Anda di halaman 1dari 13

1.

Atom
· Perkembangan Teori dan Struktur Atom
· Partikel Dasar Penyusun Atom
· Nomor Atom, Nomor Massa, dan Lambang Atom
· Isotop, Isobar, dan Isoton Suatu Unsur
· Satuan Massa Atom dan Massa Atom Relatif
· Mekanika Kuantum dan Model Atom Bohr
· Lintasan dan Bilangan Kuantum
· Bentuk Orbital
· Orbital pada Atom Berelektron Banyak

2. Tabel Periodik Unsur


· Perkembangan Sistem Periodik Unsur
· Perkembangan Dasar Pengelompokan Unsur-unsur
· Hubungan Sistem Konfigurasi Elektrondengan Letak Unsur dalam Tabel Periodik Unsur
· Sifat-sifat Unsur dan Mass aAtom Relatif (Ar)
· Sifat Keperiodikan Unsur
· Konfiguras iElektron dan Tabel Periodik Unsur

3. IkatanKimia
· Struktur Lewis
· Ikatan Ion dan IkatanKovalen
· Senyawa Polar dan SenyawaNonpolar
· Ikatan Kovalen Koordinasi
· Ikatan Logam
· Struktur Molekul Sederhana
· Teori Orbital Hibrida
· Teori Orbital Molekul
· Gaya Antar Moleku

4. Stoikiometri
· Rumus Kimia
· Tata Nama Senyawa
· Persamaan Reaksi Kimia
· Hukum Dasar Kimia
· Perhitungan Stoikiometri
· Massa Molekul Relatif
· Penentuan Rumus Kimia Senyawa Berdasarkan Ar dan Mr
· Konsep Mol dan Tetapan Avogrado
· Perhitungan Konsentrasi

5. Larutan
· Larutan Asam Basa
· Teori Asam Basa
· Indikator
· Reaksi Asam Basa
· Derajat Disosiasi
· Tetapan Ionisasi
· pH Larutan
· Titrasi
· Larutan Elektrolit dan Non elektrolit
· Ciri Larutan Elektrolit dan Non elektrolit
· Jenis Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listriknya
· Senyawa Pembentukan Larutan Elektrolit

6. Reaksi Reduksi Oksidasi


· Konsep Reaksi Reduksi Oksidasi
· Bilangan Oksidasi Unsurdalam Senyaw aatau Ion
· Penyetaraan Reaksi Redoks
· Penerapan Konsep Redoks
· Tata Nama Senyawa Redoks

7. Hidrokarbon
· Kekhasan Atom Karbon
· Senyawa Hidrokarbon
· Alkana, Alkena, dan Alkuna
· Benzena dan Turunannya
Radionuklida atau radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif. radionuklida mampu
memancarkan radiasi. Radionuklida dapat terjadi secara alamiah atau sengaja dibuat oleh
manusia dalam reaktor penelitian. Produksi radionuklida dengan proses aktivasi dilakukan
dengan cara menembaki isotop stabil dengan neutron di dalam teras reaktor. Proses ini lazim
disebut irradiasi neutron, sedangkan bahan yang disinari disebut target atau sasaran. Neutron
yang ditembakkan akan masuk ke dalam inti atom target sehingga jumlah neutron dalam inti
target tersebut bertambah. Peristiwa ini dapat mengakibatkan ketidakstabilan inti atom sehingga
berubah sifat menjadi radioaktif.
Banyak isotop buatan yang dapat dimanfaatkan antara lain Na-24, P-32, Cr-51, Tc-99, dan I-131.
SIFAT-SIFAT RADIOISOTOP
Peran radioisotop sebagai pencari jejak tidak terlepas dari sifat-sifat khas yang dimilikinya.
Pertama, radioisotop memancarkan radiasi manapun dia berada dan mudah dideteksi.
Radioisotop ibarat lampu yang tidak pernah padam senantiasa memancarkan
cahayanya.Radioisotopdalam jumlah sedikit sekali pun dapatdengan mudah diketahui
keberadaannya. Dengan teknologi pendeteksian radiasi saat ini, radioisotop dalam kisaran
pikogram (satu per satu trilyun gram) pun dapat dikenali dengan mudah. Sebagai ilustrasi, jika
radioisotop dalam bentuk carrier free (murni tidak mengandung isotop lain) sebanyak 0,1 gram
saja dibagi rata ke seluruh penduduk bumi yang jumlahnya lebih dari 5 milyar, jumlah yang
diterima oleh masing-masing orang dapat diukur secara tepat

Kedua, laju peluruhan tiap satuan waktu (radioaktivitas) hanya merupakan fungsi jumlah atom
radioisotop yang ada, tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik temperatur, tekanan, pH
dan sebagainya. Penurunan radioaktivitas ditentukan oleh waktu paro, waktu yang diperlukan
agar intensitas radiasi menjadi setengahnya. Waktu paro ini merupakan bilangan khas untuk tiap-
tiap radioisotop. Misalnya karbon-14 memiliki waktu paro 5.730 tahun, sehingga
radioaktivitasnya berkurang menjadi separonya setelah 5.730 tahun berlalu. Seluruh radioisotop
yang telah berhasil ditemukan telah diketahui pula waktu paronya. Waktu paro radioisotop
bervariasi dari kisaran milidetik sampai ribuan tahun. Waktu paro ini merupakan faktor penting
dalam pemilihan jenis radioisotop yang tepat untuk keperluan tertentu.

Ketiga, intensitas radiasi ini tidak bergantung pada bentuk kimia atau senyawa yang disusunnya.
Hal ini dikarenakan pada reaksi kimia atau ikatan kimia yang berperan adalah elektron,
utamanya elektron pada kulit atom terluar, sedangkan peluruhan radioisotop merupakan hasil
dari perubahan pada inti atom.

Keempat, radioisotop memiliki konfigurasi elektron yang sama dengan isotop lain sehingga sifat
kimia yang dimiliki radioisotop sama dengan isotop-isotop lain dari unsur yang sama.
Radioisotop karbon-14, misalnya, memiliki karakteristik kimia yang sama dengan karbon-12.

Kelima, radiasi yang dipancarkan, utamanya radiasi gamma, memiliki daya tembus yang besar.
Lempengan logam setebal beberapa sentimeter pun dapat ditembus oleh radiasi gamma,
utamanya gamma dengan energi tinggi. Sifat ini mempermudah dalam pendeteksian.
PENERAPAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
A. Di bidang Kedokteran
Di bidang kedokteran teknologi ini telah lama dimanfaatkan. Radioisotop Teknesium-99m (Tc-
99m) merupakan radioisotop primadona yang mendekati ideal untuk mencari jejak di dalam
tubuh. Hal ini dikarenakan radioisotop ini memiliki waktu paro yang pendek sekitar 6 jam
sehingga intensitas radiasi yang dipancarkannya berkurang secara cepat setelah selesai
digunakan. Radioisotop ini merupakan pemancar gamma murni dari jenis peluruhan electron
capture dan tidak memancarkan radiasi partikel bermuatan sehingga dampak terhadap tubuh
sangat kecil. Selain itu, radioisotop ini mudah diperoleh dalam bentuk carrier free (bebas
pengemban) dari radioisotop molibdenum-99 (Mo-99) dan dapat membentuk ikatan dengan
senyawa-senyawa organik.

Radioisotop ini dimasukkan ke dalam tubuh setelah diikatkan dengan senyawa tertentu melalui
reaksi penandaan (labelling). Di dalam tubuh, radioisotop ini akan bergerak bersama-sama
dengan senyawa yang ditumpanginya sesuai dengan dinamika senyawa tersebut di dalam tubuh.
Dengan demikian, keberadaan dan distribusi senyawa tersebut di dalam tubuh yang
mencerminkan beberapa fungsi organ dan metabolisme tubuh dapat dengan mudah diketahui dari
hasil pencitraan. Pencitraan dapat dilakukan menggunakan kamera gamma. Radioisotop ini dapat
pula digunakan untuk mencari jejak terjadinya infeksi bakteri, misalnya bakteri tuberkolose, di
dalam tubuh dengan memanfaatkan terjadinya reaksi spesifik yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Terjadinya reaksi spesifik tersebut dapat diketahui menggunakan senyawa tertentu,
misalnya antibodi, yang bereaksi secara spesifik di tempat terjadinya infeksi. Beberapa saat yang
lalu di Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR) BATAN telah berhasil disintesa
radiofarmaka bertanda teknesium-99m untuk mendeteksi infeksi di dalam tubuh. Produk hasil
litbang ini saat ini sedang direncanakan memasuki tahap uji klinis.
Dengan menyuntikkan oksida Tc-99, unsur radioaktif ini akan mengalir mengikuti darah. Bagian
tubuh yang tidak terdapat tumor tidak akan menyerap unsur itu, sedangkan bagian tubuh yang
terkena tumor akan menyerap unsur itu. Dengan begitu di daerah yang terdapat tumor, keaktifan
radioisotop lebih besar dibandingkan dengan daerah lain yang sehat. Hal ini menyebabkan
daerah yang terdapa tumor mudah dilacak atau dirunut.
Radioisotop sebagai perunut juga digunakan untuk mencari bagian yang mengalami penyempitan
pada pembuluh darah yang disebut trombosit. Pasien yang akan diperiksa disuntik dengan
radioisotop natrium. Darah akan mengalirkan isolop ini ke selurun bagian tubuh. Bagian yang
mengalami penyempitan darah akan mempunyai jumlah natrium yang berbeda dengan bagian
lain yang sehat. Dengan menggunakan detektor radioaktif dapat diketahui bagian yang terkena
penyempitan.
Radioisotop juga dapat digunakan untuk mempelajari kecepatan penyerapan suatu unsur oleh
kelenjar misalnya kelenjar gondok yang ada dalam tubuh. Unsur yang digunakan adalah iodium
yang bersifat radioaktif sebagai radioisotop.

B. Di bidang Industri
Di bidang industri, radioisotop sebagai pencari jejak dimanfaatkan di berbagai pengujian.
Kebocoran dan dinamika fluida di dalam pipa pengiriman gas maupun cairan dapat dideteksi
menggunakan radioisotop. Zat yang sama atau memiliki sifat yang sama dengan zat yang dikirim
diikutsertakan dalam pengiriman setelah ditandai dengan radioisotop. Keberadaan radioisotop di
luar jalur menunjukkan terjadinya kebocoran. Keberadaan radioisotop ini dapat dicari jejaknya
sambil bergerak dengan cepat, sehingga pipa transmisi minyak atau gas bumi dengan panjang
ratusan bahkan ribuan km dapat dideteksi kebocorannya dalam waktu relatif singkat. Radioisotop
dapat digunakan pula untuk menguji kebocoran tangki penyimpanan ataupun tangki reaksi. Pada
pengujian ini biasanya digunakan radioisotop dari jenis gas mulia yang inert (sulit bereaksi),
misalnya Xenon-133 (Xe-133) atau Argon-41 (Ar-41), agar tidak mempengaruhi zat atau proses
kimia yang terjadi di dalamnya. Di Pusat Radioisotop darn Radiofarmka BATAN telah berhasil
dibuat Argon-41 untuk perunut gas, Brom-82 dalam bentuk KBr untuk perunut cairan berbasis
air dan brom-82 dalam bentuk dibromo benzena untuk perunut cairan organik.

Radioisotop dapat juga dimanfaatkan untuk menemukan bagian pipa-pipa air yang bocor. Cara
yang digunakan adalah dengan memasukkan unsur radioaktif ke dalam aliran air. Di daerah yang
bocor, air akan mengumpul, begitu juga dengan unsur radioaktif yang dilewatkan air.
C. Di bidang Pertanian
Aplikasi radioisotop “si pencari jejak” ini di bidang pertanian tidak kalah menariknya.
Radioisotop dapat digunakan untuk merunut gerakan pupuk di sekitar tanaman setelah ditabur.
Gerakan pupuk jenis fosfat, dari tanah sampai ke dalam tumbuhan dapat ditelusuri dengan
mencampurkan radioisotop fosfor-32 (P-32) ke dalam senyawa fosfat di dalam pupuk. Dengan
cara ini dapat diketahui pola penyebaran pupuk dan efektifitas pemupukan.
Radioisotop dapat juga digunakan untuk membuat benih tumbuhan dengan sifat yang lebih
unggul dari induknya. Penyinaran radioaktif ke tanaman induk akan menyebabkan ionisasi pada
berbagai sel tumbuhan. lonisasi ini menyebabkan turunan berikutnya mempunyai sifat yang
berbeda dengan induknya. Kekuatan radiasi diatur sedemikian rupa agar diperoleh sifat turunan
yang unggul.

D. Di bidang Arkeologi
Di bidang arkeologi, radioisotop memiliki peran yang masih sulit digantikan oleh metode lain.
Radioisotop berperan dalam menentukan usia sebuah fosil. Usia sebuah fosil dapat diketahui dari
jejak radioisotop karbon-14. Ketika makhluk hidup masih hidup, kandungan radioisotop karbon-
14 dalam keadaan konstan, sama dengan kandungan di atmosfer bumi yang terjaga konstan
karena pengaruh sinar kosmis pada sekitar 14 dpm ( disintegrations per minute) dalam 1 gram
karbon. Hal ini dikarenakan makhluk hidup tersebut masih terlibat dalam siklus karbon di alam.
Namun, sejak makhluk hidup itu mati, dia tidak terlibat lagi ke dalam siklus karbon di alam.
Sebagai akibatnya, radioisotop karbon-14 yang memiliki waktu paro 5730 tahun mengalami
peluruhan terus menerus. Usia sebuah fosil dapat diketahui dari kandungan karbon-14 di
dalamnya. Jika kandungan tinggal separonya, maka dapat diketahui dia telah berusia 5730 tahun.

E. Di bidang Pertambangan
Radioisotop memberikan manfaat besar pula di bidang pertambangan. Pada pertambangan
minyak bumi, radioisotop membantu mencari jejak air di dalam lapisan batuan. Pada pengeboran
minyak bumi biasanya hanya sebagian dari minyak bumi yang dapat diambil dengan
memanfaatkan tekanan dari dalam bumi. Jika tekanan telah habis atau tidak cukup, diperlukan
tekanan tambahan untuk mempermudah pengambilannya. Penambahan tekanan ini dapat
dilakukan dencan cara membanjiri cekungan minyak dengan air yang dikenal dengan flooding.
Air disuntikkan ke dalamnya melalui pengeboran sumur baru. Pada proses penyuntikan air ini
perlu kepastian bahwa air yang dimasukkan ke dalam lapisan batuan benar-benar masuk ke
cekungan minyak yang dikehendaki. Di sini lah radioisotop memainkan peran. Radioisotop
kobal-57, kobal-58 dan kobal-60 dalam bentuk ion komplek hexacyanocobaltate merupakan
solusinya. Ion ini akan bergerak bersama-sama dengan air suntikan sehingga arah gerakan air
tersebut dapat diketahui dengan mendeteksi keberadaan radioisotop kobal tersebut. Radiosotop
kobal-60 dalam bentuk hexacyanocobaltate telah berhasil dibuat di Kawasan Puspiptek Serpong
Tangerang dan siap untuk didayagunakan.

F. Di bidang Kimia
Radioisotop telah memberikan kontribusi pula di bidang penelitian kimia, utamanya dalam
menelusuri mekanisme reaksi. Radioisotop-radioisotop dari unsur hidrogen, karbon, nitrogen dan
sebagainya telah memainkan peran dalam menjelaskan berbagai mekanisme reaksi pada reaksi-
reaksi senyawa organik.

G. Di bidang Kesenian
Peluruhan radioaktif adalah kumpulan beragam proses di mana sebuah inti atom yang tidak stabil
memancarkan partikel subatomik (partikel radiasi). Peluruhan terjadi pada sebuah nukleus induk dan
menghasilkan sebuah nukleus anak.

Pendahuluan
Neutron dan proton yang menyusun inti atom, terlihat seperti halnya partikel-partikel lain, diatur
oleh beberapa interaksi. Gaya nuklir kuat, yang tidak teramati pada skala makroskopik,
merupakan gaya terkuat pada skala subatomik. Hukum Coulomb atau gaya elektrostatik juga
mempunyai peranan yang berarti pada ukuran ini. Gaya nuklir lemah sedikit berpengaruh pada
interaksi ini. Gaya gravitasi tidak berpengaruh pada proses nuklir.

Interaksi gaya-gaya ini pada inti atom terjadi dengan kompleksitas yang tinggi. Ada sifat yang
dimiliki susunan partikel di dalam inti atom, jika mereka sedikit saja bergeser dari posisinya,
mereka dapat jatuh ke susunan energi yang lebih rendah. Mungkin bisa sedikit digambarkan
dengan menara pasir yang kita buat di pantai: ketika gesekan yang terjadi antar pasir mampu
menopang ketinggian menara, sebuah gangguan yang berasal dari luar dapat melepaskan gaya
gravitasi dan membuat tower itu runtuh.

Keruntuhan menara (peluruhan) membutuhkan energi aktivasi tertentu. Pada kasus menara pasir,
energi ini datang dari luar sistem, bisa dalam bentuk ditendang atau digeser tangan. Pada kasus
peluruhan inti atom, energi aktivasi sudah tersedia dari dalam. Partikel mekanika kuantum tidak
pernah dalam keadaan diam, mereka terus bergerak secara acak. Gerakan teratur pada partikel ini
dapat membuat inti seketika tidak stabil. Hasil perubahan akan memengaruhi susunan inti atom;
sehingga hal ini termasuk dalam reaksi nuklir, berlawanan dengan reaksi kimia yang hanya
melibatkan perubahan susunan elektron di luar inti atom.

(Beberapa reaksi nuklir melibatkan sumber energi yang berasal dari luar, dalam bentuk
"tumbukkan" dengan partikel luar misalnya. Akan tetapi, reaksi semacam ini tidak
dipertimbangkan sebagai peluruhan. Reaksi seperti ini biasanya akan dimasukan dalam fisi
nuklir/fusi nuklir.

Radioaktivitas pertama kali ditemukan pada tahun 1896 oleh ilmuwan Perancis Henri Becquerel
ketika sedang bekerja dengan material fosforen. Material semacam ini akan berpendar di tempat
gelap setelah sebelumnya mendapat paparan cahaya, dan dia berfikir pendaran yang dihasilkan
tabung katode oleh sinar-X mungkin berhubungan dengan fosforesensi. Karenanya ia
membungkus sebuah pelat foto dengan kertas hitam dan menempatkan beragam material
fosforen diatasnya. Kesemuanya tidak menunjukkan hasil sampai ketika ia menggunakan garam
uranium. Terjadi bintik hitam pekat pada pelat foto ketika ia menggunakan garam uranium
tesebut.
Tetapi kemudian menjadi jelas bahwa bintik hitam pada pelat bukan terjadi karena peristiwa
fosforesensi, pada saat percobaan, material dijaga pada tempat yang gelap. Juga, garam uranium
nonfosforen dan bahkan uranium metal dapat juga menimbulkan efek bintik hitam pada pelat.

Partikel Alfa tidak mampu menembus selembar kertas, partikel beta tidak mampu menembus
pelat alumunium. Untuk menghentikan gamma diperlukan lapisan metal tebal, namun karena
penyerapannya fungsi eksponensial akan ada sedikit bagian yang mungkin menembus pelat
metal

Pada awalnya tampak bentuk radiasi yang baru ditemukan ini mirip dengan penemuan sinar-X.
Akan tetapi, penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Becquerel, Marie Curie, Pierre Curie,
Ernest Rutherford dan ilmuwan lainnya menemukan bahwa radiaktivitas jauh lebih rumit
ketimbang sinar-X. Beragam jenis peluruhan bisa terjadi.

Sebagai contoh, ditemukan bahwa medan listrik atau medan magnet dapat memecah emisi
radiasi menjadi tiga sinar. Demi memudahkan penamaan, sinar-sinar tersebut diberi nama sesuai
dengan alfabet yunani yakni alpha, beta, dan gamma, nama-nama tersebut masih bertahan hingga
kini. Kemudian dari arah gaya elektromagnet, diketahui bahwa sinar alfa mengandung muatan
positif, sinar beta bermuatan negatif, dan sinar gamma bermuatan netral. Dari besarnya arah
pantulan, juga diketahui bahwa partikel alfa jauh lebih berat ketimbang partikel beta. Dengan
melewatkan sinar alfa melalui membran gelas tipis dan menjebaknya dalam sebuah tabung
lampu neon membuat para peneliti dapat mempelajari spektrum emisi dari gas yang dihasilkan,
dan membuktikan bahwa partikel alfa kenyataannya adalah sebuah inti atom helium. Percobaan
lainnya menunjukkan kemiripan antara radiasi beta dengan sinar katode serta kemiripan radiasi
gamma dengan sinar-X.
Para peneliti ini juga menemukan bahwa banyak unsur kimia lainnya yang mempunyai isotop
radioaktif. Radioaktivitas juga memandu Marie Curie untuk mengisolasi radium dari barium; dua
buah unsur yang memiliki kemiripan sehingga sulit untuk dibedakan.

Bahaya radioaktivitas dari radiasi tidak serta merta diketahui. Efek akut dari radiasi pertama kali
diamati oleh insinyur listrik Amerika Elihu Thomson yang secara terus menerus mengarahkan
sinar-X ke jari-jarinya pada 1896. Dia menerbitkan hasil pengamatannya terkait dengan efek
bakar yang dihasilkan. Bisa dikatakan ia menemukan bidang ilmu fisika medik (health physics);
untungnya luka tersebut sembuh dikemudian hari.

Efek genetis radiasi baru diketahui jauh dikemudian hari. Pada tahun 1927 Hermann Joseph
Muller menerbitkan penelitiannya yang menunjukkan efek genetis radiasi. Pada tahun 1947
dimendapat penghargaan hadiah Nobel untuk penemuannya ini.

Sebelum efek biologi radiasi diketahui, banyak perusahan kesehatan yang memasarkan obat
paten yang mengandung bahan radioaktif; salah satunya adalah penggunaan radium pada
perawatan enema. Marie Curie menentang jenis perawatan ini, ia memperingatkan efek radiasai
pada tubuh manusia belum benar-benar diketahui (Curie dikemudian hari meninggal akibat
Anemia Aplastik, yang hampir dipastikan akibat lamanya ia terpapar Radium). Pada tahun 1930-
an produk pengobatan yang mengandung bahan radioaktif tidak ada lagi dipasaran bebas.

Mode Peluruhan
Sebuah inti radioaktif dapat melakukan sejumlah reaksi peluruhan yang berbeda. Reaksi-reaksi
tersebut disarikan dalam tabel berikut ini. Sebuah inti atom dengan muatan (nomor atom) Z dan
berat atom A ditampilkan dengan (A, Z).

Mode peluruhan Partikel yang terlibat Inti anak


Peluruhan dengan emisi nukleon:
Peluruhan alfa Sebuah partikel alfa (A=4, Z=2) dipancarkan dari inti (A-4, Z-2)
Emisi proton Sebuah proton dilepaskan dari inti (A-1, Z-1)
Emisi neutron Sebuah neutron dilepaskan dari inti (A-1, Z)
Sebuah inti terpecah menjadi dua atau lebih atom dengan
Fisi spontan inti yang lebih kecil disertai dengan pemancaran partikel -
lainnya
Inti atom memancarkan inti lain yang lebih kecil tertentu (A-A1, Z-Z1)
Peluruhan cluster
(A1, Z1) yang lebih besar daripada partikel alfa + (A1,Z1)
Berbagai peluruhan beta:
Sebuah inti memancarkan
Peluruhan beta
elektron dan sebuah antineutrino || (A, Z+1)
Emisi positron Sebuah inti memancarkan positron dan sebuah neutrino (A, Z-1)
Tangkapan elektron Sebuah inti menangkap elektron yang mengorbit dan (A, Z-1)
memancarkan sebuah neutrino
Sebuah inti memancarkan dua elektron dan dua
Peluruhan beta ganda (A, Z+2)
antineutrinos
Tangkapan elektron Sebuah inti menyerap dua elektron yang mengorbit dan
(A, Z-2)
ganda memancarkan dua neutrino
Tangkapan elektron Sebuah inti menangkap satu elektron yang mengorbit
(A, Z-2)
dengan emisi positron memancarkan satu positron dan dua neutrino
Emisi positron ganda Sebuah inti memancarkan dua positrons dan dua neutrino (A, Z-2)
Transisi antar dua keadaan pada inti yang sama:
Sebuah inti yang tereksitasi melepaskan sebuah foton
Peluruhan gamma (A, Z)
energi tinggi (sinar gamma)
Inti yang tereksitasi mengirim energinya pada sebuah
Konversi internal (A, Z)
elektron orbital dan melepaskannya

Peluruhan radioaktif berakibat pada pengurangan massa, dimana menurut hukum relativitas
khusus massa yang hilang diubah menjadi energi (pelepasan energi) sesuai dengan persamaan
E=mc2. Energi ini dilepaskan dalam bentuk energi kinetik dari partikel yang dipancarkan.

Rantai peluruhan dan mode peluruhan ganda


Banyak inti radioaktif yang mempunyai mode peluruhan berbeda. Sebagai contoh adalah
Bismuth-212, yang mempunyai tiga.

Inti anak yang dihasilkan dari proses peluruhan biasanya juga tidak stabil, kadang lebih tidak
stabil dari induknya. Bila kasus ini terjadi, inti anak tadi akan meluruh lagi. Proses kejadian
peluruhan berurutan yang menghasilkan hasil akhir inti stabil, disebut rantai peluruhan.

Keberadaan dan penerapan


Menurut teori Big Bang, isotop radioaktif dari unsur teringan (H, He, dan Li) dihasilkan tidak
berapa lama seteleah alam semesta terbentuk. Tetapi, inti-inti ini sangat tidak stabil sehingga
tidak ada dari ketiganya yang masih ada saat ini. Karenanya sebagian besar inti radioaktif yang
ada saat ini relatif berumur muda, yang terbentuk di bintang (khususnya supernova) dan selama
interaksi antara isotop stabil dan partikel berenergi. Sebagai contoh, karbon-14, inti radioaktif
yang mempunyai umur-paruh hanya 5730 tahun, secara terus menerus terbentuk di atmosfer atas
bumi akibat interaksi antara sinar kosmik dan Nitrogen.

Peluruhan radioaktif telah digunakan dalam teknik perunut radioaktif, yang digunakan untuk
mengikuti perjalanan subtansi kimia di dalam sebuah sistem yang kompleks (seperti organisme
hidup misalnya). Sebuah sampel dibuat dengan atom tidak stsbil konsentrasi tinggi. Keberadaan
substansi di satu atau lebih bagian sistem diketahui dengan mendeteksi lokasi terjadinya
peluruhan.
Dengan dasar bahwa proses peluruhan radioaktif adalah proses acak (bukan proses chaos),
proses peluruhan telah digunakan dalam perangkat keras pembangkit bilangan-acak yang
merupakan perangkat dalam meperkirakan umur absolutmaterial geologis dan bahan organik.

Laju peluruhan radioaktif


Laju peluruhan, atau aktivitas, dari material radioaktif ditentukan oleh:

Konstanta:

 Waktu paruh - simbol t1/2 - waktu yang diperlukan sebuah material radioaktif
untuk meluruh menjadi setengah bagian dari sebelumnya.
 Rerata waktu hidup - simbol τ - rerata waktu hidup (umur hidup) sebuah material
radioaktif.
 Konstanta peluruhan - simbol λ - konstanta peluruhan berbanding terbalik dengan
waktu hidup (umur hidup).

(Perlu dicatat meskipun konstanta, mereka terkait dengan perilaku yang secara statistik
acak, dan prediksi menggunakan kontanta ini menjadi berkurang keakuratannya untuk
material dalam jumlah kecil. Tetapi, peluruhan radioaktif yang digunakan dalam teknik
penanggalan sangat handal. Teknik ini merupakan salah satu pertaruhan yang aman
dalam ilmu pengetahuan sebagaimana yang disampaikan oleh [1])

Variabel:

 Aktivitas total - simbol A - jumlah peluruhan tiap detik.


 Aktivitas khusus - simbol SA - jumlah peluruhan tiap detik per jumlah substansi.
"Jumlah substansi" dapat berupa satuan massa atau volume.)

Persamaan:

t1/2=ln(2)λ=τln(2)
A=dNdt=−λN
SAa0=dNdt∣∣∣t=0=−λN0
dimana
a0 adalah jumlah awal material aktif.

Pengukuran aktivitas

Satuan aktivitas adalah: becquerel (simbol Bq) = jumah disintegrasi (pelepasan)per detik ; curie
(Ci) = 3.7×1010 disintegrasi per detik; dan disintegrasi per menit (dpm).

Waktu peluruhan
Sebagaimana yang disampaikan di atas, peluruhan dari inti tidak stabil merupakan proses acak
dan tidak mungkin untuk memperkirakan kapan sebuah atom tertentu akan meluruh, melainkan
ia dapat meluruh sewaktu waktu. Karenanya, untuk sebuah sampel radioisotop tertentu, jumlah
kejadian peluruhan –dN yang akan terjadi pada selang (interval) waktu dt adalah sebanding
dengan jumlah atom yang ada sekarang. Jika N adalah jumlah atom, maka kemungkinan
(probabilitas) peluruhan (– dN/N) sebanding dengan dt:

(−dNN)=λ⋅dt
Masing-masing inti radioaktif meluruh dengan laju yang berbeda, masing-masing mempunyai
konstanta peluruhan sendiri (λ). Tanda negatif pada persamaan menunjukkan bahwa jumlah N
berkurang seiring dengan peluruhan. Penyelesaian dari persamaan diferensial orde 1 ini adalah
fungsi berikut:

N(t)=N0e−λt
Fungsi di atas menggambarkan peluruhan exponensial, yang merupakan penyelesaian
pendekatan atas dasar dua alasan. Pertama, fungsi exponensial merupakan fungsi berlanjut, tetapi
kuantitas fisik N hanya dapat bernilai bilangan bulat positif. Alasan kedua, karena persamaan ini
penggambaran dari sebuah proses acak, hanya benar secara statistik. Akan tetapi juga, dalam
banyak kasus, nilai N sangat besar sehingga fungsi ini merupakan pendekatan yang baik.

Selain konstanta peluruhan, peluruhan radioaktif sebuah material biasanya juga dicirikan oleh
rerata waktu hidup. Masing-masing atom "hidup" untuk batas waktu tertentu sebelum ia
meluruh, dan rerata waktu hidup adalah rerata aritmatika dari keseluruhan waktu hidup atom-
atom material tersebut. Rerata waktu hidup disimbolkan dengan τ, dan mempunyai hubungan
dengan konstanta peluruhan sebagai berikut:

τ=1λ
Parameter yang lebih biasa digunakan adalah waktu paruh. Waktu paruh adalah waktu yang
diperlukan sebuah inti radioatif untuk meluruh menjadi separuh bagian dari sebelumnya.
Hubungan waktu paruh dengan konstanta peluruhan adalah sebagai berikut:

t1/2=ln2λ
Hubungan waktu paruh dengan konstanta peluruhan menunjukkan bahwa material dengan
tingkat radioaktif yang tinggi akan cepat habis, sedang materi dengan tingkat radiasi rendah akan
lama habisnya. Waktu paruh inti radioaktif sangat bervariasi, dari mulai 1024 tahun untuk inti
hampir stabil, sampai 10-6 detik untuk yang sangat tidak stabil.

Anda mungkin juga menyukai