JASF Vol.2
JurnalNo.2
Akuntansi dan Keuangan
November 2019, hlm. Strategis
157-169 http://jasf.upnjatim.ac.id
Jurusan Akuntansi - Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jenderal Soedirman, Jl.
Profesor DR. HR Boenyamin No.708, Dukuhbandong, Grendeng, Kec.
Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53.122 , Indonesia
DOI: https://doi.org/10.33005/jasf.v2i2.58
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kompetensi, independensi, dan profesionalisme terhadap
kualitas audit. Kompetensi, independensi, dan profesionalisme adalah tiga karakteristik dari auditor yang kompeten.
Populasi penelitian ini adalah auditor akuntansi perusahaan di Jawa Tengah. Sampel penelitian ini adalah karyawan
auditor bekerja di akuntansi perusahaan (KAP) Budiman, Wawan, Pamudji Tegal, KAP Wartono & Rekan Surakarta,
KAP Sophian Wongsaro Semarang, KAP Heliantono & Cabang Semarang. kuesioner empat puluh lima yang
digunakan dalam penelitian ini. Sebelum hipotesis pengujian, uji validitas dan reliabilitas dijalankan untuk menentukan
validitas dan reliabilitas data. Hipotesis teknik pengujian menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kompetensi, independensi, profesionalisme mempengaruhi kualitas audit. Namun, hasil ini harus
hati-hati ditafsirkan karena kuesioner hanya beberapa auditor yang menganalisis layak. Studi masa depan dapat
meningkatkan jumlah KAP dari kabupaten lain di Indonesia atau menggunakan tidak hanya auditor dari
perusahaan-perusahaan akuntansi tetapi juga auditor pemerintah atau auditor internal.
Kartika, D., & Pramuka, BA (2019). Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Profesionalisme pada Kualitas Audit (Studi Empiris di Kantor
Akuntan di Jawa Tengah). Jurnal Akuntansi dan Strategis Keuangan, 2 (2), 157-169.
PENGANTAR
Audit adalah proses untuk mengurangi misalignment informasi yang ada antara manajer dan pemegang saham. Untuk
alasan ini, pihak ketiga (Akuntan Publik) diperlukan yang dapat memberikan kepercayaan kepada investor, dan kreditur
laporan keuangan yang disediakan oleh manajemen dapat dipercaya (Agusti dan Pertiwi, 2013). Dalam melaksanakan
tugas auditnya, auditor harus dipandu oleh standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia Akuntan Publik
(IAPI), standar yaitu umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Selain standar audit, auditor juga
harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur tanggung jawab profesional,
Profesi akuntan publik adalah profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan
penilaian yang bebas dan berimbang tentang informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan. Auditor adalah layanan audit
yang bertindak sebagai pengontrol dan penjaga kepentingan publik di bidang yang berkaitan dengan keuangan. auditor
bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kesalahan atau penipuan (Saputro, 2017).
Audit adalah proses untuk mengurangi misalignment informasi yang ada antara manajer dan pemegang saham.
Untuk alasan ini, pihak ketiga (Akuntan Publik) diperlukan yang dapat memberikan keyakinan kepada investor dan
kreditor bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen dapat dipercaya (Agusti dan Pertiwi, 2013).
Profesi akuntan publik adalah profesi kepercayaan masyarakat. Dalam rangka mendukung profesionalisme sebagai
akuntan publik, dalam melaksanakan tugas auditnya, harus dipandu oleh standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia Akuntan Publik (IAPI). Standar ini dibagi menjadi tiga standar, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan,
dan standar pelaporan. Standar umum merupakan cerminan dari kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor
yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian teknis dan pelatihan dalam melaksanakan prosedur audit. Sementara
standar lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang
dilakukan selama audit dan diperlukan auditor untuk menyiapkan laporan tentang diaudit laporan keuangan secara
keseluruhan (Elfarini, 2007).
Seorang ahli auditor harus memiliki kemampuan yang cukup mengenai teknik audit dan memahami kriteria yang digunakan
untuk kualitas audit menghasilkan sesuai dengan harapan. Keahlian ini bisa diperoleh melalui pelatihan audit atau pendidikan
non-formal lainnya, serta pengalaman dalam melakukan audit (Saputro, 2017).
kualitas audit adalah segala kemungkinan di mana auditor ketika mengaudit laporan keuangan klien dapat
menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam mengaudit laporan
keuangan, yang melaksanakan tugasnya dipandu oleh standar auditing dan kode akuntan publik yang relevan etika (Ruslan
Ashari, 2011).
Dua hal menentukan kualitas audit, yaitu kompetensi dan independensi mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas
bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien (Christiawan, 2002).
Tidak hanya kompetensi dan independensi, tetapi auditor juga harus memiliki sikap profesionalisme. Menurut
(Elfarini, 2007) profesionalisme adalah tanggung jawab yang lebih dari pemenuhan tanggung jawab yang dikenakan di
atasnya dan lebih dari sekedar memenuhi hukum dan peraturan masyarakat. profesionalisme ini adalah syarat utama
untuk auditor eksternal seperti auditor di Kantor Akuntan Publik (KAP) karena, dengan profesionalisme yang tinggi,
kebebasan auditor akan semakin terjamin. Untuk melaksanakan perannya, yang menuntut tanggung jawab yang lebih
luas, auditor eksternal harus memiliki wawasan yang luas pada kompleksitas modern
Audit memiliki fungsi sebagai proses untuk mengurangi misalignment informasi yang ada antara manajer dan pemegang
saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan,
terutama pemegang saham, akan membuat keputusan berdasarkan laporan yang dibuat oleh auditor. Ini berarti bahwa auditor
memiliki peran penting dalam validasi laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, auditor harus menghasilkan audit yang
berkualitas untuk mengurangi ketidakharmonisan yang terjadi antara manajemen dan pemilik. Namun demikian, dalam
menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen ingin operasi
atau kinerja perusahaan terlihat sukses, salah satunya tercermin melalui keuntungan yang lebih tinggi untuk membuat hadiah. Hal
ini akhirnya menyebabkan munculnya kasus perusahaan yang jatuh dan bisnis gagal sering dikaitkan dengan kegagalan auditor.
Selain itu, ini mengancam kredibilitas auditor sebagai pihak yang ditugaskan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan.
Ancaman ini selanjutnya mempengaruhi persepsi masyarakat tentang kualitas audit (Agusti dan Pertiwi, 2013).
Audit diharapkan untuk meminimalkan asimetri informasi yang terjadi antara manajer dan investor karena kehadiran
pihak ketiga akan memverifikasi keabsahan laporan keuangan. Dalam melaksanakan audit, hal itu didasarkan pada standar
yang disebut standar audit yang (Paramita dan Latrini,
2015). Ada enam aspek yang berkaitan dengan standar audit, yaitu perencanaan, pemantauan, mendeteksi kecurangan,
menentukan risiko audit, meningkatkan kredibilitas laporan keuangan, dan memuaskan pihak yang berkepentingan melalui
laporan auditor independen. standar audit dibagi menjadi tiga bagian berikut: standar umum yang berkaitan dengan
kompetensi auditor dalam melakukan audit. Auditor harus memiliki keahlian, mandiri, dan berhati-hati dan teliti dalam
melaksanakan tugasnya. standar kerja lapangan berhubungan dengan bagaimana auditor melaksanakan tugasnya. Ketika
melakukan audit atas laporan keuangan, auditor harus merencanakan dengan baik proses audit, memahami sistem
pengendalian intern klien, dan memiliki bukti yang kompeten untuk dasar untuk menentukan opini audit. standar pelaporan
berhubungan dengan bagaimana auditor melaporkan hasil karyanya. Auditor harus memiliki keyakinan dalam laporan
keuangan mengikuti prinsip akuntansi umum di Indonesia, konsistensi laporan keuangan, pengungkapan yang memadai,
dan hasil akhir dalam bentuk pendapat dari audit harus dilaporkan (Abdelrhman et al., 2014).
Sampai saat ini, beberapa studi telah menyelidiki faktor-faktor yang efektif dari kualitas audit. Studi yang berkorelasi
kompetensi, independensi, dan keterampilan profesional dengan kualitas audit yang Saputro (2017), Amin et al. (2007), dan Agusti
dan Pertiwi (2013). studi empiris di Kantor Akuntan Publik Budiman Wawan Pamudji & Rekan Tegal mendapatkan hasil bahwa kualitas
audit kompetensi pengaruh yang berarti menunjukkan bahwa pentingnya auditor dalam berpartisipasi dalam berbagai pelatihan serta
diberi kesempatan bagi auditor untuk mengambil kursus atau meningkatkan pendidikan profesional ( Saputro, 2017). Agusti dan
Pertiwi (2013) menyatakan bahwa kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan prosedural yang luas dan keterampilan
yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang ahli dalam akuntansi
dan audit. Pencapaian keahlian dimulai dengan
Studi Empiris di Kantor Akuntan Publik di seluruh Sumatera menemukan bahwa Kompetensi, Independensi dan
Profesionalisme memiliki pengaruh terhadap kualitas audit Ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki
kompetensi yang sangat baik, Auditor sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit harus selalu meningkatkan
pengetahuan yang mereka miliki sehingga penerapan pengetahuan dapat dimaksimalkan dalam praktek, penerapan
maksimum pengetahuan akan diragukan lagi sejalan dengan meningkatnya pengalaman yang mereka miliki, dapat dilihat
bahwa auditor dituntut oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk memberikan pendapat pada kewajaran
pelaporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dan untuk melaksanakan kewajibannya ada 3 komponen
yang harus dimiliki oleh auditor yaitu kompetensi (keahlian), independensi dan profesionalisme.Di mana kemampuan untuk
menemukan salah saji material dalam laporan keuangan perusahaan tergantung pada kompetensi auditor, sedangkan
kemauan untuk temuan laporan dari salah saji tergantung pada independensi dan profesionalisme auditor sangat penting
dalam menghasilkan kualitas audit (Agusti dan Pertiwi, 2013) .
Menurut Elfarini (2007) mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang dapat secara eksplisit cukup
digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Sebaliknya, menurut Agusti dan Pertiwi (2013), kompetensi
auditor adalah auditor dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup yang dapat melakukan audit secara
objektif, akurat, dan hati-hati. Sangat auditor berpendidikan akan memiliki banyak pengetahuan tentang bidang
mereka berada di sehingga mereka dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam. Selain itu,
dengan pengetahuan yang cukup, auditor akan lebih mudah untuk terus mengikuti perkembangan yang semakin
kompleks. Dengan cara itu, auditor akan mampu menghasilkan audit. Dari beberapa uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa tingkat kompetensi auditor sangat penting dalam menentukan kualitas audit, semakin tinggi
tingkat kompetensi yang dimiliki,
Hasil penelitian memperkuat ini dengan Irwansyah (2010), yang menyatakan bahwa kompetensi mempengaruhi kualitas audit.
Penelitian Saputro (2017) juga menyatakan bahwa kualitas audit kompetensi pengaruh. Berdasarkan penelitian ini, telah terbukti bahwa
kualitas audit kompetensi pengaruh. Oleh karena itu, hipotesis pertama adalah:
Independensi, menurut Mulyadi (2010), dapat diartikan sebagai sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti bahwa auditor jujur dalam
mempertimbangkan fakta-fakta, dan ada pertimbangan objektif yang tidak berpihak pada auditor dalam merumuskan dan
mengungkapkan pendapatnya. Pada kenyataannya, auditor sering mengalami kesulitan mempertahankan sikap mental
independen. Ada tiga keadaan yang sering mengganggu sikap mental independen auditor (Mulyadi, 2002). Pertama, sebagai
Berdasarkan uraian di atas menyatakan bahwa independensi yang tinggi akan menghasilkan audit berkualitas tinggi. Hasil
penelitian memperkuat ini dengan Tjun (2012), yang menyatakan bahwa independensi pengaruh kualitas audit dan studi Agusti dan
Pertiwi (2013) juga menyatakan bahwa kualitas audit independensi pengaruh. Oleh karena itu, hipotesis kedua adalah:
Profesionalisme adalah sebuah konsep untuk mengukur seberapa profesional melihat profesi mereka, yang
tercermin melalui sikap dan perilaku mereka sebagai auditor. Profesionalisme adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi
dan dimiliki oleh auditor di mana ini akan mempengaruhi sikap dan tekad dalam menjalankan profesinya sebagai auditor
independen (Lesmana dan Machdar,
2015).
Profesionalisme adalah sikap bertanggung jawab terhadap apa yang telah ditugaskan kepadanya. Sikap
profesionalisme akan membuat keputusan berdasarkan pertimbangan bahwa mereka telah, yaitu berdasarkan pertama yang
didedikasikan untuk profesi, auditor yang mengabdikan profesinya akan melakukan totalitas kerja di mana dengan totalitas
ini ia akan lebih berhati-hati dan bijaksana melakukan audit untuk menghasilkan audit yang berkualitas. Jadi jika tinggi
dedikasi terhadap profesi, semakin tinggi profesionalisme auditor. Auditor harus memiliki pandangan bahwa tugas ia
melakukan berada dalam kepentingan umum karena opini audit nya pada laporan keuangan akan mempengaruhi
pengambilan keputusan oleh pengguna dari laporan yang telah diaudit. Oleh karena itu, auditor memiliki kontribusi yang
sangat besar bagi masyarakat dan profesi mereka. Jadi jika semakin tinggi kewajiban sosial,
Auditor diperlukan untuk dapat membuat keputusan sendiri tanpa kehadiran pihak lain berikut pertimbangan
dibuat berdasarkan kondisi dan kondisi yang dihadapi. Jadi semakin tinggi independensi, semakin tinggi profesionalisme
auditor. Auditor juga harus memiliki kepercayaan diri dalam profesi, di mana auditor akan lebih percaya diri dari
rekan-rekan profesional; ini dapat dilakukan dengan meminta rekan-rekan untuk menilai kinerja mereka. Jadi semakin
tinggi independensi, semakin tinggi profesionalisme auditor. Auditor memiliki hubungan profesional sebagai referensi,
dengan ikatan ini akan membangun auditor kesadaran profesional. Jadi jika semakin tinggi hubungan antara profesional,
semakin tinggi profesionalisme auditor (Agusti dan Pertiwi, 2013).
komitmen profesional merupakan faktor penting yang mempengaruhi auditor dalam membuat keputusan tentang
perilaku yang dilakukan. Perbedaan dalam perilaku tidak etis oleh auditor mungkin karena perbedaan komitmen
masing-masing auditor dengan profesinya (Nisa, 2013).
Berdasarkan uraian di atas, tingkat tinggi profesionalisme akan menghasilkan audit berkualitas tinggi. Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian oleh (Nisa, 2013), (Agusti dan Pertiwi, 2013),
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan kuantitatif, jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa
Tengah. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Total populasi dari penelitian ini adalah 70 auditor.
Sampel penelitian ini adalah auditor yang bekerja di KAP Budiman, Wawan, Pamudji Tegal, KAP Wartono & Rekan Surakarta,
KAP Sophian Wongsaro Semarang, KAP Heliantono & Cabang Semarang Partners. Dimana dari masing-masing Kantor
Akuntan Publik diambil Pengawas, Auditor Senior, SMP Auditor, dan Staf Audit karena peneliti ingin melihat tingkat
kompetensi, independensi, dan profesionalisme dalam mempengaruhi kualitas audit dari auditor.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan metode kuesioner, langsung atau tidak
langsung. Metode langsung adalah bahwa data etik peneliti retrieval dengan pergi langsung ke Kantor Akuntan
Publik (KAP), sedangkan metode tidak langsung peneliti menggunakan sebuah survei online dengan Google
Form. pertanyaan kuesioner ditentukan oleh tiga faktor kualitas audit. Berdasarkan tiga faktor ini, itu
diterjemahkan ke dalam dua puluh tujuh pertanyaan dan delapan pertanyaan tentang kompetensi, enam
pertanyaan tentang independensi, enam pertanyaan tentang profesionalisme, tujuh pertanyaan tentang
kualitas audit. Setiap faktor memiliki sejumlah bervariasi dari item pertanyaan, dan setiap item dinilai
menggunakan skala Likert, yaitu: 1: STS = sangat tidak setuju; 2: TS = tidak setuju; 3: N = Netral; 4: = S setuju;
dan 5: SS = sangat setuju.
hasil
Uji validitas
Dalam penelitian ini menggunakan Uji Validitas, uji validitas ini menggunakan Korelasi Pearson dengan menghitung korelasi antara
nilai-nilai yang diperoleh dari pertanyaan. Sebuah pertanyaan dikatakan valid jika tingkat signifikansi di bawah 0,05 (Ghozali, 2012).
Berdasarkan hasil pengujian validitas Independensi variabel menunjukkan hasil <0,05, yang berarti
semua item pertanyaan valid.
Berdasarkan hasil pengujian validitas variabel Profesionalisme menunjukkan hasil <0,05, yang berarti
semua item pertanyaan valid.
Berdasarkan hasil pengujian validitas hasil variabel Kualitas Audit menunjukkan <
0,05, yang berarti semua item adalah valid.
Tes kepercayaan
Ghozali (2012) menyatakan bahwa uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari
variabel atau konstruk. Kuesioner item dikatakan handal (layak) jika alpha Cronbach> 0,60 dan dikatakan tidak bisa
diandalkan jika Cronbach alpha <0,60. (Ghozali, 2012).
Berdasarkan uji reliabilitas, variabel Kompetensi mengacu pada hasil 0,869 ,, alamat variabel
Independensi hasil 0,868, alamat variabel Profesionalisme hasil 0,601, alamat variabel kualitas audit hasil
0,914> 0,60 yang berarti semua variabel yang handal.
Adjusted R Square (R 2)
Menurut Ghozali (2012), koefisien tujuan uji determinasi untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Semakin kecil
nilai R 2 menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen minimal.
Berdasarkan hasil koefisien determinasi yang telah dikoreksi dengan jumlah variabel dan ukuran sampel
(Disesuaikan R²) dari 0,366 menunjukkan bahwa variabel kompetensi, independensi dan profesionalisme dapat
menjelaskan kualitas audit oleh 36,6 persen sedangkan sisanya
63,4 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini.
hipotesis Uji
Sebuah. F-Test
Dasar untuk membuat keputusan uji F dalam dua cara: dengan membandingkan F-hitung dan F-tabel, Ho diterima
jika F-hitung <F-tabel pada α = 5%. Ho ditolak (Ha diterima) jika F-hitung> F-tabel pada α = 5%. Berdasarkan
jumlah signifikasi, Ho diterima jika jumlah signifikansi> 0,05; Ho ditolak (Ha diterima) jika jumlah signifikansi <0,05.
Hasil F-test (simultan) menunjukkan bahwa variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme
dari auditor adalah 0,005 lebih kecil dari tingkat signifikansi
0,05 (5%) yang berarti bahwa Ho ditolak (Ha diterima), ini menunjukkan bahwa kompetensi, independensi dan
profesionalisme variabel secara simultan dan signifikan terhadap kualitas audit.
b. t-Test
Keputusan t-tes dasar pembuatan dalam dua cara:
Dengan membandingkan thitung dan t-tabel; Ho diterima jika t-hitung <t-tabel pada α = 5%; Ho ditolak (Ha diterima) jika
t-hitung> t-tabel pada α = 5%. Dengan menggunakan angka yang signifikan; Ho diterima jika jumlah signifikansi> 0,05; Ho
ditolak (Ha diterima) jika jumlah signifikansi <0,05 (Ghozali, 2012)
Berdasarkan hasil regresi dari t-test (parsial), tes menunjukkan variabel kompetensi 0,000 <0,05 menunjukkan bahwa
variabel kompetensi memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap kualitas audit yang berarti H1 diterima.
variabel independensi 0,001 <0,05 menunjukkan bahwa variabel independensi memiliki secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit, yang berarti H2 diterima. profesionalisme variabel 0,003 <0,05, ini menunjukkan bahwa
variabel profesionalisme memiliki secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, yang berarti bahwa H3
diterima.
Diskusi
Pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit.
Hasil pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit menunjukkan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki
kompetensi yang baik. Kompetensi membantu auditor untuk menyelesaikan audit secara efektif, semakin tinggi kompetensi
auditor, semakin tinggi kualitas audit yang dihasilkan. Auditor,
Myers et al., (2003) mempelajari bahwa masa auditor lagi dikaitkan dengan kualitas yang lebih tinggi dari laba yang dilaporkan. Ini berarti
bahwa auditor dengan independensi yang lebih rendah lebih mungkin untuk menerima tekanan manajemen klien dari auditor dengan independensi
yang lebih tinggi. Ini independensi membahas studi auditor dalam negosiasi auditor-klien pada isu-isu pelaporan keuangan, dan apakah auditor
berkualitas rendah lebih mungkin dibandingkan auditor berkualitas tinggi untuk menerima tekanan dalam manajemen klien negosiasi auditor-klien
pada isu-isu pelaporan keuangan. Auditor independensi adalah jantung dari integritas proses audit. Ketika auditor dan klien menegosiasikan
masalah atau isu-isu tentang laporan keuangan, mempertahankan kemerdekaan auditor adalah mandatoried untuk auditor dan diperlukan oleh
standar profesi akuntansi. Sulanjaku dan Shingjergji (2015) menyelidiki faktor yang mempengaruhi kualitas audit di Albania. Tiga puluh empat
persen responden auditor Albania dinilai bahwa indenpendency sebagian besar mempengaruhi kualitas audit. Namun, sebagai bentuk diamati
tanggapan, independensi auditor di Albania masih merupakan masalah yang perlu perhatian lebih lanjut. Pritama et al. (2017), dalam penelitian
mereka di Inspektorat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Indonesia, menemukan bahwa independensi memiliki hubungan
positif dengan kualitas audit. Dengan demikian, semakin independensi auditor, semakin besar kemungkinan kualitas audit yang lebih tinggi.
independensi auditor di Albania masih merupakan masalah yang perlu perhatian lebih lanjut. Pritama et al. (2017), dalam penelitian mereka di
Inspektorat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Indonesia, menemukan bahwa independensi memiliki hubungan positif
dengan kualitas audit. Dengan demikian, semakin independensi auditor, semakin besar kemungkinan kualitas audit yang lebih tinggi. independensi
auditor di Albania masih merupakan masalah yang perlu perhatian lebih lanjut. Pritama et al. (2017), dalam penelitian mereka di Inspektorat Jenderal Kementerian Lingku
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi, independensi, dan kualitas audit profesionalisme pengaruh.
Tingkat kompetensi auditor adalah fundamental dalam menentukan kualitas audit, oleh karena itu, semakin
tinggi tingkat kompetensi yang dimiliki, auditor dapat memecahkan masalah yang menunjukkan kesalahan
dalam laporan keuangan secara efektif dan efisien dalam proses audit. Sikap mental independensi bebas dari
pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Semakin auditor adalah
kemerdekaan, semakin tinggi tingkat kualitas audit. Profesionalisme merupakan faktor penting yang
mempengaruhi auditor dalam membuat keputusan tentang perilaku mereka. Sebuah tingkat profesionalisme
yang tinggi akan menghasilkan audit berkualitas tinggi. Hasil penelitian ini harus hati-hati ditafsirkan sejak
sampel penelitian ini hanya auditor dari Kantor Akuntan Publik.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki beberapa kelemahan atau keterbatasan, yaitu jumlah
sampel auditor. Sampel dari penelitian ini hanya mencakup 45 perusahaan auditor CPA di Jawa Tengah. Responden
kurangnya disebabkan oleh banyak responden yang tidak mengisi kuesioner melalui survei online. Selain itu, beberapa
KAP telah pindah alamat dan juga telah ditutup. Studi masa depan dapat meningkatkan jumlah KAP dari kabupaten
lain di Indonesia.
REFERENSI
Alaraji, FAAS, Al-Dulaimi, ZYS, Sabri, TMM, & Ion, EI (2017). Faktor yang mempengaruhi
kualitas jasa audit eksternal, Prosiding Konferensi Internasional ke-11 di Business Excellence, 557-568.
DOI: 10,1515 / picbe-2017-0060.
Al-Khaddas, H., Al-Nawas, R., & Ramadan, A. (2013). Faktor yang mempengaruhi kualitas Auditing:
Kasus Bank Umum Yordania, International Journal of Business dan Ilmu Sosial Vol. 4 No. 11
(September), 206-222. Ashari, R. (2011). Pengaruh Keahlian, Independensi, Dan Etika Terhadap KUALITAS
Auditor PADA
Inspektorat Provinsi Maluku Utara, tesis, Universitas Hasanudin.
Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Profesionalisme pada Kualitas Audit
Dewi Kartika, Bambang Agus Pramuka 167
Abdelrahman, AN, Khaled ZL, & Ahmed FE (2014). Mengukur Perusahaan Audit Intelektual
Capital sebagai Penentu Kualitas Audit: Sebuah Disarankan Model. Jurnal Modern Akuntansi dan Audit. 10
(1), 59-79. Alim.MN, et al., (2007), Audit Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap KUALITAS
DENGAN Etika Auditor sebagai Variabel moderasi, Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makssar.
Christiawan, YJ (2002). Kompetensi Dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian
Empiris. Direktori jurnal: Kumpulan Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Unika Petra. Vol. 4 / No 2. Elfarini, EC
(2007). Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap KUALITAS Audit.
Penelitian. Universitas Negeri Semarang. Ghozali, I. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate Mencari Google Artikel Program
SPSS. Cetakan, Keempat.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. IAI. (2001). Standar Profesi Akuntan Publik. Jakarta.
Salemba Empat. Irwansyah. (2010). Pengaruh ketaatan Kompetensi Dan Independensi Terhadap publik akuntan
profesionalisme Akuntan Publik Dan differences implikasinya KUALITAS audit, Pengumpulan PADA akuntan public Yang
Menjadi ANGGOTA FAPB. Disertasi. Universitas Padjajaran Bandung. Jensen, MC & Meckling WH (1976). Teori Perusahaan:
Perilaku manajerial, mencakup biaya badan Dan
Struktur kepemilikan. Jurnal Ekonomi Keuangan, 3, 350-360.
Lesmana, R. & Machdar, NM (2015). Pengaruh Profesionalisme, Kompetensi, Dan Independensi
Auditor Terhadap KUALITAS Audit. Skripsi, Fakultas Ekonomi Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis.
Myers, JN, Myers, LA & Omer, TC (2003), Menjelajahi jangka waktu auditor-klien
hubungan dan kualitas laba: Sebuah kasus untuk rotasi auditor wajib, Akuntansi Review, 78, (Juli),
759-778.
Mulyadi. (2010). Auditing. Edisi 6 buku. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Paramita, A. & Latrini, Y. (2015). Pengaruh
Ukuran Perusahaan, Umur Publikasi, Masa
Perikatan Audit, Pergantian Manajemen PADA KUALITAS Audit. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana Bali.
Pritama, Y., Supriana, T., & Torong, ZB (2017). Faktor-faktor dari Infuence pada Kualitas Audit
di The Inspektorat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kemajuan di bidang Ekonomi,
Bisnis dan Manajemen Penelitian (AEBMR), Volume 46, 249-252. Nisa, VF (2013). Analisis Faktor Eksternal Dan
Intern Yang Mempengaruhi Penghentian
Prematur Atas Prosedur Audit (Studi Empiris PADA Kap Di Semarang). Skripsi, Universitas Diponegoro