Anda di halaman 1dari 7

Fenomena kelelahan logam mulai timbul padapertengahan abad ke-19 yaitu dengan seringnya terjadi patahpada

komponen kereta api dimasa itu:

•Di Versailles (Paris), 1944, menewaskan 40-80 penumpang,akibat patah poros roda.

•20 April 1887, 3 orang tewas dan 2 terluka, akibat patahdraw bar

•27 Mei 1887, 6 orang tewas, akibat patah roda.

•23 Juni 1887, 1 orang tewas, akibat patah rel.

•2 Juli 1887, Kecelakaan paling serius, akibat patah poros roda.

Pelopor dalam penelitian mengenai kelelahanlogam adalah Wohler (Jerman) dan Fairbairn(Inggris) tahun 1860.
Pengamatan yang lebihmendetail terhadap kelelahan logam, dilakukansejak 1903 oleh Ewing dan Humparey
yangmengarah pada lahirnya teori ’Mekanisme PatahLelah’.Hingga saat ini, mekanisme patah lelah adalah terdiri atas
3 tahap kejadian yaitu:

 Tahap awal terjadinya retakan (crack inisiation)

 Tahap penjalaran retakan (crack propagation)

 Tahap akhir (final fracture)


1. Pengertian

Kelelahan (Fatigue) adalah salah satu jenis kegagalan(patah) pada komponen akibat beban dinamis(pembebanan
yang berulang-ulang atau berubah-ubah). Diperkirakan 50%-90% (Gambar.1.1) kegagalan mekanis adalah
disebabkan oleh kelelahan.

2. Modus Kegagalan

Modus kegagalan komponen atau struktur dapat dibedakan menjadi 2 katagori utama yaitu:
A. Modus kegagalan quasi statik (modus kegagalan yang tidak tergantung pada waktu, dan ketahanan terhadap
kegagalannya dinyatakan dengan kekuatan).

B. Modus kegagalan yang tergantung pada waktu (ketahanan terhadap kegagalannya dinyatakan dengan umur
atau life time).

Jenis- jenis modus kegagalan quasi static yaitu:

A.Kegagalan karena beban tarik.

B.Kegagalan karena beban tekan.Kegagalan karena beban geser. Patahan yang termasuk jenis modus kegagalan
iniadalah patah uletdan patah getas.

3. Karakteristik Kelelahan Logam

Karakteristik kelelahan logam dapat dibedakan menjadi 2 yaitu karakteristik makro dan karakteristik mikro.
Karakteristik makro merupakan ciri-ciri kelelahan yang dapat diamati secara visual (dengan mata telanjang atau
dengan kaca pembesar). Sedangkan karakteristik mikro hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop.

1 Karakteristik Makro

Karakteristik makroskopis dari kelelahan logam adalah sebagai berikut:

A. Tidak adanya deformasi plastis secara makro.

B. Terdapat tanda ’garis-garis pantai’ (beach marks merupaka kelelahan dalam material yang menjalar kearah
radial dan merupakan tanda penjalaran retakan yang terjadi bila terdapat lebih darisatu lokasi awal retak, ratchet
marks ini merupakan pertemuan beach marks dari satu lokasi awal retak dengan beach marks dari lokasi lainnya)
atau clamshell atau stop/arrest marks , seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 3.1 dibawah ini.

Gambar 3.1 : Permukaan Patah Lelah Pada Poros


C. Terdapat ’Ratchet marks’ (Tanda garis-garis pantai (beach marks) yang merupakan tanda penjalaran retakan,
mengarah tegak lurus dengan tegangan tarik dan setelah menjalar sedemikian hingga penampang yang tersisa tidak
mampu lagi menahan beban yang bekerja, maka akhirnya terjadilah patah akhir atau patah static). seperti yang
ditunjukkan pada Gambar. 1.3 dibawah ini.
Gambar 3.2 : Permukaan Patah Lelah Akibat Beban Tarik
2 Karakteristik Mikro

Karakteristik mikroskopis dari kelelahan logam adalah sebagai berikut:

A. Pada permukaan patahan terdapat striasi (striations)

B. Permukaan patahan memperlihatkan jenis patah transgranular (memotong butir) tidak seperti jenis patah
intergranular seperti yang terjadi pada kasus SCC (stresscorrosion cracking) atau mulur (creep)

4. Proses Terjadinya Fatigue


Kelelahan logam diawali dengan pembentukan awal etak dan dilanjutkan dengan penjalaran retakan hingga
komponen mengalami patah. Lokasi awal retak pada komponen atau logam yang mengalami pembebanan dinamis
atau siklik adalah pada titik daerah dimana memilikikekuatan yangpaling minimumdan atau pada titik daerah
dimanamengalamitegangan yang paling maksimum.oleh karena itu untuk memperkirakan umur lelah suatu
komponen merupakan suaatu hal yang cukup sulit, hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor-faktor yang
mempengaruhi umur lelahnya.

5. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Suatu Logam

Ada 5 faktor yang mempengaruhi kelelahan suatu logam, yaitu:

1. Pembebanan:

Beberapa kondisi yang diperhitungkan dalam pembebanan adalah sebagai berikut:

1.Jenisbeban: uniaksial, lentur, puntir.

2.Polabeban: periodik, random.


3.Besar beban (besartegangan).

4.Frekwensi siklus beban.

2. Kondisi material.

Awal retak lelah terjadi dengan adanya deformasi plastis mikro setempat, dengan demikian komposisi kimia dan
struktur mikro material akan sangat mempengaruhi kekuatan untuk menahan terjadinya deformasi plastis sehingga
akan sangat berpengaruh pula terhadap kekuatan lelahnya. Parameter – parameter dari kondisi immaterial yang
mempengaruhi kekuatan lelah tersebut yaitu antara lain dijelaskan berikut ini.

1.Ukuran butir.

2.Kekuatan.

3.Penguatan dengan larutan padat.

4.Penguatan dengan fasa ke-2.

5.Penguatan regangan.

6.Struktu rmikro.

7.Kondisi permukaan (surfacefinish)

.8.Ukuran komponen.

3. Proses pengerjaan.

Pada dasarnya setiap ketidak kontinyuan dan ketidak seragaman pada material akan berpengaruh langsung terhadap
penjalaran retaklelah atau ketahanan lelah material, ketidak kontinyuan ini dapat berupa takikan dari geometri
komponen ataupun berupa retakan dan rongga sebagai akibat suatu proses pengerjaan. Selain itu ketidak
seragaman yang berupa ketidak mohogenan struktur ataupun berupa segregasi dari suatu proses pengerjaan akan
sangat berpengaruh pula terhadap ketahanan lelah material. Adapun macam – macam proses pengerjaan yang
mempengeruhi kelelahan pada material, yaitu:

1.Proses pengecoran.

2.Proses pembentukan.

3.Proses pengelasan.
4.Proses pemesinan.

5.Proses perlakuan panas

4. Temperatur Operasi

Pada temperature tinggi, kekuatan logam akan menurun sehingga deformasi plastis akan lebih
mudah terjadi dan batas lelah menjadi tidak jelas (hilang) yang disebabkan oleh karena pengaruh
mobilitas dislokasi (lihatGambar 4.1)

Gambar 4.1 : Pengaruh Temperatur Operasi terhadap Batas Lelah


Baja
5. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang korosif akan menyerang permukaan logam dan menghasilkan lapisan
oksida atau produk korosi. Umumnya oksida adalah sebagai lapis lindung dan dapat mencegah
kerusakan korosi selanjutnya, tetapi pembebanan siklik dapat menyebabkan pecahnya lapisan
tersebut dan kerusakan korosi berikutnya sehingga timbul korosi sumuran yang berfungsi
sebagai takikan. Hal itulah yang menyebabkan penurunan kekuatan lelah, pengaruh lingkungan
korosif ini menurunkan kekuatan

Gambar 5.1 : Pengaruh Lingkungan Terhadap S – N Baja


lelah logam hingga 10% serta dapat menyebabkan batas lelah menjadi tidak jelas (hilang) seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 5.1

Suatu bagian dari benda dapat dikenakan berbagai macam kondisi


pembebanan termasuk tegangan berfluktuasi, regangan berfluktuasi,
temperatur berfluktuasi (fatik termal), atau dalam kondisi lingkungan
korosif atau temperatur tinggi. Kebanyakan kegagalan pemakaian terjadi
sebagai akibat dari tegangan-tegangan tarik.

Awal proses terjadinya kelelahan (fatigue) adalah jika suatu benda


menerima beban yang berulang maka akan terjadi slip. Ketika slip terjadi
dan benda berada di permukaan bebas maka sebagai salah satu langkah
yang disebabkan oleh perpindahan logam sepanjang bidang slip. Ketika
tegangan berbalik, slip yang terjadi dapat menjadi negatif (berlawanan)
dari slip awal, secara sempurna dapat mengesampingkan setiap efek
deformasi. Deformasi ini ditekankan oleh pembebanan yang berulang,
sampai suatu retak yang dapat terlihat akhirnya muncul retak mula-mula
terbentuk sepanjang bidang slip.

Fatigue menyerupai brittle farcture yaitu ditandai dengan deformasi


plastis yang sangat sedikit. Proses terjadinya fatigue ditandai dengan
crack awal, crack propagatin dan fracture akhir. Permukaan fracture
biasanya tegak lurus terhadap beban yang diberikan. Dua sifat makro
dari kegagalan fatigue adalah tidak adanya deformasi plastis yang besar
dan farcture yang menunjukkan tanda-tanda berupa ‘beachmark’ atau
‘camshell’. Tanda-tanda makro dari fatigue adalah tanda garis garis pada
pemukaan yang hanya bisa dilihat oleh mikroskop elektron.

Fatigue life dapat ditingkatkan dengan cara :

1. Mengontrol tegangan

– Peningkatan tegangan menurunkan umur fatik.

– Pemicunya dapat secara mekanis (fillet atau alur pasak) maupun metalurgi (porositas atau inklusi).

– Kegagalan fatik selalu dimulai pada peningkatan tegangan


2. Mengontrol struktur mikro

– Meningkatnya ukuran benda uji, umur fatik kadang-kadang menurun

– Kegagalan fatik biasanya dimulai pada permukaan

– Penambahan luas permukaan dari benda uji besar meningkatkan kemungkinan dimana terdapat suatu
aliran, yang akan memulai kegagalan dan menurunkan waktu untuk memulai retak

3. Mengontrol penyelesaian permukaan

– Dalam banyak pengujian dan aplikasi pemakaian, tegangan maksimum terjadi pada permukaan

– Umur fatik sensitif terhadap kondisi permukaan

– Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah tegangan sisa permukaan.

Anda mungkin juga menyukai