KEPERAWATAN JIWA
DISUSUN OLEH :
Anita Yulia, S.Tr.Kep
NPM P05120419008
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. Mustakim
Nomor RM : 011238
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Halmahera RT 6 / RW 3 Surabaya
Sungai Serut, Kota Bengkulu
B. LATAR BELAKANG
Dalam rangka meningkatkan kesehatan pelayanan keperawatan kepada klien
yang mengalami gangguan jiwa. Dukungan dari keluarga merupakan unit yang paling
dekat dengan klien serta keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan yang
diperlukan bagi klien dengan gangguan jiwa kepada keluarga mengenai masalah yang
sedang dihadapi oleh klien dan mencegah terjadinya kekambuhan. Dalam hal ini peran
aktif keluarga dituntun guna untuk mengoptimalkan pengobatan pasien, serta
meningkatkan pemenuhan kebutuhannya sehari-hari. Pada pasien dengan Resiko
Perilaku Kekerasan peran keluarga sangat penting untuk membantu proses
penyembuhan pasien karena dapat diakibatkan oleh halusinasi.
Halusinasi merupakan akibat adanya gangguan dalam proses berpikir dan
orientasi realitas. Individu tidak mampu membedakan rangsangan internal dan eksternal.
Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya suatu
rangsangan dari luar. Gangguan persepsi ini meliputi seluruh panca indra..
Keluarga dapat mengetahui tanda dan gejala halusinasi dan memotivasi pasien
untuk melakukan kegiatan positif sesuai dengan kemampuan pasien, mengontrol pasien
untuk minum obat secara teratur, serta cara-cara merawat pasien gangguan persepsi
sensori halusinasi.
Kunjungan rumah perlu dilakukan terutama pada keluarga yang belum
mengetahui masalah yang dihadapi klien dan jarang mengunjungi pasien di rumah sakit.
Selain itu kunjungan rumah juga dilakukan kepada keluarga yang belum menerima
keadaan dan dampak terhadap keluarga akibat dari masalah yang dialami oleh klien.
Sehingga perawat perlu memberikan intervensi kepada keluarga berupa pendidikan
kesehatan tentang gangguan jiwa, masalah-masalah yang dialami klien yaitu gangguan
prsepsi sensori halusinasi dan cara-cara perawatan klien dirumah, karena keluarga
merupakan unit yang paling dekat dengan klien.
Diharapkan dengan adanya kunjungan rumah keluarga dapat merawat klien
gangguan persepsi sensori halusinasi dirumah dengan benar dan membantu
mempercepat penyembuhan klien dan mengurangi resiko kambuh ulang. Selain itu
dengan adanya kunjungan rumah ini diharapkan keluarga dan lingkungan dapat
menerima kehadiran klien setelah klien kembali kerumah tanpa membeda-bedakan
dengan anggota keluarga yang lainnya.
I. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 1 x 45 menit diharapkan keluarga mampu
memahami tentang mencegah kekambuhan dan penanganan pasien gangguan jiwa
dengan gangguan persepsi sensori halusinasi dengan minum obat secara teratur.
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa selama 45 menit diharapkan
keluarga klien mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian halusinasi
2. Penyebab halusinasi
3. Tanda dan gejala halusinasi
4. Fase-fase halusinasi
5. Melatih cara mengontrol halusinasi
6. Melakukan pencegahan kambuh ulang pada pasien sesuai tanda gejala yang
muncul.
7. Menyebutkan manfaat/pentingnya kontrol dan minum obat secara teratur
8. Menyebutkan peran keluarga dalam mencegah kekambuhan
9. Menyebutkan dampak yang timbul akibat tidak minum obat secara teratur
10. Paham tentang pentingnya obat terhadap kekambuhan pasien halusinasi.
V. METODE
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah, diskusi dan tanya
jawab.
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata (Zelika, 2015)
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Genetik
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu.
Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan
ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang
salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami
skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya
menjadi 35%.
2) Neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin,
dan glutamat.
b. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi: nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan
irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem syaraf pusat, kurangnya
latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi: lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah
tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas
sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social,
kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja,
stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa,
tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia
maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif,
ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.
4. Fase-fase Halusinasi
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien
1 2 3
Fase 1 : Comforting- Klien mengalami keadaan emosi Menyeringai atau tertawa
ansietas tingkat seperti ansietas, kesepian, rasa yang tidak sesuai,
sedang, secara bersalah, dan takut serta mencoba menggerakkan bibir tanpa
umum, halusinasi untuk berfokus pada penenangan menimbulkan suara,
bersifat pikiran untuk mengurangi pergerakan mata yang cepat,
menyenangkan ansietas. Individu mengetahui respon verbal yang lambat,
bahwa pikiran dan pengalaman diam dan dipenuhi oleh
sensori yang dialaminya tersebut sesuatu yang mengasyikkan.
dapat dikendalikan jika
ansietasnya bias diatasi
(Non psikotik)
Fase II: Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem syaraf
Condemning- menjijikkan dan menakutkan, otonom yang menunjukkan
ansietas tingkat klien mulai lepas kendali dan ansietas, seperti peningkatan
berat, secara umum, mungkin mencoba untuk nadi, pernafasan, dan tekanan
halusinasi menjadi menjauhkan dirinya dengan darah; penyempitan
menjijikkan sumber yang dipersepsikan. Klien kemampuan konsentrasi,
mungkin merasa malu karena dipenuhi dengan pengalaman
pengalaman sensorinya dan sensori dan kehilangan
menarik diri dari orang lain. kemampuan membedakan
(Psikotik ringan) antara halusinasi dengan
realita.
Fase III: Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti
Controlling-ansietas perlawanan terhadap halusinasi petunjuk yang diberikan
tingkat berat, dan menyerah pada halusinasi halusinasinya daripada
pengalaman sensori tersebut. Isi halusinasi menjadi menolaknya, kesukaran
menjadi berkuasa menarik, dapat berupa berhubungan dengan orang
permohonan. Klien mungkin lain, rentang perhatian hanya
mengalarni kesepian jika beberapa detik atau menit,
pengalaman sensori tersebut adanya tanda-tanda fisik
berakhir. (Psikotik) ansietas berat : berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-teror
Panik, umumnya mengancam dan menakutkan jika seperti panik, berpotensi kuat
halusinasi menjadi klien tidak mengikuti perintah. melakukan bunuh diri atau
lebih rumit, melebur Halusinasi bisa berlangsung membunuh orang lain,
dalam halusinasinya dalam beberapa jam atau hari jika Aktivitas fisik yang
tidak ada intervensi terapeutik. merefleksikan isi halusinasi
(Psikotik Berat) seperti amuk, agitasi, menarik
diri, atau katatonia, tidak
mampu berespon terhadap
perintah yang kompleks,
tidak mampu berespon
terhadap lebih dari satu
orang.
13. Peran keluarga dalam mencegah kekambuhan klien dengan gangguan jiwa
Salah satu factor yang menyebabkan kekambuhan klien dengan gangguan jiwa
diantaranya adalah keluarga. Ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga seperti
bermusuhan, mengkrtik, tidak ramah, banyak menekan dan menyalahkan dapat
menimbulkan kekambuhan pada klien tersebut mendukung bagi perbaikan atau
peningkatan kesehatan jiwa klien melainkan menjadi stressor bagi klien yang
merupakan stimulus munculnya kekambuhan klien
14. Hal yang harus dilakukan keluarga dalam perawatan pasien dengan gangguan jiwa
a. Memenuhi kebutuhan sehari-hari, yaitu: Bantu & perhatikan pemenuhan
kebutuhan makan dan minum, kebersihan diri & penampilan
b. Latih kegiatan sehari-hari, misalnya makan sendiri, cuci pakaian
sendiri, membersihkan rumah.
c. Bantu komuniksai yang teratur
1) Kontak/bicara yang teratur.
2) Pertahankan tatap mata saat bicara.
3) Sabar, lembut dan tidak terburu-buru.
4) Berikan pujian bila melakukan hal yang benar atau baik.
d. Libatkan dalam kelompok
1) Beri kesempatan nonton TV, baca koran, dengar musik.
2) Sediakan peralatan pribadi, misalnya tempat tidur, lemari pakaian
3) Ikut sertakan dalam pertemuan keluarga secara teratur.
4) Ikut sertakan dalam kegiatan pengobatan kelompok, misalnya permainan.
Daftar Referensi
Hastings Diana. (2008). Peran Keluarga Dalam Perawatan Pasien Dengan Gangguan Jiwa
Halusinasi.edisi kedua, Jakarta : EGC
Hamid, Achir Yani. (2010). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Friedman. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktek, Edisi kelima,
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Stuart.G. W., Sundeen, (2009). Buku Saku Keperawatan Jiwa.Edisi 5, Jakarta : EGC
IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. Mustakim
Nomor RM : 011238
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Halmahera RT 6 / RW 3 Surabaya
Sungai Serut, Kota Bengkulu
IDENTITAS KELUARGA
Nama : Tn. Gurrmi
Hubungan dengan pasien : Saudara kandung
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tani
Agama : Islam
No. Hp : 0823 7760 5088
Alamat : Jl. Halmahera RT 6 / RW 3 Surabaya
Sungai Serut, Kota Bengkulu