Anda di halaman 1dari 50

i

MAKALAH KOMUNITAS I
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
TAHAP LANSIA

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Desi Enggar Pravita (10215004)
Fitriah Nurul Hidayah (10215010)
Abdul Chafid Muzaki (10215033)
Arvina Umaiya Zahro (10215041)
Rinda Dinarti (10215044)
Haris Tirta Kusuma (10215051)
Leander Yulis ( )

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2017

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah “ASUHAN KEPERAWATAAN KELUARGA
TERHADAP LANSIA”
Kami sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Komunitas
I Bagus Aprianto., S.Kep., Ns. dan semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini.
Kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 24 Oktober 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
iii

Halaman Judul..............................................................................................................
i
Kata pengantar .............................................................................................................
ii
Daftar Isi .......................................................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
........................................................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah
........................................................................................................................
2
1.3 Tujuan
........................................................................................................................
2
1.4 Manfaat
........................................................................................................................
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keperawatan Keluarga
.................................................................................................................
4
2.2 Konsep Lansia
.............................................................................................................................
10
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga Tahap Lansia
.............................................................................................................................
15
2.4 Konsep Dasar Hipertensi
.............................................................................................................................
20
BAB 3 PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA
3.1 Identitas Umum Keluarga
.............................................................................................................................
25

iii
iv

3.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


.............................................................................................................................
27
3.3 Pengkajian Lingkungan
.............................................................................................................................
28
3.4 Struktur Keluarga
.............................................................................................................................
31
3.5 Fungsi Keluarga
.............................................................................................................................
32
3.6 Stres dan Koping Keluarga
.............................................................................................................................
34
3.7 Pemeriksaan Fisik
.............................................................................................................................
35
3.8 Harapan Keluarga
.............................................................................................................................
36
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
........................................................................................................................
50
4.2 Saran
........................................................................................................................
50
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986 ). Keluarga adalah
anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah
adaptasi atau perkawinan (WHO, 1969). Keluarga memiliki peran penting
dalam perawatan lansia yang ada dalam keluarganya.
Proporsi lansia di dunia diperkirakan mencapai 22 persen dari
penduduk dunia atau sekitar 2 miliar pada tahun 2020, sekitar 80% lansia
hidup di negara berkembang. Rata-rata usia harapan hidup di negara-negara
kawasan Asia Tenggara adalah 70 tahun, sedangkan di Indonesia termasuk
cukup tinggi yaitu 71 tahun (Profil Data Kesehatan Indonesia tahun, 2011).
Jumlah penduduk di 11 negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara yang
berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus
meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050. Sedangkan Jumlah lansia di
seluruh dunia dapat mencapai jumlah 1 miliar orang dalam kurun 10 tahun
mendatang (Dana Kependudukan PBB, 2013 ).
Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia
tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan (Fatimah, 2010). Usia lanjut
adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang
bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade (Notoadmojo, 2010 ) Menurut
Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun.

1
2

Dalam hal mempermudah penyembuhan perlu dilibatkan keluarga,


karena keluargalah yang banyak menghabiskan waktu dengan pasien. Pada
makalah ini akan dibahas secara singkat asuhan keperawatan pada pasien
lanjut usia. Dan diharpkan mampu dijadikan referensi untuk memahami asuha
keperawatan keluarga dengan lanjut usia.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan keluarga tahap lansia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menerapkan proses asuhan keperawatan pada keluarga tahap lansia
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Menjelaskan dasar teori asuhan keperawatan keluarga
b. Menjelaskan dasar teori proses menua
c. Menerapkan asuhan keperawatan tahap lansia

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
informasi khususnya pada asuhan keperawatan keluarga tahap
lansia.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi kesehatan
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan khususnya pada
keluarga tahap lansia
b. Bagi Instansi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk proses belajar
mengajar tentang asuhan keperawatan keluarga tahap lansia

c. Bagi Keluarga
Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan dan informasi
tentang konsep keluarga tahap lansia.
d. Bagi Penulis
3

Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan dan


pengalaman khususnya dibidang keluarga dan komunitas
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keperawatan Keluarga


2.1.1 Definsi Keluarga
Duvall (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap anggota
keluarga.
Bailon dan Maglaya (1978) juga menyebutkan keluarga adalah dua
atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka salaing berinteraksi satu
dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan
serta mempertahankan suatu budaya.
Sedangkan menurut Johnson’s (1992), keluarga adalah kumpulan
dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau
tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal
dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban
antara satu orang dengan lainnya.
Spradley dan Allender (1996) menyebutkan satu atau lebih
individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan
mengembangkan dalam iterelasi sosial, peran dan tugas.
Dari pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah:
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka
tetap memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik.

4
5

4. Mempunyai tujuan;
a. menciptakan dan mempertahankan budaya
b. meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, sosial anggota.

2.1.2 Tipe Keluarga


Tipe keluarga tradisional :
1. The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami
istri dan anak (kandung atau angkat).
2. The dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak.
3. Keluarga usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia
lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.
4. The childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa
disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.
5. The Extended family, keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.
6. “Single parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian).
7. Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa
berkumpul pada hari minggu atau libur saja.
8. Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
9. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling
berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur,
sumur yang sama.
10. Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11. “Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
satu orang dewasa.
Tipe keluarga non tradisional :
6

1. The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang
dewasa terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2. The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.
3. Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang
hidup serumah.
4. The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup

bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.

5. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex


tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.

6. Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan


perkawinan karena alasan tertentu.
7. Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa
saling menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.
8. Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma
dan aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang
sama dan bertanggung jawab membesarkan anak.
9. Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan
saudara untuk waktu sementara.
10. Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang
permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
11. Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

2.1.3 Fungsi Keluarga


Friedman 1986 mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu:
1. Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilanm elaksanakan fungsi afektif
tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang
7

positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan


hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan
konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga
dalam memenuhi fungsi afektif adalah:
a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang
mendapatkan kasih sayang dang dukungan dari anggota yang lain
maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan
meningkat yang pada akhiranya tercipta hubungan yang hangat dan
saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan
modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diliar
keluarga atau masyarakat.
b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai
c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui
proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan
anggota keluarga. Orang tuan harus mengembangkan proses
identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku
yang positif tersebut
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah
keluarga timbul karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosial (Friedman, 1986).
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar
8

anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga


belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui
hubungan dan interaksi dengan keluarga.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan semua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat
tinggal dan lain sebagainya.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat
dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman, 1998):
a. Mengenal masalah
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.

2.1.4 Pendekatan Dalam Keperawatan Keluarga (stanhope & lancaster,


2004)
Keluarga sebagai kontek (Family as Context):
a. Karakteristik pendekatan
1. Individu ditempatkan pada fokus pertama sedangkan keluarga yang
kedua
9

2. Fokus pelayanan keperawatan: individu


3. Individu/anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi
4. Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan
Keluarga sebagai klien (Family as Client):
b. Karakteristik pendekatan
1. Perhatian utama pada keluarga sedangkan individu kedua
2. Keluarga dilihat sebagai penjumlahan dari individu-individu anggota
keluarga
3. Perhatian dikonsentrasikan bagaimana kesehatan individu
berdampak pada keluarga secara keseluruhan
Keluarga sebagai sistem (Family as System)
c. Karakteristik pendekatan
1. Fokus pada keluarga sebagai klien dan keluarga adalah sistem yang
berinteraksi
2. Pendekatan pada individu sebagai anggota keluarga dan keluarga
secara bersamaan
3. Interaksi antara anggota keluarga menjadi target intervensi
keperawatan (seperti: hubungan orang tua dan anak, antara hirarki
orang tua)
Keluarga sebagai komponen sosial (Family as Component of Society)
d. Karakteristik pendekatan
1. Keluarga dilihat sebagai sebuah institusi sosial, pendidikan,
spiritual, ekonomi, dan kesehatan.
2. Kelurga adalah unit utama dan kumpulan keluarga akan membentuk
sistem yang lebih besar yaitu masyarakat
3. Keluarga berinteraksi dengan institusi lain untuk menerima,
bertukar dan saling memberi layanan.

2.2 Konsep Lansia


2.2.1 Definisi lansia
Menurut WHO (1999) yaitu lansia (elderly) antara usia 60-74 tahun,
usia tua (old) :75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah usia > 90
10

tahun. Sedangkan menurut Depkes RI (2003) Ada 3 yaitu lansia presenilis


: antara usia 45-59 tahun, lansia yaitu usia 60 tahun ke atas, dan lansia
beresiko yaitu usia ˃ 70 tahun atau ˃ usia 60 tahun dengan masalah
kesehatan.

2.2.2 Proses Menua


Definisi dari menua adalah (Constantinides, 1994) :
a. Proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri dan mempertahankan anatomis dan fungsi normal
b. Tidak ada kemampuan untuk bertahan terhadap jejas, antigenik dan
tidak mampu memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides,
1994)
c. Terjadi pemendekan telomer
Penyebab proses penuaan adalah sebagai berikut :
1. Penuaan Primer
Perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti
DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein
dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel
menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein maka akan
terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
2. Penuaan Skunder
Proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan
sosial. Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses
menua. Contoh diet: suka memakan oksidator, yaitu makanan yang
hampir expired. Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi
tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian tipe
A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.
Faktor-faktor penyebab proses penuaan:
Faktor-faktor proses penuaan ; faktor genetik, faktor endogenik
dan faktor eksogenik (faktor lingkungan dan gaya hidup) yang akan
mempengaruhi kesepatan proses penuaan.
1. Faktor genetik ;
11

a) Penuaan diri
b) Resiko penyakit
c) Intelegensia
d) Farmakogenetik
e) Tipe atau kepribadian seseorang
2. Faktor endogenik;
a) Perubahan struktural dan penurunan fungsional
b) Kemampuan/skill
c) Daya adaptasi
d) Kapasitas kulit untuk mensintesis vitamin D
3. Faktor lingkungan;
a) Diet/asupan zat gizi
b) Merokok
c) Tingkat polusi
d) Pendidikan
e) Obat
f) Penyinaran sinar ultraviolet

Gejala yang timbul pada proses penuaan adalah sebagai berikut:


a) Peningkatan usia > 60 th
b) Hilangnya kemampuan mendengar, harus dengan frekwensi tinggi
c) Penurunan indera rasa
d) Berkurangnya kelenjar thimus 5-10%
e) Hilangnya keseluruhan gigi
f) Timbul penyakit artritis
g) Gangguan toleransi glukosa
h) Peningkatan body fat
i) Penurunan BB, krn menjadi kurus, hilangnya air dan massa tulang
sampai 36%
j) Penurunan kekuatan otot (30-40% from age 30 to age 80).
k) Gangguan tidur
l) Presbiopi (terjadi 42% lansia dengan usia 52-64, 73% dalam usia 65-
74 dan 92% dalam usia lebih 75)

penuaan lebih cepat

2.2.3 Perubahan-Perubahan Pada Lansia


12

Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:


1. Perubahan Mikro, terjadi dalam sel seperti:
a. Berkurangnya cairan dalam sel
b. Berkurangnya besarnya sel
c. Berkurangnya jumlah sel
2. Perubahan Makro, yang jelas terlihat seperti:
a. Mengecilnya mandibula
b. Menipisnya discus intervertebralis
c. Erosi permukaan sendi-sendi
d. Osteoporosis
e. Atrofi otot
f. Emphysema Pulmonum
g. Presbyopi
h. Arterosklerosis
i. Manopause pada wanita
j. Demintia senilis
k. Kulit tidak elastis
Perubahan per sistem yang dialami oleh lansia:
a. Perubahan Sistem Pernapasan
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga
volume paru berkurang
2) Penurunan aktivitas silia
3) Alveoli melebar dan jumlahnya berkurang
4) Penurunan tekanan parsial oksigen (75 mmHg)
5) Darah yg tereduksi bertambah
6) Kemampuan batuk efektif berkurang
b. Perubahan Sistem Persyarafan
1) Lambat dalam merespon
2) Perubahan pancaindera
3) Penglihatan
4) Pendengaran
5) Pengecapan
6) Perabaan
7) Mengecilnya syaraf indera
8) Sering terjadi neuritis dan hilangnya sensasi
13

e. Perubahan Sistem Kardiovaskuler


1) Katub jantung menebal dan kaku
2) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
3) Kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer
f. Perubahan Sistem Genitourinari
1) Ginjal mengecil dan nefron atrofi
2) Blood flow ke ginjal menurun sampai 50%
3) Vesika urinaria, kapasitasnya menurun sampai 200 ml
4) Frekwensi BAK meningkat
5) Pembesaran prostat + 75% pd usia 65th
6) Atrofi vulva
7) Vagina, selaput menjadi kering, elastisitas jaringan menurun,
sekresi menjadi berkurang
8) Keasaman vagina lebih bersifat basa
g. Perubahan Sistem endokrin
1) Produksi hampir semua hormon menurun
2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
3) Menurunnya aktivitas tiroid, sehingga BMR menurun
4) Defisiensi hormonal sering terjadi pada lansia
5) Pituitary, pertumbuhan hormon ada tetapi rendah dan hanya ada
di pembuluh darah dan produk : ACTH, TSH.
6) Menurunnya produksi aldosteron
h. Perubahan Sistem Pencernaan
1) Indera pengecapan menurun sampai 80%
2) Esofagus melebar
3) Rasa lapar menurun
4) Asam lambung menurun dan sering terjadi korosif
5) Peristaltik melemah, biasanya timbul konstipasi
6) Fungsi absorbsi melemah (terganggu)
7) Liver (hati), makin mengecil & menurunnya kemampuan
metabolisme karena blood flow menurun
i. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
1) Tulang kehilangan densitas, sehingga rapuh
2) Resiko terjadi fraktur
3) Kifosis
4) Persendian besar dan menjadi kaku
5) Lansia wanita > resiko fraktur
6) Pinggang, lutut dan jari pergelangan tangan terbatas
7) Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek, shg :jarak
antar tulang menjadi lebih rapat, lebih tepatnya pada pada ruas
akhir tulang pinggang.
8) Gerakan volunter menurun
9) Gerakan reflektonik sbg reaksi thdp rangsangan lobus
14

10) Gerakan involunter perangsangan terhadap lobus


j. Perubahan Integumen
1) Kulit menjadi keriput dan kehilangan jaringan lemak
2) Kulit kering dan elastisitas menurun
3) Kelenjar keringat mulai tidak bekerja
4) Pigmentasi kulit berkurang, dan sering timbul bercak hitam
akibat menurunnya aliran darah
5) Penyembuhan luka berkurang
6) Kuku jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh
7) Pertumbuhan rambut berkurang, rambut mjd kelabu dan menipis
8) Pada wanita >60th rambut wajah kadang meningkat
9) Temperatur tubuh menurun
k. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Selaput lendir vagina menurun/ kering
2) Ovarium dan uterus menciut
3) Payudara atrofi
4) Testis masih dapat berproduksi walaupun ada penurunan
5) Gairah sex tetap sampai >70th asal sehat
6) Frekuensi sexual intercouse cenderung menurun.

2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia


2.3.1 Peran Kelurga Dalam Perawatan Lansia
Keluarga berperan penting dalam mengendalikan proses penuaan
lansia dalam keluarganya. Keluarga dapat menggantikan peran perawat
untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dalam keluarganya. Salah
satunya dengan mengendalikan penuaan diri, yaitu dengan cara:
a. Meningkatkan kualitas hidup lansia, mencegah apa yang dapat
dicegah, mengontrol, menunda dan memperbaiki apa yang tidak
dapat dicegah.
b. Memperbaiki gaya hidup dengan mengkombinasikan diet, aktifitas
fisik, terapi medis dan farmakologis.
Keperawatan lanjut usia berfokus pada :
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Pencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
Kegiatan asuhan keperawatan dasar bagi lansia menurut Depkes,
dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan,
perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun
15

kelompok, seperti di rumah / lingkungan keluarga, Panti Werda maupun


Puskesmas, yang diberikan oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan
yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial
yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau
bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan
keperawatan di rumah atau panti.
Asuhan keperawatan bagi lansia penting karena jumlah lansia
setiap tahunnya meningkat. Berikut data dari LD-FEUI:

Tabel proyeksi presentase penduduk lansia (˃60 tahun) terhadap


total penduduk di beberapa propinsi did indonesia*
Tahun
Propinsi
1995 2005 2015
Jawa Barat 7,57 9,38 11,48
Jawa tengah 12,39 17,29 22,16
D.I. Yogyakarta 11,45 13,11 14,38
Jawa Timur 11,20 14,76 18,89
Bali 9,92 12,61 16,71
Indonesia** 0,95 8,19 9,96
*sumber : Dihitung dari LD-FEUI(Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia), population Projection of Indonesia Provinces
1990-2020.( Chosen scenario), Jakarta 1992.
**sumber : Dihitung dari Ananta dan Arifin Projection of Indonesia Population
1990-2020 LD-FEUI Jakarta 1991

Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada


kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:
1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa
dukungan tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau
pembersihan gigi palsu: kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan,
kuku, mata serta telinga: kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan
ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariasi
dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.
2. Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan
16

bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang
lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus (lecet).
3. Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena
perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain:
a. Berkurangnya jaringan lemak subkutan
b. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas
c. Menurunnya efisiensi kolateral capital pada kulit sehingga kulit
menjadi lebih tipis dan rapuh
d. Adanya kecenderungan lansia imobilisasi sehingga potensi
terjadinya dekubitus.

2.3.2 Pendekatan Kelurga Dalam Perawatan Lanjut Usia


1. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan,
kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya,
perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di
capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat dicegah atau
ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut
usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu:
a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk
kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang
keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.
2. Pendekatan psikis
Disini keluarga mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, keluarga dapat berperan
sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai
penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
Keluarga hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam
memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta
kasih sayang dari lingkungan, termasuk anggota keluarga yang
memberikan perawatan. Untuk itu keluarga harus selalu menciptakan
17

suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan


kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
Keluarga harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut
usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa
keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang
dideritanya.Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi
karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini
meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa
yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan
kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk
tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido.
3. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah
satu upaya keluarga dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk
berkumpul bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan
sosialisasi mereka. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan
bagi keluarga bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain.
4. Pendekatan spiritual
Keluarga harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin
dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua dalam
kedaan sakit atau mendeteksi kematian.

2.3.3 Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lanjut Usia


Agar lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari –hari secara
mandiri dengan:
1. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang
usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.
2. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau
semangat hidup klien lanjut usia (life support)
3. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau
gangguan baik kronis maupun akut.
18

4. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan


menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai
kelainan tertentu
5. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang
menderita suatu penyakit, masih dapat mempertahankan kebebasan
yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara
kemandirian secara maksimal).

2.3.4 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Lansia :


a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
b. Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun
c. Mempertahankan hubungan perkawinan
d. Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan
e. Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi
f. Meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut
Selain itu, lansia sendiri harus dapat melakukan perawatan dirinya
sendiri, keluarga dan orang-orang disekitarnya pun perlu memahami
bagaimana melakukan perawatan yang tepat bagi lansia tersebut. Oleh
karena selama individu tersebut memiliki semangat untuk hidup serta
melakukan kegiatan-kegiatan, maka ia akan tetap produktif dan berbahagia
meskipun usianya telah lanjut.

2.4 Konsep Dasar Hipertensi


2.4.1 Definisi Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).
Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai
keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu
faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma
arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. (Armilawaty,
2007)
19

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau
ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

2.5 Etiologi Hipertensi


Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum
dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai
penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis,
dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita hipertensi
tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi
sekunder.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar
tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan
lain lain. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah
hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak
ditujukan ke penderita hipertensi esensial.
Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah
di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya
b. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut.
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan.
20

c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya


tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.
Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat. Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang,
arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi. Maka
tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat
dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80% kasus
Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan
Hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita
Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai
peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress,
kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor
lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial.
Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf
simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
tidak beraktivitas.

2.6 Manifestasi Klinis Hipertensi


Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain:
a. Pusing
b. Muka merah
c. Sakit kepala
d. Keluar darah dari hidung secara tiba-tiba
e. Tengkuk terasa pegal, dan lain-lain.
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan
ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh
darah di otak, serta kelumpuhan.

2.7 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


1. Hemoglobin / hematokrit
21

Mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan


(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia. Normal : 12 – 16 gr/dL.
2. BUN / kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal, normal : 5 –
25mg/dl.
3. Glukosa
Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi). Normal : 70 – 110 mg/dL.
4. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik. Normal : 3,5 – 5,0
mEq/L.

5. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
Normal : 9 - 11 mg/dL.
6. Kolesterol dan trigeliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler). Normal : < 200
mg/dL.
7. Urinalisa
Darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.
8. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi. Normal : 3,5 – 8,5 mg/dL.
9. IVP ( Intravenouspyelography )
Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
10. Foto dada
Dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit
pada EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
11. CT scan
Mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.
12. EKG
22

Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan


konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.

2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Penatalaksanaan Non Farmakologik
1. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan
tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas klien
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging, bersepeda atau berenang.

2.8.2 Penatalaksanaan Farmakologis.


Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan
hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan
antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitensin.

2.9 Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata
berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,gagal
jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.
23

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 IDENTITAS UMUM KELUARGA


a. Identitas Kepala Keluarga :
Nama : Tn. K Pendidikan : SD
Umur : 57 tahun Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam Alamat : RT.1 RW.5 Desa
Payaman Kec.
Mejobo Kab.
Kudus
Suku : Jawa/Indonesia No.Telp :-
b. Komposisi Keluarga
No. Nama L/P Umur Hub.Keluarga Pekerjaan Pendidikan
1. Tn. K L 57 th Suami Swasta SD
2. Ny. S P 50 th Istri IRT SD
3. Ny. K P 90 th Ibu - -
4. An. N L 23 th Anak Buruh SMA
5.

c. Genogram

90 Keterangan :

: wanita

: klien
57 50 : meninggal dunia

: laki-laki

: garis keturunan
23
24

Berdasaran genogram diatas, keluarga Tn. K menurut garis keturunan


terlihat tidak ada yang mempunyai riwayat Hipertensi dari Ny. K
d. Type Keluarga :
a) Jenis type keluarga : Keluarga
28Tn. K termasuk tipe keluarga Extended
Family. Keluarga Tn. K terdiri dari Tn. sebagai kepala keluarga, Ny. S
istri, Ny. K ibu, An. N.
b) Masalah yang terjadi dengan type tersebut :
Dalam keluarga Tn. K khususnya pada Ny.K umur 90 tahun
menderita penyakit Hipertensi, menurut keterangan Ny. S mengatakan
bahwa Ny. K sudah menderita Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu,
sering pusing dan saat diwawancarai Ny.S mengatakan tidak tahu
penyebab beliau menderita Hipertensi karena dikeluarganya
sebelumnya tidak ada yang pernah menderita Hipertensi.
e. Suku Bangsa :
a) Asal suku bangsa : Tn. K dan Ny. S keduanya dari suku jawa. Bahasa
yang digunakan dalam
keseharian adalah bahasa jawa ngoko. Dalam keluarga Tn. K tidak ada
pantangan atau kebiasaan yang mengikat, terutama kaitannya dengan
kesehatan.
b) Budaya yang berhubungan dg kesehatan : percaya adanya adat istiadat
yang mengikat dan memegang teguh tradisi yang ada di wilayah
tempat tinggalnya.
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : Keluarga Tn. K
beragama Islam, taat dalam menjalankan ibadah. Keluarga Tn. K
menganggap bahwa agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan dan
manusia sebagai hambanya harus mengabdi dengan menjalankan perintah-
Nya dan menjauhi larangan-Nya. Keyakinan yang dianut dalam keluarga
Tn. K tidak ada yang bertentangan dengan kesehatan.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga :
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah : Tn. K dan An. N
25

b) Penghasilan : Rp. 500.000 – Rp 1000.000,-


c) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll)
TV, alat-alat perlengkapan masak , sepeda motor dan lain-lain.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga :
Ny. S mengatakan ”Kalau hari libur nggak kemana-mana mbak, ya di
rumah saja, paling-paling nonton TV saja. Biasanya anak saya setelah
pulang kerja juga nonton TV dan main atau berkunjung di rumah tetangga.
Ny. K mengatakan terkadang pergi ziaroh ke wali 9 ataupun kerumah
saudara.

3.2 RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua) :
Tn. K dan Ny. S memiliki anak pertama berusia 23 tahun (An. N),
tahap perkembangan keluarga Tn. K saat ini adalah tahap perkembangan
keluarga dengan anggota keluarga dewasa.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya :
Keluarga Dengan Anggota Keluarga Dewasa
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat anaknya sudah bekerja.
2) Mempertahankan hubungan intim dengan keluarga
Tn. K mengatakan istrinya tidak pernah meminta yang macam-
macam atau berlebihan. Tn. K berkata ”istri saya orangnya nrimo kok
mas!”. Ny. S berkata “Suami saya sifatnya agak keras atau tegas mbak,
tapi sayang sama istri dan anaknya, mau menerima pendapat orang lain
dan kalau mau pergi biasanya ijin dulu”.
 Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan keluarga
Tn. K mengatakan jika tidak ada kesibukan pasti menyempatkan
waktu untuk berkumpul dengan keluarga termasuk dengan adiknya
tempat Tn. K bekerja. Ny. S juga berkata “Anak saya biasanya kalau
ada masalah selalu cerita dengan saya atau bapaknya”.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
a) Riwayat penyakit keturunan : Tidak ada penyakit keturunan
26

b) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga :

Imunisasi Tindakan
Keadaan Masalah
No Nama Umur BB (BCG/Polio/DPT yang telah
Kesehatan kesehatan
/HB/Campak) dilakukan
1. Tn. K 57 th 74 Baik Lengkap - Membantu
2. Ny. S 50 th 48 Baik Lengkap - pemeriksaan
3. Ny. K 90 th 56 Sakit Lengkap Hipertensi dengan
4. An. N 23 th 60 Baik Lengkap - membawa ke
pelayanan
kesehatan

d) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan :


Keluarga Tn.K mengutamakan kesehatan, sehingga jika ada salah
satu anggota keluarga yang sedang sakit bisa dicegah dengan obat-
obatan yang tersedia ataupun langsung merujuk ke mantri ataupun
dokter terdekat
e) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :
Menururt keterangan Ny.S yaitu sebelumnya anggota keluarganya
belum pernah ada yang menderita Hipertensi baik dari Tn.K ataupun
ibu dari Ny.S. Begitu juga dari garis keturunan Tn.K sebelumnya
belum pernah ada anggota keluarga yang menderita Hipertensi. Dan
penyakit lain yang biasanya sering di derita hanya batuk, pilek dan
demam.
3.3 PENGKAJIAN LINGKUNGAN
a. Karakteristik Rumah
a) Luas rumah : 11 X 6 m2
b) Type rumah : rumah permanen
c) Kepemilikan : rumah milik sendiri (Tn. K)
27

d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan : 3 kamar tidur, ruang tamu, ruang


keluarga, dapur dan kamar mandi.
e) Ventilasi/jendela : Didalam ruang tidur dan ruang keluarga tampak
agak gelap karena tidak ada pencahayaan hanya ada satu kaca diantara
genting.
f) Pemanfaatan ruangan : Kondisi ruangan dalam rumah kurang tertata
rapi dan kurang bersih, rumah berdinding batu bata dan sudah
diplester, banyak pakaian yang bergantungan.
g) Septic tank : ada, terletak dibelakang rumah dengan jarak kira-kira 10
m
h) Sumber air minum : berasal dari sumur pompa
i) Kamar mandi/WC : kamar mandi terpisah dengan WC lantai terbuat
dari keramik
j) Sampah : Pengolahan sampah biasanya dikumpulkan kemudian
dibakar, Limbah
k) Denah Rumah :

Septic
WC
Tank
as
Ter

Kamar Kamar
Ruang Tidur II Tidur III Kamar
Tamu Mandi

Garasi
Kamar Ruang
Dapur
Tidur I Keluarga Sampah

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


1) Kebiasaan :
Karakteristik tetangga dan masyarakat di lingkungan sekitar
keluarga sebagian besar tampak merupakan kelompok sosial ekonomi
menengah kebawah. Pada pagi hari lingkungan tampak sepi karena
28

sebagian besar tetangganya bekerja. Tetangga sekitar Ny.S sebagian


besar bekerja sebagai buruh pabrik dan petani. Tingkat pendidikan
tetangga Ny. S rata-rata hanya lulusan SD dan SMA saja dan masih
terdapat beberapa tetangga yang sama sekali belum pernah
mengenyam bangku sekolah. Jarak rumah Ny. S dengan tetangga
cukup dekat. Kebiasaan para tetangga jika sore hari terutama bagi ibu-
ibu biasa saling berkumpul di rumah tetangga yang dekat untuk saling
berbagi cerita. Kegiatan yang mempertemukan antara warga dan
tetangga dengan keluarga Tn. K dan Ny. S biasanya dalam bentuk
arisan RT, PKK dan pengajian yang dilakukan secara bergantian di
rumah- rumah warga.
2) Budaya : Bahasa yang dipergunakan dalam komunikasi antar anggota
keluarga dengan menggunakan bahasa Jawa ngoko. Keluarga
menguasai bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
c. Mobilitas Geografis Keluarga :
Tn. K dan Ny. S mengatakan sudah tinggal di rumah yang di tempati
selama kurang lebih 30 tahun. Sarana transportasi yang biasa dipakai
untuk bepergian yang bisa dijangkau dalam waktu dekat dengan sepeda
motor, atau menggunakan alat transportasi umum.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat :
Kegiatan berkumpul dengan keluarga, tanpa terganggu oleh kesibukan
masing-masing biasanya dilakukan pada waktu sore hari dan malam hari
yaitu dengan nonton TV bersama- sama. Jika dalam keluarga tersebut
sedang ada permasalahan maka akan di bahas bersama- sama. Di dalam
keluarga selalu melakukan musyawarah dalam mengambil keputusan.
Sedangkan interaksi dengan masyarakat atau tetangga sekitar baik Tn.K
dan Ny. S dalam bentuk arisan, kerja bakti dan atau pertemuan rutin warga
seperti pengajian dan PKK.
e. Sistem Pendukung Keluarga :
Jumlah anggota keluarga 4 orang yaitu Tn.K, Ny.S, Ny.K dan anaknya
An.N. Masyarakat sekitarpun juga sebagai pendukung yang baik ketika
keluarga ini sedang dalam kondisi sakit. Menurut Ny. S biasanya warga
29

masyarakat akan saling membantu, jika di antara warga masyarakat ada


yang membutuhkan pertolongan atau mempunyai hajat.
3.4 STRUKTUR KELUARGA
a. Pola/Cara Komunikasi Keluarga :
Pola hubungan komunikasi Tn. K dengan anggota keluarga lain
termasuk dengan anaknya tampak baik. Dalam berkomunikasi sehari- hari
Tn. K dan seluruh anggota keluarga yang lain menggunakan bahasa jawa
dan hubungan antar anggota keluarga tampak baik dan akrab. Selain itu,
pola komunikasi yang diterapkan dalam keluarga ini dengan menggunakan
komunikasi terbuka, antar anggota keluarga jika ada masalah atau ada
sesuatu yang terlupa saling mengingatkan
b. Struktur Kekuatan Keluarga :
Didalam keluarga yang paling berperan dalam pengambilan keputusan
terhadap segala masalah terutama masalah kesehatan adalah Tn.K dengan
tidak mengesampingkan pendapat dari anggota keluarga lain. Saat Ny. K
merasa kondisinya kurang baik maka Tn. K memutuskan untuk
memeriksakan istrinya ke mantri ataupun dokter terdekat. Tn. K cukup
mengatakan mampu mengendalikan perilaku istri, anaknya dan Ny.K.
Demikian juga menurut Ny.S jika jengkel dengan suami dan anaknya akan
marah sebentar kemudian setelahnya akan baik kembali
c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga) :
Baik Tn.K maupun anggota keluarga yang lain menerima dan mampu
menjalankan tugas dan peran masing- masing dengan baik. Dalam
keluarga ini, Tn.K sebagai kepala keluarga dan Ny.S sebagai ibu rumah
tangga. Keluarga Tn. K setiap bulannya mendapatkan pemasukan untuk
kebutuhan keluarga tidak menentu untuk pengeluaran 1 bulannya kurang
dari pemasukannya sehingga keluarga masih bisa menabung. Sedangkan
anaknya menurut Ny.S mereka juga terlibat atau berperan dalam kegiatan
di rumah seperti yang dilakukan anak perempuan, yaitu menyuci piring
dan mengepel lantai.
d. Nilai dan Norma Keluarga
30

Keluarga Tn.K mengutamakan kesehatan, sehingga jika ada salah satu


anggota keluarga yang sedang sakit bisa dicegah dengan obat-obatan yang
tersedia ataupun langsung merujuk ke mantri ataupun dokter terdekat.
Ketersediaan makanan yang memenuhi beberapa zat gizi dalam keluarga
ini sudah cukup memenuhi dikonsumsi setiap harinya. Tn. K mempunyai
persepsi bahwa Hipertensi yang diderita oleh Ny.K merupakan penyakit
yang disebabkan oleh pola makan yang salah dan penyakit orang yang
sudah sangat tua.

3.5 FUNGSI KELUARGA


a. Fungsi afektif
Saat dikaji Tn.K mengatakan bahwa ia sangat menyayangi
keluarganya dan dalam keluarga harus saling menjaga, menyayangi dan
menghormati. Karena itu ia selalu berusaha mendidik anaknya agar selalu
menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi serta menghargai
orang sebaya atau lebih muda. Menurut Tn.K antar anggota keluarga
saling mendukung, saling mencintai, saling mempunyai rasa memiliki dan
rasa menghormati. Jika ada permasalahan dalam keluarga biasanya akan
dibicarakan bersama-sama. Ny.S selaku ibu rumah tangga juga dilibatkan
dalam membuat keputusan keluarganya.
b. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga:
Hubungan antar anggota keluarga tampak baik dan akrab.
b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga :
Biasanya antar anggota keluarga jika ada masalah atau ada sesuatu
yang terlupa saling mengingatkan
c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan :
Didalam keluarga yang paling berperan dalam pengambilan keputusan
terhadap segala masalah terutama masalah kesehatan adalah Tn.K
dengan tidak mengesampingkan pendapat dari anggota keluarga lain.
d) Kegiatan keluarga waktu senggang :
31

Kegiatan berkumpul dengan keluarga, tanpa terganggu oleh kesibukan


masing-masing biasanya dilakukan pada waktu sore hari dan malam
hari yaitu dengan nonton TV bersama- sama.

e) Partisipasi dalam kegiatan sosial :


Segala kegiatan baik arisan RT, PKK, pengajian ibu-ibu atau pengajian
bapak-bapak, kerja bakti dan kegiatan sosial yang ada baik Tn. K
maupun Ny.S selalu aktif mengikutinya.
c. Fungsi perawatan kesehatan
a) Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit/masalah
kesehatan keluarganya :
Saat di tanya tentang kesehatan Ny.K, Ny. S mengatakan bahwa
Ny.K sudah menderita Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, Ny. K juga
Belum pernah di opname di Rumah Sakit. Saat di tanya tentang
penyakitnya Ny.K, Ny.S mengatakan mungkin penyakitnya
disebabkabkan karena pola makan yang salah dan kondisi badannya
lemas. Keluarga sendiri sudah tahu tentang penyakit yang dialami oleh
Ny.K yaitu hiprtensi, tetapi, penyebab, tanda gejala serta perawatannya
juga pihak keluarga belum tahu. Dan menganggap penyakit orang yang
sudah lanjut usia.
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang
tepat :
Ny.S mengatakan kalau Ny.K jarang melakukan kontrol rutin
untuk kesehatannya karena beliau beranggapan kalau dirinya tidak
merasakan gejala tidak enak badan maka beliau tidak memeriksakan
diri ke fasilitas pelayanan kesehatan. Tetapi anggota keluarga pasti
akan berobat jika ada anggota keluarga yang sakit. Pada Ny. S ketika
dirinya merasakan mudah capek, badan terasa kaku-kaku dan sering
mengantuk maka beliau pasti segera memeriksakan diri ke mantri atau
dokter untuk melakukan tes gula darah dan memeriksakan
kesehatannya.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit :
32

Tn. K mengatakan jika ada anggota keluarganya yang sakit akan


diperiksakan ke mantri atau dokter terdekat. Selain memeriksakan diri
ke dokter Ny.S juga mengatur pola makannya dengan menghindari
makanan yang dilarang untuk di konsumsi.
d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat :
Keluarga tidak tahu bagaimana cara memodifikasi lingkungan
rumah yang sehat dan bagaimana menjaga supaya lingkungan rumah
tetap bersih dan rapi. Hal ini dapat dilihat pada kondisi sekitar rumah
yang, kotor, ventilasi cukup, penerangan cukup dan halaman bersih
dan rumah kurang tampak rapi.
e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masysrakat :
Tn.K mengatakan bahwa selama ini jika ada anggota keluarga yang
sakit maka akan berusaha membawanya ke pusat pelayanan kesehatan
seperti mantri, dokter namun sebelumnya jika sudah sembuh dengan
pengobatan yang ada di toko/ apotik maka tidak perlu di bawa ke
mantri ataupun dokter. Fasilitas yang digunaan untuk menjangkau ke
tempat pelayanan kesehatan biasanya menggunakan angkutan umum
yang ada atau sepeda motor saja.
d. Fungsi reproduksi
Dari perkawinannya Tn. K dan Ny. S mempunyai satu orang
anak yaitu: An. N . saat ini keluarga ini dalam tahap perkembangan
keluarga dengan anggota keluarga dewasa. Dahulu Ny. S untuk
mengendalikan jumlah anggota keluarga dengan mengikuti beberapa
program KB seperti pil dan KB suntik.
e. Fungsi ekonomi
a) Upaya pemenuhan sandang pangan :
Keluarga Tn. K setiap bulannya mendapatkan pemasukan untuk
kebutuhan keluarga tidak menentu untuk pengeluaran 1 bulannya
kurang dari pemasukannya sehingga keluarga masih bisa menabung.

3.6 STRES DAN KOPING KELUARGA


33

a. Stressor jangka pendek : Keluarga mengatakan merasa tidak ada masalah


yang dirasakan dalam waktu kurang dari enam bulan ini. Semua
dirasakan oleh keluarga baik-baik saja.
b. Stressor jangka panjang : Keluarga memandang masalah sebagai cobaan
hidup yang harus di usahakan untuk diselesaikan sesuai kemampuan kita,
Tn. K mengatakan sekarang ini yang menjadi masalah saya yaitu
bagaimana saya harus menyiapkan kebutuhan untuk masa keluarga saya,
Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor.
c. Respon keluarga terhadap stressor : jika terdapat masalah keluarga selalu
diselesaikan dengam diskusi
d. Strategi koping : Bila ada masalah dalam keluarga, biasanya akan
dirembuk bersama-sama untuk mencari jalan keluarnya. Seandainya
masalah sulit dipecahkan bersama, biasanya Tn. K akan meminta bantuan
pada saudara-sau/;;daranya atau tetangga.
e. Strategi adaptasi disfungsional : Sejauh ini tidak pernah ada atau muncul
strategi disfungsional dalam keluarga Tn. K.

3.7 PEMERIKSAAN FISIK


a. Identitas
Nama : Ny. K
Umur : 90 tahun
L/P : Perempuan
Pendidikan : SD ( Sekolah Dasar )
Pekerjaan : -
b. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini
Dalam keluarga Tn. K khususnya pada Ny.K umur 90 tahun menderita
penyakit Hipertensi, menurut keterangan Ny. S mengatakan bahwa Ny. K
sudah menderita Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, sering pusing dan saat
diwawancarai Ny.S mengatakan tidak tahu penyebab beliau menderita
Hipertensi karena dikeluarganya sebelumnya tidak ada yang pernah
menderita Hipertensi.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
34

Menurut keterangan Ny.S yaitu sebelumnya anggota keluarganya


belum pernah ada yang menderita Hipertensi baik dari Tn.K ataupun ibu
dari Ny.S. Begitu juga dari garis keturunan Tn.K sebelumnya belum
pernah ada anggota keluarga yang menderita Hipertensi. Dan penyakit
lain yang biasanya sering di derita hanya batuk, pilek dan demam.
d. Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg, N: 86x/ menit, RR: 22x/ menit, S:
36,5oC, BB: 55 kg

3.8 HARAPAN KELUARGA


a. Terhadap masalah kesehatannya : Keluarga ingin mengetahui cara
perawatan Hipertensi khususnya Ny. K
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada : Keluarga berharap ingin
mendapatkan berbagai informasi mengenai kesehatan demi menjaga
kesehatan seluruh anggota keluarganya.
35

ANALISA DATA
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1. DS: Kurangnya
- Ny. S mengatakan bahwa Ny. K pengetahuan keluarga Ketidakmampuan
sudah menderita Hipertensi sejak 5 Tn. K khususnya Ny. K keluarga merawat
tahun yang lalu dan sering anggotanya yang
mengalami pusing kepala sakit karena
- Ny.S mengatakan bahwa ia kurang kurangnya keluarga
mengetahui tentang perawatan mengenal masalah
penyakit yang di deritanya Ny.K kesehatan tentang
Hipertensi
DO:
- Tampak keluarga sering bertanya
tentang masalah kesehatan yang
dialami Ny. K
 TTV Ny. K
TD: 190/100 mmHg,
N:80x/ menit
RR: 24x/ menit, T: 36,5oC, BB: 40
kg

2 DS: Ketidakefektifan Ketidakmampuan


- pemeliharaan PHBS keluarga dalam
DO: (Perilaku Hidup Bersih memodifikasi
- Ruang tidur dan ruang keluarga dan Sehat) pada lingkungan rumah
tampak agak gelap, tidak ada keluarga Tn. K yang sehat.
pencahayaan hanya ada satu kaca
diantara genting
36

- Kondisi ruangan dalam rumah


kurang tertata rapi dan kurang bersih,
banyak pakaian yang bergantungan.

PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurangnya pengetahuan keluarga Tn. K khususnya Ny. K dengan
Ketidakmampuan keluarga merawat anggotanya yang sakit karena
kurangnya keluarga mengenal masalah kesehatan tentang Hipertensi
2. K Ketidakefektifan pemeliharaan PHBS pada keluarga Tn. K dengan
Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan rumah yang
sehat

PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN


No Kriteria Skor Bobot Nilai Total Pembenaran
Diagnosa
Kep
1. Sifat masalah : Keluarga belum
Skala : Tidak/ kurang sehat 3 1 2/3x1= 2/3 mengetahui cara
Ancaman kesehatan 2 mencegah Hipertensi
Keadaan sejahtera 1
37

Kemungkinan masalah dapat Keluarga antusias


diubah : 2 2 2/2x2= 2 sekali untuk
Skala : Mudah 1 mengetahui tentang
Sebagian 0 Hipertensi
Tidak dapat
Potensial masalah untuk Keluarga ingin
dicegah : 3 1 3/3x1= 1 mengetahui cara
Skala : Tinggi 2 perawatan
Cukup 1 Hipertensi
Rendah khususnya Ny. K
Menonjolnya masalah : Keluarga
Skala : 1/2x1= 1/2 menganggap
Masalah berat, harus segera 2 1 masalah Hipertensi
ditangani 1 itu dapat diatasi
Ada masalah, tetapi tidak 0 dengan sedikit
perlu ditangani bantuan petugas
Masalah tidak dirasakan kesehatan dan niat
dalam dirinya sendiri
TOTAL SKOR 4 1/6

PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN


No Kriteria Skor Bobot Nilai Total Pembenaran
Diagnosa
Kep
2. Sifat masalah : Masalah ancaman
Skala : Tidak/ kurang sehat 3 1 2/3x1= 2/3 kesehatan karena
Ancaman kesehatan 2 dapat menimbulkan
Keadaan sejahtera 1 berbagai masalah
kesehatan oleh
karena lingkungan
yang kotor
38

Kemungkinan masalah dapat Masalah dapat diatasi


diubah : 2 2 1/2x2= 1 sebagian karena
Skala : Mudah 1 keluarga memiliki
Sebagian 0 fasilitas dan kemauan
Tidak dapat untuk menjaga
kebersihan
lingkungannya
Potensial masalah untuk Masalah dapat
dicegah : 3 1 2/3x1= 2/3 diubah karena
Skala : Tinggi 2 anggota keluarga
Cukup 1 memiliki waktu yang
Rendah cukup guna
membersihkan
rumah
Menonjolnya masalah : Keluarga tidak
Skala : 1/2x1= 1/2 menyadari bahwa
Masalah berat, harus segera 2 1 lingkungan yang
ditangani 1 kotor dapat
Ada masalah, tetapi tidak 0 menimbulkan
perlu ditangani penyakit.
Masalah tidak dirasakan
TOTAL SKOR 3

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Prioritas Diagnosa Keperawatan Skor


1. Kurangnya pengetahuan keluarga Tn. K
khususnya Ny. K dengan Ketidakmampuan 4 1/6
keluarga merawat anggotanya yang sakit karena
kurangnya keluarga mengenal masalah
kesehatan tentang Hipertensi
2. Ketidakefektifan pemeliharaan PHBS pada
keluarga Tn. K dengan Ketidakmampuan 3
39

keluarga dalam memodifikasi lingkungan rumah


yang sehat

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No. Tujuan Kriteria Hasil/ Intervensi Rasional


Standart
1. Tujuan Psikomotor - pasien & - berikan - Agar
Umum : keluarga penilaian keluarga
setelah mampu tingkat dapat
dilakukan menyatakan pengetahuan memahami
kunjungan pemahaman pasien dan tentang
selama 2 tentang keluarga proses
kali dalam penyakit tentang proses perjalanan
seminggu ,kondisi, penyakit yang penyakit
diharapkan: prognosis spesifik hipertensi
- Keluarga
keluarga dan program - berikan
dapat
memahami pengobatan gambaran
mengetahui
tentang - pasien dan tanda dan
dan
penyakit keluarga gejala yang
memahami
hipertensi mampu biasa muncul
tentang
melaksanaka pada penyakit,
gejala
n prosedur dengan cara
penyakit
Tujuan yang yang tepat.
hipertensi
Khusus : dijelaskan - Berikan
- Keluarga
Setelah secara benar informasi pada
dan pasien
dilakukan - pasien dan pasien tentang
dapat
tindakan keluarga kondisi dengan
memahami
40

keperawatan mampu cara yang tentang


2 x 45 menit menjelaskan tepat. kondisi
diharapkan kembali apa pasien.
keluarga yang
dapat dijelaskan
memahami perawat/tim
dan kesehatan
mengetahui lainnya.
hipertensi.
2. Tujuan Psikomotor - pasien dan - Berikan - Keluarga
Umum : keluarga penjelasan mengerti
setelah mampu bagaimana cara
dilakukan menyatakan cara berperilaku
kunjungan pemahaman berperilaku hidup bersih
selama 2x30 tentang cara hidup bersih dan sehat.
- Keluarga
menit menerapkan dan sehat.
mengerti
diharapkan : hidup bersih - berikan
tata cara
keluarga dan sehat. edukasi
hidup bersih
dapat - pasien dan tentang tata
dan sehat
mengerti dan keluarga cara dan
- Keluarga
memahami mampu prosedur
mampu
cara hidup menerapkan dalam
menerapkan
bersih dan prosedur melakukan
perawatan
sehat. yang hidup bersih
hidup bersih
dijelaskan dan sehat
dan sehat
Tujuan secara benar. misalnya
khusus: - pasien dan meletakkan
setelah keluarga baju sesuai
dilakukan mampu pada
tindakan menjelaskan tempatnya
keperawatan kembali apa dan berikan
selama yang telah pencahayaan
2 x 45 menit dijelaskan yang cukup
41

diharakan oleh pada ruang


keluarga perawat/ tim tidur dan
dapat kesehatan ruang
menerapkan lainnya. keluarga.
perilaku
hidup bersih - berikan
dan sehat. bantuan
sampai
pasien benar-
benar mampu
melakukan
perawatan
hidup bersih
dan sehat.

IMPLEMENTASI

No. Hari/ IMPLEMENTASI Paraf


Tanggal/waktu
1. Tgl 20-06-2013 Mandiri:
jam 08.30- - memberikan penilaian tentang
09.00 tingkat pengetahuan pasien dan
keluarga tentang proses penyakit
yang spesifik
- memberikan gambaran tanda dan
gejala yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang tepat.
- menyediakan informasi pada
pasien tentang kondisi dengan cara
yang tepat.
42

2. Tgl 20-06-2013 Mandiri :


jam 08.30- - memberikan penjelasan bagaimana
09.00 cara berperilaku hidup bersih dan
sehat.
- memberikan penjelasan tentang
tata cara dan prosedur dalam
melakukan hidup bersih dan sehat
misalnya meletakkan baju sesuai
pada tempatnya dan berikan
pencahayaan yang cukup pada
ruang tidur dan ruang keluarga.
- memberikan bantuan sampai
pasien benar-benar mampu
melakukan perawatan hidup bersih
dan sehat.

EVALUASI
43

Diagnosa Hari/ Tanggal/ EVALUASI


Waktu
1 Tgl 20-06- S:
2013 jam - Tn. K mengatakan Ny. K masih sedikit
08.30-09.00 pusing dan belum bisa sepenuhnya
melakukan aktifitas.
- Keluarga menyetujui pertemuan saat ini
selama 30 menit tentang pentingnya
mengetahui penyakit hipertensi.
- Keluarga dan pasien mengatakan belum
sepenuhnya memahami apa itu yang
berkaitan dengan hipertensi.
O:
- Keluarga kooperatif dan aktif saat dijelaskan.
- Keluarga mendengarkan penjelasan yang
diberikan.
- Ny. K masih terlihat sedikit lemas, tapi sudah
agak lebih baik.
- TD : 130/90mmHg
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
44

2 Tgl 20-06- S:
2013 jam -
08.30-09.00 O:
- keluarga terlihat antusias saat dijelaskan.
- keluarga banyak bertanya setelah dijelaskan.
- Tn. K dan keluarga sudah mulai mampu
menerapkan cara hidup bersih dan sehat.
- ruang kamar dan ruang tamu terang dan
pakaian sudah tertata rapi di tempatnya.
A:
Masalah teratasi
P:
Lanjutkan intervensi

BAB IV
45

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Keluarga berperan penting dalam mengendalikan proses penuaan
lansia dalam keluarganya. Keluarga dapat menggantikan peran perawat
untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dalam keluarganya.
Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup.
Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan (Fatimah, 2010).

5.2 Saran
Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang menderita
hipertensi hendaknya melakukan terapi medis maupun non-medis secara
kontinyu, melakukan pola gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, diet
teratur sesuai dengan kebutuhan dan lain-lain.

50
DAFTAR PUSTAKA
46

Duvall and Logam (1986). Marriage & Family Development. New


York: Harper and Row Publisher

Fatimah, (2010). Merawat ManusiaLanjut Usia Suatu Pendekatan


Proses Keperawatan Gerontik. Jakarta : TIM

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta

Bailon, S.G. & Maglaya, A. (1978). Perawatan Kesehatan Keluarga:


Suatu Pendekatan Proses (Terjemahan). Jakarta
Pusdiknakes

Borror, D.J., Triplehorn, C.A., and Johnson, N.F. 1992.


Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi Keenam.
Diterjemahkan oleh: Partosoedjono, S. dan
Brotowidjoyo, M.D. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Friedman, M., (1986). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek.


Jakarta : EGC

Armilawaty. 2007. Hipertensi dan Faktor Resiko Dalam Kajian


Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS.

Anda mungkin juga menyukai