•Di Versailles (Paris), 1944, menewaskan 40-80 penumpang,akibat patah poros roda.
•20 April 1887, 3 orang tewas dan 2 terluka, akibat patahdraw bar
Pelopor dalam penelitian mengenai kelelahanlogam adalah Wohler (Jerman) dan Fairbairn(Inggris) tahun 1860.
Pengamatan yang lebihmendetail terhadap kelelahan logam, dilakukansejak 1903 oleh Ewing dan Humparey
yangmengarah pada lahirnya teori ’Mekanisme PatahLelah’.Hingga saat ini, mekanisme patah lelah adalah terdiri atas
3 tahap kejadian yaitu:
Kelelahan (Fatigue) adalah salah satu jenis kegagalan(patah) pada komponen akibat beban dinamis(pembebanan
yang berulang-ulang atau berubah-ubah). Diperkirakan 50%-90% (Gambar.1.1) kegagalan mekanis adalah
disebabkan oleh kelelahan.
2. Modus Kegagalan
Modus kegagalan komponen atau struktur dapat dibedakan menjadi 2 katagori utama yaitu:
A. Modus kegagalan quasi statik (modus kegagalan yang tidak tergantung pada waktu, dan ketahanan terhadap
kegagalannya dinyatakan dengan kekuatan).
B. Modus kegagalan yang tergantung pada waktu (ketahanan terhadap kegagalannya dinyatakan dengan umur
atau life time).
B.Kegagalan karena beban tekan.Kegagalan karena beban geser. Patahan yang termasuk jenis modus kegagalan
iniadalah patah uletdan patah getas.
Karakteristik kelelahan logam dapat dibedakan menjadi 2 yaitu karakteristik makro dan karakteristik mikro.
Karakteristik makro merupakan ciri-ciri kelelahan yang dapat diamati secara visual (dengan mata telanjang atau
dengan kaca pembesar). Sedangkan karakteristik mikro hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop.
1 Karakteristik Makro
B. Terdapat tanda ’garis-garis pantai’ (beach marks merupaka kelelahan dalam material yang menjalar kearah
radial dan merupakan tanda penjalaran retakan yang terjadi bila terdapat lebih darisatu lokasi awal retak, ratchet
marks ini merupakan pertemuan beach marks dari satu lokasi awal retak dengan beach marks dari lokasi lainnya)
atau clamshell atau stop/arrest marks , seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 3.1 dibawah ini.
B. Permukaan patahan memperlihatkan jenis patah transgranular (memotong butir) tidak seperti jenis patah
intergranular seperti yang terjadi pada kasus SCC (stresscorrosion cracking) atau mulur (creep)
1. Pembebanan:
2. Kondisi material.
Awal retak lelah terjadi dengan adanya deformasi plastis mikro setempat, dengan demikian komposisi kimia dan
struktur mikro material akan sangat mempengaruhi kekuatan untuk menahan terjadinya deformasi plastis sehingga
akan sangat berpengaruh pula terhadap kekuatan lelahnya. Parameter – parameter dari kondisi immaterial yang
mempengaruhi kekuatan lelah tersebut yaitu antara lain dijelaskan berikut ini.
1.Ukuran butir.
2.Kekuatan.
5.Penguatan regangan.
6.Struktu rmikro.
.8.Ukuran komponen.
3. Proses pengerjaan.
Pada dasarnya setiap ketidak kontinyuan dan ketidak seragaman pada material akan berpengaruh langsung terhadap
penjalaran retaklelah atau ketahanan lelah material, ketidak kontinyuan ini dapat berupa takikan dari geometri
komponen ataupun berupa retakan dan rongga sebagai akibat suatu proses pengerjaan. Selain itu ketidak
seragaman yang berupa ketidak mohogenan struktur ataupun berupa segregasi dari suatu proses pengerjaan akan
sangat berpengaruh pula terhadap ketahanan lelah material. Adapun macam – macam proses pengerjaan yang
mempengeruhi kelelahan pada material, yaitu:
1.Proses pengecoran.
2.Proses pembentukan.
3.Proses pengelasan.
4.Proses pemesinan.
4. Temperatur Operasi
Pada temperature tinggi, kekuatan logam akan menurun sehingga deformasi plastis akan lebih
mudah terjadi dan batas lelah menjadi tidak jelas (hilang) yang disebabkan oleh karena pengaruh
mobilitas dislokasi (lihatGambar 4.1)
Kondisi lingkungan yang korosif akan menyerang permukaan logam dan menghasilkan lapisan
oksida atau produk korosi. Umumnya oksida adalah sebagai lapis lindung dan dapat mencegah
kerusakan korosi selanjutnya, tetapi pembebanan siklik dapat menyebabkan pecahnya lapisan
tersebut dan kerusakan korosi berikutnya sehingga timbul korosi sumuran yang berfungsi
sebagai takikan. Hal itulah yang menyebabkan penurunan kekuatan lelah, pengaruh lingkungan
korosif ini menurunkan kekuatan
1. Mengontrol tegangan
– Pemicunya dapat secara mekanis (fillet atau alur pasak) maupun metalurgi (porositas atau inklusi).
– Penambahan luas permukaan dari benda uji besar meningkatkan kemungkinan dimana terdapat suatu
aliran, yang akan memulai kegagalan dan menurunkan waktu untuk memulai retak
– Dalam banyak pengujian dan aplikasi pemakaian, tegangan maksimum terjadi pada permukaan