Anda di halaman 1dari 19

V PERENCANAAN TAMBANG

5.1 Desain Tambang Terbuka


Luas area yang akan ditambang adalah seluas 400m x 450 m atau 180.000
m2 dengan jumlah sumber daya sebasar 3.447.416,016 m3.
Berdasarkan UU No 4 Tahun 2009, Penambangan adalah bagian kegiatan
usaha pertambangan untuk memproduksi mineral (berupa bijih atau batuan, di luar
panas bumi, minyak dan gas bumi serta air tanah) dan atau batubara dan mineral
ikutannya, yang terdiri dari kegiatan penggalian, pemuatan, dan pengangkutan.
Sebelum melakukan penambangan terlebih dahulu dilakukan tahap
development, yaitu pembuatan segala infrastruktur yang mendukung kegiatan
penambangan seperti jalan, kantor, bengkel dan fasilitas lain. Dalam perancangan
tambang terbuka terdapat proses membangun rancangan akhir dari kegiatan
penambanganya itu menentukan besarnya cadangan bahan galian yang akan
ditambang dan menentukan geometri akhir dari penambangan tersebut.
Perancangan tambang dibuat berdasarkan geometri jenjang tambang yang telah di
tentukan.
PT Bintang Tiga merencanakan bahwa penambangan bahan galian yang
terdapat pada daerah Donorojo, Pacitan dengan menggunakan sistem tambang
terbuka dengan menggunakan metode Open cut, dikarenakan bahan galian dalam
hal ialah Bentonit yang keterdapatannya dekat dengan permukaan bumi.

5.1.1 Bentuk dan Karakteristik Endapan serta Lapisan Penutup


Dari hasil pengamatan dan pengambilan data di lapangan mengenai
kondisi dari endapan di daerah penambangan, bahan galian Bentonit di PT
Bintang Tiga memiliki karakteristik bentuk endapan yang menyebar dekat dengan
permukaan bumi, yaitu dengan rata-rata sekitar 1,5 m dibawah permukaan bumi.
Cebakan bentonit di daerah Donorojo terdiri dari tiga lapis struktur
aluminium silikat hidrat, yaitu dua lembar silika tetrahedral dan satu lembar
alumina oktahedral. Proses pembentukan bentonit terbentuk dari transformasi
hidrotermal abu vulkanik, yang mayoritas komponennya tergolong ke dalam kelas
mineral smektit (struktur lembaran), yaitu montmorillonit. Mineral lain yang
tergolong ke dalam smektit adalah hektorit, saponit, beidelit dan nontronit
Perlapisan batuan atau tanah yang ada di daerah tambang bentonit PT Bintang
Tiga. ialah terdiri atas empat perlapisan. Untuk lapisan tanah penutup pada PT
Bintang Tiga. terdiri atas dua yaitu top soil dan over burden. Rata-rata ketebalan
untuk top soil ialah sebesar 50 cm sedangkan rata-rata ketebalan over burden ialah
sebesar 100 cm.

5.1.2 Penentuan Metode Penambangan


Metode tambang terbuka yang digunakan di PT Bintang Tiga adalah
metode open cut. Metode open cut adalah diterapkan penambangan yang dilakukan
untk daerah lereng bukit. Medan kerja yang digali dari arah bawah ke atas atau
sebaliknya (side hill type). Bentuk tambang dapat pula melingkari bukit atau
undakan, hal tersebut tergantung dari letak endapan penambangan yang
diinginkan. Pemilihan metode penambangan dilakukan berdasarkan pada
keuntungan terbesar yang akan diperoleh.
5.1.3 Parameter Perancangan Tambang
5.1.3.1 Geometri Lereng
Lokasi pertambangan PT Bintang Tiga. merupakan daerah yang memiliki
relief berbentuk perbukitan. Lereng daerah penambangan yang awalnya berbentuk
bukit akan berubah menjadi jenjang-jenjang penambangan. Dimana jenjang-
jenjang ini dibuat untuk kemantapan dan kestabilan lereng, dan sebagai area kerja
(working area) untuk alat mekanis atau para pekerja.
Parameter yang digunakan untuk membuat desain jenjang tambang
diperoleh dari hasil studi geoteknik (Lihat 4.5 Review Design Geometri Jenjang
yang Direncanakan). Geometri lereng keseluruhan didesain dengan metode
empirik yang menggunakan pendekatan klasifikasi RMR dan klasifikasi SMR.
Geometri jenjang individual slope penambangan;
 Tinggi jenjang :2m
 Lebar : 10 m
 Kemiringan jenjang : 80⁰
Geometri jenjang keseluruhan (overall slope) penambangan;
 Tinggi jenjang : 56 m
 Kemiringan jenjang : 33
5.1.3.2 Jalan Tambang
Jalan tambang atau jalan angkut merupakan prasarana yang sangat penting
dalam suatu kegiatan penambangan. Fungsi utama jalan tambang adalah untuk
menunjang kelancaran operasional pengangkutan dalam kegiatan penambangan.
Jalan tambang sebagai penghubung antara lokasi penambangan lainnya dalam satu
area IUP, seperti penghubung dari front penambangan ke stock yard, tempat
pengolahan, dan sebaliknya.
Jalan tambang bersifat sementara (temporary), berbeda dengan jalan raya
yang dibangun untuk prasarana umum. Jalan ini bersifat sementara karena hanya
dipakai sebagai akses ke daerah tertentu seperti menuju front penambangan yang
nantinya akan dibongkar lagi untuk keperluan pertambangan selanjutnya di daerah
tersebut.
Pada PT Bintang Tiga, jalan tambang yang akan tergambar mengikuti
kemajuan tambangnya. Sehingga untuk gambar section view jalan tambang dan
peta kemajuan tambang dapat dilihat pada lampiran.
1. Geometri Jalan Tambang
Jalan angkut yang lebar diharapkan akan membuat lalu lintas
pengangkutan lancar dan aman. Disamping itu, perhitungan lebar jalan pun harus
mempertimbangkan jumlah lajur, yaitu lajur tunggal untuk jalan satu arah atau
lajur ganda untuk jalan dua arah. Jalan tambang yang direncanakan PT Bintang
Tiga terdiri dari 1 jalur dan 2 lajur. Pemilihan 2 lajur agar memperlancar
pengangkutan.
Dalam menentukan geometri jalan angkut atau jalan tambang terlebih
dahulu dilakukan beberapa langkah dalam penentuannya. Langkah-langkah
penentuan geometri jalan angkut tambang di PT Bintang Tiga dapat dilihat pada
gambar 5.1
Pekerjaan Persiapan

Pengolahan Data dan Analisa Data

Survey Rute dan Pengumpulan Data

Perencanaan Geometrik Jalan

Pelaksanaan Pembangunan Jalan

Gambar 5.1 Bagan Alir Perencanaan Jalan Angkut Tambang PT Bintang Tiga
Geometri jalan tambang atau jalan angkut yang harus diperhatikan sama
seperti jalan raya pada umumnya.yaitu:
a. Lebar Jalan Angkut pada Jalan Lurus dan Tikungan
Perhitungan lebar jalan angkut di PT Bintang Tiga dihitung pada dua kondisi,
yaitu untuk lebar pada jalan lurus dan lebar pada tikungan. Perhitungan dilakukan
agar terciptanya area kerja yang aman dan nyaman bagi para pekerja maupun
untuk mobilisasi alat. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil sebagai
berikut:
Lebar jalan lurus : 10 meter
Lebar jalan tikungan : 24 meter
Berikut ini merupakan perhitungan lebar jalan angkut :
1. Perhitungan Lebar Jalan Lurus
Berikut ini merupakan perhitungan dimensi jalan tambang atau jalan
angkut untuk alat angkut dump truck Fuso Fighter FN 62 F HD yang
digunakan pada PT Bintang Tiga.
L = n x Wt + {(n+1)(1/2Wt)} (5.1)

Dengan L adalah lebar jalur angkut minimum (m), n adalah jumlah lajur,
dan Wt adalah lebar total alat angkut (m)
Jalan tambang yang direncanakan PT Bintang Tiga. terdiri dari 2 jalur.
Pemilihan 2 jalur dikarenakan kepadatan lalu lintas masuk dan keluar front
penambangan dalam kondisi lumayan padat.
Diketahui lebar alat angkut yaitu 2.455 meter dengan jumlah jalur yang
digunakan sebanyak 2, sehingga lebar minimum diperoleh dari perhitungan
berikut:
L = n x Wt - {(n-1)(1/2WT)}

L = 2 x 2.455 m + (2+1) (1/2 x 2.455 m)

L = 8.5925 meter

Namun, lebar jalan dibuat dengan lebar 10 meter untuk menambah ruang
gerak dari alat-alat mekanis maupun kendaraan operasional lain yang
melewatinya.

2. Perhitungan Lebar Jalan Tikungan


Lebar jalan minimum pada tikungan dengan menggunakan perhitungan
dibawah ini :
W = 2 ( U + Fa + Fb + Z) + C (5.2)

C = Z = ½ ( U – Fa – Fb ) (5.3)

Fa = Ad x Sin α (5.4)

Fb = Ab x Sin α (5.5)

Sin α = Wh/Turning Radius (5.6)

Dimana W adalah lebar jalan angkut minimum pada tikungan (meter), n


jumlah jalur, U jarak jejak roda kendaraan (meter), Fa adalah lebar juntai
depan (meter), Fb merupakan lebar juntai belakang (meter), Ad adalah jarak
as roda depan dengan bagian depan truck (meter), Ab merupakan jarak as
roda belakang dengan roda belakang truck (meter), C adalah jarak antara dua
truck yang bersimpangan (meter), Z adalah jarak sisi luar truck ketepi jalan
(meter), α adalah sudut penyimpangan (belok) roda depan, dan Wh adalah
jarak as roda depan dengan roda belakang (meter).
Berdasarkan spesifikasi alat angkut dan pengamatan unjuk kerja alat
angkut dilapangan, maka diperoleh data sebagai berikut, untuk Dump Truck
Fuso Fighter FN 62 F HD:
 Wh = 2.455 meter
 Ad = 1.245 meter
 Ab = 2.530 meter
 U = 4.6 meter
 Turning Radius = 9.2 meter
Sudut Penyimpangan Roda Depan
𝑊ℎ
Sin α = 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑎𝑑𝑖𝑢𝑠
5.55 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Sin α = 9.2 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

α = 𝑠𝑖𝑛−1 0.6

α = 36.86⁰

α = 37⁰

Lebar Jalan Angkut Minimum pada Tikungan


 Fa = Ad x Sin α
Fa = 1.245 meter x Sin 37⁰
Fa = 0.747 meter
 Fb = Ab x Sin α
Fb = 2.53 meter x Sin 37⁰
Fb = 1.518 meter

 C = Z = ½ ( U + Fa + Fb )
C = Z = ½ ( 4.6 meter + 0.747 meter + 1.518 meter )
C = Z = 3.432 meter

Maka lebar jalan pada tikungan adalah :


W = n ( U + Fa + Fb + Z ) + C
W = 2 ( 4.6 meter + 0.747 meter + 1.518 meter + 3.432 meter ) + 3.432
meter
W = 24.026 meter

Namun jalan akan dibuat dengan lebar 24 meter.


b. Kemiringan Jalan
Kemiringan jalan berhubungan langsung dengan kemampuan alat, terutama
alat angkut. Kemiringan ini mempengaruhi alat angkut dalam keadaan jalan
tanjakan maupun turunan. Kemiringan jalan dinyatakan dalam satuan persen (%).
Kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui oleh alat angkut dengan baik
ialah berkisar 10% - 15% atau sekitar 6⁰ - 8.50⁰.
Pada PT Bintang Tiga, kemiringan jalan bervariasi tetapi masih dalam kisaran
yang aman. Untuk lebih jelasnya berikut ini merupakan contoh perhitungan
kemiringan jalan angkut yang ada di PT Bintang Tiga.
Perhitungan Kemiringan Jalan Angkut Tahun 1
Pada PT Bintang Tiga, perhitungan kemiringan jalan angkut yang akan di
jabarkan hanya sebatas pada titik A ke B.
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑡𝑎𝑟 (𝑚)
Grade = 𝐵𝑒𝑑𝑎 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 (𝑚) x 100% (5.7)

Sehingga,
186,8157
Grade A-B = x 100 %
0

=0%
Berikut ini merupakan tabel kemiringan jalan pada tahun 1.
Tabel 5.1 Kemiringan Jalan Angkut PT Bintang Tiga(Sumber: Data Diolah PT
Bintang Tiga, Tahun 2019)
Jarak Datar (m) Beda Tinggi (m) Grade (%)
Titik Keterangan
a b c
A B 186.8157 0 0.00 Datar
B C 277.5592 9 3.24 Naik
C D 115.2524 10 8.68 Naik
D E 118.733 10 8.42 Naik
E F 187.4592 10 5.33 Naik
F G 187.6257 16 8.53 Naik
Untuk kemiringan jalan tahun 2 dan seterusnya dapat dilihat pada lampiran
D1.
2. Drains dan Culvert
Drains atau drainase adalah suatu sistem penyaliran yang bertujuan untuk
mengatasi air yang masuk ke suatu wilayah. Air jika tidak diatasi dalam jumlah
berlebihan dapat nmenimbulkan masalah. Oleh karena itu diperlukan suatu
penanganan dengan sistem yang baik.
Culvert atau gorong-gorong adalah sebuah lubang pembuangan air atau
pipa yang memungkinkan air untuk mengalir dibawah jalan. Gorong-gorong pada
umumnya lebih kecil dari jembatan, mulai dari pipa 0.3 meter. Gorong – gorong
juga digunakan untuk mengalirkan sungai kecil atau sebagai bagian dari drainase
ataupun selokan jalan. Gorong-gorong dalam jalan tambang sangat diperlukan
selain itu gorong-gorong termasuk salah satu syarat standar jalan tambang.
3. Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun di atas lapisan tanah
dasar (sub-grade) yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Jenis
konstruksi perkerasan jalan pada umumnya ada tiga jenis, yaitu:
a. Perkerasan Lentur (flexible pavement)
b. Perkerasan Kaku (rigid pavement), dan
c. Perkerasan Kombinasi Lentur-Kaku (composite pavement).
Tujuan utama perkerasan jalan angkut adalah untuk membangun dasar
jalan yang mampu menahan beban pada poros roda yang diteruskan melalui
lapisan fondasi, sehingga tidak melampaui daya dukung tanah dasar (sub-grade).
Dengan demikian perkerasan jalan angkut dipengaruhi oleh faktor-faktor
kepadatan lalu lintas, sifat fisik dan mekanik bahan (material) yang digunakan,
dan daya dukung tanah dasar.
Perkerasan jalan angkut harus cukup kuat untuk menahan berat kendaraan
dan muatan yang melaluinya, dan permukaan jalannya harus dapat menahan
gesekan roda kendaraan, pengaruh air permukaan atau air limpasan (run off water)
dan hujan. Bila perkerasan jalan tidak kuat menahan beban kendaraan, maka jalan
tersebut akan mengalami penurunan dan pergeseran, baik pada bagian perkerasan
jalan itu sendiri maupun pada tanah dasarnya (sub-grade), sehingga akan
menyebabkan jalan bergelombang, berlubang dan bahkan bisa rusak berat. Bila
perkerasan permukaan jalan (roadsurface) rapuh terhadap gesekan ban atau aliran
air, maka akan mengalami kerusakan yang pada mulanya terjadi lubang-lubang
kecil, lama kelamaan menjadi besar, dan akhirnya rusak berat.
Material atau bahan perkerasan jalan yang digunakan di PT Bintang Tiga
adalah Overburden.
4. Rambu-Rambu Jalan Tambang
Untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dapat berlangsung
dengan baik perlu diperhatikan fasilitas-fasilitas standar yang mendukung agar
seluruh kegiatan di area penambangan dapat berjalan dengan aman.
Prasarana jalan di area pertambangan memiliki karakteristik berbeda
dibanding dengan kondisi jalan pada umumnya. Salah satunya adalah ukuran dan
jenis kendaraan yang beroperasi di jalan tersebut mulai dari kendaraan
pengangkut penumpang, hingga alat-alat pemindahan tanah mekanis berukuran
besar. Kombinasi antara keragaman ukuran dan jenis alat dengan kemungkinan
latar belakang pengalaman pengemudi atau operator yang berbeda menegaskan
betapa pentingnya pengontrolan lalu lintas yang baik di jalan area pertambangan.
Rambu–rambu jalan tambang adalah salah satu kelengkapan jalan yang
dapat berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan atau perpaduan diantaranya
sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi pemakai jalan. Rambu-
rambu jalan sebagai salah satu alat control lalu lintas telah lama dikenal dan
dipakai pada jalan – jalan umum atau jalan raya. Rambu – rambu jalan itu sendiri
tidak dapat mencegah semua kecelakaan di jalan di aera pertambangan, akan
tetapi dapat menciptakan suatu iklim mengemudi yang lebih kondusif bagi
keselamatan. Penggunaan rambu-rambu jalan tambang serta persyaratan teknis
harus memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan yakni Standarisasi Nasional
Indonesia (SNI-13-6351-2000).

Gambar 5.2 Rambu Larangan Serta Rambu Perintah


Gambar 5.3 Peringatan Waspada Agar Tetap Berhati-Hati

5.1.3.3 Pemboran
Adapun tujuan dari pada kegiatan pembongkaran yaitu untuk
membebaskan batuan dari batuan induknya dengan ukuran fragmentasi tertentu
sehingga sesuai untuk proses selanjutnya.

5.1.3.4 Perancangan Pushback


Pushback adalah bentuk-bentuk penambangan (minable geometries) yang
menunjukkan bagaimana suatu daerah akan ditambang, dari titik masuk awal
hingga ke bentuk atau rona akhir penambangan. Pushback juga dapat disebut
dengan istilah lain seperti phases, slices, dan stages.
Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan
memberikan akses ke semua daerah kerja, dan menyediakan ruang kerja yang
cukup untuk operasi peralatan yang efisien.
1. Tahun 1
Pada Tahun Pertama penambangan dimulai dari elevasi 438 m yang
berakhir pada elevasi 430 m. Jumlah cadangan bentonit yang ditambang
pada tahun pertama yaitu sebesar 393990,4018 ton.
2. Tahun 2
Pada Tahun Kedua penambangan dimulai dari elevasi 430 m yang
berakhir pada elevasi 423 m. Jumlah cadangan bentonit yang ditambang
pada tahun pertama yaitu sebesar 426822,9353 ton.
3. Tahun 3
Pada Tahun Ketiga penambangan dimulai dari elevasi 423 m yang
berakhir pada elevasi 419 m. Jumlah cadangan bentonit yang ditambang
pada tahun pertama yaitu sebesar 984976,0046 ton.
4. Tahun 4
Pada Tahun Keempat penambangan dimulai dari elevasi 419 m yang
berakhir pada elevasi 415 m. Jumlah cadangan bentonit yang
ditambang pada tahun pertama yaitu sebesar 984976,0046 ton.
5. Tahun 5
Pada Tahun Kelima penambangan dimulai dari elevasi 415 m yang
berakhir pada elevasi 409 m. Jumlah cadangan bentonit yang
ditambang pada tahun pertama yaitu sebesar 984976,0046 ton.
6. Tahun 6
Pada Tahun Kelima penambangan dimulai dari elevasi 409 m yang
berakhir pada elevasi 404 m. Jumlah cadangan bentonit yang
ditambang pada tahun pertama yaitu sebesar 984976,0046 ton.
7. Tahun 7
Pada Tahun Ketujuh penambangan dimulai dari elevasi 404 m yang
berakhir pada elevasi 396 m. Jumlah cadangan bentonit yang
ditambang pada tahun pertama yaitu sebesar 984976,0046 ton.
8. Tahun 8
Pada Tahun Kelima penambangan dimulai dari elevasi 396 m yang
berakhir pada elevasi 388 m. Jumlah cadangan bentonit yang ditambang
pada tahun pertama yaitu sebesar 656,650.6697ton.

9. Tahun 9
Pada Tahun Kesembilan penambangan dimulai dari elevasi 388 m
yang berakhir pada elevasi 378 m. Jumlah cadangan bentonit yang
ditambang pada tahun pertama yaitu sebesar 492488,0023 ton.

Adapun salah satu contoh penggambaran perencanaan pushback


adalah sebagai berikut:
Gambar 5.4 Perencanaan Pushback PT Bintang Tiga Tahun 5

5.2 Rancangan Akhir Tambang


Rona akhir dari lokasi penambangan PT Bintang Tiga akan berubah dari
kondisi aslinya. Rona akhir penambangan akan berbentuk dataran yang
ditinggalkan dari hasil penambangan bentonit.
PT Bintang Tiga merencanakan reklamasi pada tahun ke 9. Sehingga pada
akhir penambangan reklamasi baru mulai dilakukan. Adapun gambaran dari rona
akhir tambang adalah sebagai berikut :

Gambar 5.5 Rona Akhir Tambang PT Bintang Tiga.


5.3 Cadangan Tertambang
Cadangan tertambang (minable reserved) adalah sejumlah cadangan yang
secara teknis dapat ditambang. Jumlah total cadangan tertambang di PT Bintang
Tiga 6.894.832,032 ton. Nilai tersebut didapatkan dari perhitungan Cadangan
Tertambang pada lampiran B2.

5.4 Tahapan Kegiatan Penambangan


Tahapan kegiatan penambangan di PT Bintang Tiga. terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu :
5.4.1 Land Clearing
Pada proses pengerjaan land clearing, hal yang dilakukan PT Bintang Tiga
adalah meliputi pekerjaan :
- Underbrushing,
- Pilling, dan
- Burning.
Pada pekerjaan land clearing alat mekanis yang digunakan adalah Dozer
Komatsu D31P-20.

5.4.2 Pengupasan Tanah Penutup


Pada PT Bintang Tiga.. tanah penutupnya terbagi atas dua, yaitu top soil
dan over burden.
 Pengupasan Top Soil
Pada kegiatan ini terdiri atas beberapa tahap, yaitu penggusuran top
soil, pemuatan top soil, serta pengangkutan top soil menuju area disposal.
- Penggusuran Top Soil
Pada kegiatan ini alat mekanis yang digunakan ialah Dozer
Komatsu D31P-20. Sehingga spesifikasi dapat dilihat pada kegiatan
land clearing.
- Pemuatan Top Soil
Kegiatan pemuatan top soil dilakukan dengan menggunakan alat
mekanis excavator Komatsu PC200-8M.
- Pengangkutan Top Soil
Pengangkutan top soil menggunakan alat mekanis dump truck.
Dalam hal ini dump truck yang digunakan ialah dump truck Komatsu
HD325-6.
 Pengupasan Over Burden
Pada kegiatan ini terdiri atas beberapa tahap, yaitu penggalian dan
pemuatan over burden, serta pengangkutan over burden menuju area
disposal.
- Penggalian dan Pemuatan Over Burden
Penggalian dan pemuatan over burden dilakukan dengan
menggunakan alat mekanis yaitu excavator Komatsu PC200-8M.
Sehingga spesifikasi dapat dilihat pada kegiatan pemuatan top soil.
- Pengangkutan Over Burden
Sama halnya pada kegiatan pengangkutan top soil, pada kegiatan
ini alat mekanis yang digunakan sama, yaitu Dump Truck Fuso
Fighter FN 62 F HD.

5.4.3 Kegiatan Pembongkaran


Dalam tahapan kegiatan ini pembongkaran Bentonit dilakukan dengan
menggunakan Backhoe karena sifat fisik dari batuan ini memiliki kekerasan yang
tidak tinggi, sehingga alat mekanis mampu untuk membongkarnya. Pada kegiatan
ini terdiri atas perhitungan produksi pemboran.

5.4.4 Pemuatan
Pada kegiatan ini pemuatan yang dilakukan dalam hal ini ialah bentonit.
Dalam kegiatan ini alat mekanis yang digunakan ialah excavator Komatsu PC200-
8M.

5.4.5 Kegiatan Pengangkutan


Pada kegiatan ini pengangkutan yang dilakukan dalam hal ini ialah
bentonit. Dalam kegiatan ini alat mekanis yang digunakan ialah Dump Truck Fuso
Fighter FN 62 F HD.
5.5 Rencana Produksi dan Umur Tambang
5.5.1 Waktu Kerja
Waktu kerja yang ditetapkan Bintang Tiga terdiri dari 1 shift, dari jam
07.00-12.00 sampai jam 13.00-18.00. Lama kerja dalam 1 hari yaitu 10 jam hari
senin sampai dengan sabtu. Sedangkan hari jumat hanya 9,5 jam.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini :
Tabel 5.2 Waktu Kerja PT Bintang Tiga. (Sumber: Data Diolah PT Bintang Tiga,
Tahun 2019)
SENIN-SABTU

Jadwal Kerja Waktu (Jam) Keterangan Shif

07:00-12:00 5 Kerja Terjadwal 1

12:00-13:00 1 Istirahat dan Makan 1


Siang

13:00-18:00 5 Kerja Terjadwal 1

Total Jam 11

JUMAT

Jadwal Kerja Waktu (Jam) Keterangan Shif

07:00-11:30 4,5 Kerja Terjadwal 1

11:30-13:00 1,5 Istirahat dan Makan 1


Siang

13:00-18:00 5 Kerja Terjadwal 1

Total Jam 11

5.5.2 Waktu Tersedia Per Bulan


Waktu kerja tersedia ditetapkan oleh PT Bintang Tiga dapat dilihat pada
tabel 5.3
Tabel 5.3 Waktu Tersedia Per Bulan PT Bintang Tiga. (Sumber: Data Diolah PT
Bintang Tiga, Tahun 2019)
Jumlah Hari Hari Hari Hujan pada Hari Total Hari
Bulan
Hari/Bulan Hujan Libur Kerja Kerja
Month Day Day Day Day Day
Januari 31 16 5 9 26
Februari 28 20 6 17 22
Maret 31 19 6 20 25
April 30 20 6 20 24
Mei 31 17 7 15 24
Juni 30 15 7 16 23
Juli 31 13 5 13 26
Agustus 31 11 6 9 25
September 30 17 7 15 23
Oktober 31 21 4 20 27
November 30 26 5 14 25
Desember 31 27 6 17 25
Total 365 222 70 185 295

5.5.3 Rencana Produksi


Sebelum kegiatan penambangan dilakukan perlu dirancang suatu
penjadwalan atau biasanya disebut dengan target produksi. Target produksi
tambang meliputi periode waktu (pertahun). Penjadwalan produksi dilakukan
untuk menentukan produksi bahan galian sebagai acuan dalam kegiatan
penambangan untuk mencapai suatu target.
Penjadwalan produksi berguna untuk perencanaan jangka pendek maupun
jangka panjang serta berpengaruh untuk menentukan kebutuhan peralatan mekanis
yang akan digunakan dalam proses penambangan.
Target produksi dapat ditentukan dengan membagi cadangan tertambang
dengan umur tambang yang telah ditentukan. Target produksi di PT Bintang Tiga
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.4 Target Produksi Secara Keseluruhan PT Bintang Tiga(Sumber: Data
Diolah PT Bintang Tiga, Tahun 2019)
Target Produksi M³ Ton

Per Tahun 492488.0023 984976.0046

Per Bulan 41736.2714 83472.5428


Per Hari 1669.4509 3338.9017

Per Jam 166.9451 333.8902

Untuk Produksi Over Burden hanya dilakukan di tahun pertama dengan


nilai keseluruhan overburden 155784.1185 m3

Tabel 5.6 Produksi Batuan Induk Tiap Tahun (Sumber: Data Diolah PT Bintang
Tiga, Tahun
2019)
Tahun Bentonit

1 393,990.4018

2 426,822.9353

3 984,976.0046

4 984,976.0046

5 984,976.0046

6 984,976.0046

7 984,976.0046

8 656,650.6697

9 492,488.0023

Total 6,894,832.0320

Sehingga berikut ini merupakan gambar dari grafik target produksi batuan
induk pada PT Bintang Tiga.

GRAFIK TARGET PRODUKSI


1200000
1000000
Produksi (Ton)

800000
600000
400000
200000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Umur Tambang (Tahun)

Gambar 5.6 Grafik Target Produksi(Sumber Data Diolah PT Bintang Tiga, Tahun 2019)
5.5.4 Umur Tambang
Umur tambang atau masa penambangan yang direncanakan PT Bintang
Tiga adalah selama 9 tahun.

5.6 Penanganan Overburden


PT Bintang Tiga merencanakan menggunakan OB (Overburden) untuk
perkerasan jalan tambang. Selain itu over burden akan digunakan sebagai media
tanam untuk rencana reklamasi pada tahun ke 9 atau tahun akhir dari
penambangan.

5.7 Rencana Penanganan Bahan Galian yang Belum Terpasarkan


Rencana penanganan bahan galian yang belum terpasarkan yaitu dengan
tetap melakukan penjagaan mutu atau kualitas dengan tetap melakukan produksi
bahan galian dan mengolah sesuai dengan permintaan.

5.8 Rencana Penanganan Sisa Cadangan pada Pasca Tambang


Sisa cadangan bahan galian yang tidak tertambang akan dibiarkan karena
sudah sesuai dengan perhitungan mengenai geometri jenjang layak ditambang
yang telah dilakukan sebelumnya. Dan PT Bintang Tiga berencana melakukan
tahap penutupan tambang yang dilanjutkan pada kegiatan reklamasi lahan pasca
tambang berupa pengalihan fungsi lahan tambang menjadi lahan Agroforestry
sehingga akan dikembalikan lagi ke pemerintah daerah setempat atau masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5.9 Tata Letak Tambang dan Fasilitas Penunjang


Pengadaan fasilitas penunjang sangat diperlukan untuk mendukung
kegiatan utama dalam suatu rangkaian kegiatan penambangan. Sehingga kegiatan
utama dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Fasilitas
penunjang disini dapat dikategorikan sebagai mine site infrastructure, dimana
lokasinya dapat dikonsentrasikan pada satu daerah tertentu. Fasilitas penunjang
yang dimaksud dapat meliputi:
1. Bengkel. Bengkel merupakan tempat perbaikan serta perawatan peralatan
sehingga alat-alat yang ada dapat beroperasi secara kontinu tanpa terjadi
penurunan produktivitas dari alat-alat tersebut. Ukuran bengkel disesuaikan
dengan jenis peralatan yang ada.
2. Sarana perkantoran, merupakan suatu sarana penting sebagai pusat
pengendalian dari kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan sesuai rencana
yang telah ditetapkan, baik kegiatan administrasi maupun kegiatan operasional
di lapangan.
3. Perumahan/mess, pemilihan lokasinya didasarkan pada tersedianya fasilitas-
fasilitas sosial yang telah ada dekat daerah penambangan, sehingga yang
diperlukan hanyalah perbaikan dan peningkatan fasilitas-fasilitas tersebut.
4. Kantin, Kantin terletak disebelah mess karyawan. Kantin berfungsi sebagai
tempat istirahat karyawan pada saat jam istirahat.
5. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), merupakan sumber tenaga listrik
untuk keperluan penerangan bagi daerah tambang, juga untuk pengoperasian
alat-alat listrik serta sumber tenaga bagi pemompaan air dari dalam tambang
keluar tambang. Besarnya daya pembangkit disesuaikan dengan kebutuhan
pemakaian.
6. Pos keamanan, lokasinya terletak di daerah yang menjadi jalan keluar masuk
ke daerah tambang.
7. Mushola dan gereja (atau tempat ibadah lainnya) dibangun dekat dengan
perumahan karyawan.
8. Tangki bahan bakar. Untuk lokasi tangki bahan bakar dipilih yang dekat
dengan lokasi penambangan atau bengkel, terlindungi dari bahaya petir dan
dipagari dengan kawat berduri.
9. Kolam Pengendapan.
10. Stock Yard, berfungsi sebagai tempat penampung hasil produk dari
penambangan sebelum masuk ke pabrik pengolahan.
11. Pabrik Pengolahan dan Gudang Pabrik Pengolahan berfungsi untuk mengolah
bijih besi hasil dari penambangan untuk dijadikan produk akhir sebagai pasir
besi. Sedangkan gudang difungsikan untuk menyimpan pasir besi yang belum
dipasarkan.

Anda mungkin juga menyukai