ASUHAN KEPERAWATAN
PLASENTA PREVIA
Disusun Oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
2.1 Pengertian.........................................................................................................................................3
2.2 Etiologi........................................................................................................................................3
2.4 Klasifikasi....................................................................................................................................4
2.5. Fatofisiologi.................................................................................................................................5
BAB III......................................................................................................................................................25
PENUTUP.................................................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................25
3.2 Saran..........................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perdarahan pada kehamilan trimester ketiga pada mumnya merupakan
perdarahan yang berat, dan jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat bis
amendatangkan syok dan kematian. Salah satu penyababnya adalah plasenta
previa. Plasenta previa selain menimbulkan penyulit pada ibu dapat juga
menmibulkan penyulit pada janin, yaitu asfiksia sampai kmatian janin dalam
rahim.
Banyaknya factor yang menyababkan maningkatnya kejadian plasenta previa
disebabkan oleh factor umur si penderita, factor paritas yangbtinngi kejadian
paritas makin besar yang mana disebabkan oleh endometrium yang belum sempat
tmbuh, factor endometrium di fundus belum siap menerima implementasi. Hal
tersebut jika dibiarkan bagitu saja akan mengakibatkan terjadinya komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin. Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
plasenta previa adalah perdarahan dan mengakibatka syok, anemia karena
perdarahan, plasentitis, prematuritas janin dan afiksia berat, peningkatan
mortalitas janin, perdarahan pasca partum karena perdarahan pada tempat
pelekatan plasenta.
Pada tempat tersebut, kontraksi serat otot uterus kurang efektif, sindrom
Sheehan dan defek pembekuan dapat terjadi , namun lebih sering terjadi pada
abrupsio plasenta. Umtuk mencegah komplikasi tersebut maka dibutuhkan peran
dan fingsi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dengan benar meliputi
promotif, preventif, dan rehabilitative yang dilakukan secara konpherensif dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan antara lain pendidikan kesehatan
untuk meningkatkan status kesehatan klien, mencagah terjadinya plasenta previa
berulang dam memberiak pendidiakan kesehatan untuk mencegah terjadinya
komplikasi, memberikan diit sesuai dengan kebutuhan tubuh cukup kalori, protein
serta memberikan obat-obatan untuk mengobati penyakit dasar dan dalam
perawatan diri pasien secara optimal, sehingga muncul pentingnya asuhan
keperawatan dalam menanggulangi klien dengan plasenta previa.
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan plasenta previa
2. Tujuan khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara lamgsung pada klien dengan plasenta
previa
b. Dapat membuat diagnose keperatwatan pada klien plasenta previa
c. Dapat membuat perencanaaan pada klien dengan plasenta previa
d. Mampu melaksanakan tindakankeperawatan dan mampu mengevaluasi
rindakan yang dilakukan pada klien plasenta previa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk
bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500
gram. Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme
khusus untuk menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini
termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat energi, toleransi
2
imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin. Melihat
pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan
menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan. Salah
satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau disebut dengan
plasenta previa (Manuaba, 2005).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian
terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta
umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus
uteri (Prawirohardjo, 2008).
Selain pengertian diatas Chalik, (2008). Plasenta previa adalah plasenta yang
berimplantasi pada bagian segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai dengan perdarahan uterus yang
dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri pada kehamilan trimester
terakhir, khususnya pada bulan kedelapan.
2.2 Etiologi
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada
segman bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain
mengemukakan bahwa yang menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi
desidua yang tidak memadai, yang mungkin terjadi karena proses radang maupun
atropi.
3
1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan umur < 35.
2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan
primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.
4. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta
previa.
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada
segman bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain
mengemukakan bahwa yang menjadi salah satu penyebabnya adalah
vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang mungkin terjadi karena proses
radang maupun atropi.
2.4 Klasifikasi
Menurut Chalik (2008). Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang
didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada
waktu tertentu yaitu :
4
Bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir ostium uteri internum pada
pembukaan servik 4 cm. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan
tetap besar.
2.5. Fatofisiologi
- bekas luka operasi pada uterus
- kehamilan multiple
- kehamilan multipara
- tumor endometrium
- vaskularisasi fundus ↓
Plasenta previa
5
Uterus mengalami perubahan (semakin melebar dan servik mulai membuka)
Perdarahan
Risiko
Kehilangan cairan HbO2 dalam darah O2 kejaringan fetus pertumbuhan janin
dan darah menurun menurun terhambat/kematia
Perubahan perpusi n janin
jaringan utero
plasenta
O2 kejaringan Metabolisme
Intoleransianaerob
Aktivitas
Resti syok menurun
hipovolemik Penumpukan asam laktat
6
d) Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP)
akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat
menimbulkan aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005;
Murah dkk, 1999).
7
c) Penanganan (pasif)
1. Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim ke
Rumah sakit tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT.
2. Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus,
kehamilan belum cukup 37 minggu/berat badan janin kurang dari 2.500
gram persalinan dapat ditunda dengan istirahat, obat-obatan; spasmolitik,
progestin/progesterone, observasi teliti.
3. Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua
mungkin supaya tidak prematur
4. Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.
Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan
janin prematur tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan
persalinan dengan menciptakan suasana yang memberikan keamanan
sebesar-besarnyabagi ibu maupun janin. Perawatan di rumah sakit yang
memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan aktivitas fisik, penghindaran
setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya segera terapi yang tepat,
merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan mencangkup infus
larutan elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea dan perawatan neonatus
oleh ahlinya sejak saat dilahirkan.
Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat
diperoleh meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah
migrasi plasenta yang cukup jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak
lagi menjadi permasalahn utama. Arias (1988) melaporkan hasil-hasil yang
luar biasa pada cerclage serviks yang dilakukan antara usia kehamilan 24
dan 30 minggu pada pasien perdarahan yang disebabkan oleh plasenta
previa.
Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke
dalam dua kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk
melahirkan lewat bedah sesarea ada dua :
a) Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus
untuk berkontraksi sehingga perdarahan berhenti.
8
b) Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi
serviks yang merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam pada
plasenta previa totalis serta parsial.
c)
2.8. Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Anamnesa : Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medicalrecord dll.
Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnyaagar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada
kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:
c. Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran
persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT).
Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle,
yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
9
d. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,
ibu, ataukeduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada
saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan
berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada
pembentukan organ seksual pada janin.
f. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil :
1) Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea
nigra. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan
paha. Laju pertumbuhan rambut berkurang.
2) Wajah
Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut
3) Leher
4) Buah dada / payudara
Peningkatan pigmentasi areola putting susu
Bertambahnya ukuran dan noduler
5) Jantung dan paru
Volume darah meningkat, Peningkatan frekuensi nadi, Penurunan
resistensi pembuluh darah sistemik dan pembuluh darah pulmonal,
Terjadi hiperventilasi selama kehamilan, Peningkatan volume tidal,
10
penurunan resistensi jalan nafas, Diafragma meningkat, Perubahan
pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
6) Abdomen
Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus uteri
7) Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick), Hipertropi epithelium
8) Sistem musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur, Gaya berjalan yang
canggung, Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan
dengan diastasis rectal
b. Khusus
1) Tinggi fundus uteri
2) Posisi dan persentasi janin
3) Panggul dan janin lahir
4) Denyut jantung janin
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
a. Defisit volume cairan
Definisi : Penurunan cairan intravascular, interstinal, dan/atau intraseluler.
Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa
perubahan kadar natrium
Batasan karakteristik
11
Perubahan status mental Kulit kering
Penurunan turgor kulit Peningkatan suhu tubuh
Penurunan tekanan darah Peningkatan frekuensi nadi
Penurunan tekanan nadi Peningkatan hematocrit
Penurunan volume nadi Peningkatan konsentrasi
Penurunan turgor lidah urine
Penurunan haluaran urine Penurunan BB tiba-tiba
Penurunan pengisian vena Haus
Membrane mukosa kering kelemahan
Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil ( NOC ) Intervensi ( NIC )
fluid balance Fluid management
hyronation timbang popok/pembalut jika
nutritional status : food and fluid diperlukan
intake pertahankan catatan intake dan
kriteria hasil output yang akurat
mempertahankan urine output monitor status hidrasi ( kelembaban
sesuai dengan usia dan BB, BJ membrane mukosa, nadi adekuat,
urine normal, HT normal tekanan darah ortostatik ), jika
tekanan darah, nadi, suhu tubuh diperlukan
dalam batas normal monitor vital sign
tidak ada tanda dehidrasi monitor masukan makanan dan
elastisitas turgor kulit baik, cairan dan hitung intake kalori
membrane mukosa lembab, tidak harian
ada rasa haus yang berlebihan kolaborasi pemberian cairan IV
monitor status nutrisi
dorong masukan oral
berikan penggantian nessogatrik
sesuai output
dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
12
tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )
atur kemungkinan transfuse
hipovolemia management
monitor status cairan termasuk
intake dan output cairan
pelihara IV line
monitior tingkat Hb dan hematocrit
monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
monitor BB pasien
pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala kelebihan
volume cairan
monitor adanya tanda gagal ginjal
13
yang diharapkan dan elektrolit
natrium serum dbn Monitor hemodinamik invasi yang
kalium serum dbn sesuai
klorida serum dbn Monitor tanda dan gejala asites
magnesium serum dbn Monitor tanda awal syok
PH darah serum dbn Tempatkan pasien dalam posisi
Hidrasi supin, kaki elevasi untuk
Indicator peningkatan preload dengan tepat
14
akurasi pembacaan tekanan
darah
Menggambar gas darah
arteridan monitor jaringan
oksigenasi
Memantau tren dalam
parameter hemodinamik
misalnya ( CVP, MAP, tekanan
kapiler pulmonal/arteri
Memantau factor penentu
pengiriman jaringan oksigen
( misalnya PaO2 kadar
hemoglobin, SaO2, CO ). Jika
tersedia
Memantau tingkat
kerbondioksida sublingual
dan/atau tonometry lambung
Memonitor gejala gagal
pernapasan misalnya ( rendah
PaO2 peningkatan PaCO2,
kelelahan otot pernapasan
Monitor nilai laboratorim
misalnya ( CBC dengan
diferensial ) koagulasi profil,
ABC, tingkat laktat, budaya dan
profil kimia
Masukkan dan memelihara
besarnya kobosanan akses IV
c. intoleran aktivitas
15
Definisi : ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin
dilakukan
Batasan karakteristik
Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
Perubahan elektrokardiogram ( EKG )
Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
Dypsneu setelah berkativitas keletihan
Kelemahan umum
Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil ( NOC ) Intervensi ( NIC )
Energy conservation Energy management
Self care : ADL Observasi adanya pembatasn
Kriteria hasil klien dalam melakukan
Berpartisipasi dalam aktivitas aktivitas
fisik tanpa disertai peningkatan Dorong klien untuk
tekanan darah, nadi dan RR mengungkapkan perasaan
Mampu melakukan aktivitas terhadap keterbatasan
sehari-hari ( adl ) secara mandiri Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber
energy tenaga adekuat
Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
Monitor respon kardiovaskuler
terhadap aktivitas
Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity therpy
Kolaborasikan dengan
tenaga rehabilitasi medic
dalam merencanakan
16
program terapi yang tepat
Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
Bantu klien untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologo dan social
Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
Bantu untuk mendapatkan
alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda
Bantu pasiean/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
dperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu
luang
Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk
17
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual
1. Identitas Pasien
Umur : 36 tahun
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama : Tn. L
Umur : 38 tahun
Agama : Kristen
Pekerjaan : Swasta
18
Alamat : Nusupan Grogol
3. Catatan Medik
No. RM : 23 88 72
4. Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama :
Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri.
Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan
dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.
Perdarahan yang berulang-ulang.
b) Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang
keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan
pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau
pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion
gameli) dll.
c) Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi, tali pusat pendek,
trauma, uterus / rahim feulidli.
d) Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui
asal dan penyebabnya.
5. Pemeriksaan fisik (head to toe)
a) Keadaan umum
1. Kesadaran : composmetis sampai dengan koma
2. Postur tubuh : biasanya gemuk
19
3. Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
4. Raut wajah : biasanya pucat
b) Tanda-tanda vital
1. Tensi : normal sampai turun (syok)
2. Nadi : normal sampai meningkat (> 100x / menit)
3. Suhu : normal / meningkat (> 37,5˚ c)
4. RR : normal / meningkat (> 22x / menit)
c) Anamnesa plasenta previa
1. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
2. Sift perdarahan :
a. Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
b. Tanpa sebab yang jelas
c. Dapat berulang
3. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu atau janin dalam rahim
4. Pada inspeksi dijumpai
a. Perdarahan pervagina encer sampai menggumpal
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tanpa anemis
d) Pemeriksaan fisik ibu
1. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
2. Kesadaran penderita bervariasi dari ke sadaran baik sampai koma.
3. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
a. Tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal
b. Tekanan darah turun, nadi dan pernafasan meningkat
c. Tanpa anemis
e) Pemeriksaan khusus
1. Pemeriksaan palpasi abdomen
a) Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur
hamil.
b) Karena plasenta di segmen bahwa rahim, maka dapat dijumpai
kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi.
2. Pemeriksaan denyut jantung janin
20
1. Bervariasi dari normal sampai ke ujung asfiksia dan kematian dalam
rahim.
2. Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk
segera mengambil tindakan, Tujuan pemeriksaan dalam untuk :
a. Menegakkan diagnosa pasti
b. Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau
hanya memecahkan ketuban.
c. Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar osteum, uteri,
internum.
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekana isi Rahim
Tujuan : klien dapat beradaptasi dengan nyeri
Kriteria hasil :
1. Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
2. Klien kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.
Intervensi :
1. Jelaskan penyebab nyeri pada klien
Rasional : dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif terhadap
tindakan
2. Kaji tingkat nyeri
Rasional : menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
3. Bantu dan ajarkan distraksi relaksasi
Rasional : dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang dirasakan.
4. Memberikan posisi yang nyaman (miring kekiri / kanan.
Rasional : posisi miring mencegah penekanan pada vena cava.
5. Berikan masage pada perut dan penekanan pada punggung
Rasional : memberi dukungan mental.
6. Libatkan suami dan keluarga
Rasional : memberi dukungan mental
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic
Rasional : pemberian analgesik dapat membantu gurangi nyeri yang dirasakan
21
Intervensi :
1. Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki
karekteristik bervariasi
2. Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah
dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
3. Catat haluaran dan pemasukan
Rasional : Mengetahui penurunanan sirkulasi terhadap destruksi sel darah merah.
4. Observasi Nadi dan Tensi
Rasional : Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).
5. Berikan diet halus
Rasional : Memudahkan penyerapan diet
6. Nilai hasil lab. HB/HT
Rasional : Menghindari perdarahan spontan karena proliferasi sel darah merah.
7. Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi
mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
3. Risiko yok hipovoliemik b.d kehilangan cairan dan darah akibat perdarahan
Kriteria hasil:
1. TTV dalam batas normal
TD : 110-120/70-90
N : 60-100x/menit
RR: 16-22x/menit
Suhu : 36,3-37,50C
2. Akral hangat
3. Kadar Hb dalam batas normal (12-16g/dL).
4. Klien tidak tampak pucat
5. Konjungtiva tidak Anemis
6. CRT : < 3 detik
Intervensi
1. Pantau tanda – tanda vital, penisian kapiler pada dasar kuku, warna membran
mukosa/ kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentarl, bila ada.
Rasional : Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis
dan perubahan pada tekanan darah, nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan
sirkulasi atau terjadinya syok.
2. Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah serta jumlah kehilangan darah. Lakukan
perhitungan pembalut Timbang pembalut pengalas.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa, Setiap
gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah
22
3. Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau posisi
semi-fowler. Hindari posisi trendelenburg.
Rasional : Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian
panggul menghindari kompresi vena kava. Posisi semi- fowler memungkinkan
janin bertindak sebagai tampon.
4. Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan,
sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok.
C. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan,
perawat melakukan kontrak dengan klien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan
serta peran serta klien yang diharapkan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik dimana dimulai setelah rencana tindakan yang disusun dan dirujukan pada
perawat untuk membantu klien untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
D. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu : evaluasi
proses atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau
sumatif membandingkan respon klien pada tujuan umum dan khusus yang telah
ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan SOAP sebagai pola
pikir.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali
terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam
23
rahim. Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau
belakang agak ke arah fundus uteri
3.2 Saran
Apabila ada salah kata pada laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan plasenta
previa maka penulis memohon kritikan dan saran agar pada penyusunan laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan palsenta previa berikutnya menjadi lebih baik lagi
dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca
DAFTAR PUSTAKA
1. Chalik TMA. 2008. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan. Ilmu Kebidanan
Edisi Keempat Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Manuaba, Ida bagus Gde, (2005). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
berencana unuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
3. Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi.
Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
4. Prawirohardjo Sarwono, 2008, ed. Keempat. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka:
Jakarta.
5. Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.
24