Laporan investigasi kecelakaan penerbangan pada tahun 1980an dan 1990an menunjukkan
adanya hubungan yang erat antara manajemen keselamatan organisasi dengan kecelakaan2.
National Transportation Safety Board (NTSB) Jepang dalam laporannya terhadap kecelakaan
pesawat terbang tipe Embraer 120 buatan Brasil yang dioperasikan Continental Express
menegaskan bahwa perilaku lalai di hanggar menunjukkan manajemen tidak memberlakukan
orientasi keselamatan yang efektif terhadap karyawannya.
Berdasarkan fakta dan data tersebut, ICAO telah mencanangkan budaya keselamatan dalam
dunia penerbangan melalui programnya yang dikenal dengan Safety Management System
(SMS). ICAO menilai program keselamatan yang selama ini menjadi acuan penyedia jasa
penerbangan dalam melakukan kegiatannya sudah tidak efektif dalam peningkatan
keselamatan penerbangan. Oleh karena itu, ICAO mengharuskan semua negara anggota untuk
mengembangkan Program Keselamatan Nasional. Program Keselamatan Nasional ini
merupakan suatu kerangka kerja bagi suatu negara untuk mengelola keselamatan yang berisi
seperangkat peraturan yang terpadu serta rangkaian kegiatan untuk meningkatkan keselamatan
penerbangan dalam suatu negara .
Program keselamatan yang harus disusun oleh setiap negara anggota ICAO adalah program
keselamatan untuk penyedia layanan penerbangan yang beroperasi sesuai dengan ICAO Annex
6 (Operation of Aircraft), ICAO Annex 11 (Air traffic Services), dan ICAO Annex 14
(Aerodromes).
Berkaitan dengan ICAO Annex 6 (Operation of Aircraft), Undang-undang Nomor 1 Tahun
2009 tentang Penerbangan mewajibkan perusahaan jasa angkutan udara untuk membuat,
melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakan secara berkelanjutan sistem manajemen
keselamatan (Safety Management System, SMS) dengan berpedoman kepada program
keselamatan penerbangan nasional.
SMS adalah pengaturan dan atau pengelolaan yang sistematis dan terorganisir terhadap resiko
yang berkaitan dengan operasi penerbangan, ground operotion, dan aircraft engineering atau
aktivitas perawatan untuk mencapai keselamatan penerbangan pada level yang tertinggi paling
sedikit memuat kebijakan dan sasaran keselamatan, manajemen risiko keselamatan, jaminan
keselamatan, promosi keselamatan, dan emergency response planning.
http://km.ristek.go.id/index.php/klasifikasi/detail/21361