Anda di halaman 1dari 3

Dalam historis Yunani, sokrates-lah yang pertama-tama menyebutkan diri sebagai

“philoophus”, yang merupakan hasil prtes terhadal kaum terpelajar yang menamakan diri
mereka “shopist” (si bijaksana). Menurut socrates, sebutan atas “sophist” adalah simbol dari
kesombongan, maka secukupnya lebih baikk untuk memilih sebutan “philosiphus” (pecinta
kebijaksanaan), di mana untuuk menuju kepada orang yang ingin menacari dan mempunyai
pengetahuan yang luhur/bijaksana (shopos).

Bijaksana mengandung dua sisi makna, pada satu sisi bahwa keputusan ataupun pengertian
yang diambil haruslah telah melalui proses pengertian yang mendalam dan pada sisiilain,
keputusan yang dinyatakan adakah benar. Benar artinya baik dan tepat. Dalam cakrawala
lain, shopis diartikan lebih luas lagi dari pada kebijaksanaan di antaranya: (1) kerajinan, (2)
kebenaran pertama, (3) pengetahuan yang luas, (4) kebijaksanaan intelektual, (5)
pertimbangan yang sehat, (6) jecerdikan dakam memutuskan hal-hal praktis. Namun pada
intinya semua arti tersebut untuk menunjuk kepada pencarian atas keutamaan mental.

Kegiatan kefilsafatan ialah merenyg. Akan tetapi merenung bukanlah melaum, juga bukan
berpikir secara kebetulan yang bersifar untung-untungan. Perenungan filsafat merupakan
percobaan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional, yang memadai untuk
memahami dunia tempat kita hidup, maupun utuk memahami diri kita sendiri. Namin bagi
penulis, perenungan kefilsafatan tidak hanya untuk menyusun sistem pengetahuan yang
rasional saja, karena objek dari filsafat adalaj kehjidupan manusia di alam semesta termasuk
yang tidak rasional. Seperti seorang laki-laki yang dimabuk kasmaran terhgadap seorang
wanita, dapat bertindak negatif, bahkan sampai menghilangkan nyawa laku laki lain karena
cemburu. Sebagimana kita pahami, tindakan itu adalah irrasional.

Fiilsafat itu bisa datang sebelum dan sesudah ilmu. Bagi penulis, filsafat ada ketik manusia
berangkat dari kesadaran untuk disebut dengan “tahu” dalam menuju kepada pengethuhan.
Berikutnya beranjak untuk menjelma ke dalam bentuk ilmu. Setelah itu, menjadi pengetahuan
lanjut.

Filsadar menelusuri tenyang segala sesuatu yang lalu, sekarang, dan yang akan datang. Oleh
karena itu, filsafat memiliki orientasi untuk mempelajari alur cipt dari ciptaan Allah, Tuhan
semesta alam. Segala sesuatu yang tercipta di pelajari oleh manusia secara parsial (bagian
demi bagian) dari satu generasi ke generasi selanjutnya, daru tahu kepada tahu untuk
membuka tahu itu secara utuh, akan tahu itu sendiri.
Demikian halnya dengan manusia. Aku lahir dalam suatu keluarga. Aku tak menyadari
bagaimana kau awal dan akhirnya, namun yang kutahu bahwa aku hadir dan hidup karena
adanya orangtuaku. Dalam kancah pendidikan aku diperlombakan untuk meraih prestasi
dalam meraup ilmu. Ilmu dibuka, agar semua ilmu menjadi pengetahun yang terbuka.
Beranjak dewasa, aku mulai bertanya ‘aku ini siapa?, di manakah aku berada?, apakah saja
yang ada di dalam dan di luar diriku?’ berangkar dari kebutaan menuju seberkas cahaya. Hal
serupa terjadi pada bumi apabiila dapat diandaikan dengan bentuk yang bulat berisim dan
dapat pula mengajukan tanya “untuk apa aku ini?, hanya berputa dan bekeliling!, di manakah
aku?, dan apakah saja di dalam dan diluar diriku?’ hanya berputar dan berkeliling! Sekilas
saja [ertanaan muncuk berangkt dari kesadaran akan hidup, untuk mencari jawab arti “tahu”

Filsafat merupakan refleksi kritis, berlainan dengan ilmu yang langsung berhubungan dengan
dunia nyata ayai dunia pengalaman (dunia empiris).

Dalam pandangan penulis sendiri, hukum alam itu merupakan hukum penciptaan. Artinya
segala sesuatu yang adalam dalam semsesta pada hakikatnya memiliki peranan dan fungsi
yang berjalan dengan fungsi dan sistem yang telah ditentukan. Manusia memiliki
keistimwaan, di mana hal ini sudah menjadi baku, bahwa hanya manusia yang memiliki akal
budi dan imajinasi. Dengan akalnya manusia dapat memikirkan tentang segala sesuatu yang
terdapat dalam pergulatan hidup memikirkan tentang segala sesuatu yang terdapat dalam
pergulatan hiduip yang ditemui dalam lingkungan hidupnya, dengan budinya manusa dapat
berperilaku atau bertindak berdasarkan nalurinya kemanusiaannya. Dengan imajinasinya
manusia mampu merekontruksi arag dan gambaran masa depan yang akan dilaluinya serta
mempertahankan dan meningkatkan kuantitas dan kualitas hidupnya.

Aturan-aturan hukum alam memiliki dasarnya dalam kehidupan manusia. Alirsan hukum
alam memberikan penekanan pada ajarannya bahwa dalam kehidupan seiap orang hendaknya
pada moral yang tertuju terhadap nilai kemanusiaan. Hakikat terhadap nilai kemanusiaan
bagi orang indonesia itu terkandung dalam Pancasila.

Thomas Aquins mengidentifikasi wujud keberlakuakn hukum alam di dalam kodrat manusa
sebagai berikut:

a. Kecenderungan untuk mempertahankan diri


b. Kecenderungan untu hidup bermasyarakat.
c. Kecenderungan untuk memperoleh kebenaran da mungkin dari kebodohan, serta
kecenderungan untuk berbuat atas pitisan akal.

Keenam wujud dari keberlakuan hukum pada aliran hukum alam ini begitu relevan dengan
sifat-sifat hakiki dari Pancasila yang secara kodrat menempatkani manusia sebagai makhluk
Tuhan yang satu yang bercita-cita untuk keberadaan manusia, sebagai makhluk Tuhan yang
bersatu dengan lingkungannya berdasarkan rasa persaudaraan, sebagai makhluk yang harus
hidup bersama dan berkehendak untuk menciptakan keadilan yang bersifat sosial bagi
masyarakat Indonesia.

Lalu dalam keberadaan aturan hukum alam membentuk persepektif hukum yang lebih tinggi.
Hukum alam sebagai standar regulatid hukum positif juga menjadi sarana kritik aau koreksi
atas hukum positif. Begitupun dengan pancasila sebagai norma fundamental dan sumber dari
segala sumber hukum dalam tertib hukum di Indonesia yang menjadi acuan dalam praktik
huku dalam tertib hukum di Indonesia yang menjadi acuan dalam praktik penyelenggaraan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat Indonesia.

Aliran dari ajaran hukum alam/hukum kodrat ini memandang bahwa alam harus dipelihara
oleh manusia untuk mencapai tujuan. Sehubung dengan perlunya kesadaran atas posisi
manusia untuk menyesuaikan dengan kepentungan atau tatanan normatif yang terdapat pada
alam tersebut, maka tolak ukur yang dipandang sesuai terhadap esensi hukum, terletak pada
di mana apa yang dipandang sesuai dengan kepentingan alam adalah kebiakan, maka
lakukanlah kebaikan dan bertindaklah secara adil dan apa yang jahat dan tidak adil harus
dihindarkan. Hakikat ini merupakan aturan alam semesta yang diciptakan oleh Tuhan, dalam
hukum abadinya, sehingga norma-norma dasar pada aliran huku ini bersifat kekal, abadi
dan universal.

Oleh karena esensi hukum menurut hukum alam adalah kepentingan alam yangb berupa
kebaikan maka jelas tolak ukurnya terletak pada moral

Pada sifat ajaran hukum alam yang kekal, abadi dan universal tersebut norma-normanya akan
senan

Anda mungkin juga menyukai

  • B
    B
    Dokumen3 halaman
    B
    Gloria Georgina
    Belum ada peringkat
  • PENGERTIAN
    PENGERTIAN
    Dokumen6 halaman
    PENGERTIAN
    Gloria Georgina
    Belum ada peringkat
  • PENGERTIAN
    PENGERTIAN
    Dokumen6 halaman
    PENGERTIAN
    Gloria Georgina
    Belum ada peringkat
  • Tujuan NKRI
    Tujuan NKRI
    Dokumen5 halaman
    Tujuan NKRI
    Gloria Georgina
    Belum ada peringkat
  • Uu No 5 1997 PJS
    Uu No 5 1997 PJS
    Dokumen21 halaman
    Uu No 5 1997 PJS
    Gloria Georgina
    Belum ada peringkat