Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Hipokalsemia adalah suatu kondisi kelainan metabolisme yang diakibatkan oleh rendahnya
kadar kalsium dalam darah. Kasus hipokalsemia banyak dijumpai pada sapi setelah melahirkan
terutama sapi dengan reproduksi tinggi. Penyakit ini ditandai dengan penurunan kadar kalsium di
dalam darah, yang normalnya 9 – 12 mg/dl menjadi kurang dari 5 mg/dl. Hipokalsemia pada sapi
perah mempunyai beberapa sinonim yaitu milk fever, paresis puerpuralis dan parturient
paresis (Goff 2006). Milk fever adalah penyakit gangguan metabolisme yang terjadi pada sapi
betina menjelang/saat/sesudah melahirkan yang menyebabkan sapi menjadi lumpuh. Ca berperan
penting dalam fungsi system syaraf. Jika kadar Ca dalam darah berkurang drastis, maka pengaturan
sistem syaraf akan terganggu, sehingga fungsi otak pun terganggu dan sapi akan mengalami
kelumpuhan. Kasus milk fever terjadi pada 48 – 72 jam setelah sapi melahirkan, sapi yang
mengalami gangguan ini biasanya sapi yang telah beranak lebih dari tiga kali. Sapi berumur 4
tahun dan produksi tinggi (lebih dari 10 liter) lebih rentan mengalami milk fever. Selain itu, angka
kejadian milk fever 3-4 kali lebih tinggi pada sapi yang dilahirkan dari induk yang pernah
mengalami milk fever.

2.2 Etiologi

Pada dasarnya penyebab hipokalsemia adalah kehilangan Ca. Konsentrasi kalsium darah
bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah. Sebagian besar kalsium dalam darah dibawa
oleh protein albumin, karena itu jika terlalu sedikit albumin dalam darah akan menyebabkan
rendahnya konsentrasi kalsium dalam darah. Hipokalsemia paling sering terjadi pada penyakit
yang menyebabkan hilangnya kalsium dalam jangka lama melalui air kemih atau kegagalan untuk
memindahkan kalsium dari tulang. Selain itu penyebab dasar lainnya adalah insufisien parathyroid.
Kadar hormon paratiroid rendah, biasanya terjadi setelah kerusakan kelenjar paratiroid atau karena
kelenjar paratiroid secara tidak sengaja terangkat pada pembedahan untuk mengangkat
tiroid. Absorbsi Ca oleh usus yang rendah juga menjadi penyebab dasar terjadinya penyakit ini.
Hipokalsemia juga bisa terjadi akibat hipofosfatemia (kadar fosfat yang rendah dalam
darah). Hipokalsemia juga dapat disebabkan karena defisiensi vitamin D. Kekurangan vitamin D
biasanya disebabkan oleh asupan yg kurang, kurang terpapar sinar matahari (pengaktivan vitamin
D terjadi jika kulit terpapar sinar matahari), penyakit hati, penyakit saluran pencernaan yg
menghalangi penyerapan vitamin D, pemakaian barbiturat dan fenitoin, yang mengurangi
efektivitas vitamin D.

Faktor predisposisi
1. Breed / bangsa
Kejadian paling tinggi terjadi pada sapi jenis Jersey. Namun karena populasi sapi Holstein juga
banyak sehingga yang sering terlihat adalah pada sapi Holstein.

2. Umur
Kejadian hypocalcemia meningkat pada sapi umur empat tahun ke atas atau pada laktasi ketiga.
Hal ini berhubungan dengan skeletal maturity dan ukuran calcium pool.

3. Kondisi tubuh
Sapi yang mengalami obesitas akan lebih mudah terkena hypocalcemia daripada sapi yang
ramping. Hal ini ada kaitannya dengan kadar lemak pada hepar.

4. Tingkat kejadian
Ada variasi kejadian dari satu peternakan ke peternakan lain, namun secara umum tingkat
kejadiannya antara 3 - 10%. Dan perlu diketahui bahwa sapi yang pernah mengalami hypocalcemia
memiliki kemungkinan mencapai 50% untuk kembali terkena hypocalcemia pada laktasi
berikutnya.

5. Waktu kejadian
Hampir 90% dari kasus hypocalcemia terjadi antara hari partus sampai 72 jam postpartum. Dan
3% terjadi lebih dari tiga hari setelah melahirkan.
6. Kecukupan sinar matahari
Proses penyerapan kalsium dalam tubuh sapi akan tidak lepas dari bantuan vitamin D. Sedangkan
proses pembentukan vitamin D dari pro vitamin D di dalam tubuh haruslah dengan bantuan sinar
ultra violet matahari, sehingga jika pembentukan vitamin D terganggu akibat kurangnya ultra
violet maka proses penyerapan kalsium pun akan terganggu (Sjafarjanto, 2010).

Sjafarjanto, A. 2010. Ilmu Penyakit Hewan Besar II. Diktat Program Pendidikan Diploma Tiga
Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai