Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

BAB I
REVIEW PENGERTIAN STABILITAS/PERKUATAN TANAH

1.1. Defenisis Perbaikan Tanah (Soil Improvement)


1.2. Tujuan perbaikan tanah
1.3. Upaya – Upaya perbaikan tanah

BAB II
2.1. Prinsip pemadatan tanah
2.2. Pemadatan tanah di laboratorium
2.3. Pemadatan di lapangan
2.4. Pengukuran kepadatan tanah di laboratorium dan lapangan
Sumber: Makalah Seminar Nasional Prof. Indrasurya, PhD, 2004,
Das, B.M (1993) Principle of Geotechnical Engineering, Atkins Harold
(1997), Highway Materials, Soil and Concrete, Rotriguez, A. Rico. Et
all (1998), Soil Mechanics in Highway Engineering.

BAB III
KOMPOSISI TANAH
3.1 Fase Tanah
3.2. Hubungan Volume dan Berat
3.3. Hubungan Berat Volume (kepadatan), Angka Pori, Kadar Air,
dan Berat Spesifik (Berat Jenis)
3.4. Hubungan Berat Volume, Porositas, dan Kadar Air
3.5. Kerapatan Relatif Dr (Untuk Pasir dan Kerikil)
3.6. Konsistensi Tanah Berbutir Halus (Lempung dan Lanau)

(Sumber: Das, B.M (1993) Principle of Geotechnical Engineering)

BAB I
REVIEW PENGERTIAN STABILITAS/PERKUATAN TANAH
1.1. Definisi Perbaikan Tanah (Soil Improvement)
Adalah kumpulan upaya – upaya yg dapat dilakukan
terhadap tanah yg memiliki karakteristik teknis
(engineering properties) yg bermutu rendah menjadi

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 1
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
material yg layak digunakan sebagai material
konstruksi dengan karakteristik teknis yg lebih baik.

Beberapa Sifat Teknis Tanah:


- Kohesi (C) - Sudut geser dalam ()
- CBR - Indeks Plastisitas (IP)
- Kepadatan - Permeabilitas, dsb

1.2. Tujuan Perbaikan Tanah


1. Meningkatkan kekuatan (strength)
2. Mereduksi kemudahan untuk tererosi (Erodibilitas)
3. Mereduksi Kompresibilitas
4. Mengontrol Kembang susut (Shringking and
Swelling)
5. Mengontrol Permeabilitas
6. Mengontrol Fleksibiltas
7. Meningkatkan Kekakuan Tanah (rigidity)
8. Mereduksi Tekanan Air Pori
9. Mencegah perubahan fisik dan kimia berkenaan
dengan kondisi lingkungan, dsb

1.3. Upaya – Upaya perbaikan tanah yg dapat ditempuh:


1. Secara Mekanis (Mechanical Modification)
9. Secara Hidrolik (Hydraulic Modification)
10. Secara kimiawi (Chemical Modification)
11. Penyisipan Perkuatan kedalam lapisan tanah
(Modification by inclusions and confinement)

1. Perbaikan Tanah Secara Mekanis (Mechanical


Modification)
Teknik perbaikan tanah ini yaitu dgn mengupayakan
peningkatan kepadatan tanah dengan menggunakan
gaya mekanis eksternal dalam jangka waktu yg singkat.
Misalnya: Penggunaan Roller (apakah itu penggilas
------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 2
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
kaki kambing, pneumatic roller, dsb), teknik vibrasi,
kompaksi dalam (vibroflotation dan vibro replacement).
Teknik kompaksi dalam dikategorikan sebagai Teknik
Pemadatan Khusus (yaitu Deep Compaction).

2. Perbaikan Tanah Secara Hidrolik (Hydraulic


Modification)
Teknik ini pada prinsipnya mengeluarkan air pori dari
dalam tanah melalui drainase atau sumur, misalnya:
 Untuk tanah berbutir kasar (Gravel atau Granular),
dilakukan dengan cara menurunkan muka air dengan jalan
memompa air keluar dari borehole.
 Untuk tanah berbutir halus (Clay), dilakukan dengan cara
pemberian beban awal (preloading).
 Pembuatan impermeable barriers: sheet pile, geomembrane
(lihat halaman 103 s/d 132)

3. Perbaikan Tanah Secara kimiawi (Chemical Modification)


Teknik perbaikan tanah ini prinsipnya dengan
menggunakan tambahan zat aditif yang dicampurkan dengan
material tanah sehingga terjadi reaksi kimiawi yg mengarah
kepada terbentuknya material yg mempunyai spesifikasi teknis
yg lebih baik, misalnya: penambahan kapur pada tanah
ekspansif yg dapat mereduksi sifat kembang susutnya.

Berikut adalah hasil penelitian yg telah dilakukan di


Laboratorium Transporasi dan Jalan Raya, Fakultas Teknik
Untad (2004)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 3
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
Efek Variasi Suhu Pemeraman Terhadap DDT
Lempung Stabilisasi Kapur Di tambah Pasir Sungai
Sebagai Bahan Subgrade

A. Tanah

1. Definisi Tanah
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan
sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral
yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan
dari bahan–bahan organik yang melapuk (yang berpartikel padat)
disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong
diantara partikel-partikel padat tersebut, (Das, 1998).
Menurut Bowles (1991), jenis-jenis tanah dapat dibagi
berdasarkan ukuran butiran, seperti berikut:
- Berangkal 250-300 (mm)
- Lanau 0,002-0,074 (mm)
- Kerakal 150-250 (mm)
- Lempung < 0.002 (mm)
- Kerikil 5-150 (mm)
- Koloid < 0,001 (mm)
- Pasir 0,074-5 (mm)

2. Klasifikasi Tanah
a. Sistem Klasifikasi Unified Soil Classification System (USCS)
Dalam Unified Soil Classification System (USCS) oleh
Casagrande, pada garis besarnya membedakan tanah atas 3
kelompok besar, yaitu :
1. Tanah berbutir kasar ; < 50% lolos saringan No. 200, secara
visual butir-butir tanah berbutir kasar dapat dilihat oleh mata.
2. Tanah berbutir halus ; > 50% lolos saringan No. 200, secara
visual tanah berbutir halus tak dapat dilihat oleh mata.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 4
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
3. Tanah organik ; dapat dikenali dari warna, bau dan sisa-sisa
tumbuhan yang terkandung didalamnya.
Sifat teknis tanah berbutir kasar ditentukan oleh ukuran butir
dan gradasi butirnya, karena itu tanah berbutir kasar dikelompokkan
berdasarkan ukuran butir dan bentuk gradasi butir tanahnya. Tanah
bergradasi campuran akan memberikan kepadatan yang lebih baik
dibandingkan dengan tanah berbutir seragam. Tanah berbutir halus
lebih ditentukan oleh sifat plastisitas tanahnya sehingga
pengelompokkan tanah berbutir halus dilakukan berdasarkan ukuran
butir dan sifat plastisitas tanahnya. Tanah berplastisitas tinggi
mempunyai daya dukung yang kurang baik.
Klasifikasi tanah sistem Unified dilakukan dengan huruf huruf sebagai
berikut :
Tabel 1. Sistem penamaan pada klasifikasi Unified
No. Nama dan Huruf Klasifikasi Tanah Sistem Unified
1. G = Gravel (Kerikil)
2. S = Sand (Pasir)
3. M = Silt/Moam (Lanau)
4. C= Clay (Lempung)
5. W = Well Graded (Bergradasi Baik)
6. P = Poor Graded (Bergradasi Buruk)
7. U = Uniform Graded (Bergradasi Seragam)
8. L = Low Liquid Limit (Batas Cair Rendah)
9. H = High Liquid Limit (Batas Cair Tinggi)
10. O = Organic (Organik)
Sumber : JE. Bowles, 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 5
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
Tabel 2. Sistem Klasifikasi Tanah Unified
Simbol
Divisi Utama Nama Umum
kelompok
Kerikil Kerikil bergradasi baik dan campuran
50% Kerikil GW kerikil pasir, sedikit atau sama sekali tidak
atau bersih mengandung butiran halus.
lebih (hanya Kerikil bergradasi buruk dan campuran
dari kerikil) GP kerikil pasir, sedikit atau sama sekali tidak
fraksi mengandung butiran halus
Tanah kasar
berbutir tertahan Kerikil Kerikil berlanau, campuran kerikil- pasir-
GM
kasar, pada dengan lanau
lebih ayakan butiran Kerikil berlempung, campuran kerikil-
dari halus GC
No. 4 pasir-lempung
50%
butiran Pasir bergradasi baik, pasir berkerikil,
tertahan
Pasir Pasir SW sedikit atau sama sekali tidak
pada bersih mengandung butiran halus.
ayakan lebih
dari 50% (hanya Pasir bergradasi buruk dan pasir
No. 200
fraksi pasir) SP berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak
kasar mengandung butiran halus
lolos Pasir
ayakan SM Pasir berlanau, campuran pasir lanau
dengan
No. 4 butiran
SC Pasir berlempung, campuran pasir
halus lempung
Lanau anorganik, pasir halus sekali,
ML serbuk batuan, pasir halus berlanau atau
lempung
Tanah Lanau dan Lempung anorganik dengan plastisitas
berbutir lempung Batas cair rendah sampai dengan sedang lempung
CL
halus 50% atau kurang berkerikil, lempung berpasir, lempung
50% berlanau, lempung ”kurus” (lean clays)
atau
lebih Lanau organik dan lempung berlanau
OL
lolos organik dengan plastisitas rendah
ayakan Lanau anorganik atau pasir halus
No. 200 MH diatomae, atau lanau diatomae, lanau
Lanau dan
lempung Batas cair yang elastis
lebih dari 50% Lempung anorganik dengan plastisitas
CH
tinggi, lempung “gemuk” (fat clays)
Lempung organik dengan plastisitas
OH
sedang sampai dengan tinggi
Tanah-tanah dengan PT Peat (gambut), muck, dan tanah berkadar
kandungan organik sangat organik tinggi lainnya

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 6
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
tinggi

Sumber : Braja M. Das, 1998. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis).

Selanjutnya dalam Sistem Unified, jenis material berlempung


yang diberi simbol huruf C dapat diuraikan lebih lanjut seperti pada
tabel berikut :
Tabel 3. Simbol tanah berlempung pada Sistem Unified
Simbol Uraian Klasifikasi Kriteria

Kerikil berlempung, atau Tanah berbutir


GC campuran kerikil, pasir dan kasar, lebih dari
lempung 50% tertahan
ayakan No.200 IP > 7
Pasir berlempung, campuran Persentase butiran
SC pasir dan lempung halus
> 12%
Lempung anorganik dengan
plastisitas rendah atau sedang,
lempung dari kerikil, lempung LL < 50
CL berpasir, lempung berlanau,
Tanah berbutir IP > 7
halus, lebih dari
lempung dengan viskositas
50% lolos ayakan
rendah
No.200
Lempung anorganik, dengan LL > 50
CH plastisitas tinggi, lempung IP = 0,73 (LL
dengan viskositas tinggi – 20)
Sumber : Sosrodarsono, dkk, 1981. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

Tabel 4. Terminologi material lempung


Istilah Sebutan Terminologi
Gravels with Fines,
 12% lolos saringan No. 200
GC Clayey Gravels
Gravels,  50% butiran kasar tertahan saringan
No.4
Sands with Fines,
 12% lolos saringan No. 200
SC Clayey Sands
Sands,  50% fraksi kasar lolos saringan No.4

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 7
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
Anorganic Clays of
CL low to medium LL  50
plasticity Butiran  50% lolos saringan
Anorganic Clays of No. 200
CH high plasticity, fat LL  50
clays
Sumber : USCS dalam Rodriguez et. al , 1998. Soil Mechanics in Highway Engineering
Sistem ini juga mengklafikasikan tanah lempung untuk keperluan
subgrade jalan raya, seperti tabel berikut :
Tabel 5. Klasifikasi lempung untuk keperluan subgrade

Klasifikasi Kecocokan sebagai material


USCS subgrade
GC Baik
SC Baik hingga sedang
CL Sedang hingga buruk
CH Sangat buruk
Sumber : USCS dalam Atkins, 1997. Highway Materials, Soils, and Concretes.

Nilai plastisitas merupakan indikasi ukuran partikel tanah.


Sampel yang diuji harus lolos saringan No. 40. Jumlah air yang
diserap oleh tanah diukur. Contoh tanah tanpa kandungan air (w = 0)
akan keras, rapuh dan retak. Jika air ditambahkan, akan lebih plastis
dan nampak seperti solid tanpa keretakan. Pada jumlah air tertentu,
ia dapat dipilin hingga retak terpisah, dan inilah yang disebut kondisi
‘Plastic Limit’. Tanah yang tidak dapat dipilin hingga terpisah pada
kadar air berapapun disebut ‘nonplastic’ (NP). Ilustrasi ini dapat
dilihat pada diagram berikut:

Kondisi Solid (retak) Semi- solid Plastic Liquid


Nilai air 0 wS PL LL
w meningkat
Gambar 1. Ilustrasi kondisi tanah sesuai kandungan air

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 8
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
Plastisitas dapat didefinisikan sebagai sifat tanah yang
memungkinkan terjadinya deformasi dengan cepat, tanpa terjadinya
perubahan volume, tanpa sifat elastis dan tanpa terjadinya keretakan,
(Rodriguez et. al , 1998).
P.J.Galjaard (1997), menguraikan bahwa terdapat tiga simbol
yang digunakan dalam Sistem USCS untuk membedakan tingkat
plastisitas material halus, yaitu:
L = Plastisitas rendah (LL  35%)
I = Plastisitas sedang (LL 35 – 50%), dan
H = Plastisitas tinggi (LL  50%)
Berdasarkan nilai IPnya, mineral tanah memperlihatkan sifat teknis
yang bervariasi seperti pada tabel berikut:
Tabel 6. Variasi nilai IP dan karakteristiknya
Kekuatan
IP Sebutan pada saat Pengujian lapangan
kering
Non Sangat Dapat diurai dengan
0-3
plastis rendah mudah
Sedikit Mudah dipecahkan
4-6 Rendah
plastis dengan jari
Plastisitas Rendah - Sedikit tenaga untuk
7-15
sedang sedang pemecahan
Sedang -
16-35 Plastis Sulit dipecahkan
tinggi
Plastisitas Mustahil dipecahkan
 35 Tinggi
tinggi dengan tangan
Sumber : Atkins, 1997. Highway Materials, Soils, and Concretes.

b. Sistem Klasifikasi AASHTO

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 9
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
Dalam sistem klasifikasi AASHTO, tanah diklasifikasikan menjadi
dua kelompok yaitu kelompok tanah berbutir kasar (< 35% lolos
saringan No. 200) dan kelompok tanah berbutir halus (> 35% lolos
saringan No. 200). Kelompok tanah berbutir kasar dibedakan atas
kelompok A-1, A-2 dan A-3. Untuk kelompok tanah berbutir halus
yaitu A-4, A-5, A-6 dan A-7. Kelompok A-1 sampai A-3 secara umum
banyak ditentukan oleh ukuran butirnya, sedangkan kelompok tanah
A-4 sampai A-7, sangat ditentukan oleh plastisitas tanahnya.
Untuk dapat membedakan kekuatan tanah dalam memikul
beban antara jenis tanah yang satu dengan yang lain dalam satu
kelompok tanah, AASHTO mempergunakan Group Indeks (GI) yang
biasanya dihitung sebagai bagian dari Klasifikasi Tanah Sistem
AASHTO. Nilainya merupakan indikasi kadar kandungan Lanau dan
Lempung tanah, yang ditentukan berdasarkan persamaan berikut:

GI = (F – 35) [0,2 + 0,005 (LL – 40)] + 0,01 (F – 15) (IP – 10) ………….. (1)
dimana: F = Prosentase lolos saringan 0,075 mm
LL = Liquid Limit
IP = Indeks Plastisitas
Dari persamaan ini, jelas bahwa nilai GI akan tinggi jika terdapat
banyak material halus serta dengan peningkatan nilai IP dan LL. Nilai
ini bervariasi dari 0 –20.
Grup indeks dinyatakan dengan bilangan bulat dan dituliskan
dalam kurung di belakang kelompok jenis tanahnya. Jika grup indeks
yang diperoleh negatif, dituliskan sebagai bilangan nol. Jika > 20,
ditulis sebagai bilangan 20.
Kualitas tanah sebagai tanah dasar konstruksi jalan berbanding
terbalik dengan GI. Tanah dengan kelompok yang sama tetapi

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 10
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
mempunyai grup indeks yang lebih kecil menunjukkan tanah yang
lebih baik sebagai bahan tanah dasar jalan.
Klasifikasi kelompok tanah AASHTO dapat dilihat pada tabel berikut :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 11
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
200)Bahan – bahan berbutir (lebih dari 35% lolos No. 200Bahan-bahan lanau - lempung

A-2 A-4 A-5 A-6 A-7

A–2-4 A–2-5 A–2-6 A–2-7 A-7-6 A-7-5

Maks. 35 Maks.35 Maks.35 Maks.35 Min. 36 Min. 36 Min 36 Min 36

Maks. 40 Maks. 10 Maks. 41 Min. 11 Maks. 40 Min. 10 Maks. 41 Maks. 10 Maks. 41 Maks. 10 Min. 41 Min. 11 Maks. 40 Min. 11 Min. 41

0 Maks. 4 Maks. 8 Maks. 12 Maks. 16 Maks. 20

Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah


Kerikil dan pasir berlanau atau berlempung Tanah Berlanau Tanah berlempung

k sampai baik Sedang sampai jelek

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
12
Tabel 7. Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO

(Sumber : J.E. Bowles,


1991)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 13
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
Atkins (1997), menyiapkan nilai-nilai kepadatan kering maksimum
dan kadar air optimum untuk pengelompokan tanah Sistem AASHTO
sebagai berikut:
Tabel 8. MDD dan OMC berbagai jenis tanah pada Sistem AASHTO dan USCS

Kelompok
Kelompok
tanah MDD (kg/m3) OMC (%)
tanah USCS
AASHTO
A-1 GW,GP, SW, SP 1850 – 2200 7 –15
A-2 GM,GC,SM,SC 1750 – 2150 9 – 18
A-3 GW,GP, SW, SP 1750 – 1850 10 – 18
A-4 1500 – 2100 10 – 20
ML, MH
A-5 1400 – 1650 15 – 30
A-6 CL, OL 1500 – 1900 10 – 25
A-7 CH, OH 1400 - 1850 15 – 30
Sumber : Atkins, 1997. Highway Materials, Soils, and Concretes.

3. Definisi Lempung

Lempung (clay) dapat didefinisikan sebagai kumpulan partikel


mineral yang mempunyai indeks plastisitas sesuai dengan batas
Atterberg yang pada waktu mengering membentuk suatu massa yang
bersatu sedemikian rupa sehingga diperlukan gaya untuk
memisahkan setiap butiran mikroskopisnya. Lempung dapat juga
dikatakan sebagai butiran tanah yang berukuran lebih halus dari
lanau dan lebih kasar dari koloid.

a. Jenis – jenis mineral Lempung:


1). Kaolinit (kaolinite), berasal dari kata ‘kaoling’ yang berarti
suatu punggung di dekat Jauchau Fu, Cina, dimana lempung

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 14
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
kaolinit putih didapatkan beberapa abad lalu. Kaolinit adalah
jenis lempung berkegiatan rendah, dengan rumus kimiawi :
(OH)8 Al4 Si4 O10
Kaolinit dihasilkan dari pelapukan beberapa mineral lempung
yang lebih aktif atau dari produk sampingan pelapukan batuan.
2). Illit (Illite), adalah kelompok lempung yang pertama kali
ditemukan di Illionis, dengan rumus kimia: (OH) 4 Ky(Si8-y.Aly)
(Al4.Mg6.Fe4.Fe6)O20, dimana y bernilai antara 1 – 1,5. Illit
diturunkan dari mika (muskovit) dan biotit (biotite) yang kadang-
kadang disebut lempung mika. Rekatan antara partikel
penyusunnya kurang baik sehingga kurang stabil dibandingkan
dengan kaolinit. Oleh karena itu aktifitas Illit lebih besar.
3). Montmorilonit (Montmorilonite), biasa dikenal dengan istilah
‘smactite’. Mineral ini ditemukan di Montmoriillen, Prancis,
tahun 1947. Memiliki rumus kimia: (OH) 4Si8Al4O20.nH2O, dimana
nH2O adalah air yang berada di antara lapisan-lapisannya.
Walaupun sangat kecil namun pada waktu-waktu tertentu
mempunyai daya tarik yang sangat kuat terhadap air, sehingga
jenis tanah yang mengandung material ini sangat mudah
mengembang oleh tambahan kadar air, yang dalam waktu lama
dapat berakibat pada kerusakan konstruksi, khususnya pada
konstruksi jalan raya. Pelapukan mineral Montmorilonit sering
menghasilkan lempung kaolinit.

b. Sifat-sifat mineral lempung:

1). Hidrasi, dimana partikel lempung dikelilingi oleh lapisan-lapisan


molekul air yang disebut air terabsorbsi.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 15
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
2). Aktifitas, akibat tepi-tepi mineral lempung mempunyai muatan
negatif netto, mengakibatkan terjadinya usaha penyeimbangan
dengan tarikan kation. Tarikan ini akan sebanding dengan
kekurangan muatan netto, dan dapat didefinisikan sebagai:
Indeks Plastisitas ( IP)
Aktifitas  (2)
Pr osentase Lempung ………………………..

Aktifitas digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan


mengembang dari suatu tanah. Adapun nilai aktifitas beberapa
jenis Lempung adalah:

Tabel 9. Nilai Aktifitas berbagai jenis Lempung


Mineral Lempung Aktifitas Tingkatan
Kaolinit 0,4 – 0,5 Paling kurang aktif
Illit 0,5 - 1 Aktifitas sedang
Montmorilonit 1-7 Paling aktif
Sumber : J.E. Bowles, 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah.

3). Pengaruh air, yaitu dimana massanya yang telah mengering


dari suatu kadar air awal sehingga berkekuatan cukup besar.
Apabila air ditambahkan kembali, lempung menjadi plastis dengan
kekuatan yang lebih kecil. Jika lempung basah ini mengering,
akan terbentuk bongkahan yang keras dan kuat.

Chen (1975) dalam Supriyono (1997) menyatakan bahwa


potensi pengembangan (swelling potensial) tanah lempung sangat
erat hubungannya dengan nilai Indeks Plastisitas, sehingga suatu
tanah khususnya lempung dapat diklasifikasikan sebagai tanah yang
mempunyai potensi mengembang tertentu didasarkan pada nilai ini.
Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 16
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
Tabel 10. Hubungan swelling potensial dengan IP
Swelling Potensial Indeks Plastisitas
rendah 0 – 15
sedang 10 – 25
tinggi 20 – 25
sangat tinggi  35
Sumber : Chen, 1975. Foundation Treatment of Soils

B. Kapur
Kapur merupakan batu gamping yang mengandung kerang
kapus (caleareous) dari mikroorganisme. Kapur merupakan salah
satu batuan sedimen yang terbentuk oleh proses organik dengan
reaksi utama antara koral dan alga yang kemudian membentuk
batuan karbonat dan batu gamping. Kapur untuk
bahan stabilitas diperoleh dari hasil pembakaran batu kapur alam
(limestone) yang mengandung Calcium Carbonate (CaCO3) sampai
Carbon Dioxide (CO2) yang dikandungnya hilang. Calcium Oxide
(CaO) hasil pembakaran ini yang dikenal sebagai “Quick Lime”
kemudian diberi air dengan segera untuk membentuk “Hydrated
Lime” berupa Calcium Hydroxide (Ca(OH) 2) yang lebih dikenal
sebagai “Slaked Lime” berupa bubuk yang sangat halus. Slaked
Lime lebih umum dipakai untuk stabilisasi daripada Quick Lime
karena Quick Lime dapat merusak peralatan dan membakar kulit
pekerja.
Kapur sebagai bahan stabilisasi cukup efektif dipakai pada
tanah lempung, karena dapat membentuk suatu gumpalan dan
sementasi pada partikel-partikel mineral lempung hingga membentuk
partikel yang lebih besar sehingga struktur tanah lebih mudah untuk
------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 17
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
dikerjakan dan kekuatannya meningkat. Penambahan kapur juga
menurunkan batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI) beberapa jenis
lempung dan mengurangi perubahan potensi pengembangan. Kapur
mempunyai sedikit efek pada kebanyakan tanah organic atau tanah
tanpa lempung dan memiliki efek maksimum pada kerikil
kelempungan (clayey gravels).

C. Pasir
Dua pembagian utama dari tanah berbutir kasar adalah
kerikil dan pasir. Tanah berbutir kasar yang mengandung 50%
fraksi kasar tertahan pada saringan No. 4 diklasifikasikan sebagai
kerikil. Sedangkan tanah berbutir kasar yang mempunyai fraksi >
50% lolos saringan No. 4 dan tertahan pada saringan No. 200
diklasifikasikan sebagai pasir. Pasir merupakan jenis tanah yang
tidak kohesif cenderung membentuk suatu struktur berbutir
tunggal. Pasir dapat diperoleh langsung dari alam (pasir alam)
atau dapat pula diperoleh dengan cara memecah batu alam
melalui mesin pemecah batu (stone crusher), (Sukirman, 1992).
Pasir alam terbentuk dari pecahan batu karena proses alamiah.
Pasir dpt diperoleh dari dalam tanah, dasar sungai, atau dari tepi
laut. Oleh karena itu pasir dapat digolongkan menjadi 3 macam,
yaitu :
a. Pasir galian. Pasir golongan ini diperoleh langsung dari
permukaan tanah atau dengan cara menggali terlebih dahulu.
Pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan bebas dari
kandungan garam, tetapi biasanya harus dibersihkan dari
kotoran dengan jalan dicuci.
b. Pasir sungai. Pasir ini diperoleh langsung dari dasar sungai,
yang pada umumnya berbutir halus bercampur kasar, bulat-
bulat akibat proses gesekan. Daya lekat antar butiran agak
kurang karena berbentuk bulat.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 18
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
c. Pasir laut. Pasir laut yaitu pasir yang diambil dari pantai.
Butirannya halus dan bulat karena gesekan. Pasir ini
merupakan pasir yang paling jelek karena memiliki kandungan
garam yang sangat tinggi. Garam ini menyerap kandungan air
dari udara sehingga hal ini mengakibatkan pasir laut selalu
agak basah, untuk itu sebelum digunakan sebagai agregat
untuk konstruksi perkerasan jalan perlu diadakan penelitian
lebih lanjut di laboratorium untuk menguji layak tidaknya pasir
laut digunakan sebagai material perkerasan jalan.

Kadar air tanah mempunyai pengaruh yang sangat besar


terhadap plastisitas dari tanah tertentu, sedangkan untuk pasir
keadaan plastis tidak akan dicapai karena pasir merupakan
material yang tidak peka terhadap pengaruh kadar air dan tanah
berbutir kasar seperti pasir tidak mempunyai kadar air yang
memberikan sifat plastis sehingga harga PI = 0.
Volume pasir biasanya mengembang bila sedikit mengandung air.
Pengembangan volume ini disebabkan karena adanya lapisan tipis
(selaput permukaan) air di sekitar butir-butir pasir, ketebalan lapisan
air itu bertambah dengan bertambahnya kandungan air di dalam
pasir dan ini berarti pengembangan volume secara keseluruhan pasir
halus mengembang lebih banyak daripada pasir yang kasar.

D. Metode Stabilisasi Standar


Stabilisasi bertujuan memperbaiki kondisi tanah yang kurang
baik, sehingga didapatkan material tanah yang sesuai standard
kualifikasi. Stabilisasi dilakukan dengan cara antara lain:
meningkatkan kepadatan tanah, mencampur material dengan bahan
aditif, menambah material lain agar dapat mengadakan perubahan

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 19
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
kimiawi, merendahkan permukaan air tanah, dan mengganti bagian
tanah yang buruk.
Stabilisasi tanah dasar lunak bertujuan untuk :
1. Memperbaiki karakteristik geseran untuk menghindari: kerusakan
tanah, deformasi geseran dan pengurangan tekanan tanah.
2. Memperbaiki pemampatan guna mencegah penurunan akibat
konsolidasi, dan penurunan setempat.
3. Mengurangi permeabilitas utk menghindari bocoran, dan
4. Memperbaiki karakteristik tanah untuk mengurangi getaran
(vibrasi), menghindari: pencairan (liquefaction) dan peningkatan
tegangan air pori serta penurunan tegangan efektif sewaktu
gempa bumi.
Selain ‘Metode Pemadatan’ & ‘Metode Penyesuaian Gradasi’, juga
dikenal ‘Metode Kimia’ untuk menstabilisasi suatu jenis tanah. Untuk
yg terakhir ini dilakukan dgn menambahkan bahan pencampur shg
terjadi proses kimia yang merubah struktur tanah menjadi butiran
agregat yang lebih besar. Penambahan semen, kapur atau material
lainnya merupakan contoh aplikasi metode ini. Dengan penambahan
ini, terjadi pengurangan pori tanah lempung dan bersamaan dengan
itu terjadi peningkatan ketahanan terhadap beban.

E. Stabilisasi Tanah Lempung dengan Kapur


Stabilisasi adalah proses alami atau buatan untuk membuat
tanah lebih kuat dan tahan terhadap perubahan bentuk, perubahan
struktur, perpindahan dan pergeseran muka tanah yang diakibatkan
oleh beban ataupun oleh perubahan kondisi alam sekitar.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 20
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
Menurut Rodriquez, et.al (1998), fungsi stabilisasi tanah adalah
:
1. Mengurangi penurunan struktur bangunan.
2. Memperbaiki kekuatan geser tanah, dan meningkatkan daya
dukung pondasi- pondasi dangkal.
3. Menghindari kelongsoran pada timbunan serta dam-dam tanah.
4. Mengurangi penyusutan (shrinkage) dan pengembangan
(swelling).
Beberapa tujuan stabilisasi kapur dan tanah antara lain
mempercepat pekerjaan tanah dasar dan meningkatkan kekuatan
serta durabilitas dari tanah berbutir halus.
Penambahan kapur pada tanah berbutir halus seperti
lempung akan menunjukkan perbaikan plastisitas tanah,
kemudahan pekerjaan dan kekuatan. Pada beberapa jenis tanah,
penstabilisir dapat pula menimbulkan reaksi pozzolan kapur tanah.
Reaksi pozzolan kapur tanah yaitu reaksi antara kapur, air dan
berbagai sumber silica dan alumina dari tanah membentuk bahan
yang menyemen. Sumber dari silica dan alumina dari suatu jenis
tanah meliputi mineral-mineral lempung, kwarsa, mica, silikat,
sejenisnya atau mineral aluminium silicate. Reaksi pozzolan
menghasilkan peningkatan kekuatan dan durabilitas, tetapi reaksi
ini tergantung pada waktu sehingga peningkatan kekuatan terjadi
terus menerus dalam waktu yang cukup lama.
Dengan adanya penambahan bahan stabilisasi akan terjadi
reaksi hidrasi yang dapat mengabsorbsi air dari badan tanah,
sehingga kadar air pada lapisan tanah akan berkurang. Selain itu
bahan-bahan stabilisasi akan bereaksi dengan mineral-mineral
yang ada pada tanah dan membentuk mineral keras, sehingga
konsistensinya (kekokohannya) bertambah baik. Senyawa kalsium
silikat hidrat yang terbentuk dari reaksi antara kapur dan mineral
lempung serta air merupakan bahan perekat. Makin tinggi
temperatur tanah kegiatan pengikatan makin cepat, dan kalsium
aluminat hidrat memberikan efek sementasi, sehingga reaksi ini
menghasilkan perubahan bentuk dari struktur lempung menjadi
agregat yang keras.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 21
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
Pada pelaksanaan di lapangan ada tiga metode stabilisasi
kapur, yaitu :
1. Metode pencampuran terpusat, yaitu tanah dicampur dengan
bahan stabilisasi pada suatu tempat, kemudian diangkut ke
tempat pekerjaan. Untuk ini diperlukan mesin pencampur.
(Plant mixing).
2. Metode pencampuran dalam galian, yaitu bahan stabilisasi
dicampur dengan tanah pada lubang galian tanah lalu diangkut
ke tempat pekerjaan. Bahan stabilisasi dpt dipancangkan
kedalam tanah dalam bentuk tiang kemudian digali bersama-
sama dan dicampur, atau bahan stabilisasi itu ditaburkan di
atas tanah sehingga pd saat penggalian terjadi pencampuran.
(In-place mixing).
3. Metode pencampuran ditempat, yaitu tanah dihamparkan
ditempat pekerjaan kemudian ditaburi bahan stabilisasi &
dicampur, atau tanah yg distabilisasi digaruk & dicampur dg
bahan stabilisasi. (In-place mixing).

F. Kepadatan dan Daya Dukung Tanah


Daya dukung tanah dasar dipengaruhi oleh jenis tanah,
tingkat kepadatan, kadar air, dll. Tanah dgn tingkat kepadatan tinggi
mengalami perubahan volume yg kecil jk terjadi perubahan kadar air
& mempunyai daya dukung yg lebih besar jk dibandingkan dgn tanah
sejenis yg tingkat kepadatannya lebih rendah, (Sukirman, 1992).

Umumnya pemeriksaan kepadatan di lapangan dilakukan


menggunakan alat Sand Cone dan Rubber Ballon. Sedangkan
pemeriksaan kepadatan laboratorium, yaitu dg menggunakan
pemeriksaan kepadatan ringan (Standard Proctor) sesuai SNI 03-

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 22
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
1742-1989 atau dg menggunakan kepadatan berat (Modified Proctor)
sesuai SNI 03-1743-1989.

Dalam penelitian ini digunakan metode kepadatan ringan. Utk


setiap pemadatan, kepadatan tanah basah dihitung dgn rumus :
W
  ………………………. (3)
V( m )

dimana: W = Berat tanah yang dikompaksi dalam mold (gram)

V(m) = Volume mold (943,9 cm3 = 1/30 ft3)

Dgn mengetahui kandungan air tanah yg dipadatkan, maka


kepadatan kering dapat diketahui dari persamaan berikut :

d  w (%) ………………..………. (4)
1 w

Selanjutnya dgn mengetahui kandungan air (moisture content), maka


nilai kepadatan kering maksimum teoritis dpt ditentukan, yaitu jk tdk
terdpt sama sekali udara pd rongga, yaitu pd kondisi jenuh air
(degree of saturation) 100%.
Gs  w
 zav  …………………………. (5)
1 e

dimana: zav= kepadatan kering maksimum teoritis (zero-air-void unit weight)

w = kepadatan air (unit weight of water)

e = kandungan rongga / angka pori (void ratio)

Gs = Spesific gravity of soil solids

Untuk kondisi jenuh air 100%, e = wGs , sehingga:

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 23
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah
Gs  w w
 zav  
1  w Gs 1 (6)
w …………………………………...

Gs

Nilai daya dukung tanah dasar (DDT) berkisar dari 1 – 10 &


merupakan korelasi dgn nilai CBR (California Bearing Ratio) yg
berkisar dari 1 – 100. CBR pertama kali diperkenalkan oleh California
Division of Highway pada tahun 1928. Orang yg banyak
mempopulerkan metode ini adlh O.J. Porter.

CBR adlh perbandingan antara beban yg dibutuhkan utk


penetrasi contoh tanah sebesar 0,1”/0,2” dgn beban yg ditahan batu
pecah standard pd penetrasi tsb. Harga CBR dinyatakan dalam %.
Jadi CBR adlh nilai yg menyatakan kualitas tanah dasar
dibandingkan bahan standard berupa batu pecah yg mempunyai nilai
CBR 100% dlm memikul beban lalu lintas. Utk nilai CBR lapangan
dpt diperoleh dgn menggunakan hasil pemeriksaan DCP. Nilai CBR
pd bbrp konstruksi jalan berbeda-beda seperti pd tabel berikut :

Tabel 11. Nilai CBR pada beberapa Konstruksi Jalan


Material Nilai CBR (%)
Subgrade 6 - 19
Sub-base course 20 - 50
Base course > 50
Sumber : Sukirman, 1992. Perkerasan Lentur Jalan Raya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 24
Mata Kuliah : Stabilitas dan Perkuatan Tanah

Anda mungkin juga menyukai