Anda di halaman 1dari 19

Pengenalan Sabun Mandi

Definisi
Sabun mandi merupakan garam logam alkali (biasanya natrium atau kalium) dari asam lemak.
Bagaimana Sabun Dibuat
Sabun dibuat dengan cara mencampurkan larutan NaOH / KOH dengan minyak atau lemak.
Melalui reaksi kimia, NaOH / KOH mengubah Minyak / Lemak menjadi Sabun. Proses ini
disebut Saponifikasi.
Bagaimana Sabun Bisa Membersihkan
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak alami. Surfaktan
mempunyai struktur bipolar. Bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat
hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan
dan pakaian. Selain itu, pada larutan, surfaktan akan menggerombol membentuk misel setelah
melewati konsentrasi tertentu yang disebut Konsentrasi Kritik Misel (KKM) (Lehninger, 1982).
Sabun buatan sendiri bukan hanya membersihkan, juga mengandung sekitar 25% gliserin.
Gliserin bisa melembabkan dan melembutkan kulit, menyejukan dan meminyaki sel-sel kulit
juga.
***
Alasan Memakai Sabun Mandi Buatan Sendiri
y Sabun buatan sendiri lebih lembut dari sabun buatan industri, karena dengan otomatis
mengandung gliserin, sedangkan di industri gliserinnya di ambil untuk dijual terpisah
karena lebih mahal.
y Kualitas sabun mandi buatan sendiri dapat melebihi sabun yang di beli di supermarket,
selain lebih murah tentunya.
y Dengan membuat sabun sendiri anda bisa mendapatkan apa yang diinginkan, baik
warnanya, harumnya atau biarkan apa adanya - alami.
y Membuat sabun sendiri sangat menyenangkan dan penuh kreatifitas. Sabun mandi
batangan ini bisa dibuat hadiah untuk teman maupun kerabat.
y Membuat sabun sendiri juga mudah lho



Bekerja Aman Dengan NaOH / KOH
NaOH / KOH adalah salah satu kunci dalam produksi sabun. NaOH di tempat saya banyak di
jual di toko bahan bangunan sebagai bahan kimia anti mampat, sedangkan KOH dibeli di toko
bahan kimia. NaOH / KOH harus ditangani dengan hati-hati. Kalau tidak akan menyebabkan
bahaya baik bagi anda maupun orang lain. Kalau terlanjur kecipratan cairan NaOH / KOH harus
langsung dicuci dengan air yang banyak, Tapi jika ditangani dengan benar tidak ada masalah.
Langkah aman menangani NaOH / KOH:
y Jangan menuang air ke atas NaOH / KOH. SELALU untuk menuangkan / mencampurkan
NaOH / KOH ke dalam air, dengan pelan-pelan.
y Hati-hati, jangan sampai menciprat terutama ke badan, kulit ataupun mata. Lebih baik
pakai kacamata.
y Jauhkan dari jangkauan anak-anak dan juga binatang peliharaan.
y Selalu memakai sarung tangan karet selama bekerja dengannya.
y Pakai masker selama membuat larutan NaOH / KOH dengan air.
Bahan-bahan
Minyak atau Lemak Hampir semua minyak / lemak alami bisa dibuat menjadi sabun. Cari yang
mudah saja seperti: Minyak Kelapa, Minyak Sawit, Minyak Zaitun, Minyak Jagung, Minyak
Kedelai
NaOH / KOH Untuk mengubah minyak / lemak menjadi sabun. Bisa beli di toko bahan kimia,
ambil yang teknis saja.
Air Sebagai katalis/pelarut. Pilih air sulingan atau air minum kemasan. Air dari pam tidak
bagus, banyak mengandung mineral.
Essential dan Fragrance Oils Sebagai pengharum. Beli di toko bahan kimia atau lainnya
Pewarna Untuk mewarnai sabun. Bisa juga memakai pewarna makanan.
Zat Aditif Rempah, herbal, talk, tepung kanji/maizena dapat ditambahkan pada saat trace.
Peralatan
y Sebuah masker sederhana. Dipakai selama pembuatan larutan NaOH / KOH saja.
y Kacamata . Dipakai selama pembuatan larutan NaOH / KOH saja.
y Sepasang sarung tangan karet. Dipakai selama pembuatan sabun.
y Botol plastik. Untuk wadah air.
y Timbangan dapur dengan skala terkecil 1 atau 5 gram.
y Kantong plastik kecil. Untuk menimbang NaOH/KOH.
y Sendok stainless steel atau plastik-polipropilen untuk menuangkan NaOH / KOH dan
mengaduknya.
y Wadah dari gelas atau plastik-polipropilene. Untuk tempat larutan NaOH/KOH dengan
air.
y Wadah dari plastik. Untuk menimbang serta tempat air dan minyak.
y Kain. Untuk menutup cetakan setelah diisi sabun.
y Plastik tipis. Untuk melapisi cetakan.
y Cetakan.
y Blender dengan tutupnya
y Kain. Untuk menutup blender.
Kelebihan Pembuatan Sabun Mandi Memakai Blender
Meskipun memakai blender tidak bisa untuk skala besar, tapi proses ini mempunyai beberapa
keuntungan:
y Pencampuran sabun anda akan lebih cepat mencapai tahapan trace. Dari biasanya 15
40 menit, pakai blender hanya membutuhkan beberapa menit, bahkan beberapa detik
tergantung minyak yang dipakai.
y Karena minyak cair sudah mencair pada suhu ruangan, maka proses bisa berjalan pada
suhu ruangan dan tidak memerlukan termometer.
y Blender sangat efektif dalam mengaduk larutan NaOH / KOH air ke dalam minyak
yang menghasilkan campuran sabun yang lebih halus.
(Untuk Resep Sebanyak 500 gram).
Cara Pembuatan 1
Langkah Pertama Siapkan cetakan. Cetakan bisa apa saja. Bisa loyang yang diminyaki, baki
plastik yang dialasi plastik tipis atau pipa PVC yang diminyaki. Siapkan cetakan yang cukup
untuk menampung semua hasil pembuatan sabun.
Cetakan: Untuk cetakan anda bisa menggunakan kayu atau karton yang dilapisi plastik tipis,
bahkan pipa PVC bisa dipakai. Jika menggunakan pipa PVC tutup bagian bawah dengan plastik
yang diikat dengan karet gelang, semprotkan minyak ke dalamnya, tuangkan hasil sabun. Setelah
mengeras buka tutupnya, dorong lalu potong akan menghasilkan sabun yang bulat.
Cara Pembuatan 2
Langkah Kedua Timbang air dan NaOH / KOH. Larutkan NaOH / KOH ke dalam air sejuk /
dingin (Jangan menggunakan wadah aluminium. Gunakan stainless steel, gelas pyrex atau
plastik-poliproplen). Jangan menuangkan air ke NaOH / KOH. Tuangkan NaOH / KOH ke
dalam air sedikit demi sedikit. Aduk higga larut. Pertama-tama larutan akan panas dan berwarna
keputihan. Setelah larut semuanya, simpan di tempat aman untuk didinginkan sampai suhu
ruangan. Akan didapatkan larutan yang jernih.
Cara Pembuatan 3
Langkah Ketiga Timbang minyak sesuai dengan resep.
Langkah Keempat Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam blender.
Langkah Kelima Hati hati tuangkan larutan NaOH / KOH ke dalam minyak.
Cara Pembuatan 4
Langkah Keenam Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi untuk menghindari
cipratan dan proses pada putaran terendah. Hindari jangan sampai menciprat ke muka atau badan
anda.
Hentikan blender dan periksa sabun untuk melihat tahap trace. Trace adalah kondisi dimana
sabun sudah terbentuk dan merupakan akhir dari proses pengadukan. Tandanya adalah ketika
campuran sabun mulai mengental. Apabila di sentuh dengan sendok, maka beberap detik bekas
sendok tadi masih membekas, itulah mengapa dinamakan trace.
Langkah Ketujuh Pada saat trace tadi anda bisa menambahkan pengaharum, pewarna atau
aditif. Aduk beberapa detik kemudian hentikan putaran blender.
Langkah Kedelapan Tuang hasil sabun ini ke dalam cetakan. Tutup dengan kain untuk insulasi.
Simpan sabun dalam cetakan tadi selama satu hingga dua hari. Kemudian keluarkan dari cetakan,
potong sesuai selera. Simpan sekurang-kurangnya 3 minggu sebelum dipakai.
Resep Sabun Mandi
Dua Resep Sabun Cair
Resep#1
340 g Minyak Sawit
170 g Minyak Kelapa
50 g Minyak Zaitun
122 g KOH Kalium hidroksida + 250 g Air
10 cc fragrance + pewarna
Recipe#2

340 g Soybean oil
80 g Coconut Oil
60 g Palm Oil
60 g Corn Oil
109 g KOH - Kalium hidroksida + 230 g Air
10 cc fragrance + pewarna


Resep Sabun Mandi
Dua Resep Sabun Padat

Favorite Castile I
235 g Minyak Zaitun
150 g Minyak Kelapa
100 g Minyak Sawit
74 g NaOH Natrium hidroksida + 210 g Air
10 cc fragrance + pewarna
Favorite Castile II
250 Minyak Sawit
140 Minyak Kelapa
100 Minyak Jagung
75.5 g NaOH Natrium hidroksida + 210 g Air
10 cc fragrance + pewarna
Membuut subun mundl sendlrl, ternyutu leblh bermunfuut durlpudu membell subun mundl dl
pusurun, sebub dengun membuut subun sendlrl, kltu tuhu upu su|u kundungun yung udu
dulum subun tersebut. Pernuhkuh kltu berplklr buhwu kuluu kltu mundl dengun subun yung
dl|uul dl pusurun sumu su|u kltu mundl memukul Rln**, At**ck utuu So K**n ? hehehe...
Kuluu gltu mundlnyu sekullun u|u nyemplung ke mesln cucl.....

Tupl bener lho.... kuluu dlplklr- plklr, hurgu subun mundl dl pusurun ltu khun berklsur unturu
Rp.1000 - 3000, nuh..dengun hurgu tersebut, klru - klru subun tersebut terbuut durl upu
su|u?, uduh gltu muslh puke lmlng - lmlng kullt kltu blsu seputlh kullt wunltu Jepung,
lhu...emung durl sononyu perempuun Jepung putlh-putlh.

Kembull ke subun, kuluu menurut beberupu webslte yung pernuh uku bucu, subun mundl dl
pusurun memukul buhun dusur SLS (Sodlum Luuryl Sulfute), nuh.. SLS lnl uduluh buhun
yung dlpukul untuk membuut detergent. SLS dlsebut |ugu surfuctunt (ugen pemberslh). Dun
|ungun lupu ..... SLS |ugu dlpukul untuk buhun pemberslh luntul, lengkup suduh.....

Kenupu pukul SLS, yu ltu tudl.... produsen blsu membuut subun dengun hurgu yung muruh.
Kuulltus?... kumuhu ulng, hehehe...

Kuluu subun yung uku blkln lnl dlsebut subun nuturul, memukul llmu |enls mlnyuk yung
sungut bermunfuut untuk kullt, unturu luln mlnyuk zultun, mlnyuk kedelul, mlnyuk kelupu,
mlnyuk suwlt dun mlnyuk custor, plus sedlklt beeswux (lllln mudu). Untuk uromunyu
dltumbuhkun Vunlllu frugrunce, wurnu coklut uduluh wurnu uluml yung keluur durl subun ltu
sendlrl.

Subun nuturul |ugu mengundung gllserln uluml yung sungut bermunfuut untuk men|ugu
kelembubun kullt, menceguh kullt men|udl kerlng. Andu tlduk perlu memukul hund body
lotlon lugl, kurenu dengun memukul subun nuturul kullt hulus sepun|ung hurl.....
http://sabuncair.blogspot.com/

Cermati Sabun dan Deterjen yang Anda Gunakan
Ditulis oleh matoa dalam kategori Info Lingkungan tanggal 10 Nov 2008

Upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan yang hampir tak terbatas, memerlukan dukungan
yang besar dari daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan. Makin besar kebutuhan
yang diperlukan maka makin besar pula dampak yang akan timbul.
Namun demikian perlu disadari oleh semua pihak, jika pengendalian dampak lingkungan ini
tidak terkelola secara baik dan benar, maka yang menanggung akibatnya adalah manusia itu
sendiri, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam sekitarnya.
Rumah adalah merupakan tempat tinggal dan dapat pula berfungsi sebagai pembinaan dalam
rumah tangga. Dengan demikian maka segala hal yang berkaitan dengan aktivitas manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya di rumah tangga dapat diharapkan dapat dikelola dengan baik.
Dengan demikian maka dampak limbah B3, khususnya sabun dan deterjen di dalam rumah
tangga dapat dikelola dengan baik, sehingga setiap orang mempunyai hak yang sama atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat kiranya dapat terwujud.
Tentang Sabun
Sabun yang ditemukan pertama kali oleh bangsa Arab pada abad ke-19, pada dasarnya terbuat
dari proses pencampuran (Safonifikasi) Soda kaustik dengan minyak nabati (minyak tumbuh-
tumbuhan) atau minyak hewani (minyak yang berasal dari lemak hewan). Mengingat sifat sabun
yang berasal dari bahan alami, masyarakat pengguna yang mengkonsumsi sabun pun nyaris tak
mengalami gangguan seperti alergi atau kerusakan pada kulitnya. Sabun sebagai bahan
pembersih yang berbentuk cair maupun padat, bisa digunakan untuk mandi, mencuci pakaian,
atau membersihkan peralatan rumah tangga.
Tentang Deterjen
Sebagai bahan pembersih lainnya, deterjen merupakan buah kemajuan teknologi yang
memanfaatkan bahan kimia dari hasil samping penyulingan minyak bumi, ditambah dengan
bahan kimia lainnya seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. sekitar tahun
1960-an, deterjen generasi awal muncul menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan
(Surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) yang mampu menghasilkan busa. Namun karena sifat
ABS yang sulit diurai oleh mikroorganisme di permukaan tanah, akhirnya digantikan dengan
senyawa Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang diyakini relatif lebih akrab dengan lingkungan.
Pada banyak negara di dunia penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS.
Sedangkan di Indonesia, peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada. Beberapa
alasan masih digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena harganya murah,
kestabilannya dalam bentuk krim/pasta dan busanya melimpah.
Kandungan Zat Kimia pada Deterjen
Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci
yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Pada umumnya, deterjen
mengandung bahan-bahan berikut :
Surfaktan. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai
ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Surfaktan merupakan zat aktif
permukaan yang termasuk bahan kimia organik. Ia memiliki rantai kimia yang sulit didegradasi
(diuraikan) alam. Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat
melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan, atau istilah teknisnya, ia berfungsi
sebagai emulsifier, bahan pengemulsi.. Zat kimia ini bersifat toksik (beracun) bila dihirup,
diserap melalui kulit atau termakan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
Anionik :
Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
Alpha Olein Sulfonate (AOS)
Kationik : Garam Ammonium
Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
Builder. Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan
cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
Asetat :
Nitril Tri Acetate (NTA)
Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
Silikat : Zeolit
Sitrat : Asam Sitrat
Filler. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contohnya Sodium sulfat.
Aditif. Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen.
Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contohnya Enzim, Boraks,
Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
Penggunaan Sabun dan Deterjen
Penggunaan sabun sebagai bahan pembersih yang dilarutkan dengan air di wilayah pegunungan
atau daerah pemukiman bekas rawa sering tidak menghasilkan busa. Hal itu disebabkan oleh
sifat sabun yang tidak akan menghasilkan busa jika dilarutkan dalam air sadah ( air yang
mengandung logam-logam tertentu atau kapur ). Namun penggunaan deterjen dengan air yang
bersifat sadah, akan tetap menghasilkan busa yang berlimpah.
Sabun maupun deterjen yang dilarutkan dalam air pada proses pencucian, akan membentuk
emulsi bersama kotoran yang akan terbuang saat dibilas. Namun ada pendapat keliru bahwa
semakin melimpahnya busa air sabun akan membuat cucian menjadi lebih bersih. Busa dengan
luas permukaannya yang besar memang bisa menyerap kotoran debu, tetapi dengan adanya
surfaktan, pembersihan sudah dapat dilakukan tanpa perlu adanya busa.
Opini yang sengaja dibentuk bahwa busa yang melimpah menunjukkan daya kerja deterjen
adalah menyesatkan. Jadi, proses pencucian tidak bergantung ada atau tidaknya busa atau sedikit
dan banyaknya busa yang dihasilkan. Kemampuan daya pembersih deterjen ini dapat
ditingkatkan jika cucian dipanaskan karena daya kerja enzim dan pemutih akan efektif. Tetapi,
mencuci dengan air panas akan menyebabkan warna pakaian memudar. Jadi untuk pakaian
berwarna, sebaiknya jangan menggunakan air hangat/panas.
Pemakaian deterjen juga kerap menimbulkan persoalan baru, terutama bagi pengguna yang
memiliki sifat sensitif. Pengguna deterjen dapat mengalami iritasi kulit, kulit gatal-gatal, ataupun
kulit menjadi terasa lebih panas usai memakai deterjen.
Umumnya pada deterjen anionik ditambahkan zat aditif lain (builder) seperti :
Golongan ammonium kuartener (alkyldimetihylbenzyl-ammonium cloride,
diethanolamine/DEA). Perlu diketahui, zat kimia ini sering digunakan pada produk pembersih
perawatan tubuh untuk menjaga pH (derajat keasaman) formula. Dapat menyebabkan reaksi
alergi, iritasi mata, kekeringan, dan toksik jika digunakan dalam waktu lama. Zat karsinogen ini
telah dilarang di Eropa tapi masih ditemukan pada formula kosmetik.
Chlorinated trisodium phospate (chlorinated TSP). Zat kimia ini merupakan zat karsinogenik.
Sodium lauryl sulfate (SLS). Zat kimia ini dapat mengubah sistem imun (kekebalan) dan
menyebabkan kerusakan pada mata, saluran cerna, sistem saraf, paru-paru dan kulit. Umumnya
ditemukan pada produk berbusa untuk perawatan tubuh. Mungkin terdaftar sebagai komponen
produk semi natural yang diklaim berasal dari minyak kelapa.
Sodium laureth sulfate (SLES). Bila dikombinasi dengan bahan lain, zat kimia ini membentuk
zat nitrosamin dan mempunyai efek karsinogen pada tubuh. Perlu kehati-hatian terhadap produk
semi natural yang diklaim berasal dari minyak kelapa.
Linear alkyl benzene sulfonate (LAS). Zat kimia ini juga merupakan zat karsinogenik.
Dampak Penggunaan Sabun dan Deterjen Bagi Kesehatan dan Lingkungan
Golongan ammonium kuartener itu dapat membentuk senyawa nitrosamin. Senyawa nitrosamin
diketahui bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan kanker.
Senyawa SLS, SLES atau LAS mudah bereaksi dengan senyawa golongan ammonium
kuartener, seperti DEA untuk membentuk nitrosamin tadi. Bukan cuma itu, SLS diketahui
menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat proses penyembuhan dan penyebab katarak pada
mata orang dewasa.
LAS relatif mudah didegradasi secara biologi ketimbang ABS. LAS bisa terdegradasi sampai
90 persen. Tapi bukan berarti masalah selesai. LAS juga butuh proses. Jadi di bagian ujung rantai
kimianya harus dipecah. Ikatan o-meganya harus diputus dan butuh proses beta oksidasi. Karena
itu perlu waktu.
Menurut penelitian, alam membutuhkan waktu sembilan hari untuk mengurai LAS. Itu pun
hanya sampai 50 persen. Melihat bahwa saat ini banyak rumah tangga yang membuang sisa
cuciannya begitu saja tanpa pengolahan limbah sebelumnya, maka alam diharapkan mampu
mendegradasinya.
Sebelum dibuang dan bercampur dengan bahan baku air bersih, limbah cucian membutuhkan
proses pengolahan yang rumit. Agar senyawa detergen terurai, limbah harus mendapat sinar
ultraviolet yang cukup dan diendapkan sekitar tiga pekan. Makanya, negara yang mengizinkan
pemakaian LAS rata-rata sudah memiliki sistem pengolahan air yang memadai.
Proses penguraian deterjen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor
akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat
mungkin terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di
dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi.
Saat ini, instalasi pengolahan air milik PAM dan juga instalasi pengolahan air limbah industri
belum mempunyai teknologi yang mampu mengolah limbah deterjen secara sempurna.
Penggunaan fosfat sebagai builder dalam deterjen perlu ditinjau kembali, mengingat senyawa
ini dapat menjadi salah satu penyebab proses eutrofikasi (pengkayaan unsur hara yang
berlebihan) pada sungai/danau yang ditandai oleh ledakan pertumbuhan algae dan eceng gondok
menyebabkan terjadinya pendangkalan sungai. Pertanda lonceng kematian bagi kehidupan
penghuni sungai.
Di beberapa negara Eropa, penggunaan fosfat telah dilarang dan diganti dengan senyawa
substitusi yang relatif lebih ramah lingkungan.
Penggunaan deterjen dapat mempunyai risiko bagi kesehatan dan lingkungan. Risiko deterjen
yang paling ringan pada manusia berupa iritasi (panas, gatal bahkan mengelupas) pada kulit
terutama di daerah yang bersentuhan langsung dengan produk.
Hal ini disebabkan karena kebanyakan produk deterjen yang beredar saat ini memiliki derajat
keasaman (pH) tinggi. Dalam kondisi iritasi/terluka, penggunaan produk penghalus apalagi yang
mengandung pewangi, justru akan membuat iritasi kulit semakin parah.
Sabun mandi memang menghasilkan buih atau gelombang busa yang terlalu banyak. Formula
soda ash atau detergen memang diakui andal membersihkan kotoran di kulit tubuh. Namun, jika
digunakan di muka, minyak alami wajah Anda pun akan ikut tanggal. Bahkan sabun bisa
menyisakan drying residu di permukaan kulit. Dan hal ini bisa mempercepat garis dan kerut
muncul ke permukaan lebih cepat.
Tips
Lingkungan kita yang hijau, juga membutuhkan pembersih, apa gunanya jika kita peduli pada
lingkungan, tapi rumah kita kotor berantakan? Alasan yang biasanya muncul adalah karena
bahan pembersih yang biasanya tidak ramah lingkungan, bahkan berbahaya bagi lingkungan.
Tidak lupa untuk mengingatkan, perhatikan selalu komposisi bahan produk deterjen dan sabun
anda, ataupun produk pembersih lainnya untuk memastikan bahwa produk yang anda gunakan
aman. Cari terus informasi mengenai zat-zat kimia perusak kesehatan dan lingkungan hidup, dan
sebarluaskan informasi tersebut kepada orang lain.
http://matoa.org/cermati-sabun-dan-deterjen-yang-anda-gunakan/
REAKSI SAPONIFIKASI PADA PROSES PEMBUATAN SABUN
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan fy
adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat sabun sejak 2300
tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad 16
dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19
penggunaan sabun meluas.
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya
NaOH). Sabun terutama mengandung c12 dan c16 selain itu juga mengandung asam karboksilat.
Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus
induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C18)
yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena
menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester
dengan alkali (NaOH, KOH), reaksi umumnya adalah:
O O

R C Na
+
OH

R C + R`OH
\ \
OR` O

Na
+

ester alkali garam dari asam alkohol
Mekanisme ini melibatkan serangan nukleofil ion hidroksida pada karbon karbonil
: ::

H:

+ R C OR` R C OR`

OH
O O

R C OH +

:R` R C O

+ R`OH
Basa kuat basa lemah
Misalnya reaksi saponifikasi dari Gliseril Tripalmitat dengan alkali NaOH:
O

CH
2
OC(CH
2
)
14
CH
3

CH
2
OH

CHOH

CH
2
OH
O

OC(CH
2
)
14
CH
3

O

C
Sodium palmitate
H
2
OC(CH
2
)
14
CH
3
+ 3Na
+
OH

+ 3Na
+

Glycerol
O

CH
2
OC(CH
2
)
14
CH
3

Glyceryl tripalmitate
Contoh lainnya adalah reaksi saponifikasi dari Gliseril Tripalmitat dengan alkali KOH:
O

CH
2
OC(CH
2
)
14
CH
3

CH
2
OH

CHOH

CH
2
OH
O

OC(CH
2
)
14
CH
3

O

C
H
2
OC(CH
2
)
14
CH
3
+ 3K
+
OH

+ 3K
+

Glycerol
O

CH
2
OC(CH
2
)
14
CH
3

Glyceryl tripalmitate
Sabun dapat dibuat melalui proses batch atau kontinu Pada proses batch, lemak atau
minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika
penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air
yang mengaundung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi
dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol
kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan
direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan
membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijual langsung tanpa
pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah. Beberapa bahan pengisi
ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan
diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun
wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya).
Pada proses kontinu, yaitu yang biasa dilakukan sekarang, lemak atau minyak hidrolisis
dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau
minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol
yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam
ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.
Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya hanya
NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan NH
4
OH. Sabun yang dibuat dengan NaOH
lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang
terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan
sabun yang terbuat dari alkali lemah (NH
4
OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu
8,0 sampai 9,5.
Sabun merupakan garam dari asam lemah, larutannya agak basa karena adanya hidrolisis
parsial.
O O

R C O

Na
+
+ H OH R C OH + Na
+
OH


sabun alkali
Alkali dapat mambahayakan beberapa jenis tekstil, sabun juga tidak dapat berfungsi jika pH
larutan terlalu rendah. Karena rantai karbon yang panjang akan mengendap seperti buih.
Misalnya sabun dari natrium stearat, akan berubah menjadi asam stearat dalam suasana asam.
O O

C
17
H
35
C + H
+
Cl

C
17
H
35
C + Na
+
Cl


\ \
O

Na
+
OH
Natrium stearat asam stearat
Selain itu sabun biasanya membentuk garam dengan ion-ion kalsium, magnesium, atau besi
dalam air sadah (hard water). Garam-garam tesebut tidak larut dalam air.
O

2C
17
H
35
C + Ca
++
(C
17
H
35
COO)
2

Ca
++
+ 2Na
+

\
O

Na
+

Natrium stearat kalsium stearat
(larut) (mengendap)
Garam yang tidak larut dalam air itu membuat warna coklat pada dinding kamar mandi, kerah
baju, atau warna kusam pada pakaian dan rambut.
Masalah tersebut dipecahkan dengan beberapa cara. Misalnya dengan mengurangi ion-ion
kalsium dan magnesium dan menggantinya dengan ion-ion natrium, atau yang dikenal dengan air
lunak. (soft water). Selain itu bisa juga dengan menambahkan fosfat pada sabun, karena fosfat
membentuk komplek dengan ion-ion logam, larut dalam air, sehingga mencegah ion-ion tersebut
membentuk garam taklarut dengan sabun. Namun penggunaan fosfet harus dibatasi, karena jika
ikut mengalir dalam danau atau sungai fosfat yang juga berfungsi sebagai pupuk akan
merangsang tumbuhnya tanaman sedemikian besar sehingga tanaman menghabiskan oksigen
terlarut dalam air dan menyebabkan ikan-ikan mati. Cara lain misalnya dengan mengganti gugus
ionik karboksilat pada sabun dengan gugus sulfat atau sulfonat. Cara inilah yang mendasari
terbentuknya detergen.
Pada perkembangan selanjutnya bentuk sabun menjadi bermacam-macam, yaitu:
1. Sabun cair
o Dibuat dari minyak kelapa
o Alkali yang digunakan KOH
o Bentuk cair dan tidak mengental dalam suhu kamar
2. Sabun lunak
o Dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau minyak tumbuhan yang
tidak jernih
o Alkali yang dipakai KOH
o Bentuk pasta dan mudah larut dalam air
3. Sabun keras
o Dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang dikeraskan dengan
proses hidrogenasi
o Alkali yang dipakai NaOH
o Sukar larut dalam air
Wanita sangat menginginkan menggunakan sabun dalam bentuk cair, sebab bentuk cair
memberikan busa yang cukup banyak. Sabun yang banyak mengandung busa, terutama pada
sabun cair yang terbuat dari minyak kelapa atau kopra ini biasanya menyebabkan rangsangan
dan memungkinkan penyebab dermatitis bila dipakai. Oleh karena itulah penggunaanya diganti
dengan minyak zaitun dan minyak kacang kedele atau minyak yang lain yang dapat
menghasilkan sabun lebih lembut dan baik. Tetapi para pemakai kurang menyukainya sebab
sabun ini kelarutannya rendah dan tidak memberikan busa yang banyak.
Dengan perkembangan yang cukup pesat dalam dunia industri dimungkinkan adanya
penambahan bahan-bahan lain kedalam sabun sehingga menghasilkan sabun dengan sifat dan
kegunaan baru. Bahan-bahan yang ditambahkan misalnya:
1. Sabun kesehatan
o TCC (Trichorlo Carbanilide)
o Hypo allergenic blend, untuk membersihkan lemak dan jerawat
o Asam salisilat sebagai fungisida
o Sulfur, untuk mencegah dan mengobati penyakit kulit
2. Sabun kecantikan
y Parfum, sebagai pewangi dan aroma terapi
y Vitamin E untuk mencegah penuaan dini
y Pelembab
y Hidroquinon untuk memutihkan dan mencerahkan kulit
1. Shampoo
y Diethanolamine (HOCH
2
CH
2
NHCH
2
CH
2
OH) untuk mempertahankan pH
y Lanolin sebagai conditioner
y Protein untuk memberi nutrisi pada rambut
Selain jenis sabun diatas masih banyak jenis-jenis sabun yang lain, misalnya sabun toilet
yang mengandung disinfektan dan pewangi. Textile soaps yang digunakan dalam industi textile
sebagai pengangkat kotoran pada wool dan cotton. Dry-cleaning soaps yang tidak memerlukan
air untuk larut dan tidak berbusa, biasanya digunakan sebagai sabun pencuci tangan yang
dikemas dalam kemasan sekali pakai. Metallic soaps yang merupakan garam dari asam lemak
yang direaksikan dengan alkali tanah dan logam berat, biasanya digunakan untuk pendispersi
warna pada cat, varnishes, dan lacquer. Dan salt-water soaps yang dibuat dari minyak palem
Afrika (Elaise guineensis) yang dapat digunakan untuk mencuci dalam air asin.
Meskipun meupakan bahan utama pembentuk sabun, namun ternyata alkali mempunyai
dampak negatif bagi kulit. Beberapa penyelidik mengetahui bahwa alkali lebih banyak merusak
kulit dibandingkan dengan kemampuannya menghilangkan bahan berminyak dari kulit .
Meskipun demikian dalam penggunaannya dengan air, sabun akan mengalami proses hidrolis.
Untuk mendapatkan sabun yang baik maka harus diukur sifat alkalisnya, yakni pH antara 5,8
sampai 10,5. Pada kulit yang normal kemungkinan pengaruh alkali lebih banyak. Beberapa
penyakit kulit sensitif terhadap reaksi alkalis, dalam hal ini pemakaian sabun merupakan kontra
indikasi. pH kulit normal antara 3-6, tetapi bila dicuci dengan sabun, pH kulit akan naik menjadi
9, meskipun kulit cepat menjadi normal kembali, tapi mungkin saja perubahan ini tidak
diinginkan pada penyakit kulit tertentu.
http://yprawira.wordpress.com/reaksi-saponifikasi-pada-proses-pembuatan-sabun/
http://id.wikipedia.org/wiki/Saponifikasi

Anda mungkin juga menyukai