Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL HOME VISIT

KEPERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH :
Anita Yulia, S.Tr.Kep
NPM P05120419008

PRECEPTOR AKADEMIK PRECEPTOR LAHAN

Ns. Ervan M.Kep.,SP.Kep.J Ns. Meydi Nugroho S.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
PRE PLANNING HOME VISIT

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. Mustakim
Nomor RM : 011238
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Halmahera RT 6 / RW 3 Surabaya
Sungai Serut, Kota Bengkulu

B. LATAR BELAKANG
Dalam rangka meningkatkan kesehatan pelayanan keperawatan kepada klien
yang mengalami gangguan jiwa. Dukungan dari keluarga merupakan unit yang paling
dekat dengan klien serta keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan yang
diperlukan bagi klien dengan gangguan jiwa kepada keluarga mengenai masalah yang
sedang dihadapi oleh klien dan mencegah terjadinya kekambuhan. Dalam hal ini peran
aktif keluarga dituntun guna untuk mengoptimalkan pengobatan pasien, serta
meningkatkan pemenuhan kebutuhannya sehari-hari. Pada pasien dengan Resiko
Perilaku Kekerasan peran keluarga sangat penting untuk membantu proses
penyembuhan pasien karena dapat diakibatkan oleh halusinasi.
Halusinasi merupakan akibat adanya gangguan dalam proses berpikir dan
orientasi realitas. Individu tidak mampu membedakan rangsangan internal dan eksternal.
Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya suatu
rangsangan dari luar. Gangguan persepsi ini meliputi seluruh panca indra..
Keluarga dapat mengetahui tanda dan gejala halusinasi dan memotivasi pasien
untuk melakukan kegiatan positif sesuai dengan kemampuan pasien, mengontrol pasien
untuk minum obat secara teratur, serta cara-cara merawat pasien gangguan persepsi
sensori halusinasi.
Kunjungan rumah perlu dilakukan terutama pada keluarga yang belum
mengetahui masalah yang dihadapi klien dan jarang mengunjungi pasien di rumah sakit.
Selain itu kunjungan rumah juga dilakukan kepada keluarga yang belum menerima
keadaan dan dampak terhadap keluarga akibat dari masalah yang dialami oleh klien.
Sehingga perawat perlu memberikan intervensi kepada keluarga berupa pendidikan
kesehatan tentang gangguan jiwa, masalah-masalah yang dialami klien yaitu gangguan
prsepsi sensori halusinasi dan cara-cara perawatan klien dirumah, karena keluarga
merupakan unit yang paling dekat dengan klien.
Diharapkan dengan adanya kunjungan rumah keluarga dapat merawat klien
gangguan persepsi sensori halusinasi dirumah dengan benar dan membantu
mempercepat penyembuhan klien dan mengurangi resiko kambuh ulang. Selain itu
dengan adanya kunjungan rumah ini diharapkan keluarga dan lingkungan dapat
menerima kehadiran klien setelah klien kembali kerumah tanpa membeda-bedakan
dengan anggota keluarga yang lainnya.

C. TUJUAN KUNJUNGAN RUMAH


1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan kunjungan rumah maka keluarga dapat mengetahui masalah
gangguan persepsi sensori halusinasi yang terjadi pada pasien dan meningkatkan
pengetahuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita gangguan
jiwa.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan kunjungan rumah maka keluarga dapat :
a. Membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Memvalidasi data dan melengkapi data terhadap klien.
c. Untuk mendapatkan informasi langsung dari keluarga tentang :
1) Alasan masuk rumah sakit
2) Kebiasaan keluarga dalam merawat klien
3) Faktor pendukung keluarga
4) Pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa
5) Harapan keluarga terhadap klien
d. Melakukan implementasi berdasarkan masalah keperawatan klien dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi:
1) Menjelaskan tentang pengertian halusinasi
2) Penyebab halusinasi
3) Tanda dan gejala halusinasi
4) Fase-fase halusinasi
5) Melatih cara mengontrol halusinasi
6) Melakukan pencegahan kambuh ulang pada pasien sesuai tanda gejala yang
muncul.
7) Menyebutkan manfaat/pentingnya kontrol dan minum obat secara teratur
8) Menyebutkan peran keluarga dalam mencegah kekambuhan
9) Menyebutkan dampak yang timbul akibat tidak minum obat secara teratur
10) Paham tentang pentingnya obat terhadap kekambuhan pasien halusinasi.
D. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Rencanakan interaksi perawat dengan keluarga klien
2. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga klien
3. Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan klien
4. Motivasi keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan klien
5. Keluarga paham tentang pentingnya obat terhadap kekambuhan pasien halusinasi
6. Beri reinforcement pada keluarga
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Halusinasi


Sub pokok bahasan : Manfaat minum obat secara teratur dan peran keluarga dalam
mencegah kekambuhan pada pasien gangguan persepsi sensori
halusinasi dirumah.
Sasaran : Keluarga
Hari / Tanggal : Sabtu/30 November 2019
Waktu : 45 menit
Tempat : Rumah keluarga Tn. Mustakim

I. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 1 x 45 menit diharapkan keluarga mampu
memahami tentang mencegah kekambuhan dan penanganan pasien gangguan jiwa
dengan gangguan persepsi sensori halusinasi dengan minum obat secara teratur.
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa selama 45 menit diharapkan
keluarga klien mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian halusinasi
2. Penyebab halusinasi
3. Tanda dan gejala halusinasi
4. Fase-fase halusinasi
5. Melatih cara mengontrol halusinasi
6. Melakukan pencegahan kambuh ulang pada pasien sesuai tanda gejala yang
muncul.
7. Menyebutkan manfaat/pentingnya kontrol dan minum obat secara teratur
8. Menyebutkan peran keluarga dalam mencegah kekambuhan
9. Menyebutkan dampak yang timbul akibat tidak minum obat secara teratur
10. Paham tentang pentingnya obat terhadap kekambuhan pasien halusinasi.

II. WAKTU DAN TEMPAT


a. Hari/ Tanggal : Sabtu/ 30 November 2019
b. Pukul : 16.00-16.45
c. Tempat : Rumah keluarga Tn.M
III. MATERI
Terlampir

IV. MEDIA DAN SUMBER BAHAN


Leaflet kepatuhan obat.

V. METODE
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah, diskusi dan tanya
jawab.

VI. RENCANA PENYULUHAN


No Waktu Tindakan Keperawatan Waktu Kegiatan Penanggung
Keluarga Jawab
1. 16.00- Orientasi
16.10 a) Salam 10 a) Menjawab
WIB menit salam
b) Memperkenalkan diri b) Berjabat
tangan
c) Menjelaskan tujuan dan c) Mendengarkan
kontrak waktu
d) Mengkaji pengetahuan d) Menjelaskan
keluarga tentang halusinasi tentang
(Pre test) halusinasi
2. 16.10- Kerja/Tindakan keperawatan
16.35 a) Memberikan penyuluhan 25 Mendengarkan
WIB kesehatan kepada keluarga menit dan
tentang: Memperhatikan,
1. Pengertian halusinasi Tanya jawab
2. Faktor penyebab
halusinasi
3. Tanda dan gejala
halusinasi
4. Fase halusinasi
5. Cara mengontrol
halusinasi
6. Peran keluarga dalam
upaya pencegahan
kekambuhan penderita
di rumah
7. Pentingnya kontrol
dan minum obat secara
teratur
8. Dampak yang timbul
akibat tidak minum
obat secara teratur
9. Pentingnya obat
terhadap kekambuhan
pasien halusinasi
3. 16.35- Terminasi
16.45 a) Evaluasi respon keluarga 10 Menjawab salam
WIB terhadap kunjungan rumah menit
b) Evaluasi kemampuan
keluarga dalam
memberikan perawatan
kepada klien
c) Tindak lanjut:
kesepakatan keluarga
untuk terlibat dalam
asuhan (di rumah sakit / di
rumah)
d) Salam
Lampiran : Materi

PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN DAN PENANGANAN


PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASI

1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata (Zelika, 2015)

2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Genetik
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu.
Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan
ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang
salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami
skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya
menjadi 35%.
2) Neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin,
dan glutamat.
b. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi: nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan
irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem syaraf pusat, kurangnya
latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi: lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah
tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas
sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social,
kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja,
stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa,
tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia
maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif,
ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.

3. Tanda dan Gejala


Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (1998) dalam Yusalia
(2015).
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan, paling sering suara kata
yang jelas, berbicara dengan klien bahkan sampai percakapan
lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien mendengar perkataan bahwa
pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat
membahayakan.

Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar giometris,


gambar karton dan atau panorama yang luas dan komplek.
Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan /sesuatu
yang menakutkan seperti monster.

Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah, urine, fases umumnya


baubau yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman
biasanya sering akibat stroke, tumor, kejang / dernentia.

Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, fases.

Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang


jelas rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.

Sinestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah divera (arteri),


pencernaan makanan.

Kinestetik Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak

4. Fase-fase Halusinasi
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien
1 2 3
Fase 1 : Comforting- Klien mengalami keadaan emosi Menyeringai atau tertawa
ansietas tingkat seperti ansietas, kesepian, rasa yang tidak sesuai,
sedang, secara bersalah, dan takut serta mencoba menggerakkan bibir tanpa
umum, halusinasi untuk berfokus pada penenangan menimbulkan suara,
bersifat pikiran untuk mengurangi pergerakan mata yang cepat,
menyenangkan ansietas. Individu mengetahui respon verbal yang lambat,
bahwa pikiran dan pengalaman diam dan dipenuhi oleh
sensori yang dialaminya tersebut sesuatu yang mengasyikkan.
dapat dikendalikan jika
ansietasnya bias diatasi
(Non psikotik)
Fase II: Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem syaraf
Condemning- menjijikkan dan menakutkan, otonom yang menunjukkan
ansietas tingkat klien mulai lepas kendali dan ansietas, seperti peningkatan
berat, secara umum, mungkin mencoba untuk nadi, pernafasan, dan tekanan
halusinasi menjadi menjauhkan dirinya dengan darah; penyempitan
menjijikkan sumber yang dipersepsikan. Klien kemampuan konsentrasi,
mungkin merasa malu karena dipenuhi dengan pengalaman
pengalaman sensorinya dan sensori dan kehilangan
menarik diri dari orang lain. kemampuan membedakan
(Psikotik ringan) antara halusinasi dengan
realita.
Fase III: Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti
Controlling-ansietas perlawanan terhadap halusinasi petunjuk yang diberikan
tingkat berat, dan menyerah pada halusinasi halusinasinya daripada
pengalaman sensori tersebut. Isi halusinasi menjadi menolaknya, kesukaran
menjadi berkuasa menarik, dapat berupa berhubungan dengan orang
permohonan. Klien mungkin lain, rentang perhatian hanya
mengalarni kesepian jika beberapa detik atau menit,
pengalaman sensori tersebut adanya tanda-tanda fisik
berakhir. (Psikotik) ansietas berat : berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-teror
Panik, umumnya mengancam dan menakutkan jika seperti panik, berpotensi kuat
halusinasi menjadi klien tidak mengikuti perintah. melakukan bunuh diri atau
lebih rumit, melebur Halusinasi bisa berlangsung membunuh orang lain,
dalam halusinasinya dalam beberapa jam atau hari jika Aktivitas fisik yang
tidak ada intervensi terapeutik. merefleksikan isi halusinasi
(Psikotik Berat) seperti amuk, agitasi, menarik
diri, atau katatonia, tidak
mampu berespon terhadap
perintah yang kompleks,
tidak mampu berespon
terhadap lebih dari satu
orang.

5. Cara Mengontrol Halusinasi


Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada beberapa cara yang bisa dilatihkan
kepada klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi :
a. Menghardik halusinasi.
Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan
pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik halusinasi.
Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”. Ini
dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat.
b. Menggunakan obat.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan klien yang
mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini penting dilakukan
dengan dua alasan.
c. Berinteraksi dengan orang lain.
Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan
orang lain: Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya.
Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat memvalidasi
persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami peningkatan stimulus eksternal
jika berhubungan dengan orang lain. Dua hal ini akan mengurangi fokus perhatian
klien terhadap stimulus internal yang menjadi sumber halusinasinya.
d. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak
dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan halusinasinya.
Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun rencana kegiatan dari pagi sejak bangun pagi
sampai malam menjelang tidur dengan kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus
selalu memonitor pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada
waktu lagi untuk melamun tak terarah. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan
cara ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal

6. Peran Keluarga Dalam Upaya Pencegahan Kekambuhan Penderita Di Rumah


a. Memberikan perhatian dan rasa kasih sayang dan penghargaan sosial kepada
penderita
b. Mengawasi kepatuhan penderita dalam minum obat.
c. Bantu penderita untuk selalu berinteraksi dengan lingkungan
d. Beri kegiatan yang positif untuk mengisi waktu penderita dirumah.
e. Jangan biarkan penderita menyendiri, libatkan dalam kegiatan sehari-hari.
f. Memberikan pujian jika penderita melakukan hal yang positif.
g. Jangan mengkritik penderita jika penderita melakukan kesalahan.
h. Menjauhkan penderita dari pengalaman atau keadaan yang menyebabkan penderita
merasa tidak berdaya dan tidak berarti
i. Membawa penderita untuk kontrol rutin kepelayanan kesehatan.

7. Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:


1) Clorpromazine (CPZ), Warna : Orange
Indikasi: Untuk mengatasi ansietas, ketegangan, kebingungan, insomnia,
halusinasi, waham, dan gejala – gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita
skizofrenia,
Efek samping:
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, mulut kering, hidung tersumbat,
konstipasi, amenore pada wanita, gejala ekstrapiramida.
2) Haloperidol (Haldol, Serenace), Warna : Putih besar
Indikasi:
Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la tourette pada
anak–anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku yang berat pada anak –
anak.
Efek samping:
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah, gejala
ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping yang jarang adalah nausea,
diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala gangguan otonomik. Efek samping
yang sangat jarang yaitu alergi, reaksi hematologis
3) Trihexiphenidyl (THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala skizofrenia.
Kontra indikasi: Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif
terhadap fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap phenotiazine. Intoksikasi
biasanya terjadi gejala – gejala sesuai dengan efek samping yang hebat.
Pengobatan over dosis ; hentikan obat berikan terapi simtomatis dan suportif, atasi
hipotensi dengan levarteronol hindari menggunakan ephineprine ISO, (2008)
dalam Pambayun (2015).

8. Displin Minum Obat


Perilaku pasien yang menaati semua ketentuan dan peraturan dalam
penggunaan obat sesuai dengan petunjuk medis yang telah diberikan oleh tenaga
kesehatan. Hal ini merupakan syarat utama tercapainya keberhasilan dalam pengobatan
yang dilakukan

9. Mengapa penderita ganguan jiwa harus minum obat?


a. Penderita umumnya merasa tidak memiliki masalah atau sakit.
b. Untuk memacu atau menghambat fungsi mental yang terganggu.
c. Memperbaiki kondisi penderita.

10. Manfaat dan tujuan pemberian obat


a. Membantu klien menjadi lebih tenang sehingga dapat beristirahat
b. Membantu klien dalam mengendalikan emosi
c. Membantu mengendalikan perilaku klien
d. Membantu klien dalam berinteraksi dengan orang lain
e. Membantu proses pikir (konsentrasi)
11. Mengapa penderita ganguan jiwa sering tidak teratur minum obat?
a. Tidak menyadari kalau sakit.
b. Merasa bosan dengan pengobatan karena membutuhkan waktu yang lama.
c. Adanya efek samping dari pengobatan.
d. Tidak nyaman terhadap jumlah dan dosis obat.
e. Lupa minum obat.
f. Tidak mendapat dukungan dari keluarga.
g. Sikap negatif terhadap pengobatan (berhenti pengobatan medis karena melakukan
pengobatan tradisional atau alternatif)

12. Akibat ketidakpatuhan minum oobat


a. Ketidakteraturan minum obat dapat meimbulkan kekambuhan.
b. Terjadi overdosis (untuk penggunaan yang berlebihan)
c. Berkurangnya efektivitas obat yang dikonsumsi

13. Peran keluarga dalam mencegah kekambuhan klien dengan gangguan jiwa
Salah satu factor yang menyebabkan kekambuhan klien dengan gangguan jiwa
diantaranya adalah keluarga. Ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga seperti
bermusuhan, mengkrtik, tidak ramah, banyak menekan dan menyalahkan dapat
menimbulkan kekambuhan pada klien tersebut mendukung bagi perbaikan atau
peningkatan kesehatan jiwa klien melainkan menjadi stressor bagi klien yang
merupakan stimulus munculnya kekambuhan klien

14. Hal yang harus dilakukan keluarga dalam perawatan pasien dengan gangguan jiwa
a. Memenuhi kebutuhan sehari-hari, yaitu: Bantu & perhatikan pemenuhan
kebutuhan makan dan minum, kebersihan diri & penampilan
b. Latih kegiatan sehari-hari, misalnya makan sendiri, cuci pakaian
sendiri, membersihkan rumah.
c. Bantu komuniksai yang teratur
1) Kontak/bicara yang teratur.
2) Pertahankan tatap mata saat bicara.
3) Sabar, lembut dan tidak terburu-buru.
4) Berikan pujian bila melakukan hal yang benar atau baik.
d. Libatkan dalam kelompok
1) Beri kesempatan nonton TV, baca koran, dengar musik.
2) Sediakan peralatan pribadi, misalnya tempat tidur, lemari pakaian
3) Ikut sertakan dalam pertemuan keluarga secara teratur.
4) Ikut sertakan dalam kegiatan pengobatan kelompok, misalnya permainan.
Daftar Referensi

Hastings Diana. (2008). Peran Keluarga Dalam Perawatan Pasien Dengan Gangguan Jiwa
Halusinasi.edisi kedua, Jakarta : EGC

Hamid, Achir Yani. (2010). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Friedman. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktek, Edisi kelima,
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Keliat, budi A. (2010). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC

Maramis, W. F. (2008). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya : Airlangga University


Press.

Stuart.G. W., Sundeen, (2009). Buku Saku Keperawatan Jiwa.Edisi 5, Jakarta : EGC
IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. Mustakim
Nomor RM : 011238
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Halmahera RT 6 / RW 3 Surabaya
Sungai Serut, Kota Bengkulu

IDENTITAS KELUARGA
Nama : Tn. Gurrmi
Hubungan dengan pasien : Saudara kandung
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tani
Agama : Islam
No. Hp : 0823 7760 5088
Alamat : Jl. Halmahera RT 6 / RW 3 Surabaya
Sungai Serut, Kota Bengkulu

Anda mungkin juga menyukai