Anda di halaman 1dari 10

PERBANDINGAN RISIKO CA SERVIKS BERDASARKAN PERSONAL

HYGIENE PADA WANITA USIA SUBUR DI YAYASAN KANKER


WISNUWARDHANA SURABAYA

CERVICAL CANCER RISK DIFFERENCE BASED ON PERSONAL


HYGIENE AMONG CHILDBEARING AGE WOMEN AT YAYASAN KANKER
WISNUWARDHANA SURABAYA

Nessia Rachma Dianti, M.Atoillah Isfandiari


Departemen Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Kampus C Mulyorejo Surabaya
Email: nessiarachmadianti@yahoo.com

Abstract: About 500.000 cervical carcinoma new cases are found with more than 250.000 death
cases annually (Rasjidi, 2009). Cervical cancer is the highest prevalence of disease among women in
Indonesia, it is equal to 0,80/00 (Kemenkes RI, 2015). Cervical cancer is caused by multifactors which are
able to increase cervical cancer case, one of risk factors is personal hygiene. This study aims to analyze
cervival cancer risk difference based on personal hygiene which consists of vaginal antiseptic usage,
frequency of changing underpants, frequency of changing napkins, water utilization for vagina, public
toilet utilization, vaginal discharge history, joint towel and underpants among childbearing women. This
study is a case control study which case groups are 15–49 old women with cervical carcinoma, while
control groups are 15–49 years old women and are undiagnosed cervical cancer. The result of this study
showed that joint underpants has the highest Risk Difference (RD = 51.42%; 95% CI: 1.73-57.48). It is
recommended for women to keep personal hygiene.

Keyword: personal Hygiene, Cervical Cancer, Cervical Cancer risk

Abstrak: Setiap tahun, sebanyak 500.000 ditemukan kasus baru ca serviks dengan jumlah kematian lebih
dari 250.000 (Rasjidi, 2009). Di Indonesia ca serviks merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi
pada wanita yaitu sebesar 0,80/00 (Kemenkes RI, 2015). Banyak faktor yang meningkatkan kejadian ca
serviks salah satunya yaitu kebersihan diri. Studi ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan besar
risiko ca serviks berdasarkan kebersihan diri yang meliputi penggunaan antiseptik, frekuensi mengganti
pembalut, frekuensi mengganti celana dalam, penggunaan air untuk organ kewanitaan, penggunaan
toilet umum, riwayat keputihan, riwayat bertukar handuk dan riwayat bertukar celana dalam pada
Wanita Usia Subur di Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya. Studi ini merupakan studi kasus
kontrol dengan sampel kasus yaitu wanita usia subur berusia 15–49 tahun yang terdiagnosis ca serviks
dan sampel kontrol yaitu wanita usia subur berusia 15–49 tahun dan tidak terdiagnosis ca serviks. Hasil
dari studi ini menunjukkan bahwa riwayat bertukar pakaian dalam memiliki perbandingan besar risiko
ca serviks terbesar (RD = 51.42%; 95% CI: 1.73-57.48), Dianjurkan kepada wanita untuk menjaga
kebersihan diri.

Kata kunci: kebersihan diri, Kanker Serviks, risiko Kanker Serviks

PENDAHULUAN dengan prevalensi tertinggi pada wanita


yaitu sebesar 0,80/00 (kemenkes RI, 2015).
Kanker merupakan salah satu penyebab
Menurut Diananda (2007), banyak faktor
kematian utama pada manusia di seluruh
yang meningkatkan kejadian ca serviks yaitu
dunia. Data American Cancer Society (2008)
faktor sosiodemografis meliputi usia, status
menunjukkan bahwa sebesar 1.437.180
sosial dan ekonomi, serta faktor aktivitas
kasus baru yang didiagnosis pada tahun 2008
seksual meliputi usia pertama kali pada saat
dan hampir setengah dari kasus tersebut
melakukan hubungan seks, riwayat berganti
berujung pada kematian. Setiap tahunnya,
pasangan seks, paritas, kebersihan genital
sebanyak 500.000 kasus baru ca serviks
yang kurang, merokok, riwayat penyakit
ditemukan dengan jumlah kematian lebih
kelamin, trauma kronis pada serviks, serta
dari 250.000 (Rasjidi, 2009). Di Indonesia
penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka
sendiri, ca serviks merupakan penyakit
waktu lebih dari 4 tahun.

82
Nessia Rachma D dan M.Atoillah Isfandiari, Perbandingan Risiko Ca Serviks Ber… 83

Sekitar 40.000 kasus ca serviks terjadi melalui hubungan seksual. Virus HPV
di Indonesia setiap tahunnya. Penyebab ca yang dapat menyebabkan ca serviks yaitu
serviks utamanya adalah infeksi kronik oleh virus HPV risiko sedang maupun tinggi.
HPV (Human Papiloma Virus) namun faktor HPV risiko tinggi yang dapat menyebabkan
resiko ca serviks yang memicu sangatlah pertumbuhan abnormal pada sel serviks
beragam salah satunya kebersihan diri adalah tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51,
yang buruk. Kebersihan diri yang buruk 52, 56, 58, 59, 68, 69. Tipe virus HPV
merupakan salah satu faktor risiko ca tersebut dapat menular lewat hubungan
serviks, wanita yang memiliki kebersihan seksual. Beberapa penelitian menyatakan
diri yang buruk memiliki risiko ca serviks bahwa sebesar 90% ca serviks disebabkan
19,386 kali lebih besar daripada wanita yang oleh HPV tipe 16 dan 18. Dari kedua tipe
memiliki kebersihan diri yang baik. ini, HPV tipe 16 telah menyebabkan lebih
Berdasarkan estimasi, Provinsi Jawa dari 50% ca serviks. Seseorang yang sudah
Timur memiliki penderita kanker kedua terinfeksi virus HPV 16 maka memiliki
terbanyak di Indonesia setelah Provinsi kemungkinan terkena ca serviks sebesar
Jawa Tengah yaitu sekitar 61.230 kasus 5% (Rasjidi, 2009).
(Menkes RI, 2013). Provinsi Jawa Timur Faktor yang mempengaruhi ca seviks
memiliki estimasi jumlah penderita ca adalah usia pertama kali menikah, aktivitas
serviks terbanyak nomor satu di Indonesia seksual yang tinggi dan riwayat berganti
yaitu sekitar 5.668 kasus (Menkes RI, 2013). pasangan, penggunaan antiseptik, rokok,
Menurut Kartikawati (2013), personal paritas, penggunaan kontrasepsi oral dalam
hygiene yang tidak baik serta penggunaan jangka waktu lama, dan personal hygiene
pembalut yang tidak berkualitas serta yang buruk (Diananda, 2007).
mengandung bahan pemutih (dioksin) Usia menikah ≤ 20 tahun merupakan
dapat menguap apabila berekasi dengan faktor yang mempengaruhi kejadian ca
darah menstruasi, hal ini berakibat pada serviks karena sel mukosa belum benar-
penghambatan sirkulasi udara pada daerah benar matang untuk melakukan hubungan
kewanitaan. Penggunaan pantyliner sehari- seksual sehingga sangat rentan terhadap
hari juga dapat memperngaruhi kelembaban rangsangan dari luar. Busmar (1993),
serta merangsang tumbuhnya bakteri mengemukakan bahwa hubungan seksual
pathogen yang dapat memicu ca serviks. pada usia muda akan meningkatkan risiko
Menurut Bustan (2007), perempuan dengan untuk terkena ca serviks, selain karena
personal hygiene yang buruk memiliki masih berkembangnya sel-sel serviks
risiko ca serviks lebih besar untuk terkena kemudian dipacu rangsangan dari sel
ca serviks daripada perempuan dengan mani yang berasal dari hubungan seksual.
personal hygiene yang baik. Sel mukosa baru benar-benar matang
Ca Serviks ini merupakan tumor ganas umumnya setelah wanita berusia di atas
yang mengenai lapisan permukaan leher 20 tahun. Apabila sel-sel mukosa dalam
rahim yang disebut sel epitelskuamosa. Sel rahim dipaksa untuk menerima rangsangan
epitel skuamosa ini terletak antara rahim dan dari luar, hal ini berisiko untuk membentuk
liang senggama. Tumor ganas yang terjadi lesi pra kanker yang bisa menjadi kanker
disebabkan karena adanya penggandaan sel ditambah dengan zat-zat kimia yang terbawa
akibat berubahnya sifat sel menjadi sel yang oleh sperma. Sel mukosa serviks yang tidak
tidak normal. Sifat dari sel ganas ini yaitu siap menerima rangsangan dari luar bisa
dapat menyebar atau metastasis ke bagian berubah sifat menjadi kanker. Selain itu, sel
tubuh yang lain melalui pembuluh darah mukosa yang belum matang dapat tumbuh
maupun getah bening sehingga merusak lebih banyak daripada sel yang mati apabila
fungsi jaringan (Yatim, 2005). Penyebab terlalu banyak menerima rangsangan dari
utama ca serviks ini adalah infeksi dari virus luar. Pertumbuhan sel yang tidak seimbang
bernama Human papilloma Virus (HPV). dan abnormal ini akan berubah pula menjadi
HPV yang sudah dapat teridentifikasi sel kanker.
sampai saat ini yaitu sebanyak 138 jenis Wanita dengan aktivitas seksual
dan 40 di antaranya dapat ditularkan dan sering berganti-ganti pasangan akan
84 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 82–91

memiliki risiko untuk mengalami ca serviks progesteron noretindron. Kontrasepsi


karena dengan semakin tinggi aktivitas ini mengandung dosis estrogen dan
seksual dan riwayat berganti-ganti pasangan progesteron yang tetap. Penggunaan pil
akan memperbesar kemungkinan penularan KB berisiko ca serviks karena pemakaian
penyakit kelamin serta memperbesar estrogen yang terkandung dalam pil KB
kemungkinan HPV masuk ke dalam rahim. merangsang terjadinya penebalan dinding
Virus ini yang nantinya akan membuat sel endometrium dan dapat merangsang sel-
mukosa menjadi abnormal sebagai pemicu sel endometrium berubah sifat menjadi sel
kanker. kanker (Wahyuningsih, 2014). Hal ini juga
Faktor lain selain faktor riwayat seksual didukung oleh penelitian Melva pada tahun
adalah merokok. Wanita yang merokok 2008 di RSUD Dr.Moewandi Surakarta
memiliki risiko 4–13 kali lebih besar untuk yang menemukan bahwa 60% penderita
mengalami ca serviks daripada wanita yang kanker adalah wanita yang menggunakan pil
tidak merokok. Hal ini dikarenakan nikotin kontrasepsi lebih dari 4 tahun.
dalam rokok mempermudah semua selaput Organ reproduksi wanita mudah terkena
lendir termasuk sel mukosa dalam rahim bakteri yang dapat menyebabkan bau tak
untuk menjadi terangsang. Rangsangan sedap dan infeksi di daerah kelamin. Oleh
yang berlebihan ini akan memicu kanker. karena itu, wanita perlu menjaga kebersihan
Namun tidak diketahui dengan pasti berapa organ reproduksi antara lain mencuci vagina
jumlah nikotin yang mampu menyebabkan setiap hari dengan cara membasuh dari
ca serviks. arah depan ke belakang atau dari vagina
Wanita yang sering melahirkan berisiko ke anus secara hati-hati menggunakan air
untuk terkena ca serviks, apalagi dengan yang bersih. Selain itu, untuk menjaga
jarak persalinan yang terlalu pendek. kebersihan organ kelamin wanita sebaiknya
Semakin sering seorang wanita melahirkan, mengeringkan organ kewanitaan dengan lap
maka semakin besar risiko untuk terkena bersih setelah membasuh organ kelamin.
ca serviks karena semakin banyak lesi Hal ini berguna untuk menghindari
yang terdapat pada organ reproduksi dan tumbuhnya jamur karena kelembababan
memudahkan HPV masuk ke dalam rahim. yang berlebihan. Upaya untuk mencegah
Penggunaan kontrasepsi oral selama ca serviks lain juga dapat dilakukan dengan
lebih dari empat tahun akan meningkatkan mengganti celana dalam minimal dua kali
risiko ca serviks sebesar 1,5–2,5 kali. sehari, menghindari penggunaan antiseptik
Namun, efek dari penggunaan kontrasepsi dan bertukar pakaian dalam serta handuk
oral terhadap ca serviks masih kontroversial dengan orang lain. Wanita dianjurkan untuk
karena ada beberapa penelitian yang mengganti pembalut secara teratur 4–5 kali
gagal menemukan peningkatan risiko sehari serta sebaiknya memilih pembalut
pada perempuan pengguna atau mantan yang berbahan lembut dan dapat menyerap
pengguna kontrasepsi oral. Penelitian dengan baik (Rahmayanti, 2012). Menurut
Wahyuningsih (2014), menemukan bahwa Sukaca (2009), penggunaan antiseptik yang
wanita yang menggunakan pil KB selama terlalu sering dapat menyebabkan iritasi
≥4 tahun memiliki risiko 42 kali untuk pada vagina yang dapat memicu kanker
mengalami kejadian lesi prakanker serviks serviks, selain itu iritasi ini akan merangsang
dibandingkan wanita yang menggunakan terjadinya perubahan sel yang menyebabkan
pil KB <4 tahun. Kontrasepsi berfungsi kanker. Menurut Busmar (1993), kebersihan
untuk mengatur jarak kelahiran maupun genitalia yang kurang pada seorang wanita
menekan angka kelahiran. Kontrasepsi oral akan meningkatkan bakteri patogen dalam
ini umumnya adalah kombinasi dari estrogen vagina sehingga memicu penyakit salah
dan progestin. Kurang lebih 100 juta satunya yaitu ca serviks.
perempuan di seluruh dunia menggunakan Menurut penelitian Indrawati dan
kontrasepsi oral kombinasi. Kontrasepsi oral Fitriyani (2012), personal hygiene yang
kombinasi merupakan campuran estrogen kurang baik memiliki risko untuk terkena ca
sintetik seperti etinilestradiol dan satu dari seriks 19,386 kali lebih besar dibandingkan
beberapa steroid C19 dengan aktivitas dengan wanita yang memiliki personal
Nessia Rachma D dan M.Atoillah Isfandiari, Perbandingan Risiko Ca Serviks Ber… 85

hygiene yang baik. Menurut Elistiawaty Populasi penelitian terdiri dari sampel kasus
(2006), wanita yang mengalami keputihan dan sampel kontrol. Sampel kasus yaitu
memiliki jumlah yang sangat besar di seluruh pasien Wanita Usia Subur berusia
Indonesia. Sebanyak 75% wanita Indonesia 15–49 tahun yang terdaftar di rekam medik
pasti mengalami keputihan minimal satu Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya
kali dalam hidupnya. Berbeda dengan pada bulan Januari 2015-Mei 2016,
Eropa yang memiliki angka keputihan pada terdiagnosis ca seriks, sedang menderita
wanita yang hanya sebesar 25%. Hal ini ca serviks dan bersedia menjadi responden.
dikarenakan kondisi cuaca Indonesia yang Sementara sampel kontrol yaitu seluruh
lembab dan dapat mudah terinfeksi jamur. wanita usia subur berusia 15–49 tahun yang
Keputihan biasa dianggap sepele, padahal tidak terdiagnosa ca serviks dan bersedia
keputihan bisa menjadi sangat fatal bila menjadi responden. Kriteria eksklusi
terlambat ditangani, keputihan juga dapat sampel kasus adalah seluruh pasien wanita
menjadi gejala awal dari ca serviks yang yang memiliki keluarga dengan riwayat
bisa berujung pada kematian (Indriyani, ca serviks, seluruh pasien wanita yang
2012). memiliki riwayat penyakit kelamin, seluruh
Menurut penelitian Indrawati dan pasien wanita dengan ca serviks stadium 4
Fitriyani (2012), kebersihan diri yang kurang dan tidak mampu secara fisik dan mental
baik memiliki risiko untuk terkena ca serviks untuk menjadi responden.
19,386 kali lebih besar dibandingkan dengan Penelitian ini menggunakan
wanita yang memiliki personal hygiene yang perbandingan sampel kasus dan sampel
baik. Ca serviks dapat disebabkan oleh HPV kontrol sebesar 1:3 sehingga dari rumus
yang berasal dari toilet umum ketika virus di atas diperoleh jumlah sampel minimal
HPV ada pada tangan seorang wanita lalu sampel kasus yaitu sebesar 18 orang dan
menyentuh daerah genital sehingga virus ini sampel sampel kontrol sejumlah 18x3 yaitu
dapat berpindah dan menginfeksi serviks. sebanyak 54 orang. Cara pengambilan
Seorang penderita kanker ini juga dapat sampel yaitu purposive sampling.
memindahkan virus HPV melalui closet Pengambilan sampel kasus yaitu dengan
(Wulandari, 2010). meninjau rekam medik Yayasan Kanker
Banyaknya faktor personal hygiene Wisnuwardhana Surabaya pada bulan
yang menjadi faktor risiko ca serviks, maka Januari 2015-Mei 2016 dan memilah
peneliti merasa penting untuk melakukan sampel dengan berbagai kriteria tertentu.
penelitian terkait perbandingan besar risiko Kriteria sampel kasus yaitu wanita yang
ca serviks berdasarkan personal hygiene. terdiagnosa ca serviks dan berusia 15–49
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tahun. Sementara untuk sampel kontrol
perbandingan besar risiko ca serviks merupakan wanita yang berusia 15–49
terbesar berdasarkan personal hygiene tahun, tidak terdiagnosa ca serviks dan
yang terdiri dari penggunaan antiseptik, bersedia menjadi responden. Pengambilan
frekuensi mengganti pembalut, frekuensi sampel kontrol yaitu dengan memilih
mengganti celana dalam, penggunaan air sampel WUS yang sedang mengunjungi
untuk organ kewanitaan, penggunaan toilet Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya.
umum, riwayat keputihan, riwayat bertukar Variabel bebas meliputi kebersihan diri yang
handuk dan riwayat bertukar celana dalam terdiri dari penggunaan antiseptik, frekuensi
pada Wanita Usia Subur di Yayasan Kanker mengganti pembalut, frekuensi mengganti
Wisnuwardhana Surabaya. celana dalam, penggunaan air untuk organ
kewanitaan, penggunaan toilet umum,
riwayat keputihan, riwayat bertukar handuk
METODE
dan riwayat bertukar celana dalam. Data
Studi ini merupakan penelitian yang digunakan merupakan data primer
observasional dengan metode penelitian dan data sekunder. Data primer berasal
kasus kontrol. Penelitian ini dilaksanakan dari hasil pengisian kuisioner responden,
di Yayasan Kanker Wisnuwardhana sementara data sekunder diperoleh dari
Surabaya pada bulan Januari-Mei 2016. laporan rekapitulasi di bagian rekam medik
86 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 82–91

Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya. bidang kesehatan khususnya kanker.


Pengumpulan data primer dilakukan Sasarannya merupakan seluruh lapisan
dengan cara penyebaran kuisioner secara masyarakat terutama keluarga yang
langsung. Sedangkan pengumpulan data merupakan unit terkecil dari masyarakat,
sekunder diperoleh dari laporan rekapitulasi tenaga medis dan para medis. Aktivitas
di bagian rekam medik Yayasan Kanker dari yayasan ini terdiri dari pencegahan
Wisnuwardhana Surabaya. Setelah primer melalui Pendidikan Kanker Profesi
data terkumpul, data dianalisis dengan (PKP) dan Pendidikan Kanker Masyarakat
menggunakan aplikasi Epi Info. Pengolahan (PKM), deteksi dini kanker, pengobatan
data terdiri dari beberapa proses yakni komplementer dan alternatif untuk kanker,
editing, yaitu mengkaji dan meneliti data keluarga berencana perkotaan, kerjasama
yang telah terkumpul dari hasil pengisian dengan bidang-bidang terkait, serta kegiatan
kuisioner, entry yaitu memasukkan data ilmiah penelitian.
ke dalam computer untuk dianalisis lebih Yayasan Kanker Wisnuwardhana
lanjut, coding yaitu pemberian kode pada Surabaya terbentuk karena timbulnya
data untuk mempermudah dalam proses penyakit kanker yang multi kompleks serta
analisis, dan tabulating yaitu merekap dan mempunyai dampak yang luas terhadap
menyusun data yang telah dimasukkan ke masyarakat maupun dunia kedokteran. Hal
dalam program komputer dalam bentuk tersebut melatarbelakangi agar terbentuknya
tabel untuk mempermudah membaca data. deteksi dini kanker yang ada di Yayasan
Data dianalisis dengan mencari Odds Ratio ini.
(OR) dari setiap variabel untuk terkena ca Berdasarkan penelitian yang telah
serviks dan mencari Risk Difference (RD) dilakukan, karakteristik umur WUS pada
untuk melihat perbedaan risiko antara antara sampel kasus sebgaian besar berusia 35–
kelompok terpapar dan kelompok yang 52 tahun. Sedangkan pada sampel kontrol
tidak terpapar. OR merupakan rasio antara sebagian besar berusia 35–43 tahun.
risiko terkena penyakit pada kelompok Karakteristik pendidikan baik pada sampel
yang terpapar (exposed) dan risiko terkena kasus maupun sampel kontrol yaitu sebagian
penyakit pada kelompok yang tidak terpapar besar tamat SMA/sederajat. Sementara
(non-exposed). Jika nilai OR = 1 maka karakteristik pekerjaan baik pada sampel
variabel yang diduga sebagai faktor risiko kasus maupun sampel kontrol yaitu sebagian
tidak ada pengaruh dalam terjadinya efek, besar memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah
atau dengan kata lain bukan sebagai faktor tangga.
risiko terjadinya efek (penyakit atau masalah
kesehatan). Apabila nilai OR > 1 dan rentang Tabel 1. Karakteristik Responden
interval kepercayaan tidak mencakup
Karakteristik kasus (%) kontrol (%)
angka 1, berarti variabel tersebut sebagai
Usia
faktor risiko terjadinya efek. Sementara
17–25 tahun 11.20 9.4
itu, jika nilai OR < 1 dan rentang interval 26–34 tahun 22.40 16.9
kepercayaan tidak mencakup angka satu, 35–43 tahun 33.50 35.48
berarti faktor yang diteliti merupakan faktor 44–52 tahun 33.50 39
protektif untuk terjadinya efek. Jika nilai Pendidikan
interval kepercayaan OR mencakup nilai SD 27.80 1.90
1 maka berarti mungkin OR = 1, sehingga SMP 11.10 14.80
belum dapat disimpulkan bahwa faktor yang SMA 44.40 38.90
diteliti merupakan faktor risiko atau faktor Perguruan 16.70 44.40
protektif (Nugrahaeni, 2010). Tinggi
Pekerjaan
Pedagang/tani 11.10 1.90
HASIL PENELITIAN Pegawai swasta 22.20 33.30
Pelajar 0 3.70
Yayasan Kanker Wisnuwardhana PNS 5.60 22.20
Surabaya adalah suatu lembaga sosial Lain-lain 5.60 5.60
swadaya masyarakat yang bergerak dalam Tidak bekerja 55.60 33.30
Nessia Rachma D dan M.Atoillah Isfandiari, Perbandingan Risiko Ca Serviks Ber… 87

Sebagian besar sampel kasus celana dalam sebanyak kurang dari 3 kali.
menggunakan antiseptik organ kewanitaan Sebagian besar sampel kasus menggunakan
pada kehidupan sehari-hari, sementara toilet umum pada kehidupan sehari-hari. Hal
pada sampel kontrol sebagian besar tidak ini disebabkan karena responden ada yang
menggunakan antiseptik organ kewanitaan bekerja, sehingga menggunakan toilet umum
pada kehidupan sehari-hari. Sebagian pada kehidupan sehari-hari. Sementara itu,
besar sampel kasus mengganti pembalut pada sampel kontrol sebagian besar tidak
sebanyak kurang dari 4 kali dalam sehari, menggunakan toilet umum. Baik sampel
sementara pada sampel kontrol sebagian kasus maupun sampel kontrol menggunakan
mengganti pembalut sebanyak lebih dari air bersih untuk membasuh organ
sama dengan 4 kali sehari dan sebagian kewanitaan pada kehidupan sehari-hari.
lagi mengganti pembalut sebanyak kurang Sebagian besar sampel kasus mengalami
dari 4 kali. Baik sampel kasus maupun keputihan yang abnormal. Sementara
sampel kontrol sebagian besar mengganti itu, pada sampel kontrol sebagian besar

Tabel 2. Perbandingan Besar Risiko Ca Serviks Berdasarkan Riwayat Personal Hygiene pada
WUS di Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya
Kasus Kontrol Odds Ratio Risk
Personal Hygiene (OR) p value Difference
n (%) n (%)
(95% CI) (RD)
Penggunaan antiseptik
Ya 12 (66.7%) 21 (38.9%) 3.14
0.07 20.97%
Tidak 6 (33.3%) 33 (61.1%) (1.02-9.65)
Jumlah 18 (100%) 54 (100%)
Frekuensi mengganti pembalut
dalam sehari
2.60
<4 kali 13 (72.2%) 27 (50%) 0.17 16.87%
(0.81-8.30)
≥4 kali 5 (27.8%) 27 (50%)
Jumlah 18 (100%) 54 (100%)
Frekuensi mengganti celana
dalam
5.09
< 3 kali 16 (88.9%) 33 (61.1%) 0.05 23.95%
(1.06-24.43)
≥ 3 kali 2 (11.1%) 21 (38.9%)
Jumlah 18 (100%) 54 (100%)
Penggunaan toilet umum
Ya 15 (83.3%) 19 (35.2%) 9.21
0.00 36.22%
Tidak 3 (16.7%) 35 (64.8%) (2.36-35.87)
Jumlah 18 (100%) 54 (100%)
Penggunaan air
Air bersih 14 (77.8%) 52 (96.3%) 0.13
0.03 -
Air kotor 4 (22.2%) 2 (3.7%) (0.02-0.81)
Jumlah 18 (100%) 54 (100%)
Riwayat keputihan
Normal 3 (16.7%) 34 (63%) 8.50
0.00 34.74%
Tidak normal 15 (83.3%) 20 (37%) (2.18-33.02)
Jumlah 18 (100%) 54 (100%)
Riwayat bertukar pakaian dalam
Ya 5 (27.8%) 2 (3.7%) 10
0.11 51.42%
Tidak 13 (72.2%) 52 (96.3%) (1.73-57.48)
Jumlah 18 (100%) 54 (100%)
Riwayat bertukar handuk
Ya 12 (66.7%) 15 (27.8%) 5.20
0.00 31.11%
Tidak 6 (33.3%) 39 (72.2%) (1.65-16.36)
Jumlah 18 (100%) 54 (100%)
88 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 82–91

mengalami keputihan yang normal. Data besar untuk terkena ca serviks daripada
pada penelitian ini mengarah pada keputihan WUS yang tidak menggunakan toilet umum.
fisiologis yaitu keputihan yang normal Faktor risiko ca serviks terkecil adalah
terjadi pada wanita saat ovulasi, menjelang frekuensi mengganti pembalut < 4 kali
haid dan sesudah haid. Selain itu keputihan dalam sehari. Hal ini berarti bahwa WUS di
secara normal yaitu keputihan yang bening, Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya
tidak bau, dan tidak gatal (Julina, 2012). yang rata-rata mengganti pembalut sebanyak
Sebagian besar sampel kasus mengalami < 4 kali dalam sehari memiliki risiko ca
keputihan yang abnormal yaitu sebanyak 15 serviks 2.60 kali lebih besar daripada WUS
orang. Sementara itu, pada sampel kontrol yang rata-rata mengganti pembalut sebanyak
sebagian besar mengalami keputihan yang ≥ 4 kali. Namun, angka ini tidak bermakna
normal yaitu sebanyak 34 orang. Data pada secara epidemiologi.
penelitian ini mengarah pada keputihan
fisiologis yaitu keputihan yang normal
PEMBAHASAN
terjadi pada wanita saat ovulasi, menjelang
haid dan sesudah haid. Selain itu keputihan Penggunaan antiseptik merupakan
secara normal yaitu keputihan yang bening, risiko untuk terkena ca serviks. Hal ini
tidak bau, dan tidak gatal (Julina, 2012). sesuai dengan teori Sukaca (2009), bahwa
Sebagian besar sampel kasus mengaku penggunaan antiseptik merupakan salah
bertukar handuk mandi dengan orang lain, satu faktor risiko untuk terkena ca serviks.
sementara pada sampel kontrol sebagian Penggunaan antiseptik yang terlalu sering
besar mengaku tidak bertukar handuk akan menyebabkan iritasi pada vagina
dengan orang lain. yang memicu terjadinya kanker. Selain itu,
Berdasarkan penelitian yang telah antiseptik akan merangsang perubahan sel
dilakukan, perbandingan besar risiko yang pada akhirnya akan berubah menjadi
(RD) terbesar yaitu berdasarkan riwayat kanker. Hal ini juga sesuai dengan teori
bertukar pakaian dalam. Hal ini berarti yang dikemukakan Diananda (2007),
bahwa perbandingan besar risiko ca serviks bahwa mencuci vagina dengan obat-
antara wanita usia subur di Yayasan Kanker obatan antiseptik ataupun deodoran akan
Wisnuwardhana Surabaya yang memiliki mengakibatkan iritas pada serviks yang
riwayat bertukar pakaian dalam dengan merangsang terjadinya kanker.
wanita usia subur yang tidak memiliki Frekuensi mengganti pembalut sebagai
riwayat bertukar pakaian dalam yaitu risiko ca serviks lebih dihubungkan
sebesar 51.42%. dengan menjaga kebersihan organ genital.
Berdasarkan tabel 2, perbandingan Penggantian pembalut secara teratur dapat
besar risiko (RD) terkecil yaitu berdasarkan mencegah bakteri patogen yang memicu
frekuensi mengganti pembalut dalam sehari. timbulnya penyakit. Pembalut memang
Hal ini berarti bahwa perbandingan besar merupakan benda yang sangat penting
risiko ca serviks antara WUS di Yayasan bagi wanita ketika seorang wanita sedang
Kanker Wisnuwardhana Surabaya yang mengalami mentruasi, namun tanpa disadari,
mengganti pembalut rata-rata sebanyak pembalut wanita ini merupakan salah satu
< 4 kali dalam sehari dengan WUS yang penyebab penyakit kewanitaan karena
mengganti pembalut rata-rata sebanyak ≥ 4 adanya zat dioxin yang dapat menyebabkan
kali dalam sehari yaitu sebesar 16.87%. kanker menurut WHO (Pitriani, 2013). Hal
Berdasarkan penelitian yang telah ini juga didukung dengan penelitian Tartylah
dilakukan, penggunaan toilet umum (2010) bahwa sangat dianjurkan seorang
merupakan faktor risiko terbesar untuk wanita untuk mengganti pembalut secara
terjadinya ca serviks pada WUS di teratur 4–5 kali sehari atau setelah buang
Ya y a s a n K a n k e r Wi s n u w a r d h a n a air kecil atau mandi untuk menghindari
Surabaya. Hal ini berarti WUS di Yayasan tumbuhnya jamur atau bakteri.
Kanker Wisnuwardhana Surabaya yang Salah satu upaya untuk mencegah ca
menggunakan toilet umum pada kehidupan serviks adalah dengan mengganti celana
sehari-hari memiliki risiko 9.21 kali lebih dalam secara teratur. Berdasarkan penelitian
Nessia Rachma D dan M.Atoillah Isfandiari, Perbandingan Risiko Ca Serviks Ber… 89

yang telah dilakukan, mengganti celana Riwayat penggunaan air bukan


dalam <3 kali merupakan faktor risiko merupakan faktor risiko dari ca serviks pada
dari ca serviks. Hal ini sesuai dengan teori WUS di Yayasan Kanker Wisnuwardhana
karena mengganti celana dalam minimal Surabaya.Hal ini tidak sesuai dengan teori
dua kali sangat penting untuk menjaga karena air yang kotor dapat menjadi media
dan mempertahankan kesehatan dengan penyebab ca serviks apabila di dalam air
memelihara kesehatan reproduksi (Tartylah, terkandung HPV dan masuk ke dalam
2010). Mengganti celana dalam minimal serviks (Anonim, 2014). Beberapa faktor-
dua kali sehari adalah salah satu usaha faktor pemicu selain penggunaan air yang
untuk menjaga kebersihan diri agar tetap tidak bersih karena organ reproduksi mudah
bersih terutama organ kewanitaan karena terkena bakteri dan infeksi yang dapat
berdasarkan Asmino & Sudoko dalam menyebabkan bau tak sedap pada organ
Susanti (2010), kebersihan genital rendah kelamin. Wanita perlu menjaga kebersihan
dapat menyebabkan berbagai penyakit pada organ reproduksi antara lain mencuci vagina
serviks seperti infeksi, luka dan sebagainya setiap hari dengan cara membasuh dari arah
yang meningkatkan risiko ca serviks . Hal depan ke belakang atau dari vagina ke anus
ini juga didukung pada penelitian Irene, secara hati-hati menggunakan air yang
et.al (2005), bahwa perilaku kebersihan bersih. Setelah membasuh alat kelamin,
alat kelamin pada kebersihan perseorangan sebaiknya wanita perlu mengeringkan organ
mempunyai hubungan yang bermakna kelamin dengan handuk atau lap yang bersih
dengan kejadian ca serviks dengan OR sebelum memakai pakaian dalam untuk
sebesar 102, 8. menghindari kelembaban yang berlebihan
Penularan ca serviks dari satu orang ke yang mampu menyebabkan tumbuhnya
orang yang lain tidak hanya secara seksual jamur (Diananda, 2007).
namun bisa juga secara non seksual. Jalur Keputihan merupakan salah satu risiko
penularan non seksual bisa terjadi ketika dari ca serviks berdasarkan penelitian yang
seorang wanita menggunakan toilet telah dilakukan. Hal ini sesuai dengan teori
umum. Oleh karena itu, untuk mencegah karena keputihan yang tidak normal seperti
penularan ca serviks melalui jalur non keputihan yang berbau, berwarna dan
seksual ini, seorang wanita dapat melakukan menyebabkan gatal merupakan salah satu
kewaspadaan dalam menjaga kebersihan tanda gejala awal penyakit infeksi organ
organ saat menggunakan toilet umum di reproduksi wanita termasuk ca serviks.
kantor, pasar, dan tempat umum lainnya Keputihan juga merupakan faktor risiko
(Septadiana dkk, 2015). Selain itu, hal ini atau penyebab ca serviks yaitu keputihan
juga didukung dengan penelitian Dewi yang bau dan gatal , dan berlangsung secara
dkk (2013), bahwa HPV penyebab ca terus-menerus (Julina, 2012). Keputihan ini
serviks dapat menular melalui toilet umum, merupakan gejala yang sering ditemukan.
terutama toilet duduk karena Virus HPV Lendir yang keluar dari vagina ini makin
menempel pada mulut WC sehingga bisa lama akan berbau busuk akibat infeksi dan
menularkan dari satu wanita ke wanita lain nekrosis pada jaringan (Pitriani, 2013).
yang menggunakan toilet tersebut dan akan Bertukar pakaian dalam dengan orang
menyebabkan ca serviks. Menurut Rimawati lain akan berpotensi menularkan penyakit,
dkk (2012), toilet umum juga dapat menjadi infeksi, bakteri dan virus termasuk HPV.
salah satu penularan infeksi melalui HPV, Menurut Rahmayanti (2012), bertukar
bakteri dan kuman yang terkandung dalam pakaian dalam dengan orang lain adalah
air maupun pada mulut WC. Ketika berada sesuatu yang perlu dihidari, selain untuk
di toilet umum, air yang berada di ember mencegah penularan penyakit, mencegah
atau air yang menggenang lebih berisiko bertukar pakaian dalam adalah suatu usuaha
untuk menyebabkan ca serviks karena air untuk menjaga kebersihan diri mengingat
yang tergenang mengandung jamur candida banyak penelitian yang telah membuktikan
albicans sebesar 70%, sementara air yang bahwa personal hygiene memiliki hubungan
mengalir dalam keran mengandung kurang dengan ca serviks, seperti pada penelitian
lebih hanya 10–20%. Indrawati dan Fitriyani (2012) personal
90 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 82–91

hygiene yang kurang baik memiliki risiko pada kehidupan sehari-hari, mengganti
terkena ca serviks sebesar 19.386 kali lebih pembalut sebaiknya sebanyak 4 kali atau
besar daripada wanita dengan personal lebih, mengganti celana dalam sebanyak
hygiene yang baik. 3 kali atau lebih, menggunakan air bersih
Penularan HPV, jamur dan bakteri bisa untuk membasuh organ kewanitaan dan
masuk ke serviks melalui handuk dari satu menghindari bertukar handuk dengan orang
orang ke orang yang lain. Mikoorganisme lain.
patogen dapat menular melewati Yayasan Kanker Wisnuwardhana
handuk. Mikroorganisme ini yang dapat Surabaya disarankan untuk mengembangkan
menyebabkan infeksi.Infeksi menahun pada perencanaan pencegahan kanker serviks
mulut rahim karena kurangnya kebersihan dengan menambahkan media promosi
genital dapat menimbulkan timbulnya ca kesehatan seperti poster dan video edukasi
serviks menurut Asmino dan Soedoko dalam serta sosialisasi tentang pencegahan ca
Susanti (2010). Bertukar pakaian handuk serviks dan pentingnya menjaga personal
juga merupakan sesuatu yang perlu dihindari hygiene.
untuk pencegahan penularan penyakit dan
menjaga kebersihan diri (Rahmayanti,
DAFTAR PUSTAKA
2012).
American Cancer Society, 2008.Cancer
fact and figure.http://www.cancer.org/
SIMPULAN
downloads/STT/2008 [sitasi 3 Juni
Perbandingan besar risiko ca serviks 2016]
berdasarkan personal hygiene terbesar pada Anonim. 2014. Air Kotor Bisa Menjadi Media
WUS di Yayasan Kanker Wisnuwardhana Penularan Kanker Serviks. Tersedia
Surabaya adalah berdasarkan riwayat di:http://rhizomananopropolis.com/860/
bertukar pakaian dalam. Hal ini berarti air-kotor-bisa-menjadi-media-penularan-
bahwa perbandingan besar risiko ca serviks kanker-serviks/ [sitasi 9 juni 2016]
antara wanita usia subur di Yayasan Kanker Busmar, B. 1993. Kanker leher rahim.
Wisnuwardhana Surabaya yang memiliki Kumpulan naskah lengkap simposium
riwayat bertukar pakaian dalam dengan kanker pembunuh nomor satu. Jakarta
wanita usia subur yang tidak memiliki Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit
riwayat bertukar pakaian dalam yaitu Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta
sebesar 51.42%. Sementara perbandingan Dewi, I.G.A.A.N., Sawitri, A.A.S., Adiputra,
besar risiko ca serviks terkecil adalah N. 2013. Paparan Asap Rokok dan
berdasarkan frekuensi mengganti pembalut Higieni Diri Merupakan Faktor Risiko
dalam sehari. Hal ini berarti bahwa Lesi Prakanker Leher Rahim di Kota
perbandingan besar risiko ca serviks antara Denpasar Tahun 2012. Public Health and
WUS di Yayasan Kanker Wisnuwardhana Preventive Medicine Archive. 1(1).
Surabaya yang mengganti pembalut rata- Diananda, R. 2007. Mengenal Seluk Beluk
rata sebanyak < 4 kali dalam sehari dengan Kanker. Yogyakarta : Katahati.
WUS yang mengganti pembalut rata-rata Elistiawaty. 2006. 75% Wanita RI Alami
sebanyak ≥ 4 kali dalam sehari yaitu sebesar Keputihan. http://www.detiknews.com/
16.87%, namun tidak bermakna secara index.php/detik. [sitasi 9 juni 2016].
epidemiologi. Indrawati, T., Fitriyani, H. 2012. Hubungan
Personal Hygiene Organ Genital dengan
Kejadian Kanker Serviks di RSUP
SARAN
Dr. Kariyadi Kota Semarang. Dinamika
Wanita disarankan untuk menghindari Kebidanan. 2(1).
bertukar pakaian dalam dengan orang lain Indriyani, R., Indriyawati, Y., Pratiwi, IGD.
untuk mencegah ca serviks. Selain itu juga 2012. Hubungan Personal Hygiene
wanita dianjurkan untuk menjaga personal dengan Kejadian Keputihan pada Siswi
hygiene salah satunya dengan menghindari MA Al-Hikmah Aeng Deke Bluto.Jurnal
penggunaan antiseptik kewanitaan kesehatan Wiraraja Medika. http://
Nessia Rachma D dan M.Atoillah Isfandiari, Perbandingan Risiko Ca Serviks Ber… 91

ejournal.wiraraja.ac.id/index.php/FIK/ Puskesmas Kenten Palembang. Jurnal


article/download/44/25. [sitasi 2 juni Pengabdian Sriwijaya, [e-journal] 3(1).
2016]. http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/
Irene, et al 2007. Faktor yang Berhubungan jpsriwijaya/article/download/2149/935
dengan Kejadian Infeksi Saluran [sitasi 10 juni 2016].
Reproduksi pada Istri Sopir Truk Sukaca, B. E. 2009. Cara Cerdas Menghadapi
Tangki Dua Perusahaan di Propinsi Kanker Serviks. Yogyakarta: Genius
Sumatera Barat. Jakarta: Medika Publisher
Julina. 2012. Analisis Perilaku Konsumen Susanti, I. 2010. Hubungan Usia Pertama
P e r e m p u a n Te r h a d a p K e s e h a t a n Kali Berhubungan Seksual dan Jumlah
Reproduksi dan Perilaku Penggunaan Pasangan Seksual dengan Kejadian
Pembalut. http://ejournal.uin-suska. Lesi Pra Kanker Leher Rahim Pada
ac.id/index.php/marwah/article/ Wanita yang Melakukan Deteksi
download/498/478 [sitasi 9 juni 2016] Dini Menggunakan MetodeInspeksi
Kartikawati, E. 2013. Awas!!! Bahaya Visual Dengan Asam Asetat (IVA) di
Kanker Payudara & Kanker Serviks. Puskesmas Cikampek, Pedes dan Kota
Bandung : Buku Baru Baru Kabupaten Karawang Tahun 2009-
Kementrian Kesehatan, RI. 2015. 2010. Tesis. Universitas Indonesia
INFODATIN KANKER. Jakarta: Pusat Syatriani, S. 2011. Faktor Risiko Kanker
Data dan Informasi Kemenkes RI Serviks di Rumah Sakit Umum
Nugrahaeni, D.K. 2010. Konsep Dasar Pemerintah Dr. Wahidin Sudirohusodo
Epidemiologi. Jakarta: EGC Makassar, Sulawesi Selatan. Jurnal
Pitriani. 2013. Faktor Risiko Kejadian Kanker Kesehatan Masyarakat Nasional, 5 (6):
Serviks Pada Pasien Rawat Inap di RSUP pp.284
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Tartylah. 2010. Personal Hygiene Selama
Tesis. Universitas Hasanuddin Menstruasi. Jakarta: Salemba Medika
Rahmayanti, N. 2012. Perilaku Perawatan Wahyuningsih,T., Mulyani, E.Y. 2014. Faktor
Kebersihan Alat Reproduksi dalam Risiko Terjadinya Lesi Prakanker Serviks
Pencegahan Kaner Serviks pada Siswi Melalui Deteksi Dini dengan Metode IVA
SMAN 9 Kebon Pala Jakarta Timur. (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
Skripsi. Universitas Indonesia Forum ilmiah, 1(2)
Rasjidi, I. 2009. Epidemiologi Kanker Wulandari, A.S. 2010. Pengertian dan
Serviks. Indonesian Journal of Cancer, Pemahaman Resiko Ca Servix pada
3: pp.103 Wanita Usia Subur di Indonesia,
Rimawati, E., Kusuma, A.P., Sunaryati, S. Jurnal Universitas Wijaya Kusuma
2012. Kebersihan Organ Reproduksi Surabaya. http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/
pada Perempuan Pedesaan di Kelurahan archieve/jurnal/Vol2.no1.Januari2010/
Polaman Kecamatan Mijen Semarang, P E N G E RT I A N % 2 0 D A N % 2 0
Universitas Dian Nuswantoro. http:// PEMAHAMAN%20RESIKO%20
publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes/ CA%20CERVIX%20PADA.pdf [sitasi
article/view/658. [sitasi 2 Juni 2014] 9 juni 2016].
Septadiana, I.S, Kesuma, H., Handayani, D, Yatim, F. 2005. Penyakit kandungan:
dkk. 2015. Upaya Pencegahan Kanker myoma, kanker rahim/leher rahim
Serviks Melalui Peningkatan Pengetahuan dan indung telur, kista, serta gangguan
Kesehatan Reproduksi Wanita dan lainnya. Jakarta : Pustaka Populer Obor
Pemeriksaan Metode IVA (Inspeksi
Visual Asam Asetat) di Wilayah Kerja

Anda mungkin juga menyukai