KAJIAN KEBIJAKAN
PASAL 76 TENTANG PEKERJA PEREMPUAN
UU NO. 13 TAHUN 2003
DISUSUN OLEH :
SUHARTINI
K 012172023
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pasal 76 ayat 1, 2, 3 dan 4 bertujuan untuk melindungi Hak dari Tenaga Kerja Wanita
2
dan Kesehatan Kerja) yang berkualitas dan bermutu bagi masyarakat pekerja setempat
selalu mengusahan Zero Accident
1. Layanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) makin meningkatkan mutu pelayanan
karena tuntutan profesional dari undang-undang ini.
3
2. Tenaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terpacu untuk memperlengkapi
ketrampilan dan keahliannya
3. Penekananupaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perorangan dan masyarakat
pekerja baik di dalam maupun bagi pekerja warga negara Indonesia di luar negeri.
4. Keterlibatan sektor semua sector pemerintah dan swasta yang besar dalam
pembangunan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) seperti dalam pengembangan
teknologi dan produk teknologi bidang menjanjikan untuk mendapatkan benefit baik.
Dalam Masyarakat Indonesia terutama ada stigma Pekerja Wanita merupakan orang-
orang yang tidak terlalu produktif., Sistem dan perilaku birokrasi pelayanan publik lebih
pada mencerminkan model organisasi yang tidak efisien dan efektif, minim akuntabilitas
serta tidak berorientasi kepada masyarakat sebagai konsumen yang dilayaninya, kurang
meratanya pelaksaan program pusat informasi dan konseling serta pendampingan. Kurang
adanya pengawasan pemerintah dan masyarakat industry pekerja dalam hal ini beberapa
pekerjaan yang tidak akan diberikan pada tenaga kerja wanita sehingga ada pebedaaan
gender padahal beberapa pekerjaan dapat diberikan kepada wanita sebagai penanggung
jawab kerja. Ini di maksudkan untuk mencapai kesejahteraan manusia Indonesia yang
sehat, adil, sejahtera dan bermartabat.
G. Prediksi Keberhasilan
H. Kesimpulan
Suatu kebijakan tidak terlepas dari hukum yang mengaturnya. Seluruh aspek
kehidupan manusia juga diatur oleh hukum yang berlaku, salah satunya yaitu hukum
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Setiap manusia mempunyai kepentingan. Seluruh
pasal dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang keselamatan dan kesehatan
kerja mengarahkan masyarakat Indonesia menuju masyarakat yang sehat dan cerdas.
Untuk itu, diperlukan proses pemantauan (monitoring) dan pengawasan (controling) yang
lebih ketat oleh pemerintah terhadap penggerakkan sumber daya di bidang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3). dibantu peran aktif masyarakat dan industry pekerja. Hal
tersebut berguna untuk mewujudkan pencapaian peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, yang sekaligus merupakan salah satu tujuan peningkatan pembangunan
kesehatan secara nasional.
I. Rekomendasi
Penduduk negara Indonesia secara keseluruhan memiliki hak dan kewajiban yang
sama. Dimana setiap penduduk Indonesia memiliki hak yang memadai seperti yang
tertuang dalam setiap pasal didalam Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Akan tetapi, di lain sisi setiap penduduk memiliki
tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Tanggung jawab baik secara tertulis maupun
secara lisan dan wajib mentaati atau mengikuti hukum untuk mendorong keberhasilan dari
Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)..
Peran serta pemerintah dan pihak yang terkait dalam melakukan pengawasan dan adanya
pemberlakuan sanksi yang tegas bagi para pelanggar kebijakan yang telah ditetapkan.
5
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................ 1
RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................ 2
DAFTAR ISI...................................................................................................... 7
BAB I KAJIAN KEBIJAKAN
A. Masalah Dasar ................................................................................... 8
B. Tujuan ............................................................................................... 11
C. Substansi Kebijakan .......................................................................... 12
D. Ciri Kebijakan ................................................................................... 15
BAB II Konsekuensi Dan Resisten
A. Perilaku Yang Muncul ...................................................................... 17
B. Resistensi .......................................................................................... 17
C. Masalah Baru yang Timbul ............................................................... 18
BAB III PREDIKSI KEBERHASILAN
A. Prediksi “Trade Off” ......................................................................... 20
B. Prediksi Keberhasilan ....................................................................... 22
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ....................................................................................... 23
B. Rekomendasi ..................................................................................... 23
DAFTAR REFERENSI .................................................................................... 25
Lampiran Pasal 76 UU No.13 tahun 2003 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
6
BAB I
KAJIAN KEBIJAKAN
A. Masalah Dasar
1. Macam Masalah
a. Sebagian besar masyarakat di negeri ini belum terpenuhi secara sempurna
kebutuhan dasar mereka termasuk Pangan dan Papan. Masih ada masyarakat yang
menjadi korban dari pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab terutama oknum
yang mengeksploitasi para pekerja Wanita
b. Indonesia menghadapi tantangan dalam permasalahan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) terutama kesetaraan gender dan peleksanaan hak-hak pekerja wanita.
7
2. Karakteristik
3. Nilai
8
4. Aktor Yang Terlibat
Berikut terdapat beberapa aktor yang terlibat dan memiliki kepentingan dalam
kebijakan ini, yaitu antara lain:
a. Aparatur yang dipilih, yaitu berupa eksekutif dan legislatif yang merumuskan dan
melaksanakan kebijakan kesehatan meliputi pemerintah.
b. Aparatur pemerintah yang berkaitan dengan kesehatan yaitu dari pemerintah daerah
dan pemerintah pusat.
c. Kelompok-kelompok kepentingan (interest group),seperti LSM.
d. Institusi atau organisasi penelitian (research organization), berupa Universitas,
kelompok ahli atau konsultan kebijakan.
e. Tenaga Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
f. Institusi atau organisasi kesehatan dari tenaga kesehatan apapun.
g. Media massa berperan sebagai jaringan penghubung antara negara dan masyarakat
sebagai media sosialisasi dan komunikasi dalam melaporkan permasalahan
kesehatan yang dikombinasikan antara peran reporter dengan peran analis aktif
sebagai advokasi untu memperoleh solusi masalah kesehatan yang berkembang di
masyarakat.
h. Masyarakat Pekerja Global Dunia ILO( International Laboar Organisation) yang
turut andil membantu pembangunan Masyarakat secara Global dan konverhensif.
5. Isu Publik
9
B. Tujuan Yang Ingin Dicapai
C. Substansi Kebijakan
D. Ciri Kebijakan
Ciri yang nampak dalam kebijakan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) ini, yaitu bercirikan kebijakan regulatif dan protektif. Kebijakan berciri regulatif
karena mengatur penyelenggaraan pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja, mulai
dari perizinan, pelaksanan/penyelenggaraan sampai dengan tahap pengawasan
pelaksanaan pelayanan seperti SMK3, PJK3 dan pelaksanaan K3 secara keseluruhan.
Sedangkan berciri protektif, karena berupaya melindungi masyarakat dalam
memanfaatkan layanan kesehatan dan tenaga kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan.
1. Kriteria Kebijakan
a. Kebijakan ini mengatur perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima dan
pemberi jasa pelayanan kesehatan.
b. Kebijakan ini mengatur penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam hal praktik
kesehatan, mulai dari perizinan praktik, penyelenggaraan sampai dengan
pengawasan pelaksanaan praktik kesehatan.
c. Pemerintah (Presiden) dalam hal ini berhak mengaluarkan kebijakan ini dengan
adanya Perpu (Peraturan Pemerintah).
2. Tipe Pendekatan
12
Tipe Pendekatan dalam undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang kesehatan
yaitu dengan pendekatan empiris, evaluatif dan normatif (Dunn, 1988). Hal tersebut
dapat tercermin dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan.
Pendekatan Empiris berfokus pada masalah pokok, yaitu apakah sesuatu itu ada
(berdasarkan fakta). Secara umum, undang-undang no 13 tahun 2003 secara umum
memusatkan perhatian kepada masalah-masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) yang berupa upaya promotif sampai rehabilitatif. Pendekatan evaluati berfokus
pada melakukan evaluasi terhadap berbagai upaya yang dilakukan di masyarakat,
sehingga dapat mengevaluasi bermacam cara untuk mendistribusikan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), sarana dan prasarana, alat, atau obat-obatan atau perbekalan,
menurut etika dan konsekuensinya. Sedangkan pendekatan normatif berfokus pada
pemecahan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan membuat
kebijakan regulasi dan prosedur yang sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini dan
masa yang akan datang.
13
BAB II
KONSEKUENSI DAN RESISTENSI
Masyarakat yang palin terbesar adalah masyarakat pekerja secara umum memiliki
perilaku dimana perilaku adalah hasil dari seluruh pengalaman serta hasil dari kegiatan
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap
dan tindakan. Dengan perilaku merupakan tanggapan atau reaksi seorang individu
terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri. Tanggapan
atau reaksi yang dihasilkan ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan apapun seprti; berpikir,
berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan suatu tindakan).
- Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) makin meningkatkan mutu pelayanan karena
tuntutan profesional dari undang-undang ini.
- Tenaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terpacu untuk memperlengkapi
ketrampilan dan keahliannya
- Penekanan upaya promotif dan Preventif dalam upaya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) perorangan dan masyarakat tidak hanya fokus pada upaya kuratif
- Keterlibatan sektor swasta yang besar dalam pembangunan kesehatan seperti dalam
pengembangan teknologi dan produk teknologi bidang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) yang melihat bidang kesehatan menjanjikan untuk mendapatkan benefit
baik dalam Perusahaan dan Industri.
B. Resistensi
1. Pasal 76
a. Bentuk dan Intensitas
1) Kurangnya kesetaraan gender kerjaan pada masyarakat pekerja yang tidak
membolehkan penggunaan waktu yang tidak sesuai
14
2) Adanya sistem social di masyarakat yang mengatakan pekerja wanita produktif
hanya menjadi beban masyarakat.
3) Masalah gizi terus ada pada pekerja wanita .
15
C. Masalah Baru Yang Timbul
16
BAB III
PREDIKSI KEBERHASILAN
17
pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai
dengan pukul 05.00.
Dengan Contoh terdapat pembedaan diskriminasi gender terhadap penempatan kerja
laki-laki dan perempuan/wanita. Yang menyamarakatan waktu dengan pemberian shif
dengan jam kerja yang tidak sesuai dengan alokasi waktu yang tidak proporsi.
Pada pasal 76 ayat 1, 2, 3, dan 4, ini melindungi terhadap kesetaraan gender
wanita/perempuan, mulai dari pengaturan waktu, kehamilan dan gizi makan serta
transportasi, akibat meningkatnya usia harapan hidup manusia.
B. Prediksi Keberhasilan
18
Selain itu pemerintah sekarang berusaha untuk membuat kebijakan-kebijakan yang
sangat baik untuk mensejahterkan Usia lanjut yang Masa Muda Produktif untuk membuat
Jaminan Hari Tua (JTH) di buatkan Kartu Indonesia Sehat. (KIS) yang di berikan untuk
masyarakat pekerja.
Untuk gizi yang di usahakan adalah mencapai masyakat yang sehat ini pemerintah
selalu mengalokasikan dana yang sangat besar untuk masaalah gizi kesehatan secara
konferhensif terpadu yang continyu terus-menerus. Sehingga kedepan menciptakan SDM
(Sumber Daya Manusia) yang baik untuk pembangunan masyarakat Indonesia, serta
mengurangi berbagai kasus gizi yang terjadi.
19
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
21
DAFTAR REFERENSI
Andalusia, Devi. 2015. Trade-Off Analysis Dalam Analisis Kebijakan Publik. Diakses di
http://www.kompasiana.com, tanggal 28 November 2015.
Atmoko, tjipto. 2011. Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah. [online]
http://resource.unpad.ac.id/unpad.content/publikasi/dosen/standar operasional prosedur
pdf.
Dhika Mahardika. 2011. Dasar Surveilans Kesehatan Masyarakat. Epidemilogi. [online]
http://epidemiolog.wordpress.com/2011/02/28/surveilans-kesehatan-masyarakat.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Tentang Situasi Penyandang Disabilitas.
http://www.depkes.go.id/pusdatin/buletin/buletin-disabilitas.pdf.
http://www.voaindonesia.com/content/penderita-hivaids-di-indonesia-masih-alami-
diskriminasi-akses-kesehatan-129700543/98126.html.
Noor, nur nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta. Rineka Cipta.
Sarwono, 1993. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Suma’mur, P.K. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta. CV. Haji
Masagung.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3)
Widya. 2011. Masalah Gizi. http://pelangiwidhya.blogspoy.co.id. Diakses pada tanggal 30
september 2011
22
LAMPIRAN
Paragraf 3
Perempuan
Pasal 76
a. Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang
dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
b. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut
keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun
dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
c. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai
dengan pukul 07.00 wajib:
i. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan
ii. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.
d. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan
yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.
e. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan Keputusan
Menteri.
23