Gambar 5.1 Bagan Alir Perencanaan Jalan Angkut Tambang PT Bintang Tiga
Geometri jalan tambang atau jalan angkut yang harus diperhatikan sama
seperti jalan raya pada umumnya.yaitu:
a. Lebar Jalan Angkut pada Jalan Lurus dan Tikungan
Perhitungan lebar jalan angkut di PT Bintang Tiga dihitung pada dua kondisi,
yaitu untuk lebar pada jalan lurus dan lebar pada tikungan. Perhitungan dilakukan
agar terciptanya area kerja yang aman dan nyaman bagi para pekerja maupun
untuk mobilisasi alat. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil sebagai
berikut:
Lebar jalan lurus : 10 meter
Lebar jalan tikungan : 24 meter
Berikut ini merupakan perhitungan lebar jalan angkut :
1. Perhitungan Lebar Jalan Lurus
Berikut ini merupakan perhitungan dimensi jalan tambang atau jalan
angkut untuk alat angkut dump truck Fuso Fighter FN 62 F HD yang
digunakan pada PT Bintang Tiga.
L = n x Wt + {(n+1)(1/2Wt)} (5.1)
Dengan L adalah lebar jalur angkut minimum (m), n adalah jumlah lajur,
dan Wt adalah lebar total alat angkut (m)
Jalan tambang yang direncanakan PT Bintang Tiga. terdiri dari 2 jalur.
Pemilihan 2 jalur dikarenakan kepadatan lalu lintas masuk dan keluar front
penambangan dalam kondisi lumayan padat.
Diketahui lebar alat angkut yaitu 2.455 meter dengan jumlah jalur yang
digunakan sebanyak 2, sehingga lebar minimum diperoleh dari perhitungan
berikut:
L = n x Wt - {(n-1)(1/2WT)}
L = 8.5925 meter
Namun, lebar jalan dibuat dengan lebar 10 meter untuk menambah ruang
gerak dari alat-alat mekanis maupun kendaraan operasional lain yang
melewatinya.
C = Z = ½ ( U – Fa – Fb ) (5.3)
Fa = Ad x Sin α (5.4)
Fb = Ab x Sin α (5.5)
α = 𝑠𝑖𝑛−1 0.6
α = 36.86⁰
α = 37⁰
C = Z = ½ ( U + Fa + Fb )
C = Z = ½ ( 4.6 meter + 0.747 meter + 1.518 meter )
C = Z = 3.432 meter
Sehingga,
186,8157
Grade A-B = x 100 %
0
=0%
Berikut ini merupakan tabel kemiringan jalan pada tahun 1.
Tabel 5.1 Kemiringan Jalan Angkut PT Bintang Tiga(Sumber: Data Diolah PT
Bintang Tiga, Tahun 2019)
Jarak Datar (m) Beda Tinggi (m) Grade (%)
Titik Keterangan
a b c
A B 186.8157 0 0.00 Datar
B C 277.5592 9 3.24 Naik
C D 115.2524 10 8.68 Naik
D E 118.733 10 8.42 Naik
E F 187.4592 10 5.33 Naik
F G 187.6257 16 8.53 Naik
Untuk kemiringan jalan tahun 2 dan seterusnya dapat dilihat pada lampiran
D1.
2. Drains dan Culvert
Drains atau drainase adalah suatu sistem penyaliran yang bertujuan untuk
mengatasi air yang masuk ke suatu wilayah. Air jika tidak diatasi dalam jumlah
berlebihan dapat nmenimbulkan masalah. Oleh karena itu diperlukan suatu
penanganan dengan sistem yang baik.
Culvert atau gorong-gorong adalah sebuah lubang pembuangan air atau
pipa yang memungkinkan air untuk mengalir dibawah jalan. Gorong-gorong pada
umumnya lebih kecil dari jembatan, mulai dari pipa 0.3 meter. Gorong – gorong
juga digunakan untuk mengalirkan sungai kecil atau sebagai bagian dari drainase
ataupun selokan jalan. Gorong-gorong dalam jalan tambang sangat diperlukan
selain itu gorong-gorong termasuk salah satu syarat standar jalan tambang.
3. Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun di atas lapisan tanah
dasar (sub-grade) yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Jenis
konstruksi perkerasan jalan pada umumnya ada tiga jenis, yaitu:
a. Perkerasan Lentur (flexible pavement)
b. Perkerasan Kaku (rigid pavement), dan
c. Perkerasan Kombinasi Lentur-Kaku (composite pavement).
Tujuan utama perkerasan jalan angkut adalah untuk membangun dasar
jalan yang mampu menahan beban pada poros roda yang diteruskan melalui
lapisan fondasi, sehingga tidak melampaui daya dukung tanah dasar (sub-grade).
Dengan demikian perkerasan jalan angkut dipengaruhi oleh faktor-faktor
kepadatan lalu lintas, sifat fisik dan mekanik bahan (material) yang digunakan,
dan daya dukung tanah dasar.
Perkerasan jalan angkut harus cukup kuat untuk menahan berat kendaraan
dan muatan yang melaluinya, dan permukaan jalannya harus dapat menahan
gesekan roda kendaraan, pengaruh air permukaan atau air limpasan (run off water)
dan hujan. Bila perkerasan jalan tidak kuat menahan beban kendaraan, maka jalan
tersebut akan mengalami penurunan dan pergeseran, baik pada bagian perkerasan
jalan itu sendiri maupun pada tanah dasarnya (sub-grade), sehingga akan
menyebabkan jalan bergelombang, berlubang dan bahkan bisa rusak berat. Bila
perkerasan permukaan jalan (roadsurface) rapuh terhadap gesekan ban atau aliran
air, maka akan mengalami kerusakan yang pada mulanya terjadi lubang-lubang
kecil, lama kelamaan menjadi besar, dan akhirnya rusak berat.
Material atau bahan perkerasan jalan yang digunakan di PT Bintang Tiga
adalah Overburden.
4. Rambu-Rambu Jalan Tambang
Untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dapat berlangsung
dengan baik perlu diperhatikan fasilitas-fasilitas standar yang mendukung agar
seluruh kegiatan di area penambangan dapat berjalan dengan aman.
Prasarana jalan di area pertambangan memiliki karakteristik berbeda
dibanding dengan kondisi jalan pada umumnya. Salah satunya adalah ukuran dan
jenis kendaraan yang beroperasi di jalan tersebut mulai dari kendaraan
pengangkut penumpang, hingga alat-alat pemindahan tanah mekanis berukuran
besar. Kombinasi antara keragaman ukuran dan jenis alat dengan kemungkinan
latar belakang pengalaman pengemudi atau operator yang berbeda menegaskan
betapa pentingnya pengontrolan lalu lintas yang baik di jalan area pertambangan.
Rambu–rambu jalan tambang adalah salah satu kelengkapan jalan yang
dapat berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan atau perpaduan diantaranya
sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi pemakai jalan. Rambu-
rambu jalan sebagai salah satu alat control lalu lintas telah lama dikenal dan
dipakai pada jalan – jalan umum atau jalan raya. Rambu – rambu jalan itu sendiri
tidak dapat mencegah semua kecelakaan di jalan di aera pertambangan, akan
tetapi dapat menciptakan suatu iklim mengemudi yang lebih kondusif bagi
keselamatan. Penggunaan rambu-rambu jalan tambang serta persyaratan teknis
harus memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan yakni Standarisasi Nasional
Indonesia (SNI-13-6351-2000).
5.1.3.3 Pemboran
Adapun tujuan dari pada kegiatan pembongkaran yaitu untuk
membebaskan batuan dari batuan induknya dengan ukuran fragmentasi tertentu
sehingga sesuai untuk proses selanjutnya.
9. Tahun 9
Pada Tahun Kesembilan penambangan dimulai dari elevasi 388 m
yang berakhir pada elevasi 378 m. Jumlah cadangan bentonit yang
ditambang pada tahun pertama yaitu sebesar 492488,0023 ton.
5.4.4 Pemuatan
Pada kegiatan ini pemuatan yang dilakukan dalam hal ini ialah bentonit.
Dalam kegiatan ini alat mekanis yang digunakan ialah excavator Komatsu PC200-
8M.
Total Jam 11
JUMAT
Total Jam 11
Tabel 5.6 Produksi Batuan Induk Tiap Tahun (Sumber: Data Diolah PT Bintang
Tiga, Tahun
2019)
Tahun Bentonit
1 393,990.4018
2 426,822.9353
3 984,976.0046
4 984,976.0046
5 984,976.0046
6 984,976.0046
7 984,976.0046
8 656,650.6697
9 492,488.0023
Total 6,894,832.0320
Sehingga berikut ini merupakan gambar dari grafik target produksi batuan
induk pada PT Bintang Tiga.
800000
600000
400000
200000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Umur Tambang (Tahun)
Gambar 5.6 Grafik Target Produksi(Sumber Data Diolah PT Bintang Tiga, Tahun 2019)
5.5.4 Umur Tambang
Umur tambang atau masa penambangan yang direncanakan PT Bintang
Tiga adalah selama 9 tahun.