Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

KAIDAH OPERASI PLASTIK


DALAM AGAMA ISLAM

Disusun oleh
1. Dewi Hanania Nur Rochmani (S16077)
2. Galih Pulung Winasis (S16086)
3. Friska Putri Indahsari (S16089)
4. Irfan Sofyan Ali Imron (S16094)
5. Khoirul Ulfa (S16098)
6. Laras Dwi Cahyani (S16099)
7. Muhammad Ilham Fatoni (S16108)
8. Putri Sinta Rahmawati (S16113)
9. Wibi Tetuko (S16126)
10. Zoon Argi Saputra (S16128

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelsaikan makalah kaidah operasi plastik
dalam agama Islam dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan
makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dan dukungan
dari teman-teman, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca, penulis juga
tidak lupa mengucapkan kepada semua pihak, atas bantuan ,dukungan dan
do’anya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang kaidah operasi plastik dalam agama
Islam. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang 4
B. Tujuan Penulisan 5
C. Metode Penulisan 5
BAB II Pembahasan
A. Hukum Dalam Operasi Plastik 6
B. Kaidah Dalam Operasi Plastik 7
C. Pro dan Kontra dalam Masyarakat 8
BAB III Penutup
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
Daftar Pustaka 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah


Operasi plastik adalah suatu usaha medis yang dilakukan untuk
mengoreksi atau merestorasi bentuk dan fungsi suatu organ tubuh. Meskipun
bedah kosmetik atau estetika adalah jenis yang paling terkenal dari operasi
plastik, namun operasi plastik juga meliputi rekonstruksi wajah, tangan dan
pengobatan luka bakar. Karena itu, operasi plastik didefinisikan sebagai
seperangkat operasi yang berhubungan untuk mereka ulang bentuk dengan
tujuan pengobatan cacat bawaan atau bukan bawaan (termasuk kecelakaan)
dalam tubuh manusia.
Menjadi tampan dan cantik tentu dambaan setiap orang. Terutama bagi
kaum hawa, kecantikan adalah sesuatu yang sangat diinginkan. Betapa
berbahagianya seorang wanita bila ia memiliki alis berbukit, bulu mata lentik,
hidung mancung, muka tirus, bibir merekah dan tubuh yang mempesona.
Apalagi, bila ia sering mendengar ceramah ustadz yang bilang, “Bukankah
Allah itu cantik dan menyukai kecantikan?” artinya asal segala sesuatu itu
dibolehkan sampai adanya dalil yang mengharamkannya. Berdasarkan kaidah
tersebut, maka apapun yang kita lakukan sebenarnya boleh kita lakukan, dan
selamanya boleh kita lakukan, hingga adanya dalil atau petunjuk yang
menyatakan haramnya melakukan sesuatu itu. Oleh karena itu, operasi plastik
tampaknya mesti dilihat dari tujuannya. Ada yang melakukan operasi karena
ingin lebih cantik bagi perempuan atau lebih tampan bagi laki-laki, ada pula
yang melakukan operasi plastik karena menghilangkan bekas-bekas akibat
kecelakaan, cacat seperti bibir sumbing dan sebagainya. Permasalahan yang
sering kita dapati, tidak sedikit di antara para muslimah dan termasuk juga
para muslim yang melakukan operasi dengan tujuan agar lebih cantik atau
lebih tampan.

4
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kaidah dalam operasi plastik
2. Mengetahui bagaimana hukum dalam melakukan tindakan operasi plastik

C. Metode Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab utama. Bab I berisi
tentang latar belakang, tujuan penulisan, dan metode penulisan makalah ini.
Bab II merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tinjauan pustaka,
yang membahas materi atau pokok bahasan. Bab III merupakan bagian
terakhir yang berisi kesimpulan dan saran.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hukum Melakukan Operasi Plastik


Tujuan untuk Kecantikan. Allah menyukai yang indah-indah dan Islam
juga membolehkan seseorang untuk berhias atau mempercantik diri selama
tidak berlebih-lebihan, apalagi sampai mengubah ciptaan Allah.
Melakukan operasi plastik, yang hanya bertujuan mempercantik diri
termasuk perbuatan syetan yang dilaknat Allah. Contohnya, operasi untuk
memperindah bentuk hidung, dagu, buah dada, atau operasi untuk
menghilangkan kerutan-kerutan tanda tua di wajah, dan sebagainya. Persoalan
ini apabila dilihat dari kaidah yangdisebutkan sebelumnya bahwa operasi
plastik dengan tujuan untuk mempercantik (jirahah at-tajmil), maka
hukumnya adalah haram.
Operasi plastik untuk memperbaiki cacat atau akibat kecelakaan hukum
melakukan operasi plastik dengan tujuan untuk memperbaiki cacat yang
dibawa sejak lahir (al-uyub al-khalqiyyah) seperti bibir sumbing, atau cacat
yang datang kemudian (al-uyub at-thari`ah) akibat kecelakaan, kebakaran,
atau semisalnya, seperti wajah yang rusak akibat kebakaran/kecelakaan, maka
dapat dikategorikan sebagai mubah atau dibolehkan melakukan operasi
tersebut. Dalam ushul fikih, cacat atau akibat kecelakaan dapat dikategorikan
sebagai mudharat atau disebut kemudaratan. Kemudaratan mengakibatkan
ketidakbaikan yang akhirnya membuat orang yang mengalami kemudaratan
ini tidak merasa nyaman beragama. Oleh karena itu, Islam memang bukan
agama yang memudah-mudahkan sesuatu, tetapi bukan pula agama yang
mempersulit. Kemudaratan mesti dihilangkan atau setidaknya menguranginya
melalui operasi plastik. Bolehnya menghilangkan kemudaratan berupa cacat
sejak lahir atau cacat akibat kecelakaan adalah berdasarkan kaidah fikih yang
berbunyi “kemudaratan itu mesti dihilangkan”, sehingga operasi plastik pun
legal dilakukan dengan ketentuan sesuai dengan tujuan yang disebutkan. Jika

6
pun operasi plastik terpaksa harus dilakukan, maka ulama membuat sejumlah
kaidah agar tidak melanggar syariat Islam.

B. Kaidah Wajib dalam Operasi Plastik


1. Operasi plastik tidak melanggar sesuatu yang secara terang benderang
sudah dilarang oleh Allah SWT. Pelarangan tersebut bisa yang bersifat
langsung diharamkan perbuatannya atau dihukum dengan dosa atas
pelakunya. Misalnya, melakukan penyambungan rambut. Diriwayatkan
dari Asma binti Abu Bakar, ia berkata, “Rasulullah SAW melaknat orang
yang menyambung (rambut) dan yang membantu menyambungkannya.”
Maksud dari “menyambung rambut” kata Imam Hathabi adalah wanita-
wanita yang menggunakan rambut palsu agar terlihat lebih panjang hingga
menipu orang lain. Hal tersebut termasuk penipuan dan dusta. Dalam
riwayat lain diceritakan dari Ibnu Umar (radiallahu anhu), dia berkata,
“Allah melaknat orang-orang yang melakukan penyambungan (rambut)
dan membuat tattoo, baik pelaku atau orang yang disuruh membuat tato
tersebut”.
2. Operasi plastik tidak bertentangan dengan sesuatu yang dilarang oleh
agama secara umum. Contohnya adalah operasi kelamin untuk mengubah
seorang laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya. Diriwayatkan dari
Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah melaknat orang-
orang yang (berusaha) menyerupai laki-laki menjadi perempuan, atau
dari perempuan menjadi laki-laki” Bahwa operasi plastik tidak membuat
seseorang mendewakan kecantikan dan ketampanannya. Hal ini penting
untuk menegaskan kepada pasien bahwa semua ciptaan Allah adalah
sempurna. Menyemir uban jika diniatkan untuk menipu agar terlihat lebih
muda, kata Imam Ibnu Jauzi, adalah haram karena melakukan penipuan.
3. Operasi plastik memenuhi standar medis. Seperti, kemungkinan besar akan
sukses ketika diputuskan untuk dilakukan operasi. Juga, wajib dilakukan
oleh dokter (tenaga) yang professional. Sehingga tidak menyebabkan mal
praktek dan kerugian yang lebih besar. Selain itu, bolehnya melakukan

7
operasi plastik adalah berdasarkan keumuman dalil yang menganjurkan
untuk berobat (at-tadawiy). Nabi SAW bersabda, “Tidaklah Allah
menurunkan suatu penyakit, kecuali Allahmenurunkan pula obatnya.”
(HR Bukhari, No.5246 dalam Program kutubuttis‟ah).

Dalam hadis yang lain Nabi SAW bersabda pula,”Wahai hamba-hamba


Allah berobatlah kalian, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu
penyakit, kecuali menurunkan pula obatnya.” (HR Tirmidzi, no.1961 dalam
Program kutubuttis‟ah). Dalam ushul fikih disebutkan bahwa selama tidak
ada dalil yang mengkhususkan dalil umum, maka selama itu pula dalil umum
dapat diamalkan. Hadis di atas dipandang sebagai hadis yang umum, dan
dapat diamalkan atau dapat dijadikan hujjah, karena tidak ditemukan adanya
dalil yang mengkhususkannya.

C. Pro dan Kontra dalam Masyarakat


Kalau kita pikir secara logika, apa ruginya Allah apabila ada yang
melakukan operasi kecantikan, sebab sesuatu yang telah baik diberikan Allah
kemudian dilakukan lagi upaya lainagar pemberian tersebut menjadi super
lebih baik, tentunya kalau dipikir-pikir Allah pasti senang, terlebih Allah juga
menyukai hal-hal yang indah-indah. Persoalan inilah yang perlu kita sadari
bahwa tidak semua yang dilakukan manusia yang menurut manusia baik
adalah baik pula dalam pandangan Allah. Merubah bentuk salah satu anggota
tubuh yang berbeda dari apa yang diberikan Allah, dalam logika manusia
dipandang baik, karena akan lebih cantik, tampan dan menarik. Asalnya kulit
yang diberikan Allah hitam kemudian dirubah menjadi putih atau warna
lainnya. Asalnya hidung yang diberikan Allah pesek kemudian dirubah
menjadi mancung dan sebagainya. Namun demikian, apa yang dilakukan
sebenarnya merupakan tindakan yang tidak percaya dengan pemberian Allah
dan dapat dikatakan sebagai bentuk penghinaan terhadap Allah. Oleh karena
itu merubah ciptaan atau pemberian Allah sebagaimana dideskripsikan diatas
sebenarnya bertentangan dengan kodrat dan iradat Allah. Seharusnya manusia

8
menyadari bahwa apapun yang diciptakan Allah di dunia ini bukan merupakan
hal yang sia-sia (Q.S.al-Baqarah ayat 26) atau tidak pula berpikir bahwa Allah
gegabah dalam menciptakan sesuatu. Semua yang diciptakan Allah memiliki
fungsi dan manfaat serta hikmah yang barangkali diantaranya tidak dapat
dicerna dan dipahami oleh akal. Menurut pandangan manusia atau seseorang
yang melakukan operasi bahwa salah satu anggota tubuhnya kurang menarik,
sehingga ia pun berkeinginan untuk merubahnya melalui operasi. Padahal
dalam pandangan Allah pemberian-Nya itu yang dipandang manusia kurang
menarik, sebenarnya memiliki manfaat yang luar biasa, hanya saja ia tidak
mengetahui dan menyadarinya. Mestinya manusia dapat bersyukur terhadap
apa yang diberikan Allah dan memberdayakan pemberian tersebut dengan
baik. Selain itu, apabila persoalan di atas dikembalikan kepada sumber hukum
Islam yaitu Alquran, maka Alquran telah secara jelas menyatakan orang yang
merubah ciptaan-Nya adalah orang yang mengikuti jalan dan ajakan syaithan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S.an-Nisa ayat 119 yang artinya :
“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan
membangkitkan angan-angankosong pada mereka dan menyuruh mereka
(memotong telinga-telinga binatang ternak), lalumereka benar-benar
memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah),
lalubenar-benar mereka merubahnya. Barangsiapa yang menjadikan syaitan
menjadi pelindung selain Allah, maka Sesungguhnya ia menderita kerugian
yang nyata ”.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa operasi plastik dengan tujuan
untuk kecantikan hukumnya haram dan apabila dilakukan untuk memperbaiki
cacat yang dibawa sejak lahir seperti bibit sumbing, kaki pincang dan
sebagainya atau memperbaiki cacat akibat kecelakaan, maka hukumnya
mubah (boleh) sepanjang tidak ada ketentuan agama yang dilanggar. Intinya
dalam melakukan operasi plastik dapat dibenarkan apabila hal tersebut
bersifatdarurat. Allah swt berfirman dalam surat Al-An‟am ayat 119 :
“Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya dan
sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan
(orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui
batas”.
Sementara untuk hal yang bersifat pemanis diri, menambah gaya dan
penampilan, memperkuat pencitraan dan sebagainya, perbuatan tersebut
termasuk sesuatu yang haram.

B. Saran
Dari kesimpulan yang ada, maka kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT
harus menghargai apa yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita dengan tidak
mengubah ciptaan-Nya. Kita harus senantiasa bersyukur dengan segala rahmat
yang diberikan Allah SWT kepada kita semua.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bustanul Arifin, dan M. Atho Mudzar, Permasalahan Fiqih Kontemporer dalam


Keluarga Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2002

http://sukriyanahcute.blogspot.com/2012/03/makalah-opresi-plastik.html

Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Islam, Jakarta: PT Toko Gunung
Agung, 1997.

Yevita, 2012, Pandangan Agama Terhadap Masalah dan Tindakan,

http://yevitadiaries.wordpress.com/2012/04/07/pandangan-agama-terhadap-
masalah-dan-tindakan/ , 11122012 jam 10.10

Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer: Jilid 2. Jakarta: Gema


Insani Press, 1995.

11

Anda mungkin juga menyukai