Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN TUTORIAL BLOK 7

“ Sistem Petahanan Tubuh dan Infeksi ”

KELOMPOK 10

Tutor Pembimbing : dr. Budi Utama, M.Biomed

Nama Anggota :

Hana Sulistia 702018049

Ahmad Muchlisin 702018003

Elva Diana Miswandi 702015006

Marta Adi Chandra 702014048

Nuryani Rahmania Hamidiyah 702018037

Haura Zatty Alifah 702018061

Tamdry Zatara 702018081

Annisa Dwi Yosita 702018022

Laila Rahmawati 702018087

Afrah Nuria Zulkarnaen 702018071


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario E Blok 7 Semester 2. Shalawat
seiring salam selalu tercurah kepada junjungan kita,nabi besar Muhammad SAW beserta para
keluarga,sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna perbaikan tugas-tugas
selanjutnya

Dalam penyelesaian tugas tutorial ini,kami banyak mendapat bantuan,bimbingan dan


saran. Pada kesempatan ini kami sampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberikan kehidupan serta kesempatan kepada kami dalam
menyampaikan laporan ini.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materi maupun spiritual
3. dr. Budi Utama, M.Biomed
4. Teman - teman seperjuangan
5. Semua pihak yang membantu penulis

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang diberikan kepada semua
orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita dan
perkembangan ilmu pengetahuan.Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.Aamiin.

Palembang, 02 Juli 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Sistem Petahanan Tubuh dan Infeksi adalah blok ketiga pada semester II
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu strategi pembelajaran sistem
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based Learning (PBL).
Tutorial merupakan pengimplementasian dari metode Problem Based Learning
(PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap
kelompok dibimbing oleh seorang tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan
kasus yang ada.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario A yang
memaparkan tentang kasus Tn. Roy berusia 30 tahun mengalami demam hilang
timbul, badan terasa lemah, wajah tampak pucat, dan mata tampak kuning karena
menderita Malaria.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data tutorial


Tutor : dr. Budi Utama, M.Biomed

Moderator : Tamdry Zatara

Sekretaris meja : Laila Rahmawati

Sekretaris papan : Nuryani Rahmania Hamidiyah

Waktu : Senin, 01 Juli 2019

Rabu, 03 Juli 2019

Pukul : 13.00 – 15.00 WIB

13.00 – 15.00 WIB

Peraturan :

1) Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat


2) Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen
3) Menyebutkan nama ketika menyampaikan pendapat
4) Sopan dan penuh tata krama dalam mengemukakan pendapat
5) Izin saat akan keluar ruangan
6) Semua handphone dan gadget harap di silent
SKENARIO E BLOK 7
“Petaka Rumah Tangga”
Ny. Wiwik, 30 tahun seorang ibu rumah tangga, datang ke praktek dokter
dengan keluhan timbul bercak kehitaman yang gatal di kedua lengan dan tungkai
sejak 2 minggu yang lalu. Ny. Wiwik awalnya berfikir bercak tersebut digigit
nyamuk namun bercak semakin banyak sehingga Ny. Wiwik berobat ke Dokter. Ny.
Wiwik juga mengeluh sering demam sejak 3 bulan yang lalu. Demam tidak terlalu
tinggi, berlangsung setiap hari, hanya turun saat minum obat. Nafsu makan dan berat
badan Ny. Wiwik masih biasa.
Suami Ny. Wiwik sudah meninggal dunia 1 tahun yang lalu karena infeksi di
otak. Sebelum meninggal, suami Ny. Wiwik sering mengeluh sakit kepala. Suami Ny.
Wiwik adalah seorang sopir truk luar kota. Ny. Wiwik telah menikah selama 10 tahun
dan memiliki 2 anak.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: tampak sakit ringan, kesadaran Compos Mentis
Tanda vita: TD : 120/80 mmHg, Nadi : 92 x/m, RR 20x/m, T: 37,5C, BB 50 kg TB
155 cm.
Pemeriksaan spesifik:
Kepala : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning, oral thrush(-)
Leher : KGB dalam batas normal
Jantung : dalam batas normal
Paru : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas superior inferior: tampak Lesi papular hiperpigmentasi multiple
Hasil Laboratorium:
Hb: 12gr/dl, Ht: 36, Leukosit : 7.000 sel/mm3, Hitung jenis: 0/0/2/55/38/5,
Trombosit: 196.000 sel/mm3, LED: 60 mm/jam, Urinalis: dalam batas normal, Feses
rutin: dalam batas normal.
I. Klarifikasi Istilah
1. Bercak kehitaman : Bimtik – bintik atau burik kecil – kecil yang
berwarna hitam(Dorland, Edisi 29)
2. Demam : Peningkatan temperatur tubuh diatas normal
(37’c)(KBBI,2018)
3. Infeksi di otak : infasi dan multiplikasi mikroorganisme
dijaringan otak(Dorland, Edisi 29)
4. Compos Mentis : Sadar sepenuhnya(Dorland, Edisi 29)
5. Konjungtiva tidak pucat : Selaput yang melapisi kelopak mata yang
berwarna kemerahan (Tidak pucat )
(Dorland,Edisi 29)
6. Sklera tidak kuning : Lapisan luar bola mata yang berwarna putih
(Dorland, Edisi 29)
7. Oral thrush : suatu kondisi dimana jamur candida albicans
terakumulasi dimulut(Dorland, Edisi 29)
8. KGB : Kelenjar yang berguna untuk mengalirkan
cairan limfe(Dorland, Edisi 29)
9. Hb : Pigmen pembawa O2 pada eritrosit, yang
sedang berkembang di dalam sumsum tulang
(Dorland, Edisi 29)
10. Ht : presentasi volume eritrosit dalam darah
(Dorland, Edisi 29)
11. Leukosit : Sel darah putih yang berfungsi untuk
membinasakan bakteri yang masuk tubuh
(Dorland, Edisi 29)
12. Trombosit : keping – keping darah yang punya bentuk
tidak teratur dan tidak berinti(KBBI,2018)
13. LED : Kecepatan eritrosit mengendap didalam
tabung uji dengan satuan ml/jam denga tujuan
untuk memantau keberadaan radang atau
infeksi dalam tubuh (Dorland, Edisi 29)
14. Urinalis : Analais urin(KBBI,2018)

II. Identifikasi Masalah


1. Ny. Wiwik, 30 tahun, seorang ibu rumah tangga, datang ke praktek dokter
dengan keluhan timbul bercak kehitaman yang gatal di kedua lengan dan
tungkai sejak 2 minggu yang lalu. Ny. Wiwik awalnya berfikir bercak
tersebut digigit nyamuk namun bercak semakin banyak sehingga Ny. Wiwik
berobat ke dokter.
2. Ny. Wiwik juga mengeluh sering demam sejak 3 bulan yang lalu. Demam
tidak terlalu tinggi, berlangsung setiap hari, hanya turun saat minum obat.
Nafsu makan dan berat badan Ny. Wiwik masih biasa.
3. Suami Ny. Wiwik sudah meninggal dunia 1 tahun yang lalu karena infeksi di
otak. Sebelum meninggal, suami Ny. Wiwik sering mengeluh sakit kepala.
Suami Ny. Wiwik adalah seorang sopir truk luar kota. Ny. Wiwik telah
menikah selama 10 tahun dan memiliki 2 anak
4. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: tampak sakit ringan, kesadaran Compos Mentis
Tanda vita: TD : 120/80 mmHg, Nadi : 92 x/m, RR 20x/m, T: 37,5C, BB 50
kg TB 155 cm.
Pemeriksaan spesifik:
Kepala : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning, oral thrush(-)
Leher : KGB dalam batas normal
Jantung : dalam batas normal
Paru : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas superior inferior: tampak Lesi papular hiperpigmentasi multiple
5. Hasil Laboratorium:
Hb: 12gr/dl, Ht: 36, Leukosit : 7.000 sel/mm3, Hitung jenis: 0/0/2/55/38/5,
Trombosit: 196.000 sel/mm3, LED: 60 mm/jam, Urinalis: dalam batas
normal, Feses rutin: dalam batas normal.

III. Prioritas Masalah


No. 1 . Karena keluhan utama tersebut dapat menganggu aktivitas dan memiliki
morfologi kelainan kulit yang tidak bagus

IV. Analisis Masalah


1. Ny. Wiwik, 30 tahun, seorang ibu rumah tangga, datang ke praktek dokter
dengan keluhan timbul bercak kehitaman yang gatal di kedua lengan dan
tungkai sejak 2 minggu yang lalu. Ny. Wiwik awalnya berfikir bercak
tersebut digigit nyamuk namun bercak semakin banyak sehingga Ny.
Wiwik berobat ke Dokter.
a. Apa saja kemungkinan penyebab bercak ?
Jawab :
Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan terjadinya PPE
1. Gigitan serangga dan nyamuk (arthropoda)
2. Hipersensitivitas terhadap gigitan serangga
3. Reaksi hipersensitivitas generalisata terhadap air liur serangga
4. Respon imunitas seluler pejamu yang abnormal terhadap proses
infeksi : skabies, Folliculorum demodex, atau Staphylococcus aureus
5. Reaksi kulit autoimun
6. HIV yang menyebabkan disregulasi imun.
(Lawe,s.2010)
b. Apa makna keluhan timbul bercak kehitaman yang gatal di kedua
lengan dan tungkai sejak 2 minggu yang lalu ?
Jawab :
Maknanya bercak kehitaman yang gatal dikedua lengan dan tungkai
sejak 2 mngg yg lalu adalah manifestasi kulit dr penyakit HIV
Dimana bercak kehitaman tsb disebut popular pruritic eruption (PPE) yg
disebabkan oleh infeksi oportunistik dari HIV
PPE merupakan salh satu kelainn kulit yg khas pd pasien HIV/AIDS.
Kelainan kulit ini di dapati pd 85% pd HIV/AIDS. Lebih dari 80% kasus
didapati pada pasien yang memiliki kadar CD4+ kurang dari 100 sel/µl.
Lesi pada kulit berupa papul urtikaria berbatas tegas yang gatal. Eritema
menyebar pada leher, ekstremitas, dan wajah. Kadang, lesi didapati
berupa ekskoriasi dan hiperpigmentasi akibat garukan (Johnson, 2008).

c. Apa makna Ny. Wiwik awalnya berfikir bercak tersebut digigit nyamuk
namun bercak semakin banyak ?
Jawab :
Bercak yang timbul semakin banyak pada ny.wiwik merupakan
manifestasi awal dari infeksi oportunistik HIV, manifestasi kulit yang
timbul pada ny.wiwik disebabkan oleh infeksi virus HIV itu sendiri,
berkurangnya imunitas pasien, dan juga disebabkan karena respon
terhadap pengobatan. Kelamin kulit yang timbul dapat menjadi suatu
tanda awal dari infeksi HIV. Salah satu kelamin kulit yang ditemukan
pada pasien AIDS adalah papular pruritic eruption (PPE). PPE
merupakan suatu penanda imunosupresi yang berat pada pasien yang
terinfeksi HIV. Gambaran klinis dari PPE berupa lesi yang diskret,
eritematosa, papula urtikaria berbatas tegas pada awalnya muncul di
ekstremitas lalu menyebar ke dada dan lesi terasa sangat gatal. Pasien
PPE memiliki CD4 bervariasi antara 46-164 cell/µ. patogenitas PPE
sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Hampir lebih dari
50% pasien yang terinfeksi HIV dibeberapa negara mengalami keluhan
PPE pada awal infeksi HIV (T.Farsani, 2013).

2. Ny. Wiwik juga mengeluh sering demam sejak 3 bulan yang lalu. Demam
tidak terlalu tinggi, berlangsung setiap hari, hanya turun saat minum obat.
Nafsu makan dan berat badan Ny. Wiwik masih biasa
a. Apa saja penyebab demam pada kasus ?
Jawab :
Karena infeksi virus HIV

b. Apa makna mekanisme demam tidak terlalu tinggi ?


Jawab :
Infeksi → Produksi Makrofag →Melepaskan pirogen endogen →
produksi prostaglandin → titik patokan hipotalamus meningkat →
Inisiasi “respon dingin” → produksi panas meningkat dan pengeluaran
panas menurun→ peningkatan suhu tubuh → Demam (Sherwood,
2014).

c. Apa saja jenis-jenis demam dan terkait pada kasus ?


Jawab :
1. Demam septic
Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ketingkat di atas normal pada pagi
hari.
2. Demam hektik
Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ke tingkat yang normal pada pagi
hari
3. Demam remiten
Pada demam ini, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu normal.
4. Demam intermiten
Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari.
5. Demam Kontinyu
Pada demam ini, terdapat variasi suhu sepanjang hari yang tidak berbeda
lebih dari satu derajat.
6. Demam Siklik
Pada demam ini, kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.
Bila terkait kasus termasuk demam intermiten.
(Sudoyo, AW.2017)

d. Apa makna nafsu makan dan berat badan Ny. Wiwik masih biasa ?
Jawab :
Maknanya nafsu makan belum dan berat badan ny.wiwik masih bisa
menandakan belum terjadinya penurunan berat badan dimana penurunan
berat badan merupakan manifestasi klinis dari infeksi HIV yang belum
muncul pada ny.wiwik, infeksi HIV memberikan gambaran klinis yang
tidak spesifik dengan spektrum yang luas, mulai dari infeksi tanpa gejala
(asimptomatik) pada stadium awal sampai gejala yang berat pada
stadium lanjut. Perjalanan penyakitnya lambat dan gejala AIDS rata-rata
timbul 10 tahun sesudah infeksi virus HIV, bahkan lebih lama ( Hessol,
N.A, 2005).
3. Suami Ny. Wiwik sudah meninggal dunia 1 tahun yang lalu karena infeksi
di otak. Sebelum meninggal, suami Ny. Wiwik sering mengeluh sakit
kepala. Suami Ny. Wiwik adalah seorang sopir truk luar kota. Ny. Wiwik
telah menikah selama 10 tahun dan memiliki 2 anak.
a. Apa makna suami Ny. Wiwik sudah meninggal 1 tahun yang lalu karena
infeksi diotak dan sering mengeluh sakit kepala ?
Jawab :
kemungkinan suami meninggal akibat toksoplasmosis cerebri yang
disebabkan HIV. Toxoplasmosis cerebri merupakan salah satu infeksi
oportunistik yang paling sering pada sistem saraf pusat pasien
HIV.(Nike, N.2014) Infeksi toxoplasma Gondii pada pasien HIV
terutama terjadi jika pada kondisi CD4 yang rendah, penurunan
produksi sitokin dan interferon gama, dan menurunnya fungsi sel
limfosit T sitotoksik sehingga menyebabkan reaktivasi dari infeksi laten
T. Gondii. Dimana pada kasus disebutkan bahwa suami Ny.Wiwik
meninggal karena infeksi otak,berarti ada kemungkinan bahwa suami
Ny.Wiwik meninggal akibat toksoplasmosis cerebri yang disebabkan
oleh HIV(soleimani, A,Braimani, A.2015)

b. Apa makna suami Ny. Wiwik adalah sopir truk luar kota ?
Jawab :
Kemungkinan suami Ny. wiwik sudah terkena Ensefalitis virus, yang
mana Ensefalitis virus memiliki faktor risiko utama bagi penderita HIV,
Seorang sopir juga kemungkinan dia menginap pada tempat-tempat
yang kurang sehat seperti penginapan yang sering di gunakan oleh PSK.
Pada saat berhubungan suami- istri dengan Ny. wiwik kemungkinan Ny.
wiwik sudah tertular HIV/AIDDS karena dari gejala yang diamlaminya
adalah gejala infeksi dari virus HIV/AIDS sepertibintik hitam, demam
yang tidak terlalu tinggi.
c. Apa makna Ny. Wiwik telah menikah selama 10 tahun dan memiliki 2
anak ? (Ny. Wiwik tertular HIV )
Jawab :
riwayat kontak dengan suami terduga penderita HIV sehingga
menentukan massa HIV didalam tubuh Ny.Wiwik,dan bermakna
anaknya mempunyai resiko tertular HIV

d. Apa saja kemungkinan penyebab penularan HIV/AIDS ?


Jawab :
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan
tubuh seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus terdapat juga dalam
saliva, air mata, dan urin (sangat rendah). HlV tidak dilaporkan terdapat
dalam air mata dan keringat. Faktor-faktor risiko penularan HIV/AIDS
sangat banyak, tetapi yang paling utama adalah faktor perilaku seksual .
Faktor lain adalah penularan secara parenteral dan riwayat penyakit
infeksi menular seksual yang pernah diderita sebelumnya.
Selain melalui cairan tubuh, HIV juga ditularkan melalui:
1. Ibu hamil
a. Secara intrauterin, intrapartum, dan postpartum (ASI).
b. Angka transmisi mencapai 20-50%.
c. Angka transmisi me|alui ASI dilaporkan Iebih dari sepertiga.
d. Laporan lain menyatakan risiko penularan melalui ASI adalah 11-
29%.
e. Sebuah studi meta-analisis prospektif yang melibatkan penelitian pada
dua kelompok ibu, yaitu kelompok ibu yang menyusui sejak awal
kelahiran bayi dan kelompok ibu yang menyusui setelah beberapa waktu
usia bayinya, melaporkan bahwa angka penularan HIV pada bayi yang
belum disusui adalah 14% (yang diperoleh dari penularan melalui
mekanisme kehamilan dan persalinan), dan angka penularan HIV
meningkat menjadi 29% setelah bayinya disusui.
f. Bayi normal dengan ibu HIV bisa memperoleh antibodi HIV dari
ibunya selama 6-15 bulan.

2. Jarum suntik
a. Prevalensi 5-10%.
b. Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum suntik
karena penyalahgunaan obat.
c. Di antara tahanan (tersangka atau terdakwa tindak pidana) dewasa,
pengguna obat suntik di Jakarta sebanyak 40% terinfeksi HIV, di Bogor
25%, dan di Bali 53%.

3. Transfusi darah
a. Risiko penularan sebesar 90%.
b. Prevalensi 3-5%.

4. Hubungan seksual
a. Prevalensi 70-80%.
b. Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim.
c. Model penularan ini adalah yang tersering di dunia. Akhir-akhir ini
dengan semakinmeningkatnya kesadaran masyarakat untuk
menggunakan kondom, maka penularan meialui jalur ini cenderung
menurun dan digantikan oleh penularan melalui jalur penasun
(pengguna narkoba suntik). (Schmidt, M. 2003)

e. Bagaimana perjalanan penyakit HIV ?


Jawab :
WHO (2014) mengklasifikasikan HIV/AIDS pada orang dewasa
menjadi 4 stadium klinis, yaitu :
a. Stadium I
Bersifat asimptomatik, aktivitas normal dan dijumpai adanya
Limfadenopati generalisata.
b. Stadium II
Simptomatik, aktivitas normal, berat badan menurun <10%, terdapat
kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti Dermatitis seroboik,
Prorigo, Onikomikosis, Ulkus yang berulang dan Kheilitis angularis,
Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir, adanya infeksi saluran nafas
bagian atas seperti Sinusitis bakterialis.
b.3. Stadium III
Pada umumnya kondisi tubuh lemah, aktivitas di tempat tidur < 50%,
berat badan menurun >10%, terjadi diare kronis yang berlangsung lebih
dari 1 bulan, demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan, terdapat
Kandidiasis orofaringeal, TB paru dalam 1 tahun terakhir, infeksi
bakterial yang berat seperti Pneumonia dan Piomiositis.
b. Stadium IV
Pada umumnya kondisi tubuh sangat lemah, aktivitas ditempat tidur
>50%, terjadi HIV
wasting syndrome, semakin bertambahnya infeksi opurtunistik seperti
Pneumonia Pneumocystis carinii, Toksoplasmosis otak, Diare
Kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan, Kript ospor idiosis ekstrapu lmonal,
Retinitis virus sitomegalo, Herpes simpleks mukomutan >1 bulan,
Leukoensefalopati multifocal progresif, Mikosis diseminata seperti
histopasmosis, Kandidiasis di esophagus, trakea, bronkus, dan paru,
Tuberkulosis di luar paru, Limfoma, Sarkoma Kaposi, serta Ensefalopati
HIV.
4. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: tampak sakit ringan, kesadaran Compos Mentis
Tanda vita: TD : 120/80 mmHg, Nadi : 92 x/m, RR 20x/m, T: 37,5C, BB 50
kg TB 155 cm.
Pemeriksaan spesifik:
Kepala : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning, oral thrush(-)
Leher : KGB dalam batas normal
Jantung : dalam batas normal
Paru : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas superior inferior: tampak Lesi papular hiperpigmentasi multiple.
a. Bagaimana interprestasi pemeriksaan fisik pada kasus ?
Jawab :
Data pemeriksaan Nilai Normal Interprestasi

Kesadaran Compos ComposMentis Normal


Mentis (conscious), yaitu
kesadaran normal,
sadar sepenuhnya,
dapat menjawab
semua pertanyaan
tentang keadaan
sekelilingnya.

Tekanan Darah 120/80 mmHg Normal

Nadi (92x/menit) 60-100 x/menit Normal

RR (20x/menit) 16-24 x/menit Normal


Temperatur (37,5 C) 36,5-37,5 C Normal

BB dan TB (50 kg & IMT = BB/TB2


155 cm)
IMT = 50/(1,55)2

IMT = 50/2,4025

IMT = 20,81

b. Bagaimana mekanisme pemeriksaan fisik pada kasus yang abnormal ?


Jawab :
Infeksi → Produksi Makrofag →Melepaskan pirogen endogen →
produksi prostaglandin → titik patokan hipotalamus meningkat →
Inisiasi “respon dingin” → produksi panas meningkat dan pengeluaran
panas menurun→ peningkatan suhu tubuh → Demam (Sherwood,
2014).

5. Hasil laboratorium :
Hb: 12gr/dl, Ht: 36, Leukosit : 7.000 sel/mm3, Hitung jenis: 0/0/2/55/38/5,
Trombosit: 196.000 sel/mm3, LED: 60 mm/jam, Urinalis: dalam batas
normal, Feses rutin: dalam batas normal.
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan laboratorium?

Data pemeriksaan Nilai Normal Interprestasi

Hb : 12-16gr/dL Normal
12gr/dl
(Wanita)
Ht : 36 37-47 % (Wanita) Abnormal
(Hemokonsentrasi)

Leukosit : 7000 4.000 - 10.000 Normal


sel/mm3 sel/mm3

LED 60 mm/jam 0-10 (mm/jam) Abnormal

b. Bagaimana mekanisme laboratorium abnormal ?


Jawab :
Protein plasma yang mempercepat LED adalah protein fase akut, terutama
fibrinogen. Protein fase akut lain yang juga berpengaruh adalah haptoglobin,
ceruloplasmin, ɑ1-acid-glycoprotein, ɑ1-antitrypsin, dan CRP.2,3 Protein
tersebut mempengaruhi LED dengan menurunkan muatan negatif eritrosit
(potensial zeta). Potensial zeta berperan untuk menjaga eritrosit saling
menjauh. Jika potensial zeta menurun, maka eritrosit akan membentuk
formasi rouleaux (tersusun seperti koin bertumpuk) yang dapat mengendap
lebih cepat.
(McPherson RA, Pincus MR.2011)

6. Hasil pemeriksaan laboratorium penunjang di RS rujukan :


Serologi HIV : (+/+/+)
CD4 : 280 sel/µl
a. Bagaimana interprestasi pemeriksaan laboratorium penunjang pada kasus ?
Jawab :
Serologi HIV : (+/+/+ ) Serologi HIV agar hasilnya tepat diambil pada 3
tempatberbeda.
CD4 : 280 sel/µL ( Sistem kekebalan tubuh melemah )
Normal CD4 ( 600-1500 sel/µL)

7. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus?


Jawab :
1. Anamnesis
Ada beberapa hal penting yang perlu digali dalam mencari tahu apakah
seseorang memiliki faktor risiko terhadap infeksi HIV.
2. Identitas : Ny. Wiwik, 30 tahun seorang ibu rumah tangga,
Penting untuk mengetahui latar belakang pasien, dalam mencari indikasi
risiko penularan HIV.
3. Riwayat Perilaku Berisiko :
Suami Ny. Wiwik sudah meninggal dunia 1 tahun yang lalu karena infeksi
di otak. Sebelum meninggal. Suami Ny. Wiwik adalah seorang sopir truk
luar kota.
Hal ini dapat diketahui melalui riwayat aktivitas seksual, orientasi seksual,
riwayat penggunaan narkoba dan alkohol, penggunaan tato, riwayat transfusi
darah, kehamilan atau melahirkan.
4. Riwayat Keluhan yang Diderita dan Riwayat Penyakit Terdahulu :
Suami Ny. Wiwik sudah meninggal dunia 1 tahun yang lalu karena infeksi
di otak. Sebelum meninggal.
Infeksi HIV tidak memiliki gejala atau keluhan yang bersifat spesifik. Pada
infeksi awal sering kali muncul gejala ringan berupa flu-like syndrome. Pada
kondisi yang lebih berat, keluhan sesuai dengan penyebab infeksi
oportunistik. Dan pada kasus Ny. wiwik sering demam sejak 3 bulan yang
lalu dan terdapat bercak kehitaman pada kulit

5. Pemeriksaan Fisik :
Tidak ada gejala fisik spesifik pada infeksi HIV, gejala ringan mungkin
muncul pada masa serokonversi berupa flu-like syndrome, dan pada kondisi
yang lebih berat dapat ditemukan tanda-tanda infeksi oportunistik:
1. Keadaan umum tampak sakit berat
2. Ruam-ruam pada kulit
3. Oral thrush
4. Gangguan pernafasan
5. Herpes berulang
6. Gizi buruk (wasting syndrome)
7. Tuberkulosis ekstra paru
Dan pada kasus di temukan bahwa tampak sakit ringan, kesadaran
composmentis, menandakan pada masa serokonversi berupa flu-like
syndrome.

6. Pemeriksaan spesifik : ditemukan pada ekstremitas inferior tampak lesi


papular hiperpigmentasi multiple (merupakan salah satu bentuk kelainan kulit
yang sering ditemukan pada penderita HIV, terutama selama tahap
imunosupresif tingkat lanjut.)
7. Pemeriksaan Penunjang laboratorium :
1. leukosit : 7.000 sel/mm3 (leukopenia)
2. LED : 60mm/jam (meningkat)
Merujuk pasien ke RS tujuannya adalah agar dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium seperti serologi dan CD4.
Pada kasus :
pemeriksaan serologi HIV : Positive HIV
CD4 : 280 sel / µL (menurun) merupakan akibat dari perlawanan tubuh
terhadap infeksi virus hiv sehingga terjadi penurunan kadar CD4 dalam
tubuh.(Yogev R, Chadwick EG.)
8. Diagnosis banding pada kasus ?
Jawab :
a. HIV
Dua gejala mayor ditambah dua gejala minor didefinisikan sebagai infeksi
HIV simptomatik.

Gejala Karekteristik

Mayor Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan


Diare kroniks yang berlangsung lebih dari 1 bulan Demam
berkepanjangan lebih dari 1 bulan Penurunan kesadaran dan
ganggguan neurologis Ensefalopati HIV
Minor Batuk menetap lebih dari 1 bulan
Dermatitis generalisata
Herpes zoster multisegmental berulang
Kandidiasis orofaringeal
Herpes simpleks kroniks progresif
Limfadenopati generalisata
Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
Retinitis oleh virus sitomegalo
b. Papular Pruritic Eruption (PPE)
Merupakan salah satu manifestasi kulit yang sering terdapat pada penderita
dengan infeksi HIV yang ditandai dengan adanya gatal yang disertai dengan
papul atau pustul steril yang terdapat pada tubuh, wajah, dana ekstremitas
dengan derajat bervariasi.
d. Scabies
Penyakit kulit yang akibat sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang
memerlukan satu bulan setelah infestasi .
(Sandhu, A,Samra, A.K.2013)
9. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus?
Jawab :
1. Tes Antibodi Meliputi Rapid Test, Elisa, Westen Bloting
Pemeriksaan penunjang untuk HIV berupa pemeriksaan baseline, antigen
P24, sel CD4, dan viral load.
2. Pemeriksaan Baseline
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mempelajari kondisi penderita yang baru
saja terdeteksi mengidap HIV dan melihat apakah memiliki koinfeksi dari
beberapa infeksi berikut:
1. Tuberkulosis
2. Hepatitis (terutama B dan C)
3. Infeksi menular seksual lainnya (gonorea, klamidia, sifilis)
4. Pemeriksaan darah lengkap (hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit
– hitung jenis leukosit, eritrosit, laju endap darah)
5. Fungsi Hati (SGOT/SGPT)
6. Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin, BUN)
7. Urinalisis
8. Profil Lipid
Pemeriksaan-pemeriksaan di atas juga bertujuan sebagai pemeriksaan
penyaring untuk menilai apakah penderita dapat segera memulai terapi
ARV, karena kondisi-kondisi yang berkaitan dengan pemeriksaan tersebut,
dapat dipengaruhi oleh pemberian ARV.
Antigen P24
Merupakan pemeriksaan yang sifatnya lebih spesifik karena mendeteksi
infeksi HIV melalui protein pembungkus HIV, dapat terdeteksi lebih cepat
yakni 1-3 minggu setelah infeksi awal, sehingga membantu efektivitas
deteksi dini HIV.
Sel CD4
Pemeriksaan dilakukan umumnya dilakukan pada penderita yang telah
terbukti positif terinfeksi HIV, untuk mendapatkan gambaran imunitas
seseorang, melalui jumlah sel CD4, juga bermanfaat sebagai kontrol
keberhasilan pengobatan ARV (Antiretroviral). Nilai normal berkisar antara
500-1500 sel/mm3.
Dokter perlu memperhatikan jumlah sel CD4 karena bila di bawah 200
sel/mm3 mengarah kepada kondisi imunokompromais, salah satu tanda fase
acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
Viral Load(PCR)
Pemeriksaan viral load dilakukan untuk mengetahui perkiraan jumlah virus
HIV dalam darah. Nilai hasil pemeriksaan viral load akan menjadi penanda
tingkatan virulensi penderita. Pemeriksaan ini menjadi indikator dan sebagai
target dalam terapi antiretroviral (ARV). Diharapkan setelah menjalani
ARV, nilai viral load dapat turun hingga tidak terdeteksi. Hal ini
menandakan konsumsi ARV berhasil menekan aktivitas HIV dan virulensi
menjadi tergolong rendah
(Yogev, R, Chadwick, EG.2007)

10. Working diagnosis pada kasus ?


Jawab :
Human Immunodeficiency Virus (HIV) stadium II

11. Apa tata laksana pada kasus?


Jawab :
1. Farmakologi
a. Did anosin (ddl)
Dosis : 2 x 100 mg, tiap 12 mg (BB < 60 kg)
2 x 125 mg, tiap 12 mg (BB > 60 kg)
b. Zidovudin (ZDV)
Dosis : 500-600 mg/hari, pemberian tiap 4 jam/orang
c. Lamivudin(3Tc)
d. Stavudin (d4T)

2. Non-farmakologi
a. Menghindari hubungan seksual dengan pederita HIV/AIDS
b. Mencegah hubungan seksual secara ganti-ganti
c. Menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotika
d. Melarang orang-orang yang berisiko tinggi untuk donor darah
e. Memastikan sterilitas alat suntik
(Widoyono.2008)

12. Apa komplikasi pada kasus?


Jawab :
Penyakit infeksi opurtunistik
a. Tuberkulosis (TBC)
b. Herpes zoster
c. Kandidiasis
merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur candida albicans.
d. Neurologi
Komplikasi ini dapat mengenai susunan saraf tepi dan susunan saraf pusat.
f. Renitis CMV (Astari, L. 2009)

13. Bagaimana prognosis pada kasus?


Jawab :
Sebagian besar HIV/AIDS berakibat fatal. Sekitar 75% pasien yang
didiagnosis AIDS meninggal tiga tahun kemudian. Penelitian melaporkan
ada 5% kasus pasien terinfeksi HIV yang tetap sehat secara klinis dan
imunologis.
Jadi, pada kasus ini prognosisnya yaitu Dubia et Malam.

14. Bagaimana SKDU pada kasus?


Jawab :
Tingkat Kemampuan 1
Dapat mengenali dan menempatkan gambaran-gambaran klinik sesuai
penyakit ini ketika membaca literatur. Dalam korespondensi, ia dapat
mengenal gambaran klinik ini, dan tahu bagaimana mendapatkan informasi
lebih lanjut. Level ini mengindikasikan overview level. Bila menghadapi
pasien dengan gambaran klinik ini dan menduga penyakitnya, dokter segera
merujuk.
Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk
pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti
sesudahnya.
Tingkat Kemampuan 3
a. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaantambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaanlaboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan
dan memberi terapipendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan
(bukan kasus gawat darurat).
b. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaantambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaanlaboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan
dan memberi terapipendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan
(kasus gawat darurat).
Tingkat Kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan
dan mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas
(Standar Kompetensi Dokter, 2006).

Berdasarkan KDU maka dalam kasus ini termasuk kedalam Tingkat


kemempuan 4 yaitu : Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh
dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter
dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu secara mandiri
hingga tuntas

15. Apa nilai-nilai Islam?


Jawab :
HR.Ahmad dan Baihaqi
‫قبل خمسا اغتنم يعظه وهو لرجل قال وسلم عليه هللا صلى النبي أن مهران ابن ميمون بن مرو‘ عن‬
‫هرامك قبل شبابك خمس‬، ‫سقمك قبل وصحتك‬، ‫شغلك قبل وفراغك‬، ‫فقرك قبل وغناك‬، ‫قبل وحياتك‬
‫موتك‬
Dari Amru bin Maimun bin Mahran sesungguhnya Nabi Muhammad Saw
berkata kepada seorang pemuda dan menasehatinya, “Jagalah lima hal
sebelum lima hal. (1) Mudamu sebelum datang masa tuamu, (2) sehatmu
sebelum datang masa sakitmu, (3) waktu luangmu sebelum datang waktu
sibukmu, (4) kayamu sebelum miskinmu, (5) hidupmu sebelum matimu
Surat Al-Isra' Ayat 32
‫الزنَا ت َ ْق َربُوا َو َل‬
ِّ ۖ ُ‫احشَة َكانَ إِّنَّه‬
ِّ َ‫سا َء ف‬
َ ‫سبِّيل َو‬
َ
________________________________________
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
Surat An-Nisa' Ayat 43
‫ص َلة َ تَ ْق َربُوا َل آ َمنُوا ا َّلذِّينَ أَ ُّي َها َيا‬
َّ ‫َارى َوأ َ ْنت ُ ْم ال‬
َ ‫سك‬ُ ‫َس ِّبيل َعا ِّب ِّري ِّإ َّل ُجنُبا َو َل تَقُولُونَ َما ت َ ْع َل ُموا َحتَّى‬
‫ضى ُك ْنت ُ ْم َوإِّ ْن ۚ ت َ ْغت َ ِّسلُوا َحتَّى‬ َ ‫علَى أ َ ْو َم ْر‬ َ ‫سا َء َل َم ْست ُ ُم أ َ ْو ْالغَائِّ ِّط ِّمنَ ِّم ْن ُك ْم أ َ َحد َجا َء أ َ ْو‬
َ ‫سفَر‬ َ ِّ‫فَلَ ْم الن‬
‫ص ِّعيدا فَت َ َي َّم ُموا َماء ت َِّجد ُوا‬ َ ‫س ُحوا‬
َ ‫ط ِّيبا‬ ْ َ‫ّللاَ إِّ َّن ۗ َوأ َ ْيدِّي ُك ْم بِّ ُو ُجو ِّه ُك ْم ف‬
َ ‫ام‬ َّ َ‫َغفُورا َعفُ ًّوا َكان‬

________________________________________
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan
pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar
berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam
musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu
dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

Surat Al-Ma'idah Ayat 90


‫صابُ َو ْال َم ْيس ُِّر ْال َخ ْم ُر ِّإ َّن َما آ َمنُوا الَّذِّينَ أَيُّ َها يَا‬
َ ‫ان َع َم ِّل ِّم ْن ِّرجْ س َو ْاْل َ ْز َل ُم َو ْاْل َ ْن‬ َ ‫ش ْي‬
ِّ ‫ط‬ َّ ‫فَاجْ تَنِّبُوه ُ ال‬
‫ت ُ ْف ِّلحُونَ لَ َع َّل ُك ْم‬
________________________________________
90. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan.
V. Hipotesis
Ny. Wiwik, 30 tahun mengeluh Papular Pruritic Eruption akibat deficienci
imunitas (Infeksi HIV)
VI. Kerangka Konse

Faktor resiko suami yang


diduga terinfeksi

Tertular HIV

Menyerang sisitem imun

Imuno defisiensi

HIV + Papular Pruritic Eruption


DAFTAR PUSTAKA

Astari, L. 2009. Viral Load pada Infeksi HIV (Viral Load in HIV Infection). Berkala
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. 31-39.

Farsani T, Kore S, Nadol P, Ramam M, Thierman S, Lislie K. Etiology and risk


factors associated with a pruritic papular eruption in people living with HIV
in India. J Inter AIDS.

Fauci, A. and Lane, H.C. 2011. Human Immunodeficiency Virus Disease: AIDS and
Related Disorders. Principles of Internal Medicine. 18thed. United States of
America: McGraw-Hill.

Hessol, N.A, Gandhi, M., Greenblatt, R.M. 2005. Epidemiology and Natural History
of HIV Infection in Women.In: Anderson, J. R., eds. A Guide To The Clinical
Care of Women With HIV. 1sted. Rockville: Parklawn Building.

Lowe, S, Ferrand, R.A.2010.Skin disease among human immunodeficiency virus


infected adolescent in zimbabwe: a strong indicator of underlying HIV infection.
Pediatr Infec Dis J;4:346-51.

Sudoyo, AW, et al. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing

McPherson RA, Pincus MR. 2011. Hematology, coagulation, and transfusion


medicine. Henry’s clinical diagnosis and management by laboratory method.
22nd ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; p.519-21
Neki, N. 2014. Cerebral Toxoplasmosis in HIV/AIDS Patient- A Case Report.
Bangladesh Journal Medicine.

Schmidt, M. and E.D. 2003. Mokotoff. HIV/AIDS surveillance and prevention:


improving the characterization of HIV transmission. Public Health Reports.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC

Soleimani, A, Bairami, A. 2015. Cerebral Toxoplasmosis in A Patient Leads to


Diagnosis of AIDS. Asian Pacific Journal of Tropical Disease.

Yogev R, Chadwick EG. 2007. Acquired immunodeficiency syndrome (human


immunodeficiency virus). Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB,
Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. New
York: Elsevier’s;1022- 32.

WHO. 2014. Human Immunodeficiency Virus HIV/AIDS: Jakarta.sss

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi. Penularan. Pencegahan. Dan


pemberantasan: Semarang.

Anda mungkin juga menyukai