Anda di halaman 1dari 23

Cara Membuat Sabun Sendiri

 
Halo... ini kali kedua saya belajar bikin sabun. 
Kali pertama tahun 2011 kalau tak salah ingat, saya belajar dari kak Melanie. 
Hasilnya sabun coba-coba bikin itu tidak berbusa banyak. 
Setelah caritahu sana sini ternyata memang saya tidak memasukkan bahan utama penyebab
busa dalam sabun melimpah ruah, yaitu minyak kelapa. 
Saya pun berniat untuk kali kedua membuat yang lengkap dan mudah-mudahan berhasil. 
Saya meminta minyak kelapa buatan tante saya di kampung yang harumnya bukan main, 
meski sayang tapi namanya juga usaha? 
Tante saya berbaik hati membagikan satu botol minyak kelapa buatannya secara gratis. 
Betapa beruntungnya saya... 
Tapi karena banyak disibukkan sama urusan lain *sok sibuk :D 
saya pun baru sempat kembali bereksperimen lagi tiga hari lalu. 
Kali ini tidak sendiri, tapi bersama Wancrut, sodara seiman seiya sekata. 
Hahaha... She is the best untuk urusan teman ngobrol, gosip, maccalla, belajar masak, dan
sebagainya.
Okey, untuk membuat sabun bahan dan alat yang perlu disiapkan adalah :

 Bahan :
Minyak sawit
Minyak kelapa
Minyak zaitun
NaOH
Pewangi (Minyak essensial atau fragrance)
Bahan tambahan jika mau, kali ini saya memakai kopi bubuk. 
(Bisa diganti dengan buah, atau apa saja, tergantung mau bikin sabun apa? Hehehe)

Alat :
Timbangan Dapur
Masker
Kacamata
Sendok plastik
Wadah utuk mencampur bahan
Cetakan 

(Untuk lebih jelas mengenai takaran saya sarankan membaca petunjuk dari sini dan sini)

Mari kita mulai. Capurkan soda kaustik atau NaOH atau lebih sering orang bilang soda api ke
dalam air. Ingat, jangan sampai terbalik, memasukkan air ke dalam NaOH, itu bahaya. Saat
mencampur airnya akan berubah menjadi panas dan mengeluarkan uap. Jadi jangan lupa
memakai masker, sarung tangan, dan kacamata ya. Aduh pelan-pelan hingga air menjadi
bening. Lalu diamkan sampai suhu air jadi normal. Sambil menunggu, silahkan campur
ketiga jenis minyak di wadah lain, tentu saja dengan menakarnya terlebih dahulu.
 Setelah air NaOH dingin, masukkan campuran ketiga minyak tadi ke dalam wadah yang
sudah air+NaOh tadi. Ingat, minyak yang dimasukkan ke dalam larutan air+NaOH, jangan
sampai terbalik. Aduk pelan-pelan, sampai mengental, prosesnya disebut trace. Kalau sudah
kental diamkan sejenak. Campuran sabun sudah siap untuk dicetak. Lebih bagus lagu
sebenarnya kalau diaduk menggunakan mesin mixer. Agar lebih rata.

Silahkan bagi campuran sabun beberapa bagian jika ingin membuat berbagai macam
campuran wangi atau bahan tambahan. Saya sendiri memakai tiga jenis minyak essensial
untuk tiga cetakan. Dan juga membuat sabun dengan tambahan kopi untuk cetakan lainnya.
Saya juga menambahkan potongan gambas dari kebun Wancrut di Mamuju pada beberapa
cetakan.
 
Hasilnya seperti ini. Simpan di tempat yang aman dengan suhu stabil ruangan satu sampai
dua hari kemudian keluarkan dari cetakan. Tapi belum bisa langsung digunakan, tunggu
sampai padatnya mantap dan gliserinnya lebih mantap pula. Kira-kira tiga minggu. Hasilnya?
Saya sendiri belum tahu, tapi mudah-mudahan ini berhasil, karena saya berusaha membuat
berdasarkan berbagai petunjuk dari para pembuat sabun natural yang kutahu. Sampai jumpa
tiga minggu akan datang untuk tahu hasilnya. ;)
 
 Terima kasih untuk Wancrut, Kurns, dan Chac Lubber yang telah berbaik hati meminjamkan
kameranya sehingga saya bisa bikin tutorial ini. ^^

Oya, untuk lebih jelasnya, saya sarankan sebelum membuat sabun sendiri khatamkan dulu
mengenai sabun natural itu sendiri. Hehehe... Mengenai manfaat, kelebihan, kekurangan,
kenapa begini, kenapa begitu, silahkan kunjungi blog Diary of Soapmaker. Pokonya cerita-
cerita tentang sabun natural buatan sendiri lengkap di sana. Saya juga pernah menulis sedikit
cerita tentang sabun natural ini di Zine Fabulinus #2, silahkan kunjungi Linonipi jika ada
yang ingin mendonlot nya ;)

Catatan Kecil : Soundtrack pas bikin tutorial ini adalah Dub Kelat Beras milik Tragic
Soundsystem pas buat kami (saya dan Wancrut yang memilih bikin sabun daripada rajin
masuk kuliah, hihihi... apa bede?)

Resep#1 - sabun padat

 235 g Minyak Zaitun


 150 g Minyak Kelapa
 100 g Minyak Sawit
 74 g NaOH – Natrium hidroksida + 210 g Air
 10 cc fragrance + pewarna

(Proses Pada Suhu ruangan)

 
Resep#2 - sabun padat

 250 g Minyak Sawit


 140 g Minyak Kelapa
 100 g Minyak Jagung
 75.5 g NaOH – Natrium hidroksida + 210 g Air
 10 cc fragrance + pewarna
(Proses Pada Suhu ruangan)

1. Timbang air dan NaOH / KOH, sesuai dengan Resep. Larutkan NaOH / KOH ke
dalam air sejuk / dingin (Jangan menggunakan wadah aluminium. Gunakan stainless
steel, gelas pyrex atau plastik-poliproplen). Jangan menuangkan air ke NaOH / KOH.
Tuangkan NaOH / KOH ke dalam air sedikit demi sedikit. Aduk higga larut. Pertama-
tama larutan akan panas dan berwarna keputihan. Setelah larut semuanya, simpan di
tempat aman untuk didinginkan sampai suhu ruangan. Akan didapatkan larutan yang
jernih.
2. Timbang minyak (Minyak Kelapa, Minyak Sawit, Minyak Zaitun, Minyak Jagung,
Minyak Kedelai...) sesuai dengan Resep.
3. Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam blender.
4. Hati-hati dalam menuangkan larutan NaOH / KOH ke dalam minyak.
5. Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi untuk menghindari cipratan dan
proses pada putaran terendah. Hindari jangan sampai menciprat ke muka atau badan
anda. Hentikan blender dan periksa sabun untuk melihat tahap “trace”. “Trace” adalah
kondisi dimana sabun sudah terbentuk dan merupakan akhir dari proses pengadukan.
Tandanya adalah ketika campuran sabun mulai mengental. Apabila disentuh dengan
sendok, maka beberapa detik bekas sendok tadi masih membekas, itulah mengapa
dinamakan “trace”.
6. Pada saat “trace” tadi anda bisa menambahkan pengharum, pewarna atau aditif. Aduk
beberapa detik kemudian hentikan putaran blender.
7. Tuang hasil sabun ini ke dalam cetakan. Tutup dengan kain untuk insulasi. Simpan
sabun dalam cetakan tadi selama satu hingga dua hari. Kemudian keluarkan dari
cetakan, potong sesuai selera. Simpan sekurang-kurangnya 3 minggu sebelum
dipakai.

* penjelasan cara kerja nomor 1 untuk keselamatan.


Natrium Hydroxide (NaOH) / Sodium Hydroxide / lye / caustic soda / soda api merupakan
bahan utama selain minyak dalam pembuatan sabun. Melalui reaksi kimia, NaOH mengubah
minyak atau lemak menjadi sabun. Selain itu NaOH juga diperlukan untuk membuat sampo
dan body lotion.
Dalam membuat larutan alkali (air + NaOH) ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain :

1. Gunakan baju lengan panjang, kaca mata pelindung, masker dan sarung tangan karet.
Prinsip kehati – hatian sangat diperlukan karena cairan ini bisa mengakibatkan
kebutaan apabila terkena mata, atau mengakibatkan rasa terbakar apabila mengenai
kulit. Sediakan pula cairan cuka, hal ini untuk mengantisipasi apabila kulit terkena
cairan alkali.
2. Lakukan di ruangan terbuka, misalnya di taman atau di tempat yang mempunyai
udara bebas. Jangan menghirup udara yang keluar dari larutan ini.
3. Selalu memasukkan NaOH ke dalam air (dengan pelan) dan bukan sebaliknya. Jika
Anda melakukan sebaliknya, akan mengakibatkan letupan yang sangat berbahaya bagi
kulit dan mata.
4. Jauhkan dari jangkauan anak – anak / tidak melibatkan anak – anak sama sekali.
Sabun yang berasal dari bahasa India/Hindi साबुन adalah surfaktan yang digunakan dengan
air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang
disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah
meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air
bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di
negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci
atau membersihkan.

Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat
diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau
kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan
saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran
tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti
minyak zaitun.

Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa kuat (misalnya NaOH).
Sabun terutama mengandung c12 dan c16 selain itu juga mengandung asam karboksilat.

saponifikasi antara trigliserida dan basa kuat menghasilkan produk berupa sabun dan gliserol

Saponification Value atau SAP merupakan suatu nilai yang menunjukan berapa banyak basa
yang dibutuhkan untuk mereaksikan lemak atau minyak secara sempurna

BAB V

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

TUJUAN :

         Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium
hidroksida
         Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen

A. Pre-lab
1. Jelaskan tentang reaksi saponifikasi suatu lemak !

Jadi reaksi saponifikasi suatu lemak adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur
dengan alkali yang menghasilkan sabun dan gliserol (Gebelin, 2005).

 
2. Jelaskan perbedaan sabun kalium, sabun natrium dan detergen, baik secara struktur maupun sifatnya
!

Sabun kalium (ROOCK) terbuat dari lemak dengan KOH, sifatnya lunak dan umumnya digunakan
untuk sabun mandi cair, sabun cuci pakaian dan perlengkapan rumah tangga. Struktur dari sabun
natrium adalah C17H35-C-Na(O)-O (Solomons, 2004).

Sabun natrium (RCOONa) terbuat dari lemak dengan NaOH sifatnya keras dan umumnya digunakan
sebagai sabun cuci, dalam industri logam dan untuk mengatur kekerasan sabun kalium. Struktur dari
sabun kalium adalah C17H35-C-K(O)-O (Solomons, 2004).

Detergent adalah campuran zat kimia dari sintetik maupun alam yang memiliki sifat dapat menarik
zat pengotor dari media, memiliki sifat daya pembersih seperti sabun, akan tetapi tidak terbuat dari
lemak atau minyak. Struktur dari detergen adalah R-SO3Na, dengan

R = CH3(CH2)16 (Permono, 2005).

3. Jelaskan prinsip dasar proses saponifikasi dan pengujian sifat sabun yang dihasilkan !

Prinsip dalam  proses saponifikasi yaitu  lemak akan terhidrolisis oleh basa menghasilkan gliserol dan
sabun mentah.   Proses pencampuran antara minyak dan alkali kemudian akan membentuk suatu
cairan yang mengental, yang disebut dengan trace. Pada campuran tersebut kemudian ditambahkan
garam NaCl. Garam NaCl  ditambahkan untuk memisahkan antara produk sabun dan gliserol
sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol. Pengujian sifat
sabun yang dihasilkan adalah sabun dapat mengemulsi minyak (Gebelin, 2005).

 
Tinjauan Pustaka

1.      Pengertian dan prinsip saponifikasi


Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur dengan alkali
yang menghasilkan sabun dan gliserol. Prinsip dalam  proses saponifikasi, yaitu  lemak akan
terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.   Proses pencampuran antara
minyak dan alkali kemudian akan membentuk suatu cairan yang mengental, yang disebut
dengan trace. Pada campuran tersebut kemudian ditambahkan garam NaCl. Garam
NaCl  ditambahkan untuk memisahkan antara produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan
tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol (Gebelin, 2005).
 
 

2.      Sabun kaliun dan natrium


Sabun kalium (ROOCK) disebut juga sabun lunak dan umumnya digunakan untuk sabun
mandi cair, sabun cuci pakaian dan perlengkapan rumah tangga. Sedangkan sabun natrium
(RCOONa), disebut sabun keras dan umumnya digunakan sebagai sabun cuci, dalam industri logam
dan untuk mengatur kekerasan sabun kalium (Solomons, 2004).

3.      Perbedaan sabun dan detergent


Sabun adalah hasil proses penetralan asam lemak dengan menggunakan alkali. Deterjen
adalah campuran zat kimia dari sintetik maupun alam yang memiliki sifat dapat menarik zat
pengotor dari media. Struktur antara sabun dan detergent juga berbeda, yakni:

(Permono, 2005).

4.      Tinjauan bahan


4.1  Lemak
Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarut organik non-polar. Molekul lemak terdiri dari empat bagian,yaitu satu molekul gliserol
dan tiga molekul asam lemak (Mulyono, 2009).
4.2  KOH 10% dan etanol 95%
KOH merupakan senyawa yang digunakan untuk membuat sabun cair. Dalam proses penyabunan,
KOH sebanyak 10% berada dalam Etanol 95% yang digunakan untuk pembuatan Sabun kalium.
Sehingga setelah melewati proses saponifikasi ini akan dihasilkan larutan yang berwarna putih susu
(Permono, 2005).
4.3  Aseton
Aseton merupakan suatu keton yang dapat dibuat dari bahan dasar isopropil alkohol dengan cara
oksidasi. Aseton tidak berwarna dan mempunyai bau yang sengit. Aseton dapat bercampur dalam air
(Sunarya, 2007).
4.4  NaCl
Berbentuk serbuk putih dan tidak berbau dan rasanya seperti garam. Larut dalam gliserol, dan
amonia. Sangat sedikit larut dalam alkohol, tidak larut dalam Asam klorida (Permono, 2005).
4.5  Aquades
Akuades adalah air dari hasil penyulingan. Mempunyai kandungan H₂O yang murni dan hampir tidak
mengandung mineral (Sunarya, 2007).
4.6  CaCl₂ 0,1 %
CaCl2 adalah senyawa ionik yang terdiri dari unsur kalsium (logam alkali tanah) dan klorin. Tidak
berbau, tidak berwarna dan tidak beracun (Mulyono, 2009).
4.7  MgCl₂ 0,1 %
Magnesium klorida adalah logam yang kuat, putih keperakan, ringan dan akan menjadi kusam jika
dibiarkan pada udara. Dalam bentuk serbuk, logam ini sangat reaktif dan bisa terbakar dengan nyala
putih apabila udaranya lembab (Permono, 2005).
4.8  FeCl₂ 0,1 %
Besi (II) Klorida bentuknya adalah solid mempunyai titik leleh yang tinggi. FeCl₂ dapat larut dalam air
(Permono, 2005).
4.9  Detergent
Detergen termasuk emulgator dari emulsi antara minyak dan air. Struktur detergen tersusun atas
kepala yang bersifat liofil (hidrofil) dan ekor yang bersifat liofob (hidrofob). Bagian kepala ini akan
berikatan dengan air, sedangkan bagian ekor akan berikatan dengan lemak (Sunarya, 2007).
4.10Air kran
Air kran terdapat pada rumah atau bangunan-bangunan lain. Air ini digunakan untuk mencuci,
memasak, minum dll. Air adalah zat yang paling baik sekali dan paling murah, terdapat dalam
keadaan tidak murni. Dalam percobaan biasanya digunakan sebagai pelarut (Permono, 2005).
4.11Minyak
Minyak adalah suatu ester alam yang berasal dari hewan dan tanaman. Minyak merupakan suatu
ester karena dibentuk melalui reaksi esterifakasi antara alkohol (gliserol) dan asam karboksilat (asam
lemak). Memiliki titik didih rendah dan terasa licin apabila dipegang (Sunarya, 2007).
DIAGRAM ALIR
1. sabun kalium
 
2. sabun natrium
 
3. pengujian sifat sabun dan detergent
 
 

HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATAN :

1. Saponifikasi lemak : pembuatan sabun kalium

Akuades
Berat / Setelah 30 mL
Jenis Setelah 10 Tes Ditambah Diaduk
volume dipanaska dan
sampel menit penyabunan NaCl NaCl
sampel n dibagi
dua

Masih
Minyak ada
Sabun 1.5 gr Mengenta Saponifikasi Bentuk liat endapan
kalium KOH 10 l berwarna sempurna minyak
ml kuning dan
larut

Sabun Setengah Putih


Mengendap
natrium sampel keruh
(15 ml)

Jenis sampel Warna Bentuk


Sabun kalium Kuning Cair

Sabun natrium Putih Padat

Detergen Putih keruh Padat

2. Sifat sabun dengan detergen

Ditambah lemak / minyak


Jenis sampel
Kelarutan Warna

Sabun kalium Kuning Putih keruh

Sabun natrium Putih padat Putih keruh

Detergen Tidak larut semua Bening

Jenis sampel Penambahan larutan Pengamatan Diaduk

1 mL larutan CaCl2 0,1%


Kuning Putih keruh

1 mL larutan MgCl2 0,1% Kuning Putih bening


1 mL sabun
Kuning Kuning ada endapan
kalium 1 mL larutan FeCl2, 0,1%

Kuning Putih bening


Air kran

1 mL sabun 1 mL larutan CaCl2 0,1% Putih padat Mengendap (putih)


natrium
1 mL larutan MgCl2 0,1% Putih padat Mengendap (putih)

1 mL larutan FeCl2, 0,1% Putih padat Mengendap (orange)


Air kran Putih padat Putih keruh mengendap

Putih keruh
1 mL larutan CaCl2 0,1%
Putih keruh

Putih keruh Agak keruh


1 mL larutan MgCl2 0,1%
1 mL detergen

Putih keruh Ada endapan orange


1 mL larutan FeCl2, 0,1%

Air kran Putih keruh Ada endapan putih

PEMBAHASAN
1.      Analisa prosedur
Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan sabun kalium ini adalah dengan
menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan antara lain tabung reaksi, pipet tetes, gelas beker,
gelas arloji, kompor listrik, timbangan analitik dan pengaduk. Sedangkan bahan yang digunakan
antara lain KOH, minyak nabati, akuades dan etanol. Pertama, memanaskan air pada gelas beker 250
ml air dengan kompor listrik. Kemudian lemak nabati ditimbang 1,5 gram menggunakan timbangan
analitik, kemudian di tambahkan KOH 10% dalam etanol 95%, penambahan KOH 10% dalam etanol
95% adalah sebagai alkali dalam proses hidrolisis lemak pada minyak sehingga di hasilkan garam
karboksilat. Sedangkan etanol 95% digunakan agar KOH dan lemak pada minyak dapat karena lemak
dapat larut di etanol daripada pada air. Dipanaskan selama 10 menit (sampai mendidih). Setelah
mendidih, ditambahkan etanol sebanyak 2 ml untuk menggantikan etanol yang menguap saat
dipanaskan. Kemudian dipanaskan kembali selama 10 menit sampai reaksi saponifikasi sempurna,
untuk mengetahui reaksi saponifikasi telah sempurna atau tidak, tabung reaksi yang berisi air
diambil dan meneteskan beberapa tetes sampel yang telah dididihkan tadi, kemudian diamati.
Reaksi saponifikasi sempurna apabila tidak terdapat minyak ketika sampel diteteskan pada air dan
juga tidak ada busa atau globula pada air. Apabila reaksi saponifikasi belum sempurna atau masih
terdapat minyak dalam air maka ditambah etanol 2 ml dan dipanaskan kembali selama 10 menit.
Sedangkan jika saponifikasi sempurna maka larutan sampel di panaskan hingga mengental namun
jangan sampai gosong. Lalu ditambahkan akuades sebanyak 30 ml dan diaduk secara konstan
menggunakan pengaduk. Setelah itu sabun kalium dibagi rata ke dalam 2 beaker glass, digunakan
untuk pembuatan sabun natrium dan untuk pengujian.
Setelah selesai membuat sabun kalium, dilanjutkan dengan membuat sabun natrium dengan
menggunakan setengah dari sampel sabun kalium. Alat dan bahan yang diperlukan dalam
poembuatan sabun kalium ini antara lain setengah sampel sabun kalium, NaCl jenuh, pengaduk dan
kertas saring. Pertama, larutan sabun kalium ditambahkan 15 ml ke dalam larutan NaCl jenuh,
penambahan NaCl jenuh ini berfungsi untuk memisahkan gliserol dari hasil saponifikasi minyak
dengan KOH yang sulit dipisahkan. Kemudian campuran diaduk kuat sampai terbentuk padatan.
Kemudian padatan yang diperoleh disaring menggunakan kertas saring, hal ini dilakukan untuk
memisahkan sabun natrium dengan larutan lain yang tidak digunakan, selanjutnya padatan ditekan
hingga bebas dari air.
Sabun kalium dan natrium telah selesai dibuat, selanjutnya menguji sifat kedua sabun
tersebut dan detergent. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian ini antara lain sampel
berupa sabun natrium, sabun kalium dan detergent, akuades, timbangan analitik, pengaduk dan
gelas arloji. Pertama, detergen ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik sebanyak 0,5
gram, kemudian detergen tersebut dilarutkan dengan akuades sebanyak 50 ml. Kemudian minyak
dioleskan pada tiga gelas arloji, setelah itu sabun kalium diteteskan pada satu gelas arloji dan
diratakan dengan tangan, begitu juga dengan sabun natrium dan detergent diteteskan pada masing-
masing gelas arloji dan diratakan menggunakan tangan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
sabun kalium, sabun natrium dan detergent dapat membersihkan minyak atau tidak. Kemudian
diamati apa yang terjadi, bila tidak ada globula maka sabun kalium, natrium, dan detergen dapat
membersihkan minyak.
Percobaan selanjutnya yakni pengujian kerja sabun kalium, sabun natrium, dan detergen pada
air sadah, dengan mereaksikan sabun dan detergen dengan larutan divalen. Alat dan bahan yang
digunakan antara lain CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%, FeCl2 0,1%, air kran, pipet tetes, tabung reaksi dan
gelas beker. Pertama, sabun kalium di teteskan menggunakan pipet tetes ke dalam 4 tabung reaksi
masing-masing sudah terisi CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%, FeCl2 0,1% dan air kran sebanyak 1 ml. Kemudian
diaduk dan amati perubahannya seperti warna dan apakah terbentuk endapan atau tidak. Untuk
pengujian terhadap sabun natrium dan detergen dilakukan hal yang sama.
2.      Analisa Hasil
Dari data hasil percobaan terbut dapat diketahui pada saat pembuatan sabun kalium dengan minyak
sebanyak 1,5 gram dan KOH kemudian ditambah KOH 10% dalam etanol 95% dan dipanaskan selama
10 menit dan hasilnya tidak ada minyak, warnanya menjadi kuning terang dan kental. Untuk tes
penyabunan hasilnya sempurna. Menurut literatur apabila saponifikasi telah sempurna dapat
ditandai ketika dilakukan pengujian dengan meneteskan sampel kedalam air tidak lagi terdapat
minyak dan tidak ada globula-globula tetapi jika masih globula yang menandakan masih ada lemak
reaksi saponifikasi terssebut belum sempurna (Permono, 2005). Namun setelah dipanaskan dan
diaduk, sabun kalium berbuih tapi tidak dapat larut sempurna dengan air, sehingga berbentuk
seperti kristal-kristal kuning, hal ini dimungkinkan karena minyak yang sudah terlalu lama disimpan
sehingga minyak tersebut mengalami oksidasi.

Pada data hasil percobaan pembuatan sabun natrium, diambil dari setengah sampel sabun kalium.
Setelah ditambah NaCl jenuh berwarna putih keruh dan setelah diaduk dengan kuat terdapat
endapan yang kemudian disaring, sehingga didapatkan padatan sabun natrium. Hal ini sudah sesuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa sabun natrium berwujud padat (Permono, 2005).

Pada data hasil percobaan uji kerja sabun dan detergent, yakni dengan cara mengoleskan
minyak pada gelas arloji yang kemudian ditetesi sampel. Pada saat ditetesi sabun natrium dan
kalium, minyak dapat larut dan larutan menjadi keruh, hal ini dikarenakan minyak telah larut dalam
sabun tersebut. Sehingga dapat diketahui sabun dapat mengemulsikan minyak dengan baik. Namun
pada saat detergent diteteskan pada gelas arloji yang diolesi minyak, minyak hanya terangkat dan
tidak teremulsi, hal ini dipengaruhi oleh massa jenis minyak yang lebih rendah dari air sehingga
minyak cenderung berada di permukaan. Saat detergen ditambahkan kembali, minyak dipermukaan
menjadi berkurang tapi tidak benar-benar hilang. Hal ini juga dimungkinkan karena deteregent
mengandung hidrokarbon yang lebih banyak ujung polar sehingga tidak bisa melarutkan minyak
yang bersifat nonpolar. Ini membuktikan daya emulsi detergen terhadap minyak atau lemak tidak
lebih baik dari sabun kalium.

Pada data hasil percobaan pengujian sabun dan detergent pada keadaan sadah, yakni dengan
menambahkan masing-masing sampel pada tabung reaksi yang berisi CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%, FeCl2
0,1% dan air kran. Pada saat detergent ditambahkan pada masing-masing tabung reaksi hasilnya
semua larut dalam detergent, namun pada saat didiamkan terdapat endapan pada FeCl 2 0,1% dan air
kran, hal ini dimungkinkan pada saat pengadukan kurang sempurna, sehingga detergent masih
berupa serbuk dan belum larut sepenuhnya. Pada saat sabun natrium di masukkan pada tabung
masing-masing tabung reaksi, setelah ditambahkan sabun natrium yang pada CaCl 2 0,1% terdapat
endapan putih, MgCl2 0,1% terdapat endapan putih juga, FeCl 2 0,1% terdapat endapan orange
danpada air kran terdapat endapan keruh. Pada FeCl 2 0,1% berwarna orange, hal ini dikarenakan
anion asam lemak dari sabun akan mengikat logam-logam atau kation divalen tersebut sehingga
membentuk endapan, sehingga dapat dikatakan bahwa sabun kalium tidak bisa digunakan pada air
sadah karena logam-logam tersebut tidak dapat dilarutkan. Pada saat uji dengan sabun kalium yang
diteteskan pada tabung reaksi yang berisi CaCl 2 0,1%, MgCl2 0,1%, FeCl2 0,1% dan air kran. Pada
masing-masing tabung yang semula berwarna kuning, pada CaCl 2 0,1% menjadi berwarna putih
keruh, MgCl2 0,1% berwarna putih bening, FeCl 2 0,1% menjadi berwarna kuning dan ada endapan
dan pada air kran berwarna putih bening. Pada air kran tidak ada endapan. Hal ini membuktikan air
kran yang digunakan tidak mengandung mineral-mineral tertentu, atau meskipun mengandung
namun kadarnya rendah. Menurut literatur pada saat sabun kalium direaksikan dalam air sadah,
hasilnya harus mengendap karena anion gugus karboksilat bereaksi dengan kation logam divalen
(Mulyono, 2009) sehingga uji kalium ini dapat dikatakan gagal, karena seluruhnya larut kecuali pada
FeCl2 0,1%. Kesalahan yang terjadi dimungkinkan karena adanya human error atau karena pada saat
diawal pembuatan sabun minyak yang digunakan sudah tersimpan lama sehingga minyak tersebut
teroksidasi sehingga sabun yang dihasilkan pun buruk. Dari pernyataan (Mulyono, 2009) bahwa
kesadahan air tidak akan mempengaruhi kerja detergen, dalam percobaan ini sudah sesuai,
detergent dapat bekerja dengan baik pada air sadah, sedangkan sabun tidak.

PERTANYAAN

1.      Apa fungsi penambahan KOH pada proses saponifikasi? Apakah larutan KOH dapat digantikan
dengan bahan lain, jika dapat, bahan apakah yang dapat menggantikan larutan KOH?
Jawab : Fungsi dari penambahan KOH pada proses saponifikasi pada lemak ini agar terjadi reaksi hidrolisis
lemak menjadi sabun dan gliserol. Peran KOH dapat diganti dengan basa kuat lainnya, misalkan
NaOH, sehingga sabun yang dihasilkan menjadi sabun natrium yang memiliki tekstur padat
(Permono, 2005).
2.      Jelaskan cara kerja sabun dan detergen sebagai pembersih kotoran / lemak! Mengapa detergen
lebih efektif untuk membersihkan kotoran bila dibandingkan dengan sabun?
Jawab : Sabun dan detergen terdiri dari ujung hidrokarbon yang bersifat hidrokarbon yang bersifat non polar
dan ujung satunya besifat polar. Bagian non polar akan mengelilingin tetesan minyak dan
melarutkannya sesuai dengan asas like dissolved like, sedangkan ujung polar dari molekul tersebut
segera akan terlarut dalam air. Detergent lebih efektif membersihkan kotoran karena kerja
detergent tidak dipengaruhi air sadah. Sedangkan sabun tidak bekerja efektif pada air sadah
(Khopkar, 2005).
3.      Jelaskan pengaruh kesadahan terhadap fungsi sabun dan detergen sebagai pembersih !
Jawab: Detergent dapat digunakan sebagai pembersih pada air sadah karena detergent tidak dapat bereaksi
dengan air sadah sehingga tidak akan menimbulkan endapan yang dimungkinkan daapat merugikan.
Sedangkan pada sabun tidak dapat bekerja pada air sadah karena sabun bereaksi pada air sadah
yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerak pada baju maupun lantai (Khopkar, 2005).
KESIMPULAN

Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur dengan alkali yang
menghasilkan sabun dan gliserol. Prinsip dalam  proses saponifikasi, yaitu  lemak akan terhidrolisis
oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Dengan dilakukannya percobaan ini dapat
diketahui perbedaan antara sabun kalium, sabun natrium dan detergen. Sabun kalium terbuat dari
lemak dengan KOH, sifatnya lunak dan umumnya digunakan untuk sabun mandi cair. Sabun natrium
terbuat dari lemak dan NaOH, bersifat keras dan umumnya digunakan untuk sabun cuci. Detergen
adalah campuran zat kimia dari sintetik maupun alam yang memiliki sifat dapat menarik zat
pengotor dari media, memiliki sifat daya pembersih seperti sabun, akan tetapi tidak terbuat dari
lemak atau minyak.

Dari data hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa daya emulsi detergen terhadap minyak
atau lemak tidak lebih baik dari sabun kalium, karena detergent tidak mampu mengelmusikan lemak
dengan sempurna. Namun kerja detergent tidak terganggu dalam keadaan sadah, sedangkan sabun
natrium dan sabun kalium tidak efektif bekerja pada air sadah.

SARAN

Selama praktikum berlangsung dengan efektif sehingga praktikum dapat berjalan dengan cepat dan
efektif. Untuk bahan dalam praktikum setidaknya memakai bahan yang masih baru sehingga
praktikum bisa berjalan dengan benar. Untuk praktikan sebaiknya menggunakan K3 agar tidak terjadi
hal yang tidak diinginkan selama praktikum berlangsung

Anda mungkin juga menyukai