Anda di halaman 1dari 5

Nama : Bella Anggraini

Nim : P07124118175
Kelas : Semester 3 B Tingkat 2
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan KB
Dosen Pengampu : Isnaniah, S.ST, M.Pd

TUBEKTOMI/ MOW (MEDIS OPERASI WANITA)

A. PENGERTIAN
MOW (Medis Operatif Wanita)/ Tubektomi atau juga dapat disebut
dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran
telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran
telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki
sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah seks wania tidak akan
turun (BKKBN, 2006)
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau
kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong
atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
(Noviawati dan Sujiayatini, 2009) jadi dasar dari MOW ini adalah mengokulasi
tubafallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu (Hanafi, 2004).
Program MOW sendiri dibagi menjadi 2 yaitu diantaranya:
1. Program rumah sakit
a. Pelaksanaan MOW pasca operasi /pasca melahirkan
b. Mempunyai penyakit ginekologi
2. Reguler: MOW dapat dilakukan pada masa interval

B. SYARAT MELAKUKAN MOW (METODE OPERASI WANITA)


Syarat dilakukan MOW Menurut Saiffudin (2002) yaitu sebagai berikut:
1. Syarat Sukarela
Syarat sukarela meliputi antara lain pengetahuan pasangan tentang cara
cara kontrasepsi lain, resiko dan keuntungan kontrasepsi mantap serta
pengetahuan tentang sifat permanen pada kontrasepsi ini (Wiknjosastro,
2005)
2. Syarat Bahagia
Syarat bahagia dilihat dari ikatan perkawinan yang syah dan harmonis,
umur istri sekurang kurangnya 25 dengan sekurang kurangnya 2 orang anak
hidup dan anak terkecil lebih dari 2 tahun (Wiknjosastro,2005)
3. Syarat Medik
Setiap calon peserta kontrasepsi mantap wanita harus dapat memenuhi
syarat kesehatan, artinya tidak ditemukan hambatan atau kontraindikasi untuk
menjalani kontrasepsi mantap. Pemeriksaan seorang dokter diperlukan untuk
dapat memutuskan apakah seseorang dapat menjalankan kontrasepsi mantap.
Ibu yang tidak boleh menggunakan metode kontrasepsi mantap antara lain ibu
yang mengalamai peradangan dalam rongga panggul, obesitas berlebihan dan
ibu yang sedang hamil atau dicurigai sdang hamil (BKKBN, 2006)
C. WAKTU PELAKSANAAN MOW
Menurut Mochtar (1998) dalam Wiknjosastro (2005) pelaksanaan MOW
dapat dilakukan pada saat:
1. Masa Interval (selama waktu selama siklus menstrusi)
2. Pasca persalinan (post partum)
Tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau selambat
lambatnya dalam 48 jam pasca persalinan. Tubektomi pasca persalinan lewat
dari 48 jam akan dipersulit oleh edema tuba dan infeksi yang akan menyebabkan
kegagalan sterilisasi. Edema tuba akan berkurang setelah hari ke-7 sampai hari
ke-10 pasca persalinan. Pada hari tersebut uterus dan alat alat genetal lainnya
telah mengecil dan menciut, maka operasi akan lebih sulit, mudah berdarah dan
infeksi.
3. Pasca keguguran
Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi
4. Waktu operasi membuka perut
Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut hendaknya harus
dipikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai indikasi untuk dilakukan
sterilisasi. Hal ini harus diterangkan kepada pasangan suami istri karena
kesempatan ini dapat dipergunakan sekaligus untuk melakukan kontrasepsi
mantap.
 Teknik Operasi
Pelaksanaan pelayanan tubektomi dilakukan dengan tindakan operasi
yang mana terdapat 2 teknik operasi yang dikenal dan sering digunakan
dalam pelayanan tubektomi yaitu minilaparatomi dan laparoskopi.
Teknik ini menggunakan anestesi lokal dan bila dilakukan secara benar,
kedua teknik tersebut tidak banyak menimbulkan komplikasi pasca-bedah (
Buku Panduan Pelayanan kontrasepsi,2006 )

Sedangkan menurut Noviawati (2009) waktu pelaksanaan MOW (Mantap


Operasi Wanita) dapat dilakukan pada:
1. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien
tersebut tidak hamil
2. Hari ke-6 hingga hari ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
3. Pasca persalinan
Minilaparotomi dapat dilakukan dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau
12 minggu pasca persalinan setelah dinyatakan ibu dalam keadaan tidak hamil.
4. Pasca keguguran
Tubektomi dapat dilakukan dengan cara minilaparatomi atau laparoskopi setelah
triwulan pertama pasca keguguran dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti
infeksi pelvik. Sedangkan pada triwulan kedua dalam waktu 7 hari sepanjang
tidak ada bukti infeksi pelvik.
a. Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu hanya
diperlukan sayatan kecil sekitar 3 cm baik pada daerah perut bawah
(suprapubik) maupun subumbilikal (pada lingkar pusat bawah). Tindakan
ini dapat dilakukan terhadap banyak klien, relatif murah dan dapat
dilakukan oleh dokter yang diberi latihan khusus. Operasi ini aman dan
efektif .
b. Laparoskopi
Prosedur ini memerlukan tenaga spesialis kebidanan dan penyakit
kandungan yang telah dilatih khusus agar pelaksanaannya aman
dan efektif. Teknik ini dapat dilakukan pada 6-8 minggu pascapersalinan
atau setelah abortus (tanpa komplikasi). Laparoskopi dapat digunakan
dengan anastesi lokal dan diperlakukan sebagai klien rawat jalan setelah
pelayanan.
5. Perawatan Pascabedah dan Observasi
Pada masa observasi setiap menit dilakukan pemeriksaan tekanan
darah dan nadi. Bila telah diperbolehkan minum klien sebaiknya diberi
cairan yang mengandung gula untuk meningkatkan kadar glukosa darah.
lakukan romberg sign bila penderita tampak stabil, suruh mengenakan
pakaian dan tentukan pemulihan kesadaran. Apabila semua berjalan
dengan baik, klien dapat dipulangkan.

Anda mungkin juga menyukai