khawatir
dengan keadaannya, anjurkan keluarga untuk membantu ibu untuk BAK dan
BAB menggunakan pispot, observasi mual muntah setiap 2 jam, observasi
keadaan umum dan vital sign setiap 4 jam, lakukan kolaborasi dengan
dokter, anjurkan pada ibu untuk makan bubur dan minum sedikit tetapi
sering dengan frekuensi + 3 – 4 x sehari dengan porsi sedang dan
menghindari makanan berminyak dan berbau menyengat, observasi BAK
dan BAB setiap hari, ibu ditempatkan diruang yang tenang dan cerah dengan
pertukaran udara yang baik.
6. Pelaksanaan tindakan pada Ny. S dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
yang telah dibuat.
7. Evaluasi yang didapat setelah diberikan asuhan kebidanan selama 4 hari
pada Ny. S adalah keadaan umum baik, kesadaran composmentis, dilakukan
PP Test dan hasilnya positif, vital sign : TD : 110/80 mmHg, N : 84 x/menit, S :
360C, R : 22 x/menit, mata : conjungtiva merah muda, sklera putih dan tidak
cekung, mulut : lidah tampak tidak kotor, tidak tercium bau aseton, kulit : turgor
kulit lebih baik, ibu sudah tidak mual dan muntah lagi, nafsu makan meningkat.
8. Pada kasus Ny. S G4P2A1 umur 27 tahun hamil 13 minggu dengan
Hiperemesis Gravidarum Grade II penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktek.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis dapat memberikan saran bagi :

1. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik lagi seperti
jam kunjungan dan membatasi jumlah pengunjung sehingga pasien
hiperemesis merasa aman dan nyaman.
b. Pendidikan
Di harapkan agar institusi pendidikan lebih meningkatkan atau
menambah reverensi, sehingga dapat membantu penulisan atau
mahasiswa yang akan mengambil kasus yang sama.
2. Bagi Bidan
Dalam setiap menangani klien hendaknya selalu menerapkan konsep asuhan
kebidanan sehingga tenaga kesehatan atau bidan mampu memberikan
penanganan dengan kasus atau kondisi pasien.
3. Bagi Klien
Diharapkan kepada klien untuk memeriksakan kehamilannya secara teratur
agar dapat segera mendeteksi komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi
pada hiperemesis gravidarum grade II dan menganjurkan klien untuk
mencari informasi ke tenaga kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H.A.A. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Ambarwati, E.R, Wulandari, D. 2009. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta :


Mitra Cendikia.

Arif, ZR, dkk. 2011. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha
Offset.

Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka


Cipta.

Arisman, 2010. Penyakit dalam Kehamilan. Available http://pre-eklampsi.com 19


Oktober 2012.

Beti, D. N. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Trimester 1 Pada Ny. S G2P1A0
Dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II Di Puskesmas Sibela
Mojosongo Surakarta. STIKes Kusuma Husada Surakarta. KTI. Tidak
Dipublikasikan.

Bobak, Irene. 2015. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Denkes, RI. 2016. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat


2015. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI Depkes RI,
2010.

Dwi, E. P. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Trimester I pada Ny. B G1P0A0
Umur 25 Tahun, Hamil 12 Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Grade
II di RSUD Karanganyar. STIKes Kusuma Husada Surakarta. KTI. Tidak
Dipublikasikan.

Farrer, H. 2013. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Hacker, Neville F, 2010. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta :


Hipokrates

Anda mungkin juga menyukai