Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Merokok adalah salah satu perilaku hidup yang tidak sehat yang dapat merugikan dan

sangat mengganggu bagi diri sendiri maupun orang lain di sekelilingnya khususnya bagi

mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan seperti anak usia di bawah 3tahun

(batita).Padahal mereka yang bukan perokok mempunyai hak untuk menghirup udara

bersih dan bebas asap rokok (Aditama, 2011). Merokok merupakan salah satu kebiasaan

penduduk Indonesia. Kebiasaan tersebut berlaku bagi masyarakat kelas ekonomi bawah

dan kelas ekonomi atas. Perilaku merokok merupakan masalah yang penting dewasa ini.

Bagi sebagian orang, rokok sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup yang tidak dapat

ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari (Thabrany, 2009).

Data WHO (2013) prevalensi penduduk Indonesia yang merokok setiap hari sebesar

29%,sehingga Indonesia menempati urutan pertama se Asia Tenggara dalam hal jumlah

perokok. Indonesia menempati urutan ketiga dunia dalam hal jumlah perokok setelah Cina

dan India dengan perilaku merokok sebesar 36,1 % Global Adults Tobacco Survey

(GATS,2011). Data Global Adults Tobacco Survey (GATS,2011) menunjukkan bahwa

jumlah perokok aktif laki-laki di Indonesia sebesar 67% (57,6 juta) dan pada perokok

perempuan sebesar 2.7%. (2,3 juta). Di Indonesia hasil presentase terbesar yang menjadi

perokok pasif adalah anak usia di bawah tiga tahun 59,1%. Perilaku merokok di Indonesia

terus mengalami peningkatan. Berdasarkan tingkat usia, proporsi terbanyak perokok aktif

setiap hari di Indonesia terjadi pada kelompok usia 33-43 tahun. yaitu sebesar 33,4 % dan

usia 35-40 tahun sebesar (32-2%) . Jika berdasarkan kelompok jenis kelamin, perokok

aktif setiap hari pada laki-laki sebesar 47,5% dan pada perempuan sebesar 1.1% (Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, 2013). Berdasarkan hasil wawancara dengan

masyarakat di wilayah RW 03 Kecamatan Tegal Sari Kelurahan Keputran yang dilakukan

pada awal Januari 2018 sebanyak 454 warga di peroleh 77 % perokok dan 23 % bukan
perokok. Beberapa masyarakat yang telah di wawancara mengatakan merokok sudah

menjadi kebiasaan yang dilakukan setiap harinya.

Peningkatan jumlah perokok ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor

kepribadian, faktor sosial, pengaruh teman,pengaruh orang tua dan dilihat dari banyaknya

promosi dan iklan penarik rokok terhadap konsumen, untuk tetap merokok pada saat ini,

seiring dengan meningkatnya jumlah perokok, maka meningkat pula beban penyakit dan

ekonomi akibat dari konsumsi rokok. (Kementrian Kesehatan RI, 2011)

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mendiskripsikan asuhan keperawatan keluarga pada Tn. B dengan kebiasaan buruk
perilaku merokok di Kelurahan Bulustalan
2. Tujuan khusus
a. Memaparkan ketepatan pengkajian dalam pengelolaan Askep Keluarga pada
Tn.B dengan perilaku merokok di Bulustalan
b. Teridentifikasi diagnosa keperawatan yang tepat dalam pengelolaan askep
keluarga Tn.B dengan masalah kebiasaan perilaku merokok
c. Menjelaskan hasil upaya keperawatan Askep Keluarga dalam pengelolaan
Askep keluarga pada Tn.B dengan Perilaku buruk kebiasaan merokok di
Bulustalan
C. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Bagi institusi pendidikan
a. Dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa
mampu melaksanakan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan
perilaku merokok .
b. Dapat digunakan untuk perbaikan kualitas dalam penyusunan asuhan
keperawatan lainnya pada waktu yang akan datang.
2. Profesi keperawatan
Meningkatkan profesionalitas perawat untuk berperan aktif dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga dalam penanganan melalui terapi
alternatif pada keluarga perokok berat.
3. Bagi masyarakat
Agar masyarakat berfikir kritis tentang kasus perilaku merokok yang dapat
membahayakan kesehatan tubuh sehingga meningkatkan kemampuan keperawatan
keluarga yang antara lain seperti mengenal masalah kesehatan setiap anggota
keluarga .
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Merokok

1. Pengertian Perilaku Merokok

Kegiatan merokok sudah di kenal sejak zaman dulu. Pada awalnya

kebanyakan orang menghisap tembakau dengan menggunakan pipa. Masyarakat

Timur (Eastern Societies) menggunakan air untuk mengurangi asap tembakau

sebelum diinhalasi. Pada tahun 1840-an barulah dikenal rokok, tetapi belum memiliki

dampak dalam pemasaran tembakau. Mendekati tahun 1881 mulai terjadi produksi

rokok secara besar-besaran dengan bantuan mesin. Melalui reklame, rokok menjadi

terkenal dan pada tahun 1920 sudah tersebar ke seluruh dunia. Maka merokok saat ini

merupakan suatu kebiasaan yang dapat dilakukan di manapun, kapanpun dan mampu

memberikan kenikmatan bagi si perokok. Bila telah kecanduan, sangatlah susah untuk

menghentikan kebiasaan merokok (Perwitasari,2006).

Pada hakekatnya merokok adalah menghisap rokok, sedangkan rokok adalah

gulungan tembakau yang dibungkus oleh daun nipah atau kertas (Poerwadarminta,

1983). Sedangkan menurut Aritonang (dalam Perwitasari, 2006) merokok adalah

perilaku yang komplek, karena merupakan hasil interaksi dari aspek kognitif, kondisi

psikologis, dan keadaan fisiologis.

Perilaku sendiri adalah setiap tindakan manusia yang dapat dilihat (Kartono,

2003). Sedangkan pengertian perilaku dalam arti luas adalah mencakup segala sesuatu

10
yang dilakukan atau dialami seseorang. Dalam pengertian sempit, per ilaku dapat

dirumuskan hanya mencakup reaksi yang dapat diamati secara umum atau objektif

(Chaplin, 2002).
Perilaku merokok seseorang secara keseluruhan dapat dilihat dari jumlah

rokok yang dihisapnya. Seberapa banyak seseorang merokok dapat diketahui melalui

intensitasnya, dimana menurut Kartono (2003) intensitas adalah besar atau kekuatan

untuk suatu tingkah laku. Maka perilaku merokok seseorang dapat dikatakan tinggi

maupun rendah yang dapat diketahui dari intensitas merokoknya yaitu banyaknya

seseorang dalam merokok.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok

adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya

dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh

orang-orang disekitarnya.

2. Tipe-tipe Perokok

Menurut Mu’tadin (dalam www.e-psikologi.com) tipe-tipe perokok yaitu:

a. Perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari

dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi.

b. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak

bangun pagi berkisar antara 6 - 30 menit.

c. Perokok sedang menghabiskan rokok 11 – 21 batang dengan selang waktu 31-60

menit setelah bangun pagi.

d. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60

menit dari bangun pagi.

Tipe perokok (Sitepoe dalam Perwitasari, 2006) yaitu :

a. Perokok ringan, merokok 1-10 batang sehari.

b. Perokok sedang, merokok 11-20 batang sehari.

c. Perokok berat, merokok lebih dari 24 batang sehari.


Tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory (Tomkins dikutip

Mu’tadin dalam www.e-psikologi.com) adalah:

a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Menurut Green tiga sub tipe ini

adalah:

1) Pleasure relaxation, adalah perilaku merokok untuk menambah atau

meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah

minum kopi atau makan.

2) Stimulation to pick them up adalah perilaku merokok yang dilakukan

sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

3) Pleasure of handling the cigarette adalah kenikmatan yang diperoleh dengan

memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan

menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk

menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok

lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya

lama sebelum ia nyalakan dengan api.

b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, misalnya bila ia

marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.

c. Perilaku merokok yang adiktif (psychological addiction) adalah perilaku dengan

menambahkan dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok

yang dihisapnya berkurang.

d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok

sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena

benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin atau tanpa dipikirkan dan tanpa

disadari.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan tipe perokok dapat

dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan intensitas merokok yang dilihat dari

banyaknya jumlah rokok yang dihisap dalam satu hari dan berdasarkan keadaan yang

dialami perokok.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya, namun masih banyak

orang yang melakukannya termasuk wanita. Menurut Levy (dalam Nasution, 2007)

setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya

disesuaikan dengan tujuan mereka merokok. Lewin (dalam Komasari dan Helmi,

2000) perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya

perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan oleh

faktor lingkungan.

Mu’tadin (dalam Aula, 2010) mengemukakan alasan seseorang merokok,

diantaranya:

a. Pengaruh orang tua

Menurut Baer dan Corado, individu perokok adalah individu yang berasal dari

keluarga tidak bahagia, dimana orang tua tidak memperhatikan anak-anaknya

dibandingkan dengan individu yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang

bahagia. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada individu yang tinggal dengan

satu orang tua (Single Parent). Individu berperilaku merokok apabila ibu mereka

merokok dibandingkan ayah mereka yang merokok. Hal ini terlihat pada wanita.

b. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan semakin banyak individu merokok maka semakin

banyak teman-teman individu itu yang merokok, begitu pula sebaliknya.

c. Faktor kepribadian
Individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan

dari rasa sakit atau kebosanan.

d. Pengaruh iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa

perokok adalah lambang kejantanan atau glamour membuat seseorang seringkali

terpicu untuk mengikuti perilaku yang ada di iklan tersebut.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen (dalam Nasution, 2007) tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu :

a. Faktor Biologis

Banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah

satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok. Pendapat

ini didukung Aditama (1992) yang mengatakn nikotin dalam darah perokok

cukup tinggi.

b. Faktor Psikologis

Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa

kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat

memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering

bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit dihindari.

c. Faktor Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan perhatian

individu pada perokok. Seseorang berperilaku merokok dengan memperhatikan

lingkungan sosialnya.

d. Faktor Demografis

Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia

dewasa semakin banyak (Smet, 1994) akan tetapi pengaruh jenis kelamin zaman
sekarang sudah tidak terlalu berperan karena baik pria maupun wanita sekarang

sudah merokok.

e. Faktor Sosial – Kultural

Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, dna gengsi pekerjaan akan

mempengaruhi perilaku merokok pada individu (Smet, 1994).

f. Faktor Sosial – Politik

Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang

bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan

kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok.

Merokok menjadi masalah yang bertambah besar bagi negara-negara berkembang

termasuk Indonesia (Smet, 1994).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok yaitu faktor dari dalam diri

individu dan juga dari lingkungan.

4. Dampak Merokok

a. Dampak merokok bagi kesehatan

Menurut studi prospektif yang dilakukan Rosenman timbulnya penyakit

jantung koroner lebih tinggi 50 % bagi individu yang merokok kira-kira 12

batang sehari dan 200 % bagi individu yang merokok lebih dari 12 batang sehari

(Sarafino dalam Perwitasari, 2006).

Asap rokok mengandung nikotin yang merupakan salah satu bahan kimia

berminyak yang tidak berwarna dan salah satu racun yang cukup keras. Selain itu

di dalam asap rokok terdapat karbon monoksida, amonia, dan butan (Amstrong,

1992). Efek toleran yang disebabkan oleh nikotin sesungguhnya relatif ringan,

tetapi sifat adiktifnya dapat menyebabkan tubuh tergantung dan termanifestasi


dalam bentuk pusing-pusing, mudah gugup, lesu, sakit kepala, dan perasaan

cemas (Theodorus dalam Perwitasari, 2006).

Berdasarkan “Teori Dampak Merokok”, nikotin dapat memacu jantung

menyebabkan relaksasi pada otot-otot skeleton. Secara subyektif, nikotin

memiliki kapasitas berlawanan untuk memproduksi rasa ketergantungan dan

relaksasi serentak (Taylor, 1995).

Merokok memiliki efek sinergis pada faktor beresiko kesehatan lainnya,

yaitu memperluas dampak faktor resiko lainnya yang berkenaan dengan

kesehatan (Dembroski & Mac Dougal dalam Shelly, 1995). Nikotin

menghasilkan efek rangsang pada sistem jantung pada orang yang memiliki

kerusakan jantung maupun yang tidak memiliki kerusakan jantung. Kematian

mendadak pada perokok, dapat diakibatkan dari kurang baiknya aliran darah

karena pembuluh darah yang berkerut dan terhalangi pada detak jantung yang

dihasilkan oleh naiknya sirkulasi catecholamine (Benowitz dalam Shelly, 1995).

Nikotin dapat juga menyebabkan kekejangan pembuluh arteri (vasopasm) pada

orang yang menderita penyakit atherosclerotic (Pomerlau dalam Shelly, 1995).

Merokok dapat menyebabkan penyakit jantung koroner karena ketika

seseorang merokok denyut jantungnya semakin cepat, sedangkan pemasokan zat

asam yang diperlukan oleh jantung kurang dari normal. Merokok dapat memicu

terjadinya trombosis koroner atau serangan jantung karena bekuan darah yang

menutup salah satu pembuluh darah utama yang memasok jantung, hal ini

disebabkan oleh nikotin yang mengganggu irama jantung yang teratur dan

membuat darah dalam tubuh menjadi lengket. Asap rokok ketika merokok dapat

menyebabkan bronkitis (Amstrong, 1992).


Merokok dapat memicu berbagai macam penyakit lainnya yang

digolongkan bersama sebagai penyakit paru-paru kronis yang merintangi lebih 80

% kasus penyakit paru-paru di Amerika Serikat (Oskamp et al dalam Smet,

1994).

Bahaya merokok tidak dibatasi hanya pada perokok saja. Penelitian pada

perokok pasif yang berhubungan langsung dengan perokok menunjukkan bahwa

pasangan perokok, anggota keluarga perokok, dan rekan kerja memiliki resiko

terkena berbagai gangguan kesehatan (Marshal dalam Shelly, 1995)

b. Dampak merokok secara psikologis

Dalam (Sarafino, 1990) mengatakan akibat dari merokok adalah agar

seseorang dapat :

1) Memperoleh perasaan positif seperti rasa santai, rasa senang, atau sebagai

penambah semangat.

2) Mengurangi perasaan yang negatif seperti rasa cemas atau rasa tegang.

3) Sudah menjadi suatu kebiasaan.

4) Sebagai obat dari ketergantungannya secara psikologis yang mengatur keadaan

emosional, baik yang positif maupun yang negatif.

Seseorang merokok karena ketagihan nikotin dan tanpa nikotin hidupnya

terasa hampa. Mereka menjadi terbiasa untuk merokok agar dapat merasa santai

dan mereka menikmatinya sewaktu merokok. Perilaku merokok telah menjadi

bagian dari perilaku sosial mereka, secara tidak langsung tanpa merokok mereka

akan terasa hampa dan merokok merupakan penopang bermasyarakat. Mereka

yang pemalu perlu mengambil tindakan tertentu untuk menutupi perasaan

malunya di hadapan orang lain dengan merokok (Amstrong, 1992).


Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, merokok berdampak pada

kesehatan dan psikologis seseorang. Merokok bagi kesehatan dapat menyebabkan

kanker paru-paru, bronkitis, penyakit jantung, sedangkan dampak psikologis

merokok dapat menyebabkan ketergantungan secara psikis.

5. Tempat Merokok

Menurut Mu`tadin (2002) tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku

perokok. Berdasarkan tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat

digolongkan atas :

a. Merokok di tempat-tempat umum atau ruang publik

1) Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka

menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain,

karena itu mereka menempatkan diri di smooking area.

2) Kelompok yang heterogen (merokok di tengah orang-orang lain yang tidak

merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lain-lain). Mereka yang

berani merokok ditempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak

berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama. Bertindak kurang

terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka tega menyebar “racun”

kepada orang lain yang tidak bersalah.

b. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi.

1) Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-tempat

seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang

menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang mencekam.


2) Di toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka

berfantasi.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tempat

merokok dibedakan menjadi dua yaitu merokok di tempat umum dan tempat

pribadi.

6. Aspek-Aspek Perilaku Merokok

Menurut Kumalasari (dalam Triyono,2004) ada empat prediktor dalam

mengukur perilaku merokok seseorang, yaitu :

a. Aktivitas merokok adalah seberapa sering individu melakukan aktivitas yang

berhubungan dengan perilaku merokoknya (menghisap asap rokok, merasakan

dan menikmatinya)

b. Tempat merokok adalah dimana individu melakukan aktivitas merokoknya

(rumah, sekolah, jalan, dan lain-lain).

c. Waktu merokok adalah kapan (pada momen-momen apa saja) individu

melakukan aktivitas merokoknya.

d. Fungsi merokok, yaitu seberapa penting aktivitas merokok bagi diri si perokok

dalam kehidupannya sehari-hari dan makna merokok itu sendiri bagi individu

yang bersangkutan.

Menurut Rasmiyati (dalam Triyono, 2004) aspek-aspek perilaku merokok antara

lain :

a. Aktivitas individu yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, diukur

melalui intensitas merokok, tempat merokok, waktu merokok dan fungsi merokok

dalam kehidupan sehari-hari.

b. Sikap permisif orangtua terhadap perilaku merokok yaitu bagaimana penerimaan

keluarga terhadap perilaku merokok.


c. Lingkungan teman sebaya, yatu sejauh mana individu mempunyai

teman sebaya yang merokok dan memiliki penerimaan positif

terhadap perilaku merokok.

d. Kepuasan psikologis, yaitu efek yang diperoleh dari merokok yang

berupa keyakinan dan perasaan yang menyenangkan.

Senada dengan pendapat diatas, menurut Aritonang (dalam

Nasution, 2007) perilaku merokok memiliki beberapa aspek sebagai

berikut :

a. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari

Erickson mengatakan bahwa merokok berkaitan dengan masa

mencari jati diri pada diri remaja. Silvans & Tomkins mengatakan

bahwa fungsi merokok ditunjukkan dengan perasaan yang dialami si

perokok, seperti perasaan yang positif maupun perasaan negatif.

b. Intensitas merokok

Smet mengklasifikasikan perokok berdasarkan banyaknya rokok

yang dihisap, yaitu :

1) Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam


sehari.

2) Perokok sedang yang menghisap 5 – 14 batang rokok dalam


sehari.

3) Perokok ringan yang menghisap 1 – 4 batang rokok dalam sehari.

c. Tempat merokok
Menurut Mu`tadin tipe perokok berdasarkan tempat ada dua yaitu :

1) Merokok di tempat-tempat umum/ruang publik.

2) Merokok di tempat-tempat pribadi


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn “B”


DENGAN PERILAKU MEROKOK

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. IDENTIFIKASI DATA
1. Nama Kepala keluarga : Tn. B
2. Usia : 45 tahun
3. Alamat : Bulustalan 3B
4. Pekerjaan :-
5. Pendidikan : SD
6. Tanggal Pengkajian : 6 Oktober 2019
7. Komposisi Keluarga :

No Nama Jenis kelamin Hub dg KK Umur Pendidikan Pekerjaan Ket

1 Tn.B Laki-laki KK 45 Th SD -
2 Ny.S Perempuan Istri 40 Th SMP Pedagang
3 An.R Perempuan Anak 14 Th SMP Pelajar
4 An.R Perempuan Anak 10 Th SD Pelajar

Genogram

Tn.P Ny. Tn. K Ny.


P W A

Tn.L Tn. B Ny.S Ny. Tn.S


Ny.S
S

An. An.
R R
Keterangan

: laki-laki

: perempuan

: pasien

: Meninggal

: tinggal serumah

8. Tipe keluarga
Ny.S berkata,“Saya tinggal bersama suami dan kedua anak saya” Tipe
keluarga Tn.B adalah keluarga tradisional dengan jenis nuclear family
atau keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
9. Latar belakang kebudayaan
Ny.S berkata,“Kami semua orang jawa, saya dari kendal dan suami
saya orang asli sini” kalau ada keluarga sakit biasanya beli obat
warung. Kami percaya dengan obat-obatan tradisional.
10. Identifikasi religius
Agama Tn.B dan keluarga adalah Islam.
Ny.S berkata,“ Kegiatan keagamaan yang rutin dilakukan dirumah dan
di masyrakat, dirumah : keluarga melakukan ibadah/ berdoa. Di
masyarakat : Sering mengikuti acara yang diadakan di Masjid”
11. Status Kelas Sosial
Ny.S berkata,“ Jika Tn.B tidak bekerja hanya mengandalkkan jualan
penyetan” Untuk menghidupi keluarga dari jualan penyeten. Hasil
jualan tersebut cukup untuk menghidupi keluarga sehari – hari.
12. Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga hanya mengisi waktu luang dengan menonton tv dan kadang
ikut berkumpul dengan tetangga. Keluarga memiliki waktu untuk
barkumpul dan berkomunikasi secara santai pada saat nonton tv pada
malam hari.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga
Ny.S berkata,“ Anak pertama saya usianya sekarang 14 tahun dan anak
keduanya umur 10 tahun”. Tahap perkembangan keluarga saat ini
adalah tahap anak usia sekolah
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tidak ada tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
Tn. B Sedangkan tugas keluarga yang belum optimal dicapai sampai
saat ini adalah merawat kesehatan keluarga, dimana Ny. S menderita
asam urat yang memerlukan perawatan dan perhatian khusus.
Walaupun Ny. S sudah periksa ke klinik untuk asam urat tetapi saat ini
Ny.S kadang kala merasakan daerah sendi-sendi terasa sakit dan Ny.S
sering mengabaikannya dan tidak memeriksakannya lagi. dan Tn B
mengatakan jika tn.b mempunyai kebiasaan merokok 1 hari bisa
menghabiskan 1-2 bungkus rokok, Tn.B pernah mempunyai keinginan
berhenti merokok tetapi tidak bisa
3. Riwayat keluarga inti
a) Riwayat keluarga saat ini
Ny.S berkata,“ Alhamdulillah semua sehat, tetapi saya mempunyai
asam urat, sendi-sendi saya rasanya sakit saat pagi dan sudah
melakukan pemeriksaan 2 minggu yang lalu kata dokter terkena asam
urat”
b) Riwayat Penyakit Keturunan
Kedua orangtua dari Tn. B sudah meninggal tidak karena sakit ataupun
kecelakaan. Sebelumnya anak dari Tn. B belum pernah mengalami
sakit. Kemudian penyakit lain yang pernah dialami selama 2 tahun
terakhir hanyalah batuk dan flu biasa.
c) Riwayat kesehatan masing-masing keluarga
N Nam Umu B Keadaa Imunisasi Masala Tindaka
o a r B n (BCG/Poli h n yang
kesehat o/ kesehat telah
an DPT/HB/ an dilakuk
campak) an
1. Tn.B 45 71 Ada campak Perilaku Tidak
th masalah Meroko ada,
k Mencob
a
berhanti
meroko
k tapi
gagal
2. Ny.S 40 60 Ada campak Asam Kaki di
th masalah urat rendam
air
hangat
3. An. 14 35 Baik Lengkap -
R th
4. An. 10 28 Baik Lengkap - -
R th

C. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Bangunan rumah terdiri dari 1 lantai. Ukuran 4x6. Terdiri dari 1 ruang
tamu yang jadi satu dengan ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 kamar
mandi, 1 ruang dapur. Bangunan rumah permanen. Lantai rumah
terbuat dari semen (pelur) dengan keadaan cukup bersih dan penataan
alat dan perabotan rumah tangga cukup rapi, kamar tidur tidak
memiliki jendela dan penerangan yang kurang, dan terdapat warung
kecil di depan rumah dan rumah berhempitan dengan rumah tetangga.
Berikut adalah gambar denah dari hasil pengkajian yang kami lakukan
di rumah Tn. B :

U
Keterangan :
B C D
A. R.tamu
F B. Kamar tidur
A E C. Kamar tidur
G D. Kamar manndi
E.Dapur/ruang makan
F. Teras
G. Warung

2. Karakteristik tetangga dan komunitas


Ny. S mengatakan “hubungan dengan tetangga sekitar baik dan
komunikasi dengan tetangga juga baik “. Ny. S mengatakan “selalu
mengkuti kegiatan di kampung”.
Tn. B mengatakan “ saya sering merokok dengan teman-teman saya di
lingkungan tempat tinggal saya mbak karena mayoritas lingkungan
saya bapak-bapaknya perokok dan saya merokok selain di luar rumah
juga di dalam rumah mbak”
3. Mobilitas geografis keluarga.
Kurang lebih sekitar 45 tahun dengan suku yang dianutnya adalah suku
jawa, Tn.B tinggal menetap di bulustalan.
Alat transportasi yang terdapat didaerah bulustalan sudah banyak
seperti angkutan kota, bis, ojek, becak, dan yang bisa masuk
khususnya di daerah rumah Tn.B ojek, mobil. Tetapi biasanya keluarga
Tn.B menggunakan kendaraaan motor untuk melengkapi kebutuhan
sehari-hari.
D. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi
Dalam berkomunikasi sehari-hari Tn. B dan seluruh anggota keluarga
menggunakan 2 campuran bahasa kadang-kadang bahasa jawa kadang
bahasa indonesia. Dan jika ada masalah di selesaikan bersama.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Di dalam keluarga yang berperan mencari nafkah adalah Ny. S, dan
Tn. B hanya di rumah tidak bekerja.
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. B tidak mengikuti perkumpulan di daerahnya. Hanya
berinteraksi sewajarnya dengan orang dekat rumahnya.
4. Sistem pendukung Keluarga
Secara materi penghasilan Ny. S sebagai penjual penyetan belum
mencukupi kebutuhan sandang, terutama jika sang anak merengek
meminta mainan yang sedang booming seperti temannya. Ny. S
menyampaikan hanya membeli baju baru dengan harga yang cukup
mahal hanya satu tahun sekali, selainnya jarang membeli baju baru.
Tidak ada penhasilan lain dari sang suami karena Tn. pengangguran.

E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. B merupakan keluarga sederhana. Ny. S sangat
menyayangi anak dan suaminya, begitu juga sebaliknya. Walaupun
Ny. S mengambil alih peran suaminya yan penangguran ia tetap
menghormati dan menghargai Tn. B sebagai suaminya. Ny. S juga
mengjarkan anaknya untuk menghormati orang lain.
2. Fungsi Sosial
Keluarga Tn. B mengajarkan komunikasi sosial yang baik pada
anaknya. Tn. B dan Ny. S mengatakan untuk mengajrkan anaknya cara
bersosialisasi dengan orang lain yaitu dengan memberikan kebebasan
anaknya untuk bermain dengan tetangga sekitarnya. Ny. S juga
memperbolehkan ke-2 anaknya untuk mengikuti TPQ di dekat
rumahnya.
3. Fungsi Peraatan Kesehatan
pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganannya:
a) Mengenal Masalah
Saat dikaji keluarga Tn. B dalam keadaan sehat semua.
b) Mengambil Keputusan
Keluarga Tn. B sudah mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatan yang terjadidi keluarganya. Pada saat anak
pertamanya diare hingga keadaannya lemas Ny. S langsung
membaanya ke klinik dekat rumahnya.
c) Merawat Anggota Yang Sakit
Ny. S mengatakan sudah optimal dalam melakukan perawatan
pada keluarganya yang sakit baik secara tradisional maupun secara
medis.
d) Menggunakan Fasilitas kesehatan yang ada
Keluarga Tn. B sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
4. Fungsi reproduksi
Tn. B dan Ny. S sudah memiliki 2 anak yang berjenis kelamin
perempuan semua. Anak pertama SMP dan anak kedua masih SD.
5. Fungsi Ekonomi
Ny. S merupakan penjual penyetan sederhana dan membuka warung di
depan rumahnya. Pengahsilannya tidak tentu tergantung bahan mentah
yang di siapkan, kadang-kadang 300-400 ribu perhari. Untuk Tn. B
tidak bekerja, ia hanya pengangguran yang kadang-kadang ikut dengan
orang-orang pasar Bulu untuk menjaga pintu masuk pasa. Ny. S
mengatakan untuk soal makan inshaallah sudah tercukupi, tetapi untuk
sandang dan papan belum semua tercukupi.

F. Stress dab Koping Keluarga


1. Stresor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka panjang yang di rasakan keluarga Tn.B. adalah
masalah perekonomian keluarga, sedangkan stresor jangka pendeknya
adalah masalah kesehatan kedua putrinya karena kebiasaan merokok
suaminya.
2. Kemampuan Keluarga berespon terhadap masalah
Keluarga Tn.B mengatakan jika merasa badannya tidak fit maka
hanya istirahat.
3. Strategi Koping yang Digunakan
Ny. S mengatakan apabila ada masalah yang muncul akan di
musyaarahkan secara bersama hingga mencapai titik terang.
4. Strategi Adaptasi Disfungsional
Setiap adala masalah yang terjadi di keluarganya Tn. B menyelesaikan
sampai tuntas,kadang juga terjadi perselisihan pendapat dan beradu
mulut jika sudah membahasa tentang perekonomian keluarga.

G. Pemeriksaan fisik
PEM. FISIK Ny.S TN.A AN.RA AN.RZ
TEKANAN 110/90 MmHg 120/80 MmHg 90/80 MmHg 100/90
DARAH 80xmenit 82x/menit 80x/menit MmHg
HR 36,7 C 36,5 C 36,5 C 83x/menit
SUHU 20 x/Menit 20x/menit 22x/menit 36,0 C
RR 20x/menit
Bersih, hitam, Bersih, hitam, Bersih, hitam,
Rambut lurus dan panjang potongan cepak panjang dan Bersih,
ikal hitam,
Konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis pendek.
Tidak anemis
Sklera Ikterik Ikterik Tidak anemis
Ikterik
Hidung Bersih, tidak Bersih, tidak Ikterik
epistaksis epistaksis Bersih, tidak
epistaksis Bersih, tidak
Bersih, tidak Bersih, tidak ada epitaksis
terdapat lesi, lesi. Bersih, tidak
Telinga pendengaran Pendengarana ada lesi, Bersih, tidak
normal normal pendengaran ada lesi,
normal pendengaran
Mukosa bibir normal
mulut lembap Mukosa bibir Mukosa bibir
kering, nafas lembap Mukosa bibir
berbau, bibir lembap
menghitam, gigi
menguning
Tidak ada lesi,
tidak ada Tidak ada lesi, Tidak ada lesi,
leher pembesaran tidak ada tidak ada Tidak ada
kelenjar thyroid pembesaran pembesaran lesi, tidak ada
kelenjar thyroid kelenjar pembesaran
thyroid kelenjar
thorax thyroid
a. Paru Bentuk dada
b. Jantung simetrsis Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada
simetris simetris simetris

Warna kulit
Integument kecoklatan, Warna kulit Warna kulit Warna kulit
anggota gerak kecoklatan, kecoklatan, kecoklatan,
lengkap, tidak ada anggota gerak anggota gerak anggota
edema lengkap, tidak ada lengkap, tidak gerak
edema ada edema lengkap,
abdoment tidak ada
Tidak ada acites, Tidak ada acites, Tidak ada edema
dinding perut lebih dinding perut acites, dinding
rndag dari dinding lebih rendah dari perut lebih Tidak ada
dada dinding dada. rendah dari acites,
dinding dada. dinding perut
lebih rendah
dari dinding
dada.

H. Harapan
Ny.S berharap keluarganya selalu sehat wal afiatt. Petugas kesehatan juga
bisa memberikan pelayanan yang baik,cepat, dan tepat. Dan harapan yang
lain semoga tidak mebeda bedakan seseorang dalam meberikan pelayanan
kesehatan baik yang kaya dan yang miskin.
I. Analisa data
NO ANALISA DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : Penyakit asam urat Ketidakefektifan
 Ny. S mengatakan manajemen
sendinya sering kesehatan
merasakan sakit
pada saat dipagi
hari
 Ny.S mengatakan
saat melakukan
pemeriksaan 2
minggu yang lalu
di klinik kata
dokter terkena
asam urat
 Ny.S mengatakan
jika sudah tidak
bisa menahan sakit
keluarga Ny.S
memeriksakannya
ke klinik
 Ny.S mengatakan
sering membirkan
penyakit
keluarganya jika
tidak terlalu sakit
 Ny.S mengatakan
sering
mengkonsumsi
obat warung
DO :
 Klien tampak
memakai koyo

2
Ds : merokok Perilaku kesehatan
 Tn.B mengatakan cenderung
sehari bisa beresiko
menghabiskan 1-2
bungkus rokok
 Tn.B mengatakan
sudah mengetahui
bahaya merokok
tapi sulit untuk
menghindari dan
pernah mempunyai
berhenti merokok
tetapi tidak bisa
kendalanya ketika
berkumpul
bersama teman
hasrat ingin
merokok timbul
lagi
Tn.B mengatakan
jika merokok di
sembarang tempat
kadang dalam
rumah, kadang luar
rumah
Do :
 Tekanan darah
normal 120/90
mmhg
 Bibir menghitam
 Gigi terlihat
menguning
 Gigi berlubang

J. Diagnosa Masalah
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada ny.s berhubungan dengan
kurang pengetahuan penyakit asam urat
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada Tn.B berhubungan dengan
merokok
K. Scoring Masalah
Untuk menentukan skala prioritas pemecahan masalah dalam rencana
perawatan keluarga Tn. B terlebih dahulu dibuat sistem skoring masalah
kesehatan sebagai berikut :
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada Ny. S berhubungan
dengan penyakit asam urat
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenahan

1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Masalah Asam urat sudah terjadi,


1.aktual (3) Keluarga Tn.B sudah mengetahui
kalau penyakit yang dialami oleh
2. resiko tinggi (2)
Ny. S adalah asam urat tetapi
3. potensial (1)
keluarga belum paham tentang
penyebab, cara menstabilkan,
akibat dan cara menanganinya..

2. Kemungkinan masalah dapat 2/2x 2 2 Keluarga antusias sekali untuk


diubah mengetahui tentang penyakit asam
1.tinggi (2) urat yang terjadi pada Ny. S dan
perawat mampu untuk
2. sedang (1)
memberikan informasi mengenai
3. rendah (0)
asam urat

3. Potensi untuk mence-gah 2/3 x 1 2/3 Keluhan tentang penyakit asam


masalah urat yang Ny. S rasakan sudah
1. Mudah (3) lama tetapi baru memeriksakannya
2. Cukup (2) 2 minggu yang lalu
3. Tidak dapat (1)
4. Menonjolnya masalah 0/2 x 1 0 Keluarga menyadari adanya
1. Masalah dirasakan dan perlu masalah tetapi tidak didukung
penanganan segera. (2) dengan pemahaman yang ade-kuat
2. Masalah di rasakan, tidak tentang karakteristik penyakit .
perlu di tangani segera (1)
3. Masalah tidak dirasakan (0)
Total Skor 3 3
2/3
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada Tn.B berhubungan dengan
merokok

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenahan

1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Tn.B saat ini tidak merasakan


1. Actual (3) gejala sakit apapun dengan
2. Resiko tinggi (2) kebiasaannya merokok 1-2
3. Potensial (1) bungkus per hari.
2. Kemungkinan masalah dapat 1/2 x 1 1/2 Tn.B sudah pernah berniatan
diubah berhenti merokok tetapi tidak
1. Tinggi (2) bisa karena lingkungannya
2. Sedang (1) juga mendukung
3. Rendah (0)
3. Potensi untuk mence-gah 2/3 x 1 2/3 Tn.B belum ada cara untuk
masalah mencegah hanya mempunyai
1. Mudah (3) niatan saja
2. Cukup (2)
3. Tidak dapat (1)
4. Menonjolnya masalah 0/2 x 1 0 Keluarga menganggap tidak
1. Masalah dirasakan dan ada masalah, karena kebiasaan
perlu penanganan segera (2) merokok Tn.B dianggap biasa
2. Masalah dirasakan, tidak terjadi
perlu di tangani segera (2)
3. Masalah tidak di rasakan
(0)
Total Skor 13/6 = 2 1/6

L. PRIORITAS MASALAH
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada ny.s berhubungan
dengan kurang pengetahuan penyakit asam urat
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada Tn.B berhubungan
dengan merokok

M. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa Tujuan
Keperawatan Umum Khusus NIC NOC
Keluarga
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Setelah 1. - Dalam 1 - Pengajaran proses
kesehatan pada tindakan dilakukan jam Ny S penyakit ( 5602 )
Ny S keperawatn tindakan dapat 1. Review
berhubungan selama 3 hari keperawatan menyebutkan pegetahuan Ny S
dengan penyakit diharapkan ny.s selama 3 hari 4 dari 6 tentang kondisi
asam urat dapat mengelola Ny S dapat gejala saat ini
asam urat mengetahui - Dalam 1 2. Jelaskan tanda
perawatan jam Ny S dam gejala asam
asam urat menyebutkan urat
2 dari 3 3. Jelaskan penyebab
penyebab asam urat
makanan 4. Identifikasi
tinggi purin penyebab asam
dari asam urat dan
urat tingkatkan
- Dalam 1 pentingnya
jam Ny S perawatan secara
menyebutkan berkala
5 dari -Pengajaran peresapan
perawatan diet ( 5614 ) :
asam urat * Informasikan jenis
- Dalam 3 makanan tinggi yang
hari Ny S dihindari penderita asam
menyebutkan urat
takaran yang -Pengajaran peresapan
tepat dalam obat-obatan ( 5616 )
pembuatan * Jelaskan cara
rebusan daun pembuatan rebusan daun
salam salam
2. perilaku Setelah dilakukan
1. Setelah dilak - Dalam 1
kesehatan pertemuan selama ukan tindakan jam Tn B
cenderung 3 hari masalah keperawatan dapat
beresiko perilaku selama 3 hari menyebutkan
berhubungan kesehatan Tn B dapat 3 dari 24
dengan merokok cenderung mengetahui kandungan
pada tn B merokok dapat kandungan dan rokok
menunjukan bahaya - Dalam 1
perilaku berhenti merokok jam Tn B
merokok dapat
menyebutkan
5 dari 7
bahaya rokok
- Dalam 3
hari Tn B
mengikuti
terapi Pendidikan Keshatan (
bantuan 5510 )
berhenti 1. Tentukan
merokok dan pengetahuan
mampu kesehatan dan
menolak gaya hidup
tawaran perokok saat ini
untuk 2. Informasikan
merokok kandungan rokok
- yang
membahayakan
tubuh
3. Tekankan manfaat
positif berhenti
merokok dan efek
negatif
penggunaan rokok
4. Gunakan media
bantu seperti
video interaktif
ataupun leafleat
Bantuan Penghentian
Rokok
1. Catat status dan
riwayat merokok
Tn B
2. Bantu merokok
mengembangkan
metode Seft

N. IMPLEMENTASI
Tgl No. Diagnosa IMPLEMENTASI RESPON / Evaluasi TTD
Dx Formatif

6 1 Ketidakefektifan Menggali pegetahuan NyS S : Ny.s berkata , “


okt kesehatan pada Ny S S tentang kondisi saat ini sebelumnya saya tidak
2019 berhubungan dengan begitu paham dengan
penyakit asam urat penyakit asam urat.
D O : Klien tampak masih
belum paham tentang
penyakit Asam urat

Menjelaskan tanda dan S : Ny.s berkata, tidak


gejala asam urat kepada mengethaui tanda dan
Ny.S gejala asam urat
O : Ny.s terlihat sangat
antusias ketika diberi
penjelasan oleh peawat.

Menjelaskan penyebab S : ny.s berkata sering


asam urat kepada Ny.S mengkonsumsi makanan
berlemak dan sering
mngontol kesehatnnya di
puskesmas
O: klien terlihat aktif
bertanya saat dinelaskan

Menjelaskan S : Ny. S mengatakan


pentingnya perawatan hanya memeriksakan
secara berkala tentang sakitnya jika sudah parah
asam urat O : Ny. S tampak
mendengarkan dengan
seksama dan kooperatif.

menjelaskan makanan S : ny.s berkata apa saja


apa saja yang harus yang harus dihindari agar
dihindari penderita asam asam uratnya tidak
urat kambuh
O : ny.s terlihat kooperatif
saat dijelaskan.
Menjelaskan terapi S : Ny. S mengatakan jika
komplementer yang dapat asam uratnya kambuh di
dilakukan di rumah rendam air hangat.
secara mandiri. O : klien tampak
kooperatif

7 2 Perilaku kesehatan Memberikan pendidikan S : Pasien mengatakan


Okt cenderung berisiko kesehatan mengenai Sudah mengetahui
2019 berhubungan dengan lingkungan sehat . mengenai pola hidup sehat
merokok pada Tn A dan cara menghindari
merokok
O : Pasien terlihat Aktif
bertanya saat dilakukan
pendidikan kesehatan
mengenai terapi merokok

Memberi pendidikan S: klien mengatakan


kesehatan tentang mengetahui bahaya
bahaya, penyebab, dan merokok.
dampak merokok O : klien sudah mampu
menyebutkan beberapa
bahaya, dampak merokok.

mengajarkan cara S : Tn.a berkata bagaimana


menghindari rokok cara menghindari rokok
O : terlihat yakin bisa
menghindari rokok

mengajarkan pola hidup S : Tn. A berkata dia


sehat tanpa rokok terbiasa terbiasa
menghabiskan sehari 1
bungkus rokok
O: terlihat kooperatif

Mengajarkan teknik Seft S : Tn. A menatakan


pada klien sebagai terapi belum mengetahui terapi
untuk menghilangkan SEFT
kecanduan merokok. O : terlihat sangat
bersemangat ketika
dijelaskan alternatif
tersebut dan bersedia di
ajarkan SEFT.

Menyarankan klien untuk S : klien mengatakan mau


konsultasi dengan ahli untuk konsultasi tetapi
terapis untuk membantu terkendala biaya.
berhenti merokok O : klien tampak
kooperatif dan antusias.
O. EVALUASI
No Tgl Diagnosa Evaluasi
1 6 okt Ketidakefektifan S : Ny.S mengatakan sudah mengetahui mengenai
2019 kesehatan pada Ny S penyakit asam urat yang dideritanya
berhubungan dengan Ny.S mengatakan sudah mengetahui apa penyebab
penyakit asam urat dari asam urat
Ny.S mengatakan sudah mengetahui jenis makanan
apa saja yang perlu dihindari
O : TD : 120/90 mmhg
Pasien terlihat kooperatif saat dijelaskan oleh
perawat
A : Masalah keperawatan keluarga Ny.S belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi

2 08-10- Perilaku kesehatan S : pasien mengatakan Sudah mengetahui


2019 cenderung berisiko mengenai bahaya dan dampak merokok.
berhubungan dengan O : pasien tampak masih merokok.
merokok pada Tn A A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Merokok adalah salah satu perilaku hidup yang tidak sehat yang dapat
merugikan dan sangat mengganggu bagi diri sendiri maupun orang lain di
sekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok
rentan seperti anak usia di bawah 3tahun (batita).Padahal mereka yang bukan
perokok mempunyai hak untuk menghirup udara bersih dan bebas asap rokok
(Aditama, 2011). Merokok merupakan salah satu kebiasaan penduduk
Indonesia. Kebiasaan tersebut berlaku bagi masyarakat kelas ekonomi bawah
dan kelas ekonomi atas. Perilaku merokok merupakan masalah yang penting
dewasa ini. Bagi sebagian orang, rokok sudah menjadi kebutuhan dan gaya
hidup yang tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari (Thabrany,
2009).

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya
bagi pembaca pada umumnya. Namun penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam
penulisan maupun penyusunannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah.
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather.2018.NANDA-I diagnosis keperawatan.Jakarta:EGC

Moorhead, Sue, Marion Johnson.2013.NOC Nursing Outcomes

Clasification.Elseiver

Bulechek, Gloria M, Howard K. Buther.2013.NIC Nursing Interventioons

Clasification.Elseiver

Anda mungkin juga menyukai