Anda di halaman 1dari 27

18

BAB III

TINJAUAN UMUM PROYEK

3.1. Plat Lantai

3.1.1. Pengertian Plat Lantai

Plat adalah struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang

yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada struktur

tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan

dengan bentang panjang atau lebar bidangnya. Pelat beton ini sangat kaku dan

arahnya horizontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai

diafragma atau unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk

mendukung ketegaran balok portal. Pelat beton bertulang banyak digunakan pada

bangunan sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai

jembatan maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya

diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban mati dan beban hidup). Beban

tersebut mengakibatkan terjadi momen lentur (seperti pada kasus balok). Plat

lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi merupakan

lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada

kolom-kolom bangunan.

Adapun tipe-tipe plat lantai sebagai berikut : (sumber:google)

1. Sistem Plat dan Balok

Sistem pelat lantai ini terdiri dari lantai (slab) menerus yang ditumpu oleh

balok-balok monolit, yang umumnya ditempatkan pada jarak 3,0 m hingga 6,0 m.
19

Sistem ini banyak dipakai, kokoh dan sering dipakai untuk menunjang sistem

pelat lantai yang tidak beraturan.

Gambar 3.1. Sistem plat dan balok

2. Sistem Lantai Grid

Sistem lantai Grid (Waffle system) mempunyai balok-balok yang saling

bersilangan dengan jarak yang relatif rapat, dengan pelat atas yang tipis.

Gambar 3.2 Sistem Lantai Grid

3. Sistem Lajur Balok

Sistem ini serupa dengan sistem balok – plat, tetapi menggunakan balok-

balok dangkal yang lebih lebar. Sistem ini semakin banyak diterapkan pada

bangunan yang mementingkan tinggi antara lantai.

4. Sistem Flat Lantai Slab


20

Sistem Flat Slab, merupakan pelat beton bertulang yang langsung ditumpu

oleh kolom-kolom tanpa adanya balok-balok. Biasanya digunakan untuk

intensitas beban yang tidak terlalu besar dan bentang yang kecil. Pada daerah

kritis di sekitar kolom penumpu, biasanya diberi penebalan (drop panel) untuk

memperkuat pelat terhadap gaya geser, pons dan lentur. Flat Slab tanpa diberi

kepala kolom (drop panel) disebut flat plate. Sistem flat slab tanpa balok,

memungkinkan ketinggian struktur yang minimum, jika lantai memakai sistem

flat slab mengalami pembebanan horizontal, pertemuan kolom slab dipaksa untuk

menahan momen lentur yang cukup besar, sehingga titik tersebut merupakan

sumber kelemahan struktur. Tebal lantai flat slab umumnya sekitar 125 hingga

250 mm untuk bentangan 4,5 hingga 7,5 m.

Gambar 3.3 Sistem plat dan slab

3.1.2. Jenis-Jenis Plat

Bila syarat-syarat batas dan bentang teoritis suatu plat telah ditemukan,

momen lentur yang timbul padanya dapat dihitung. Dalam hal ini perlu dibedakan

antara (sumber google) :

1. Plat Satu Arah (one way slab)


21

Pelat satu arah dapat di desain dengan menggunakan desain untuk balok,

dengan lebar 1 unit lebar (per m’ lebar) dalam arah sisi pendek. Dalam arah sisi

panjang dapat digunakan tulangan susut dan temperatur atau tulangan pembagi.

2. Plat Dua Arah (two way slab)

Sistem pelat dua arah dapat terjadi pada pelat tunggal maupun menerus,

asal perbandingan panjang bentang kedua sisi memenuhi. Persyaratan jenis pelat

lantai dua arah jika perbandingan dari bentang panjang terhadap bentang pendek

kurang dari dua Beban pelat lantai pada jenis ini disalurkan ke empat sisi pelat

atau ke empat balok pendukung, akibatnya tulangan utama pelat diperlukan pada

kedua arah sisi pelat. Permukaan lendutan pelat mempunyai kelengkungan ganda.

Ditinjau dari system pendukungnya, system plat dua arah dikelompokkan

menjadi:

1. Plat dengan balok

2. Plat tanpa balok, ada dua macam:

a) Dipikul langsung oleh kolom (Flat Plate)

b) Dipikul oleh kolom dan kepala kolom dan atau penebalan pelat disekitar

kolom (Flat Slab)

Pembahasan plat dua arah ini dikhususkan pada panel plat yang berbentuk

empat persegi panjang dengan tebal plat tetap.

3.1.3. Persyaratan Plat Lantai

Persyaratan yang tercantum dalam buku SNI I Beton 1991:

a. Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12cm, sedang untuk

plat atap sekurang-kurangnya 7cm;


22

b. Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8mm dari baja

lunak atau baja sedang;

c. Pada plat lantai yang tebalnya lebih dari 25cm harus dipasang tulangan

rangkap atas bawah;

d. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5cm dan tidak lebih

dari 20cm atau dua kali tebal plat, dipilih yang terkecil;

e. Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1cm,

untuk melindungi baja dari karat, korosi, atau kebakaran;

f. Bahan beton untuk plat harus dibuat dari campuran 1pc:2psr:3kr + air, bila

untuk lapis kedap air dibuat dari campuran 1pc:1,5psr:2,5kr + air secukupnya.

3.1.4. Macam – Macam Metode Struktur Plat Lantai Gedung

a. Metode Konvensional

Seluruh struktur plat lantai dikerjakan ditempat, bekisting menggunakan

plywood dengan perancah scafollding. Ini merupakan cara lama yang paling

banyak digunakan, namun membutuhkan waktu yang lama serta baya yang tinggi.

Kondisi ini kemudian menyebabkan banyak pekerja proyek berlomba – lomba

melakukan inovasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik sekaligus biaya

termurah.

b. Metode Half Slab

Disebut half slab karena separuh struktur plat lantai dikerjakan dengan

sistem precast, bagian tersebut bisa dibuat di pabrik lalu dikirim ke lokasi proyek

untuk dipasang, selanjutnya dilakukan pemasangan besi tulangan bagian atas lalu

dilakukan pengecoran separuh plat ditempat, kelebihannya yaitu adanya


23

pengurangan waktu serta biaya pekerjaan bekisting. Namun tidak semua bagian

plat gedung bisa dibuat dengan sistem half slab, contohnya area plat kantiliver

bagian pinggir biasanya tetap dipasang dengan sistem konvensional.

c. Metode Full Precast

Bisa dibilang bahwa ini merupakan sistem paling cepat, namun yang perlu

diperhatikan jika menggunakan metode ini adalah segi kekuatan alat angkat,

misalnya kuat angkat ujung tower crane harus lebih besar dari total berat beton

precast, dari segi waktu pengerjaan akan lebih cepat karena pengerjaan beton

precast dapat dilakukan di pabrik sejak dini lalu tinggal dikirim ke lokasi proyek

untuk dipasang.

d. Metode Bondek

Tulangan bawah dihilangkan dan fungsinya digantikan oleh plat bondek,

dengan begini diharapkan ada penghematan besi tulangan dan bekisting

dibawahnya. Tulangan atas bisa dibuat dalam bentuk batanga atau diganti dengan

besi wiremesh agar lebih cepat dalam pemasangan.

3.1.5. Tumpuan Plat

Untuk merencanakan plat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan

tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung di

tempat tumpuan. Kekakuan hubungan antara pelat dan tumpuan akan menentukan

besar momen lentur yang terjadi pada plat.

Biasanya, plat bangunan gedung ditumpu oleh:

(a) Balok-balok secara monolit, yaitu pelat dan balok dicor bersama

sama sehingga menjadi satu-kesatuan.


24

(b) Ditumpu oleh dinding-dinding bangunan.

(c) Kemungkinan lainnya, yaitu pelat didukung oleh balok-balok baja

dengan sistem komposit.

(d) Didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok, yang dikenal

dengan pelat cendawan.

Gambar 3.4 Penumpuan Plat

3.1.6. Peraturan Teknis Pekerjaan Beton pada Plat Lantai

a. Perencanaan Cetakan (Bekisting)

Peraturan perencanaan cetakan (bekisting) untuk pelat juga sama seperti

peraturan perencanaan cetakan (bekisting) untuk balok yaitu yang sesuai dengan

Standar Nasional Indonesia SNI-03-2847-2002 :

1. Cetakan harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk, garis, dan

dimensi komponen yang disyaratkan pada gambar rencana dan spesifikasi.

2. Cetakan harus mantap dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran mortal.
25

3. Cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk mempertahankan posisi

dan bentuknya.

4. Cetakan dan tumpuannya harus direncanakan sedemikian hingga tidak merusak

struktur yang dipasang sebelumnya.

Perencanaan cetakan harus menyertakan pertimbangan faktor – faktor

sebagai berikut :

a.) Kecepatan dan metode pengecoran beton.

b.) Beban selama konstruksi, termasuk beban vertikal, horizontal dan tumbukan.

c.) Persyaratan – persyaratan cetakan khusus untuk konstruksi cangkang, pelat

pipa, kubah, beton arsitektural, atau elemen – elemen sejenis.

Berikut adalah keriteria dari mal cetakan yang baik, diantaranya ialah :

a.) Kuat

Cetakan harus kuat memikul beban vertikal, antara lain : Beton, AP

(Acuan dan Perancah) itu sendiri, pekerja dan alat-alat, agar tidak terjadi

perubahan dimensi dan beton dan bentuknya. Untuk mendapatkan kekuatan dari

perancah itu sendiri, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

b.) Beban sendiri

Cetakan harus sanggup menahan beban dari Formwork itu sendiri.

1. Beban Hidup

Cetakan harus sanggup menahan beban hidup, yaitu:

- Orang yang berada di Formwork untuk mengerjakan beton.

- Adanya getaran dari vibrator saat meratakan beton.


26

- Adanya faktor alam seperti terjadinya suatu gempa atau

retakan.

c.) Kaku/Kokoh

Suatu cetakan, tidak hanya kuat tapi juga bersifat kaku sehingga mampu

menahan gaya horizontal yang dipasang skur/penyokong. Pada saat memasukkan

adonan beton cetakan tetap/tidak bergerak dan tidak akan mengganggu hasil atau

sesuai dengan beton yang kita inginkan. Pengakuan pada Steel Prop kita gunakan

alas papan yang permukaanya rata dan dipakukan agar kuat dan diskoor miring

dan skor depan dengan menggunakan dolken.

d.) Mudah Dibongkar

Selain tidak merusak beton yang sudah jadi, hal ini memungkinkan

cetakan dapat digunakan berulang kali.

e.) Ekonomis dan Efisien

Material sebagai acuan dan perancah juga bisa dipakai berkali-kali.

f.) Rapat/Tidak Bocor

Agar dapat menahan air semen yang keluar sehingga dapat menjaga mutu

beton.

g.) Bersih

Untuk mendapatkan hasil pengecoran yang baik kecuali syarat-syarat di

atas untuk cetakan juga harus diperhatikan bahwa cetakan harus bersih. Apabila

cetakan tidak bersih akan mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri pada saat

pengecoran.
27

Dalam Acuan Perancah perlu teliti dan hati-hati dalam bekerja, hal yang

perlu diperhatikan di antaranya:

1.) Cetakan harus serapat mungkin.

2.) Pada saat pemakuan, paku tidak boleh tembus dalam cetakan,sehingga

kita kita harus tahu berapa tebal papan dan paku mana yang digunakan.

3.) Cetakan harus bersih dari segala kotoran yang dapat mempengaruhi

kekuatan mutu Beton.

4.) Cetakan harus kuat dan kaku serta harus datar dan tegak.

5.) Perhatikanlah Keselamatan Kerja karena dalam Konstruksi Acuan dan

Perancah sangat berbahaya sehingga kita harus berhati-hati.

3.1.7. Bahan

1. Semen (Portland), adalah bahan pengikat hidrolis berupa serbuk halus yang

dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker (bahan ini terutama terdiri dari

silika – silika kalsium yang bersifat hidrolis) dengan gips sebagai bahan tambah,

sehingga membentuk pasta semen sebagai berikut :

a. Semen tipe1, adalah semen untuk pemakaian secara umum tanpa

persyaratan khusus. Digunakan untuk keperluan konstruksi umum yang tidak

memakai persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal.

Cocok dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0, 0% – 0, 10 %

dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung

bertingkat, perkerasan jalan, struktur rel, dan lain-lain.

b. Semen Tipe2, adalah semen yang mempunyai sifat ketahanan sedang

terhadap garam-garam sulfat didalam air. Digunakan untuk konstruksi


28

bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan sulfat ( Pada lokasi

tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0, 10 – 0, 20 % ) dan panas

hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas tanah

rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan jembatan.

c. Semen Tipe3, adalah semen yang cepat mengeras atau semen yang

mempunyai kekuatan tinggi pada umur muda. Digunakan untuk konstruksi

bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal tinggi pada fase permulaan

setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunan-

bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air yang tidak

memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.

d. Semen Tipe4, adalah semen yang panas hidrasi rendah. Samen jenis ini

pengerasan serta perkembangannya lambat. Digunakan untuk keperluan

konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus diminimalkan.

Oleh karena itu semen jenis ini akan memperoleh tingkat kuat beton dengan

lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini digunakan

untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar yang mana kenaikan

temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan

faktor kritis.

e. Semen Tipe5, adalah semen yang mempunyai sifat ketahanan yang tinggi

terhadap sulfat dengan persentase yang tinggi. Dipakai untuk konstruksi

bangunan-bangunan pada tanah atau air yang mengandung sulfat melebihi 0,

20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi

dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir.


29

2. Air

Dalam adukan air berfungsi sebagai pengikat antara semen dan agregat.

Pada umunya air yang dapat diminum dapat digunakan sebagai air pengaduk pada

beton. Adapun jenis-jenis air yang dapat digunakan untuk air pengaduk beton

adalah :

a. Air laut, mengandung antara 30.000 mg/l-36.000 mg/l atau 3 % - 3,6 %

garam dan dapat digunakan sebagai air campuran beton tak bertulang

b. Air Hujan, menyerap gas dan udara pada saat jatuh ke bumi. Biasanya

air hujan mengandung untur oksigen, nitrogen dan karbondioksida.


c. Air Permukaan, Terdiri dari air sungai, air danau, air genangan dan air

reservoir. Air sungai atau danau dapat digunakan sebagai air

pencampur beton asal tidak tercemar limbah industri. Sedangkan air

rawa atau air genangan yang mengandung zat-zat alkali tidak dapat

digunakan.
d. Air tanah, Biasanya mengandung unsur kation dan anion. Selain itu

juga kadang-kadang terdapat unsur CO2, H2S dan NH3. Adapun yang

dipergunakan untuk pembuatan tidak boleh mengandung lumpur atau

zat-zat yang dapat merusak atau mengurangi mutu beton seperti garam,

asam sulfat, dan minyak. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi di

lapangan, air yang diambil berasal dari sungai yang ada di dekat

proyek konstruksi tersebut.

3. Agregat
30

Adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai

bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen

hidraulik atau adukan. Agregat terdiri dari :

a. Agregat halus atau pasir, material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah

yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu

beton semen hidraulik atau adukan. Adapun syarat-syarat untuk pasir adalah :

1. Tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 5 % berat.


2. Tidak boleh mengandung bahan organis terlalu bnayak.
3. Pasir harus terdiri dari butir tajam dan keras
4. Butiran pasir harus terdiri dari beraneka ragam, Jika diuji dengan test

ayakan ISO

a. Sisa di atas ayakan 4 mm minimal 2 % berat total

b. Sisa di ayakan 1 mm minimum 10 % berat total

c. Sisa di ayakan 0.25 mm minimum 80 – 90 % berat total

5. Tidak boleh menggunakan pasir laut.

Gambar 3.1.5 Agregat halus atau pasir

b. Agregat kasar atau kerikil atau batu pecah

Adapun syarat agregat kasar yang baik adalah :


31

1. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir keras dan tidak berpori.

agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila

jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melebihi 20% dari berat agregat seluruhnya.

Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak atau hancur oleh

pengaruh-pengaruh cuaca. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih

dari 1% (ditentukan terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur

melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci :

1. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,

seperti zat-zat yang relatif alkali.


2. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada 1/5 jarak

terkecil antara bidang-bidang samping cetakan, 1/3 dari tebal pelat

atau 3/4 dari jarak bersih minimum batang-batang tulangan.

Untuk menjaga dari kedua agregat tersebut, dalam peenimbunan dan

penyimpanan dilakukan hal – hal sebagai berikut:

1) Setiap penimbunan agregat harus diberi alas agar tidak tercampur

dengan benda asing.


2) Penimbunan diletakkan pada permukaan tanah yang agak lebih

tinggi agar terhindar dari aliran air.


32

Gambar 3.6 Agregat kasar atau kerikil batu pecah

4. Baja Tulangan

Baja tulangan yang digunakan untuk pekerjaan ini secara umum harus

memenuhi syarat yang telah ditentukan. Baja tulangan yang digunakan harus

bebas karat atau lapisan lain yang dapat mengurangi daya lekat tulangan ke beton.

Bahan utama untuk tulangan beton pada pekerjaan ini menggunakan baja berprofil

ø 10 mm, ø 13 mm. Untuk penyimpanan dilakukan dengan cara meletakkannya di

atas kayu untuk menghindari terjadinya korosi yang dapat diakibatkan oleh tanah

dan setiap jenis ø baja diletakkan secara terpisah.

Gambar 3.7 besi tulangan

5. Acuan dan Perancah

Balok adalah batang horizontal dari rangka struktural yang memikul

beban tegak lurus sepanjang batang tersebut (biasanya berasal dari dinding, pelat,

atau atap bangunan) dan menyalurkan pada kolom atau struktur yang ada
33

dibawahnya. Selain itu balok juga berfungsi sebagai pengekang dari struktur

kolom yang dengan yang lainnya. Dalam perencanaannya, suatu balok dapat

mempunyai bermacam-macam ukuran dan dimensi, sesuai jenis dan besar beban

yang akan dipikul oleh balok itu sendiri.

Tripleks atau multiplek Digunakan sebagai alas acuan perancah plat

lantai agar hasil cetakan beton lebih halus. Pemasangan tripleks atau multiplek ini

tidak boleh renggang atau terdapat celah karena akan mengurangi mutu beton

pada saat pengecoran. Mutu beton tersebut berkurang Karena Faktor air semen

yang berkurang akibat bocor.

Gelagar pada Unsur acuan dan perancah mempunyai fungsi sebagai

penopang langsung dari acuan yang ada serta dapat berfungsi untuk mengatur

elevasi yang diinginkan dari acuan. Gelagar terbuat dari bahan kayu berukuran

balok maupun papan.

Gambar 3.8 gelagar atau kayu

3.1.8. Alat-alat

Adapun alat-alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan :

1. Mesin pengaduk (mollen), Mesin ini dapat berupa mesin statis, semi-

mobile maupun full mobile (mixer truck). Mesin ini berguna agar adukan
34

beton tercampur atau teraduk dengan rata serta meningkatkan efisiensi

waktu dalam pekerjaan pengadukan.

2. Bar Bender, dalam proyek ini menggunakan bab bender, bar bender

adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja tulangan dalam

berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan.

Gambar 3.9 bar bender

3. Trolly, adalah salah satu alat yang digunakan untuk memindahkan alat

dan material dari satu tempat ke tempat yang lain.

4. Roll meter, alat ini ada yang terbuat dari jenis seng yang berfungsi sebagai

alat untuk mengukur dimensi suatu bangun.


5. Ready mix, adalah istilah beton yang sudah siap untuk digunakan tanpa

perlu lagi pengolahan dilapangan. Metoda konvensional biasa kita sebut

dengan site mix, yang proses pencampurannya dilakukan di lapangan.

Penggunaan ready mix, dapat mempercepat pekerjaan menghemat waktu

dengan kualitas beton yang tetap terjaga.


35

6. Concrete pump, adalah alat yang digunakan menyalurkan adukan dari

tempat adukan dibuat ke tempat dimana dilakukan pengecoran.


7. Crane, adalah salah satu alat berat (heavy equipment) yang digunakan

sebagai alat pengangkat dalam proyek kontruksi. Crane bekerja dengan

mengangkat material yang akan dipindahkan, memindahkan secara

horizontal, kemudian menurunkan material ditempat yang diinginkan.

3.1.9. Perawatan Beton

Peraturan perawatan beton untuk pelat sama seperti peraturan perawatan

beton untuk balok, yaitu :

a. Beton (selain beton kuat awal tinggi) harus dirawat pada suhu di atas 10ºc dan

dalam kondisi lembab untuk sekurang – kurangnya selama 7 hari setelah

pengecoran, kecuali jika dirawat menurut point ke-3.

b. Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu di atas 10 ºc dan dalam kondisi

lembab untuk sekurang – kurangnya selama 3 hari pertama kecuali jika dirawat

menurut ponit ke-3.

c. Perawatan dipercepat

1.) Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, penguapan pada tekanan

atmosfir, panas dan lembab, atau proses lainnya yang dapat diterima,

dapat dilakukan untuk mempercepat peningkatan kekuatan dan

mengurangi waktu perawatan.

2.) Percepatan waktu perawatan harus memberikan kuat tekan beton pada

tahap pembebanan tersebut.

3.) Proses perawatan harus sedemikian hingga beton yang dihasilkan oleh

metode perawatan pada ponit ke-1 atau ke-2.


36

4.) Bila diperlukan oleh pengawas lapangan, maka dapat dilakukan

penambahan uji kuat tekan beton sesuai dengan nilai kuat tekan rata -

rata dari dua contoh uji silinder yang berasal dari adukan beton yang

sama dan diuji pada umur beton 28 hari atau pada umur uji yang

ditetapkan untuk penentuan f’c untuk menjamin bahwa proses

perawatan yang dilakukan telaah memenuhi persyaratan.

3.2. Balok

3.2.1.Pengertian Balok

Balok adalah bagian dari struktural sebuah bangunan yang kaku dan

dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen - elemen

kolom penopang. Selain itu ring balok juga berfungsi sebagai pengikat kolom -

kolom agar apabila terjadi pergerakan kolom-kolom tersebut tetap bersatu padu

mempertahankan bentuk dan posisinya semula. Ring balok dibuat dari bahan yang

sama dengan kolomnya sehingga hubungan ring balok dengan kolom. Balok juga

merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang.

Apabila suatu gelagar balok bentangan sederhana menahan beban yang

mengakibatkan timbulnya momen lentur akan terjadi deformasi (regangan) lentur

di dalam balok tersebut. Regangan-regangan balok tersebut mengakibatkan

timbulnya tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di sebelah atas

dan tegangan tarik dibagian bawah. Agar stabilitas terjamin, batang balok sebagai

bagian dari sistem yang menahan lentur harus kuat untuk menahan tegangan tekan

dan tarik tersebut karena tegangan baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja,
37

di dekat serat terbawah, maka secara teoritis balok disebut sebagai bertulangan

baja tarik saja (Dipohusodo,1996).

Untuk menjadi penyaluran gaya yang baik di dalam balok, maka di daerah

momen lapangan dan momen tumpuan maksimum dianjurkan supaya antara

batang tulangan utama tidak melebihi 150 mm. Bila momen di suatu tempat

menurun, jarak batas ini dapat digandakan menjadi 300 mm. Oleh karena itu,

dalam sebuah penampang balok persegi setidaknya harus terdapat empat batang

tulangan dipasang pada tiap sudut penampang, batang-batang disudut ini dan yang

membentang sepanjang balok dilingkari oleh sekang-sekang. Agar mendapatkan

kekakuan secukupnya bagi sengkang tulangan dianjurkan agar menggunakan

batang-batang yang diameternya tidak kurang dari 6 mm.

Persyaratan balok menurut PBBI 1971.N.I - 2 hal. 91 sebagai berikut :

a). Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih.

Tinggi balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar badan yang

dipilih.
b). Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang

tulangan untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat

mungkin harus dihindarkan pemasangan tulangan balok dalam lebih dari 2

lapis, kecuali pada keadaan-keadaan khusus.


c). Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari penampang.
d). Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang

sampingnya harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum 10% dari

luas tulangan tarik pokok. Diameter batang tulangan tersebut tidak boleh

diambil kurang dari 8 mm pada jenis baja lunak dan 6 mm pada jenis baja

keras.
38

e). Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh

diambil lebih dari 30 cm, sedangkan dibagian balok sengkang-sengkang

bekerja sebagai tulangan geser. Atau jarak sengkang tersebut tidak boleh

diambil lebih dari 2/3 dari tinggi balok. Diameter batang sengkang tidak boleh

diambil kurang dari 6 mm pada jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis baja

keras.

3.2.2.Jenis – jenis Balok

Beberapa jenis balok antara lain :

a) Balok sederhana
Balok yang bertumpu pada kolom diujung-ujungnya, dengan satu ujung bebas

berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur statis lainnya, nilai dari

semua reaksi,pergeseran dan momen untuk balok sederhana adalah tidak

tergantung bentuk penampang dan materialnya.

Gambar 3.10 Balok Sederhana


(sumber : google.com)

b) Balok Kantilever
Balok kantilever adalah balok yang diproyeksikan atau struktur kaku

lainnya didukung hanya pada satu ujung tetap


39

Gambar 3.11 Balok Kantilever

(sumber : google.com)

c) Balok Teritisan
Balok teritisan adalah balok sederhana yang memanjang melewati

salah satu kolom tumpuannya.


d) Balok dengan ujung-ujung tetap ( dikaitkan kuat ) menahan translasi dan

rotasi
e) Bentangan tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh

teristisan dari dua bentang dengan konstruksi sambungan pin pada momen

nol.
f) Balok kontinu memanjang secara menerus melewati lebih dari dua kolom

tumpuan untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang

lebih kecil dari serangkaian balok tidak menerus dengan panjang dan

beban yang sama.

3.2.3.Macam – macam Balok

Berdasarkan bahan balok terbagi dari beberapa macam, yaitu :

a. Balok Kayu

Balok kayu menopang papan atau dek structural. Balok dapat ditopang

oleh balok induk, tiang, atau dinding penopang beban. Dalam pemilihan balok
40

kayu, factor berikut harus dipertimbangkan : jenis kayu, kualitas structural,

modulud elastisitas, nilai tegangan tekuk,nilai tegangan geser yang diizinkan dan

defleksi minimal yang diizinkan untuk penggunaan tertentu. Sebagai tambahan ,

perhatikan kondisi pembebanan yang akurat dan jenis koneksi yang digunakan.

I. Balok kayu laminasi lem

Kayu laminasi lem dibuat dengan melaminasi kayu kualitas tegang ( stress

grade ) dengan bahan adhesive di bawah kondisi yang terkontrol, biasanya

parallel terhadap urat kayu semua lembaran. Kelebihan kayu laminasi lem

dibandingkan kayu utuh secara umum yaitu batas tegangan yang lebih besar,

penampilan yang lebih menarik dan ketersediaan bentuk penampang yang

beragam. Kayu laminasi lem dapat disatukan ujung-ujungnya dengan sambungan

scarf dan finger sesuai panjang yang diinginkan, atau dilem ujung-ujungnya untuk

lebar atau kedalaman yang lebih besar.

II. Balok kayu berserat parallel

Kayu berserat parallel atau disebut Parallel Strand Lumber (PSL) adalah kayu

structural yang dibuat dengan mengikat serat-serat panjang kayu bersama dibawah

panas dan tekanan dengan menggunakan adhesive kedap air. PSL adalah produk

hak milik di bawah merek dagang Parallam, digunakan sebagai balok dan kolom

pada konstruksi kolom-balok dan balok, header, serta lintel pada konstruksi

rangka ringan.

III. Balok kayu veneer berlaminasi

Kayu veneer berlaminasi atau Laminated Veneer Lumber (LVL) adalah produk

kayu yang dibuat dengan mengikat lapisan tripleks secara bersama dibawah panas
41

dan tekanan menggunakan bahan adhesive kedap air. Mempunyai urat serat kayu

arah longitudinal yang seragam menghasilkan produk yang kuat ketika ujungnya

dibebani sebagai balok atau permukaannya dibebani sebagai papan.LVL

digunakan sebagai header dan balok .

b. Balok baja

Balok baja menopang dek baja atau papan beton pracetak. Balok dapat

ditopang oleh balok induk (girder), kolom, atau dinding penopang beban.
Balok induk, balok, kolom baja struktural digunakan untuk membangun

rangka bermacam-macam struktur mencakup bangunan satu lantai sampai gedung

pencakar langit. Karena baja structural sulit dikerjakan lokasi ( on-site ) maka

biasanya dipotong, dibentuk, dan dilubangi dalam pabrik sesuai spesifikasi disain.

Hasilnya berupa konstruksi rangka struktural yang relatif cepat dan akurat. Baja

structural dapat dibiarkan terekspos pada konstruksi tahan api yang tidak

terlindungi, tapi karena baja dapat kehilangan kekuatan secara drastic karena api,

pelapis anti api dibutuhkan untuk memenuhi kualifikasi sebagai konstruksi tahan

api.
Balok baja berbentuk wide-flange ( W ) yang lebih efisien secara structural

telah menggantikan bentuk klasik I-beam ( S ). Balok juga dapat berbentuk

channel ( C ), tube structural.

Gambar 3.12 Bentuk Balok Baja


42

(sumber : google.com)

c. Balok beton

Pelat beton yang dicor di tempat dikategorikan menurut bentangan dan bentuk

cetakannya.

Gambar 3.13 Bentuk Balok Beton


(sumber :google.com)

Berdasarkan Fungsinya, balok terdiri atas:

d. Balok dukung girder

Suatu balok yang daya dukungnya perlu ditambahkan dengan cara

menambahkan pelat baja lebar pada bagian sayap atas dan bawah suatu

penampang lintang balok profil.

e. Balok lantai

Suatu balok yang berfungsi menompang balok anak dan balok induk

dalam suatu system struktur lantai.

f. Balok Anak Dan Balok Induk Pada System Lantai

Suatu balok yang berfungsi menompang pelat lantai, dimana pelat lantai

dapat terbuat dari beton, papan kayu, pelat baja, dan aluminium.

g. Balok Atap ( kuda- kuda, kasau dan sebagainya )


43

Balok struktur atap seperti balok gordeng untuk menompang balok kasau,

dan balok kasau menompang balok reng dan sebagainya

Gambar 3.14 Bentuk Balok Kerangka Atap

(sumber : google.com)

h. Balok Spandrel

Balok batas pinggir bangunan dapat dibentuk lengkung, lurus horizontal.

i. Balok Lintel

Balok yang terletak diatas kusen pintu atau jendela, yang berfungsi sebagai

penompang horizontal yang mentransfer beban dinding diatas kusen.

Gambar 3.Bentuk Balok Lintel

(sumber : google.com)
44

j. Balok Pengikat
Berfungsi mentransfer beban vertical maupun lateral kebalok maupun

kekolom struktur.
k. Balok stringer

Balok yang berhubungan langsung kepada system lantai yang ditopang pada

titik sambungan panel lantai-balok rangka batang pada setiap sisi dek pelat

lantai

l. Balok Diaphragms
Balok diantara balok girder pada suatu system struktur rangka batang.

3.2.4 Pendekatan Dimensi Balok

Balok yang memakai bahan beton mempunyai tinggi ± 1/10 sampai

dengan 1/12 panjang bentang, dan mempunyai lebar ½ sampai dengan 2/3 dari

tinggi balok.

Balok yang memakai bahan kayu mempunyai tinggi ± 1/20 panjang

bentang dan mempunyai lebar 5/3 dari tinggi balok. Balok yang memakai bahan

baja mempunyai tinggi 1/25 bentang.

Dimensi balok-balok tersebut tidak mutlak benar, hanya digunakan

sebagai pendekatan kasar saja pada tahap pra-desain bangunan, karena kondisi

diatas masih tergantung pada jarak antara balok dan besarnya beban/ muatan yang

bekerja pada elemen tersebut.

Anda mungkin juga menyukai