PENDAHULUAN
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa perbedaan kain batik klasik dan batik modern yang ada di Indonesia?
2. Bagaimana fenomena penggunaan kain batik sebagai bahan pakaian yang menjadi tren
Fashion saat ini?
3. Bagaimana fenomena kain batik sebagai tren fashion yang menjadi penggerak ekonomi
kerakyatan?
4. Bagaimana upaya melestarikan budaya seni batik di MTs Wahid hasyim?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka karya ilmiah ini bertujuan:
1) Untuk mengetahui perbedaan kain batik klasik dan batik modern yang ada di Indonesia;
2) Untuk mengetahui fenomena yang terjadi mengenai penggunaan kain batik sebagai bahan
pakaian yang menjadi tren fashion saat ini;dan
3) Untuk mengetahui fenomena kain batik sebagai tren fashion yang menjadi penggerak
ekonomi kerakyatan.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini:
1) Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai perkembangan warisan
budaya Indonesia khsuusnya perkembangan batik di Indonesia;dan
2) Sebagai masukan untuk pemerintah dan masyarakat untuk selalu melestarikan budaya
Indonesia yaitu batik.
BAB 2
KERANGKA TEORETIS
c) Pembatikan di Jakarta
Pembatikan di Jakarta dikenal dan berkembang bersamaan dengan daerah-
daerah pembatikan lainnya, yaitu kira-kira akhir abad ke-19. Pembatikan ini dibawa oleh
pendatang-pendatang dari Jawa Tengah yang bertempat tinggal di daerah-daerah pembatikan.
Daerah pembatikan yang dikenal di Jakarta tersebar di dekat Tanah Abang, yaitu: Karet,
Bendungan Ilir dan Udik, Kebayoran Lama, dan daerah Mampang Prapatan serta Tebet.
Sejak zaman sebelum Perang Dunia I (PD I), Jakarta telah menjadi pusat
perdagangan antar daerah di Indonesia. Setelah PD I (saat proses pembatikan cap mulai
dikenal), produksi batik meningkat dan pedagang-pedagang batik mencari daerah pemasaran
baru. Daerah pemasaran untuk tekstil dan batik di Jakarta yang terkenal ialah: Tanah Abang,
Jatinegara dan Jakarta Kota. Batik-batik produksi daerah Solo, Yogya, Banyumas, Ponorogo,
Tulungagung, Pekalongan, Tasikmalaya, Ciamis dan Cirebon serta lain-lain daerah, bertemu
di Pasar Tanah Abang. Dari sini baru dikirim ke daerah-daerah di luar Jawa.
Oleh karena pusat pemasaran batik sebagian besar di Jakarta, khususnya Tanah
Abang, dan juga bahan-bahan baku batik diperdagangkan di tempat yang sama, maka timbul
pemikiran dari pedagang-pedagang batik itu untuk membuka perusahaan batik di Jakarta.
Tempat yang dipilih berdekatan dengan Tanah Abang. Pengusaha-pengusaha batik yang
muncul sesudah PD I, terdiri dari bangsa Cina, dan buruh-buruh batiknya didatangkan dari
daerah-daerah pembatikan Pekalongan, Yogya, dan Solo.
Selain dari buruh batik luar Jakarta itu, diambil pula tenaga-tenaga setempat di
sekitar daerah pembatikan sebagai pembantunya. Melihat perkembangan pembatikan ini
membawa lapangan kerja baru, maka penduduk asli daerah tersebut juga membuka
perusahaan-perusahaan batik. Motif dan proses batik Jakarta sesuai dengan asal buruhnya
didatangkan yaitu: Pekalongan, Yogya, Solo, dan Banyumas.
b) Batik Kawung
Motif dari batik kawung ini adalah berpola buatan mirip buah kawung. Kawung
adalah sejenis kelapa atau kadang – kadang sebagai buah kolang – kaling. Motif kawung ini
diurut secara geometris. Kadang – kadang motif kawung ini digambarkan juga sebagai bunga
lotus. Makna dari bunga lotus itu sendiri adalah melambangkan umur panjang dan juga
kesucian. Lotus sendiri merupakan sebuah tumbuhan yang memiliki 4 buah daun bunga yang
merekah.
Batik kawung ini diklasifikasikan lagi secara lebih spesifik dengan
memperhatikan motif dan juga pola. Kawung Picis adalah motif kawung yang tersusun oleh
bentuk bulatan yang kecil. Picis adalah mata uang senilai sepuluh senyang bentuknya kecil.
Sedangkan Kawung Bribil adalah motif-motif kawung yang tersusun oleh bentuk yang lebih
besar daripada kawung Picis. Hal ini sesuai dengan nama bribil, mata uang yang bentuknya
lebih besar daripada picis dan bernilai setengah sen. Sedangkan kawung yang bentuknya bulat-
lonjong lebih besar daripada Kawung Bribil disebut Kawung Sen.
c) Batik Madura
Batik madura merupakan batik yang dibuat di unit – unit rumah tertentu. Dalam
produksi batik madura ini, tetap mempertahankan sistem pembuatan secara tradisional. Batik
madura ini terkenal akan coraknya yang bebas dan warna yang berani seperti warna merah,
kuning, dan hijau muda.
Di Madura ini, para pengrajin batik ini dikumpulkan di suatu wilayah yang
disebut dengan Pamekasan. Di kawasan Pamekasan ini, para pengrajin batik membuat dan
menjual langsung batik – batik yang sudah siap untuk dijual.
d) Batik Cirebon
Batik cirebon atau yang lebih dikenal dengan motifnya megamendung ini
merupakan batik yang telah terkenal di kancah mancanegara. Bahkan motif megamendung ini
adalah motif pertama dan satu – satunya di dunia. Oleh karena itu, Departemen Kebudayaan
dan Kepariwisataan RI akan mendaftarkan corak batik megamendung ini ke UNESCO sebagai
salah satu world heritage.
Motif megamendung ini pada awalnya diharuskan untuk selalu berwarna biru
yang diselingi dengan warna merah untuk menggambarkan sisi kemaskulinan dan suasana yang
dinamis. Sisi kemaskulinan dari batik ini harus ditonjolkan karena ada campur tangan laki –
laki dalam membuatnya. Kaum laki – laki anggota tarekat adalah yang pertama kali merintis
tradisi ini. Warna biru dan merah juga menggambarkan keadaan masyarakat pesisir yang
terbuka, lugas, dan juga egaliter.
Arti lain dari warna biru sendiri digambarkan sebagai warna langit yang berarti
luas, bersahabat, dan juga tenang. Warna biru ini juga digambarkan sebagai pembawa hujan
yang telah dinanti – nantikan sebagai pembawa kesuburan dan yang memberi
kehidupan. Warna biru yang digunakqan dalam batik ini beragam mulai dari biru muda hingga
biru tua. Arti dari biru muda adalah cerahnya kehidupan, sedangkan biru tua menggambarkan
awan gelap mengandung air hujan dan akan memberi kehidupan.
Saat ini motif megamendung telah mengalami berbagai perkembangan dan
modifikasi sesuai dengan permintaan konsumen. Motif megamendung ini dapat
dipadupadankan dengan motif yang lucu – lucu seperti kapal, hewan, tumbuhan, dan lain –
lain. Selain itu, sekarang warna dari batik megamendung ini tidak selalu biru dan
merah. Warna batik megamendung ini telah berkembang menjadi warna kuning, hijau, coklat,
dan lain – lain.
e) Batik Pekalongan
Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun
menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data
yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil
berupa bahan baju.
Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada
tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau
perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para
pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah
Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya
mengembangkan batik.
Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di
Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke
arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan
adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.
Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat
dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai,
yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.
Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina,
Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika
pada motif dan tata warna seni batik.
Sehubungan dengan itu beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai
negara tersebut kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Adapun motifnya
antara lain batik Jlamprang diilhami dari Negeri India dan Arab, batik Encim dan
Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina, batik Pagi Sore oleh Belanda, dan batik
Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.
Perkembangan budaya teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan
malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik, memang tak bisa dilepaskan dari
pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.
Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan
pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun
lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di
rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat
Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kotamadya Pekalongan
dan Kabupaten Pekalongan.Pasang surut perkembangan batik. Pekalongan, memperlihatkan
Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni
yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah
menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk
unggulan. Hal itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena
terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik. Julukan itu datang
dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah,
aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan
keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah, perdagangan dan kesiapan masyarakatnya
dalam menerima paham serta pemikiran baru.
Batik yang merupakan karya seni budaya yang dikagumi dunia, diantara ragam
tradisional yang dihasilkan dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun yang mampu hadir
seindah dan sehalus batik Pekalongan.
f) Batik Sasambo
Tak banyak yang tahu bahwa Nusa Tenggara Barat mempunyai batik khas yang
dikenal dengan Batik Sasambo. Nama Sasambo sendiri merupakan singkatan dari Sasak (Suku
Lombok), Samawa (Suku Sumbawa), dan Mbojo (Suku Bima dan Dompu). Merangkum tiga
etnik asli Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa tersebut, batik Sasambo hadir diantara batik
daerah di Nusantara, dan tentunya batik Sasambo memiliki ciri khas yang unik dan berbeda
dari batik-batik lainnya. Oleh karena itu, matif batiknya banyak mengusung adat dan budaya
dari kedua pulau tersebut. Batik Sasmbo tersendiri mempunyai beberapa motif atau corak
diantaranya:
- Motif Kangkung
- Motif Lonto Engal
- Motif Goal/Bidaracina
- Motif Kembang Setangi
- Motif Bebele
- Motif Kembang Turi/Ketuju
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
2. Gaya Gabungan
Gaya gabungan adalah batik yang motifnya merupakan hasil pengolahan dan penggabungan
motif-motif dari berbagai daerah menjadi suatu rangkaian yang indah.
3. Gaya Lukisan
Gaya lukisan adalah batik yang motifnya menggambarkan yang serupa lukisan, seperti
pemandangan, dan lain sebagainya.
4. Gaya Khusus dari cerita lama
Gaya Khusus dari cerita lama batik yang motifnya diambil dari cerita lama seperti
Ramayana atau Mahabrata. Gaya ini terkadang merupakan campuran antara riil dan abstrak.
Dewasa ini batik modern sangat mudah dijumpai. Motifnya yang bebas membuatnya
mudah diaplikasikan dalam bentuk apa saja, misalnya tas, taplak meja, dan lain sebagainya.
Kain batik yang diidentikkan sebagai kain Nusantara kini berkembang menjadi industry
modern. Batik modern merupakan bentuk perkembangan variasi dari batik klasik yang ada di
Indonesia. Konsekuensi dari masuknya batik ke dalam industri modern, perkembangan batik
dituntut mengikuti perkembangan zaman, sesuai perkembangan mode dan dengan tuntutan
pasar. Perkembangan batik yang mengikuti perkembangan zaman dari tahun ke tahun akhirnya
menunjukkan dinamika beragam. Batik sebagai produk seni adiluhung, awalnya kelahirannya
banyak diwarnai simbol-simbol keraton. Penggunaannya pun seperti masih terbatas didominasi
oleh kalangan keraton.
Perbedaan batik klasik dan batik modern dibagi menjadi beberapa kategori yaitu dari
segi motif, aturan yang berlaku serta teknik pembuatan dari batik tersebut. Untuk lebih jelas,
dapat melihat Tabel 4.1 (Perbedaan Batik Klasik dan Batik Modern).
Tabel 4.1
Perbedaan Batik Klasik dan Batik Modern
Realisasi ekspor hingga semester 1 tahun 2009 baru mencapai US$ 10,86 juta.
Artinya, baru mencapai 33,64% dibandingkan dengan kinerja ekspor pada 2008. Banyak yang
berharap, kemeriahan batik bakal mampu mengerak kinerja ekspor batik nasional. Sehingga
pada gilirannya akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan menyerap tenaga kerja.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
disimpulkan secara keseluruhan dari penelitian ini adalah:
1) Terdapat perbedaan antara batik klasik dan batik modern yang cukup signifikan. Berdasarkan
hasil penelitian, dapat kita simpulkan bahwa yang membedakan antara batik klasik dan batik
modern adalah dari motif, aturan yang berlaku serta teknik pembuatannya.
2) Tren fashion batik yang terjadi di Indonesia saat ini dikarenakan batik yang telah diresmikan
oleh UNESCO sehingga membuat para designer profesional dan muda melakukan inovasi
yang cukup kreatif sehingga batik bisa diminati oleh masyarakat Indonesia bahkan di dunia.
3) Batik bisa dijadikan sebagai salah satu penggerak ekonomi kerakyatan karena selain
menyumbang devisa yang cukup besar bagi negara, industri batik juga dapat menyerap banyak
pekerja sehingga mengurangi pengangguran yang ada di Indonesia. Disamping itu juga, harga
batik yang ada di Indonesia juga memiliki nilai jual yang tinggi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka penulis
mempunyai masukan yang dapat diberikan oleh berbagai pihak:
1) Untuk masyarakat, agar bisa lebih menghargai warisan budaya Indonesia sekaligus bangga
akan produk nasional. Serta masyarakat bisa melakukan berbagai inovasi yang kreatif yang
dapat mendukung perkembangan batik di Indonesia.
Untuk pemerintah, agar bisa lebih memperhatikan dari segi sistem regulasi serta pemerintah
bisa menjadikan batik sebagai komoditas ekspor sehingga Indonesia dapat bersaing dengan
negara lainnya