Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PLASENTA PREVIA

Disusun Oleh :

EKING RUMAMPUK (17.038 )

AKADEMI KEPERAWATAN MAKASSAR

YAYASAN PENDIDIKAN MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyusun
“LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA
PREVIA”. Adapun tujuan kami dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai
bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
Dalam penyusunan ini dapat diwujudkan atas upaya partisipasi dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
berpartisipasi dalam kegiatan penyusunan laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan plasenta previa ini. Khususnya kepada Dosen Pembimbing.
Tak ada gading yang tidak retak, demikian juga dengan laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan plasenta previa saya ini yang masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saran dan kritik anda sangat saya harapkan demi perbaikan laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan plasenta previa ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata, semoga ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Makasar, 11 September 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

1.1 Latar belakang............................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................2

1.3 Tujuan.........................................................................................................................................2

BAB II.........................................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3

2.1 Pengertian.........................................................................................................................................3

2.2 Etiologi........................................................................................................................................3

2.3 Faktor resiko...............................................................................................................................4

2.4 Klasifikasi....................................................................................................................................4

2.5. Fatofisiologi.................................................................................................................................5

2.6. Tanda dan gejala.........................................................................................................................7

2.7. Penatalaksanaan (Sandra, 2001)...............................................................................................7

2.8. Asuhan Keperawatan Plasenta Previa....................................................................................10

2.9 Contoh Kasus Pada Pasien Dengan Plasenta Previa.............................................................19

BAB III......................................................................................................................................................25

PENUTUP.................................................................................................................................................25

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................25

3.2 Saran..........................................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perdarahan pada kehamilan trimester ketiga pada mumnya merupakan
perdarahan yang berat, dan jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat bis
amendatangkan syok dan kematian. Salah satu penyababnya adalah plasenta
previa. Plasenta previa selain menimbulkan penyulit pada ibu dapat juga
menmibulkan penyulit pada janin, yaitu asfiksia sampai kmatian janin dalam
rahim.
Banyaknya factor yang menyababkan maningkatnya kejadian plasenta previa
disebabkan oleh factor umur si penderita, factor paritas yangbtinngi kejadian
paritas makin besar yang mana disebabkan oleh endometrium yang belum sempat
tmbuh, factor endometrium di fundus belum siap menerima implementasi. Hal
tersebut jika dibiarkan bagitu saja akan mengakibatkan terjadinya komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin. Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
plasenta previa adalah perdarahan dan mengakibatka syok, anemia karena
perdarahan, plasentitis, prematuritas janin dan afiksia berat, peningkatan
mortalitas janin, perdarahan pasca partum karena perdarahan pada tempat
pelekatan plasenta.
Pada tempat tersebut, kontraksi serat otot uterus kurang efektif, sindrom
Sheehan dan defek pembekuan dapat terjadi , namun lebih sering terjadi pada
abrupsio plasenta. Umtuk mencegah komplikasi tersebut maka dibutuhkan peran
dan fingsi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dengan benar meliputi
promotif, preventif, dan rehabilitative yang dilakukan secara konpherensif dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan antara lain pendidikan kesehatan
untuk meningkatkan status kesehatan klien, mencagah terjadinya plasenta previa
berulang dam memberiak pendidiakan kesehatan untuk mencegah terjadinya
komplikasi, memberikan diit sesuai dengan kebutuhan tubuh cukup kalori, protein
serta memberikan obat-obatan untuk mengobati penyakit dasar dan dalam
perawatan diri pasien secara optimal, sehingga muncul pentingnya asuhan
keperawatan dalam menanggulangi klien dengan plasenta previa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana melakukan pengkajian secara lamgsung pada klien dengan
plasenta previa
2 Apa diagnose keperatwatan pada klien plasenta previa
3 Bagaimana membuat perencanaaan pada klien dengan plasenta previa
4 Bagaimana melaksanakan tindakan keperawatan dan bagaimana mengevaluasi
tindakan yang dilakukan pada klien plasenta previa

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan plasenta previa
2. Tujuan khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara lamgsung pada klien dengan plasenta
previa
b. Dapat membuat diagnose keperatwatan pada klien plasenta previa
c. Dapat membuat perencanaaan pada klien dengan plasenta previa
d. Mampu melaksanakan tindakankeperawatan dan mampu mengevaluasi
rindakan yang dilakukan pada klien plasenta previa

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk
bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500
gram. Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme
khusus untuk menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini
termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat energi, toleransi

2
imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin. Melihat
pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan
menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan. Salah
satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau disebut dengan
plasenta previa (Manuaba, 2005).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian
terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta
umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus
uteri (Prawirohardjo, 2008).
Selain pengertian diatas Chalik, (2008). Plasenta previa adalah plasenta yang
berimplantasi pada bagian segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai dengan perdarahan uterus yang
dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri pada kehamilan trimester
terakhir, khususnya pada bulan kedelapan.

2.2 Etiologi
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada
segman bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain
mengemukakan bahwa yang menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi
desidua yang tidak memadai, yang mungkin terjadi karena proses radang maupun
atropi.

2.3 Faktor resiko


Menurut Chalik (2008) faktor risiko timbulnya plasenta previa belum
diketahui secara pasti namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi
plasenta previa tertinggi terjadi pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat
seksio sesarea dan aborsi sebelumnya serta gaya hidup yang juga dapat
mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya plasenta previa.
Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta previa
yaitu:

3
1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan umur < 35.
2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan
primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.
4. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta
previa.
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada
segman bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain
mengemukakan bahwa yang menjadi salah satu penyebabnya adalah
vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang mungkin terjadi karena proses
radang maupun atropi.

2.4 Klasifikasi
Menurut Chalik (2008). Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang
didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada
waktu tertentu yaitu :

a. Placenta Previa Totalis


Bila plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan cervix
4 cm. Pada posisi ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan per-vaginam
(normal / spontan / biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat. Plasenta
previa sentralis yaitu bila tali pusat plasenta berada tepat dengan sentral
kanalis servikalis.

b. Placenta Previa Partialis


Bila hanya sebagian / separuh plasenta yang menutupi ostium uteri internum
pada pembukaan cervik 4 cm. Pada posisi ini pun risiko perdarahan masih
besar, dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui per-vaginam.

c. Placenta Previa Marginalis

4
Bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir ostium uteri internum pada
pembukaan servik 4 cm. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan
tetap besar.

d. Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang


disebut juga dangerous placenta)
Posisi plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan
tetapi belum sampai menutupi uteri internum. Pinggir plasenta berada kira-
kira 3-4 cm di atas pinggir ostium uteri internum, sehinnga tidak teraba pada
pembukaan jalan lahir. Risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang
kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan aman, asal hati-hati.

2.5. Fatofisiologi
- bekas luka operasi pada uterus
- kehamilan multiple
- kehamilan multipara
- tumor endometrium
- vaskularisasi fundus ↓

vaskularisasi desidua menururn

Plasenta previa

Totalis Partialis Marginalis law lying

Bertambahnya usia kehamilan (trimester ke 3)

5
Uterus mengalami perubahan (semakin melebar dan servik mulai membuka)

Terjadi pembentukkan segmen bawah Rahim dan pembukaan ostium interna

Plasenta menenpel di segmen bawah Rahim/plasenta lepas dari dinding uterus

Sinus uterus robek/rupture

Perdarahan

Risiko
Kehilangan cairan HbO2 dalam darah O2 kejaringan fetus pertumbuhan janin
dan darah menurun menurun terhambat/kematia
Perubahan perpusi n janin
jaringan utero
plasenta
O2 kejaringan Metabolisme
Intoleransianaerob
Aktivitas
Resti syok menurun
hipovolemik Penumpukan asam laktat

2.6. Tanda dan gejala Kelelahan


Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut :
a) Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama
biasanya tidak banyak sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari perdarahan sebelumnya.
b) Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri
yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua
atau sesudahnya.
c) Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan
yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang
singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.

6
d) Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP)
akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat
menimbulkan aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005;
Murah dkk, 1999).

2.7. Penatalaksanaan (Sandra, 2001)


a) Konservatif bila :
1. Kehamilan kurang 37 minggu.
2. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
3. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh
perjalanan selama 15 menit).
Perawatan konservatif berupa :
1. Istirahat
2. Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
3. Memberikan antibiotik bila ada indikasi.
4. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan
konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap
tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit
dan tidak boleh melakukan senggama.
b) Penanganan aktif bila :
1. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
2. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
3. Anak mati
Penanganan aktif berupa :
1. Persalinan per vaginam.
2. Persalinan per abdominal.
Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double
set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam
didapatkan :
1. Plasenta previa marginalis
2. Plasenta previa letak rendah
3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah
matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan
atau hanya sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti
dengan drips oksitosin pada partus per vaginam bila gagal drips. Bila
terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.

7
c) Penanganan (pasif)
1. Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim ke
Rumah sakit tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT.
2. Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus,
kehamilan belum cukup 37 minggu/berat badan janin kurang dari 2.500
gram persalinan dapat ditunda dengan istirahat, obat-obatan; spasmolitik,
progestin/progesterone, observasi teliti.
3. Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua
mungkin supaya tidak prematur
4. Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.
Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan
janin prematur tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan
persalinan dengan menciptakan suasana yang memberikan keamanan
sebesar-besarnyabagi ibu maupun janin. Perawatan di rumah sakit yang
memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan aktivitas fisik, penghindaran
setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya segera terapi yang tepat,
merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan mencangkup infus
larutan elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea dan perawatan neonatus
oleh ahlinya sejak saat dilahirkan.
Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat
diperoleh meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah
migrasi plasenta yang cukup jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak
lagi menjadi permasalahn utama. Arias (1988) melaporkan hasil-hasil yang
luar biasa pada cerclage serviks yang dilakukan antara usia kehamilan 24
dan 30 minggu pada pasien perdarahan yang disebabkan oleh plasenta
previa.
Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke
dalam dua kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk
melahirkan lewat bedah sesarea ada dua :
a) Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus
untuk berkontraksi sehingga perdarahan berhenti.

8
b) Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi
serviks yang merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam pada
plasenta previa totalis serta parsial.
c)
2.8. Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Anamnesa : Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medicalrecord dll.
Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnyaagar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada
kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:

1) Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)


2) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
3) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan
4) Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
5) Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
6) Komplikasi pada bayi
7) Rencana menyusui bayi

c. Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran
persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT).
Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle,
yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.

9
d. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,
ibu, ataukeduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada
saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan
berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada
pembentukan organ seksual pada janin.

e. Riwayat penyakit dan operasi:


Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal
bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi,
prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di
dokumentasikan

f. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil :
1) Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea
nigra. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan
paha. Laju pertumbuhan rambut berkurang.
2) Wajah
Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut
3) Leher
4) Buah dada / payudara
Peningkatan pigmentasi areola putting susu
Bertambahnya ukuran dan noduler
5) Jantung dan paru
Volume darah meningkat, Peningkatan frekuensi nadi, Penurunan
resistensi pembuluh darah sistemik dan pembuluh darah pulmonal,
Terjadi hiperventilasi selama kehamilan, Peningkatan volume tidal,

10
penurunan resistensi jalan nafas, Diafragma meningkat, Perubahan
pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
6) Abdomen
Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus uteri
7) Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick), Hipertropi epithelium
8) Sistem musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur, Gaya berjalan yang
canggung, Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan
dengan diastasis rectal
b. Khusus
1) Tinggi fundus uteri
2) Posisi dan persentasi janin
3) Panggul dan janin lahir
4) Denyut jantung janin
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
a. Defisit volume cairan
Definisi : Penurunan cairan intravascular, interstinal, dan/atau intraseluler.
Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa
perubahan kadar natrium
Batasan karakteristik

11
 Perubahan status mental  Kulit kering
 Penurunan turgor kulit  Peningkatan suhu tubuh
 Penurunan tekanan darah  Peningkatan frekuensi nadi
 Penurunan tekanan nadi  Peningkatan hematocrit
 Penurunan volume nadi  Peningkatan konsentrasi
 Penurunan turgor lidah urine
 Penurunan haluaran urine  Penurunan BB tiba-tiba
 Penurunan pengisian vena  Haus
 Membrane mukosa kering  kelemahan
Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil ( NOC ) Intervensi ( NIC )
 fluid balance Fluid management
 hyronation  timbang popok/pembalut jika
 nutritional status : food and fluid diperlukan
intake  pertahankan catatan intake dan
kriteria hasil output yang akurat
 mempertahankan urine output  monitor status hidrasi ( kelembaban
sesuai dengan usia dan BB, BJ membrane mukosa, nadi adekuat,
urine normal, HT normal tekanan darah ortostatik ), jika
 tekanan darah, nadi, suhu tubuh diperlukan
dalam batas normal  monitor vital sign
 tidak ada tanda dehidrasi  monitor masukan makanan dan
 elastisitas turgor kulit baik, cairan dan hitung intake kalori
membrane mukosa lembab, tidak harian
ada rasa haus yang berlebihan  kolaborasi pemberian cairan IV
 monitor status nutrisi
 dorong masukan oral
 berikan penggantian nessogatrik
sesuai output
 dorong keluarga untuk membantu
pasien makan

12
 tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )
 atur kemungkinan transfuse
 hipovolemia management
 monitor status cairan termasuk
intake dan output cairan
 pelihara IV line
 monitior tingkat Hb dan hematocrit
 monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
 monitor BB pasien
 pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala kelebihan
volume cairan
 monitor adanya tanda gagal ginjal

b. Resiko syok ( hipovolemik )


Definisi : beresiko terhadap ketidakcukupan aliran darah ke jarinagn tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengncam jiwa.
Faktor resiko : hipotensi, hipovolemi, hipoksemia, hipoksia, infeksi, sepsis, sindrom
respons inflamasi sitemik
Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil ( NOC ) Intervensi ( NIC )
 syok prevention Syok prevention
 syok management  Monitor status sirkulasi BP, warna
kriteria hasil kulit, denyut jantung, HR dan
 nadi dalam batas yang diharapkan ritme, nadi perifer dan kapiler refill

 irama jantung dalam batas yang  Monitor tanda inadekuat oksigenasi


diharapkan jaringan

 frekuensi napas dalam batas yang  Monitor suhu dan pernapasan


diharapkan  Monitor input dan output
 irama pernapasan dalam batas  Pantau nilai labor : HB, HT, AGD,

13
yang diharapkan dan elektrolit
 natrium serum dbn  Monitor hemodinamik invasi yang
 kalium serum dbn sesuai
 klorida serum dbn  Monitor tanda dan gejala asites
 magnesium serum dbn  Monitor tanda awal syok
 PH darah serum dbn  Tempatkan pasien dalam posisi
Hidrasi supin, kaki elevasi untuk
 Indicator peningkatan preload dengan tepat

 Mata cekung tidak ditemukan  Lihat dan pelihara kepatenan jalan

 Demam tidak ditemukan napas

 TD dbn  Berikan cairan IV atau oral yang


tepat
 Hematocrit dbn
 Berikan vasodilator yang tepat
 Ajarkan keluarga dan pasien
tentang tanda dan gejala datangnya
syok
 Ajarkan keluarga dan pasien
tentang langkah mengatasi gejala
syok
Syok management
 Monitor fungsi neurologis
 Monitor fungsi renal
 Monitor tekanan nadi
 Monitor status cairan, input dan
output
 Catat gas darah arteri dan
oksigen dijarinagn
 Monitor EKG
 Memanfaatkan pemantauan
jalur arteri untuk meningkatkan

14
akurasi pembacaan tekanan
darah
 Menggambar gas darah
arteridan monitor jaringan
oksigenasi
 Memantau tren dalam
parameter hemodinamik
misalnya ( CVP, MAP, tekanan
kapiler pulmonal/arteri
 Memantau factor penentu
pengiriman jaringan oksigen
( misalnya PaO2 kadar
hemoglobin, SaO2, CO ). Jika
tersedia
 Memantau tingkat
kerbondioksida sublingual
dan/atau tonometry lambung
 Memonitor gejala gagal
pernapasan misalnya ( rendah
PaO2 peningkatan PaCO2,
kelelahan otot pernapasan
 Monitor nilai laboratorim
misalnya ( CBC dengan
diferensial ) koagulasi profil,
ABC, tingkat laktat, budaya dan
profil kimia
 Masukkan dan memelihara
besarnya kobosanan akses IV

c. intoleran aktivitas

15
Definisi : ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin
dilakukan
Batasan karakteristik
 Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
 Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
 Perubahan elektrokardiogram ( EKG )
 Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
 Dypsneu setelah berkativitas keletihan
 Kelemahan umum
Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil ( NOC ) Intervensi ( NIC )
 Energy conservation Energy management
 Self care : ADL  Observasi adanya pembatasn
Kriteria hasil klien dalam melakukan
 Berpartisipasi dalam aktivitas aktivitas
fisik tanpa disertai peningkatan  Dorong klien untuk
tekanan darah, nadi dan RR mengungkapkan perasaan
 Mampu melakukan aktivitas terhadap keterbatasan
sehari-hari ( adl ) secara mandiri  Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
 Monitor nutrisi dan sumber
energy tenaga adekuat
 Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
 Monitor respon kardiovaskuler
terhadap aktivitas
 Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity therpy
 Kolaborasikan dengan
tenaga rehabilitasi medic
dalam merencanakan

16
program terapi yang tepat
 Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
 Bantu klien untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologo dan social
 Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
 Bantu untuk mendapatkan
alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda
 Bantu pasiean/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
dperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
 Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu
luang
 Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk

17
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual

2.9 Contoh Kasus Pada Pasien Dengan Plasenta Previa


A. IDENTITAS DIRI

1. Identitas Pasien

Nama pasien : Ny. K

Umur : 36 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku / bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Kristen

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Nusupan Grogol

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. L

Umur : 38 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku / bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Kristen

Pekerjaan : Swasta

18
Alamat : Nusupan Grogol

Hub. Dengan pasien : Suami

3. Catatan Medik

Tanggal Masuk : 28 April 2013

Jam Masuk : 20.30 WIB

No. RM : 23 88 72

4. Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama :
 Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri.
 Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan
dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.
 Perdarahan yang berulang-ulang.
b) Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang
keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan
pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau
pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion
gameli) dll.
c) Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi, tali pusat pendek,
trauma, uterus / rahim feulidli.
d) Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui
asal dan penyebabnya.
5. Pemeriksaan fisik (head to toe)
a) Keadaan umum
1. Kesadaran : composmetis sampai dengan koma
2. Postur tubuh : biasanya gemuk

19
3. Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
4. Raut wajah : biasanya pucat
b) Tanda-tanda vital
1. Tensi : normal sampai turun (syok)
2. Nadi : normal sampai meningkat (> 100x / menit)
3. Suhu : normal / meningkat (> 37,5˚ c)
4. RR : normal / meningkat (> 22x / menit)
c) Anamnesa plasenta previa
1. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
2. Sift perdarahan :
a. Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
b. Tanpa sebab yang jelas
c. Dapat berulang
3. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu atau janin dalam rahim
4. Pada inspeksi dijumpai
a. Perdarahan pervagina encer sampai menggumpal
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tanpa anemis
d) Pemeriksaan fisik ibu
1. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
2. Kesadaran penderita bervariasi dari ke sadaran baik sampai koma.
3. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
a. Tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal
b. Tekanan darah turun, nadi dan pernafasan meningkat
c. Tanpa anemis
e) Pemeriksaan khusus
1. Pemeriksaan palpasi abdomen
a) Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur
hamil.
b) Karena plasenta di segmen bahwa rahim, maka dapat dijumpai
kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi.
2. Pemeriksaan denyut jantung janin

20
1. Bervariasi dari normal sampai ke ujung asfiksia dan kematian dalam
rahim.
2. Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk
segera mengambil tindakan, Tujuan pemeriksaan dalam untuk :
a. Menegakkan diagnosa pasti
b. Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau
hanya memecahkan ketuban.
c. Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar osteum, uteri,
internum.
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekana isi Rahim
Tujuan : klien dapat beradaptasi dengan nyeri
Kriteria hasil :
1. Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
2. Klien kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.
Intervensi :
1. Jelaskan penyebab nyeri pada klien
Rasional : dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif terhadap
tindakan
2. Kaji tingkat nyeri
Rasional : menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
3. Bantu dan ajarkan distraksi relaksasi
Rasional : dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang dirasakan.
4. Memberikan posisi yang nyaman (miring kekiri / kanan.
Rasional : posisi miring mencegah penekanan pada vena cava.
5. Berikan masage pada perut dan penekanan pada punggung
Rasional : memberi dukungan mental.
6. Libatkan suami dan keluarga
Rasional : memberi dukungan mental
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic
Rasional : pemberian analgesik dapat membantu gurangi nyeri yang dirasakan

2.Deficit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.


Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik
jumlah maupun kualitas.
Kriteria Hasil :
1. TTV dalam keadaan normal
2. Perdarahan berkurang sampai dengan berhenti
3. Kulit tidak pucat

21
Intervensi :
1. Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki
karekteristik bervariasi
2. Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah
dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
3. Catat haluaran dan pemasukan
Rasional : Mengetahui penurunanan sirkulasi terhadap destruksi sel darah merah.
4. Observasi Nadi dan Tensi
Rasional : Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).
5. Berikan diet halus
Rasional : Memudahkan penyerapan diet
6. Nilai hasil lab. HB/HT
Rasional : Menghindari perdarahan spontan karena proliferasi sel darah merah.
7. Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi
mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif

3. Risiko yok hipovoliemik b.d kehilangan cairan dan darah akibat perdarahan

Kriteria hasil:
1. TTV dalam batas normal
TD : 110-120/70-90
N : 60-100x/menit
RR: 16-22x/menit
Suhu : 36,3-37,50C
2. Akral hangat
3. Kadar Hb dalam batas normal (12-16g/dL).
4. Klien tidak tampak pucat
5. Konjungtiva tidak Anemis
6. CRT : < 3 detik
Intervensi

1. Pantau tanda – tanda vital, penisian kapiler pada dasar kuku, warna membran
mukosa/ kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentarl, bila ada.
Rasional : Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis
dan perubahan pada tekanan darah, nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan
sirkulasi atau terjadinya syok.
2. Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah serta jumlah kehilangan darah. Lakukan
perhitungan pembalut Timbang pembalut pengalas.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa, Setiap
gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah

22
3. Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau posisi
semi-fowler. Hindari posisi trendelenburg.
Rasional : Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian
panggul menghindari kompresi vena kava. Posisi semi- fowler memungkinkan
janin bertindak sebagai tampon.
4. Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan,
sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok.

C. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan,
perawat melakukan kontrak dengan klien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan
serta peran serta klien yang diharapkan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik dimana dimulai setelah rencana tindakan yang disusun dan dirujukan pada
perawat untuk membantu klien untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

D. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu : evaluasi
proses atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau
sumatif membandingkan respon klien pada tujuan umum dan khusus yang telah
ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan SOAP sebagai pola
pikir.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali
terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam

23
rahim. Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau
belakang agak ke arah fundus uteri
3.2 Saran
Apabila ada salah kata pada laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan plasenta
previa maka penulis memohon kritikan dan saran agar pada penyusunan laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan palsenta previa berikutnya menjadi lebih baik lagi
dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca

DAFTAR PUSTAKA

1. Chalik TMA. 2008. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan. Ilmu Kebidanan
Edisi Keempat Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Manuaba, Ida bagus Gde, (2005). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
berencana unuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
3. Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi.
Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
4. Prawirohardjo Sarwono, 2008, ed. Keempat. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka:
Jakarta.
5. Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai