Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PERITONITIS”


PERIODE 28 OKTOBER - 2 NOVEMBER 2019
DI RUANG 12 (HCU) RS SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2019

Disusun Oleh:
Asmaul Khusnah
NIM 162303101019

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS LUMAJANG
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN INI TELAH DISAHKAN PADA


TANGGAL........................................2019

PEMBIMBING KLINIK MAHASISWA

................................................................ ................................................................
NIP......................................................... NIM........................................................

PEMBIMBING AKADEMIK

.....................................................
NIP..............................................
LAPORAN PENDAHULUAN
PERITONITIS
1.1 Konsep penyakit
A. PENGERTIAN

Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum (lapisan membran serosa


rongga abdomen) lamnya. (Arif Muttaqin, 2011)
Peritonitis merupakan inflamasi peritoneum dalam rongga abdomen yang
dapat terjadi baik karena faktor pathogen, seperti kontaminasi mikroorganisme
dalam rongga peritoneum dan non-patogen (bahan kimiawi). (Mazuski, et al.,
2009)
Peritonitis merupakan peradangan akut maupun kronis pada
peritoneum parietale, dapat terjadi secara lokal (localized peritonitis)
ataupun menyeluruh (general peritonitis). Peritoneum sebenarnya tahan
terhadap infeksi, bila kedalam rongga peritoneum disuntikkan kuman
maka dalam waktu yang cepat akan diceranakan oleh fagosit dan akan
segera dibuang. Juga bila disuntikkan sejumlah bakteri subkutan atau
retroperitoneal maka akan terjadi pembentukan abses ataupu selulitis.
Suatu peritonitis dapat terjadi oleh karena kontaminasi yang terus
menerusoleh kuman, kontaminasi dari kuman dengan strain yang ganas,
adanya benda asing ataupun cairan bebas seperti cairan ascites akan
mengurangi daya tahan peritoneum terhadap bakteri. Omentum juga
merupakan jaringan yang penting dalam pengontrolan infeksi dalam rongga perut.

B. ETIOLOGI
Peritonitis dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa
inflamasi dan penyulitnya misalnya perforasi appendisitis, perforasi tukak
lambung, perforasi tifus abdominalis. Ileus obstruktif dan perdarahan oleh karena
perforasi organ berongga karena trauma abdomen
1. Infeksi bakteri
a. Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
b. Appendisitis yang meradang dan perforasi
c. Tukak peptik (lambung/dudenum)
d. Tukak thypoid
e. Tukak disentri amuba/colitis
f. Tukak pada tumor
g. Salpingitis
h. Divertikulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus alpha dan beta
hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah
clostridium wechii.
1. Secara langsung dari luar.
a. Operasi yang tidak steril
b. Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi
peritonitisyang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon
terhadap benda asing, disebut juga peritonitis granulomatosa serta merupakan
peritonitis lokal.
c. Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, ruptur hati
d. Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis. Terbentuk pula
peritonitis granulomatosa.
2. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang
saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis.
Penyebab utama adalah streptokokus atau pnemokokus.

C. MANIFESTASI KLINIK
Menurut corwin ( 2014 ) gambaran klinis pada penderita peritonium
adalah sebagai berikut :
a. Nyeri terutama diatas daerah yang meradang
b. Peningkatan kecepatan denyut jantungakibat hipovolemia karena perpindahan
cairan kedalam peritonium
c. Mual dan muntah
d. Abdomen yang kaku
e. Ileus paralitik ( paralisis saluran pencernaan akibat respon neurogenikatau
otot terhadap trauma atau peradangan )
f. Tanda – tanda umum peradangan ( demam, peningkatan sel darah putih dan
takikardia )
g. Dehidrasi
h. Lemas
i. Nyeri tekan pada abdomen
j. Bising usus berkurang atau hilang
k. Berkeringat dingin

D. KLASIFIKASI
Pengelompokan dari peritonitis, diantaranya meliputi:
a. Primary peritonitis
Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) adalah infeksi bakteri akut pada cairan
asites. Kontaminasi dari rongga peritoneal diduga hasil dari translokasi bakteri di
dinding usus atau saluran limfatik mesenterika dan, lebih jarang, melalui paparan
hematogen di hadapan bakteremia. SBP dapat terjadi sebagai komplikasi dari
setiap keadaan penyakit yang menghasilkan sindrom klinis asites, seperti gagal
jantung dan sindrom Budd -Chiari. Anak-anak dengan nefrosis atau lupus
eritematosus sistemik dengan asites memiliki risiko tinggi menderita SBP.Risiko
tertinggi SBP terdapat pada pasien dengan sirosis yang dalam keadaan
dekompensasi (Runyon BA,2004).
b. Secondary peritonitis
Peritonitis sekunder (SP) terjadi akibat perforasi usus buntu, ulkus lambung
dan duodenum, serta perforasi sigmoid yang disebabkan diverculitis, volvulus,
kanker dan strangulasi. Necrotizing pancreatitis juga dapat dikaitkan dengan
peritonitis dalam kasus infeksi pada jaringan nekrotik. Patogen yang terlibat
dalam SP saluran pencernaan proksimal berbeda dengan saluran pencernaan
distal. Organisme Gram-positif mendominasi dalam saluran pencernaan bagian
atas, dengan pergeseran ke arah organisme gram negatif dalam saluran GI atas
pada pasien asam lambung terapi supresif jangka panjang. Kontaminasi dari usus
kecil distal atau sumber usus awalnya dapat mengakibatkan pelepasan beberapa
ratus spesies bakteri (dan jamur), respon imun tubuh dengan cepat menghilangkan
sebagian besar organisme ini
c. Tertiary peritonitis
Berkembang lebih sering pada pasien immunocompromised dan pada orang
dengan yang sudah ada sebelumnya kondisi komorbiditas yang signifikan.
Meskipun jarang diamati pada infeksi peritoneal tanpa komplikasi, insiden
peritonitis tersier pada pasien yang membutuhkan perawatan ICU untuk infeksi
perut yang parah mungkin setinggi 50-74%.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder, dimana
komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut, yaitu:
1. Komplikasi dini.
a. Septikemia dan syok septic.
b. Syok hipovolemik.
c. Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan
multisystem
d. Abses residual intraperitoneal.
e. Portal Pyemia (misal abses hepar).
2. Komplikasi lanjut.
a. Adhesi.
b. Obstruksi intestinal rekuren.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Test laboratorium
a. Leukositosis
Pada peritonitis tuberculosa cairan peritoneal mengandung banyak protein
(lebih dari 3 gram/100 ml) dan banyak limfosit, basil tuberkel diidentifikasi
dengan kultur. Biopsi peritoneum per kutan atau secara laparoskopi
memperlihatkan granuloma tuberkuloma yang khas, dan merupakan dasar
diagnosa sebelum hasil pembiakan didapat.
b. Hematokrit meningkat
c. Asidosis metabolic (dari hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien
peritonitis didapatkan PH =7.31, PCO2= 40, BE= -4 )
d. X. Ray
2. Dari tes X Ray didapat:
Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan:
a. Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.
b. Usus halus dan usus besar dilatasi.
c. Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.
3. Gambaran Radiologis
Pemeriksaan radiologis merupakan pemeriksaan penunjang untuk
pertimbangan dalam memperkirakan pasien dengan abdomen akut. Pada
peritonitis dilakukan foto polos abdomen 3 posisi, yaitu :
a. Tiduran terlentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi
anteroposterior.
b. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar
dari arah horizontal proyeksi anteroposterior.
c. Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan sinar
horizontal proyeksi anteroposterior.

H. PENATALAKSANAAN
Management peritonitis tergantung dari diagnosis penyebabnya. Hampir
semua penyebab peritonitis memerlukan tindakan pembedahan (laparotomi
eksplorasi).
Pertimbangan dilakukan pembedahan a.l:
1. Pada pemeriksaan fisik didapatkan defans muskuler yang meluas, nyeri
tekan terutama jika meluas, distensi perut, massa yang nyeri, tanda
perdarahan (syok, anemia progresif), tanda sepsis (panas tinggi, leukositosis),
dan tanda iskemia (intoksikasi, memburuknya pasien saat ditangani).
2. Pada pemeriksaan radiology didapatkan pneumo peritoneum, distensi usus,
extravasasi bahan kontras, tumor, dan oklusi vena atau arteri mesenterika.
3. Pemeriksaan endoskopi didapatkan perforasi saluran cerna dan perdarahan
saluran cerna yang tidak teratasi.
4. Pemeriksaan laboratorium.

E. PATOFISIOLOGI
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya
eksudat fibrinosa. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan
fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga
membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang,
tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan
obstuksi usus.

Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran


mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif,
maka dapat menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti
misalnya interleukin, dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga
membawa ke perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena
tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit
oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya
meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia.
Organ-organ didalam cavum peritoneum termasuk dinding abdomen
mengalami oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler
organ-organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum
dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem
dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia.
Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak ada,
serta muntah.
Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut
meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh menjadi
sulit dan menimbulkan penurunan perfusi. Bila bahan yang menginfeksi tersebar
luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul
peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis umum, aktivitas peristaltik
berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan
meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan
dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara
lengkung-lengkung usus yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya
pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus.
Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan
ileus karena adanya gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan
peristaltik usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa
ileus sederhana yaitu obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya pembuluh
darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi disertai
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir dengan
nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena penyebaran
bakteri pada rongga abdomen sehingga dapat terjadi peritonitis.
I. PATHWAY

bakteri streptokok cidera perforasi benda asing


stapilokok saluran cerna dialysis, tumor
eksternal
masuk ke keluarnya enzim
saluran pankreas, asam lambung, port de entre
cerna masuk ke empedu benda asing,
ginjal bakteri
peradangan
saluran peradangan pada
cerna ginjal

masuk ke rongga
peritoneum

peritonitis

fase merabgsang pelepasan histamin mengaktifkan


penyembuhan aktivitas dan bradikinin pelepasan zat pirogen
parasimpatik endogen
perlekatan
fibrosa absorpsi ↓ merangsang saraf merangsang sel
perasa nyeri di hipotalamus
obstruksi cerebrum
usus diare memicu pengeluaran
prostaglandin
refluk makan Kekurangan nyeri abdomen
ke atas memacu kerja thermostat
volume cairan
hipotalamus
Nyeri akut
mual, muntah
anoreksia meningkatkan suhu
tubuh

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh Hipertermi
1.2 Konsep asuhan keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan awal dalam proses keperawatan, meliputi identitas klien
(nama, alamat, no. MR, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, data
penanggung jawab dan lain lain (Muttaqin, 2011).
a. Keluhan Utama Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh klien
sebelum masuk ke rumah sakit. Pada klien dengan peritonitis biasanya
didapatkan keluhan utama yang bervariasi, mulai dari nyeri di bagian perut dan
di sertai dengan keluar keringat dingin (Muttaqin, 2011).
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD) Biasanya klien berkemungkinan memiliki
riwayat pembedahan pada perut , memeiliki riwayat penyakit gastro intestinal
seperti apendiksitis, memilki riwayat tertusuk di bagian perut.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) Biasanya klien mengalami nyeri abdomen,
mual dan muntah, abdomn terasa kaku, biasanya di sertai dengan demam,
terasa lemah, nyeri tekan pada abdomen dan berkeringat dingin.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK) Biasanya klien tidak mempunyai anggota
keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.
c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum dan TTV


a. Biasanya keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat.
b. Biasanya tingkat kesadaran klien composmentis
c. TTV : Biasanya RR meningkat, biasanya tekanan darah naik
2) Kepala
Mengamati bentuk kepala, tidak ada hematoma atau edema, perlukaan
(rincian luka, adanya jahitan, dan kondisi luka).
a. Mata : Biasanya simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, dan sklera
tidak ikterik
b. Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakan polip dan simetris kiri dan kanan.
c. Bibir : Biasanya bibir pucat
d. Gigi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
e. Lidah : Biasanya klien tidak mengalami pendarahan lidah
3) Leher
Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah bening
dan pembesaran vena leher.
4) Dada / Thorak
a. Inspeksi : Biasanya simetris kiri dan kanan
b. Palpasi : Biasanya fremitus lemah kiri dan kanan
c. Perkusi : Biasanya terdengar sonor
d. Auskultasi : Biasanya terdapat bunyi vesicular.
5) Jantung
a. Inspeksi : Biasanya letak ictus cordis normal yang berada pada ICS 5 pada
linea medio clavicularis sinistra selebar 1 cm. Ictus cordis tidak terlihat.
b. Palpasi : Biasanya ictus cordis tidak teraba
c. Perkusi : Biasanya tidak ada nyeri
d. Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat
6) Perut / Abdomen
a. Inspeksi : Biasanya tidak ada pembesaran pada abdomen, simetris kiri dan
kanan
b. Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5 - 35 kali/menit.
c. Palpasi : Biasanya tidak adanyeri tekan, tidak ada pembesaan hepar dan lien.
d. Perkusi : biasanya terdapat nyeri tekan.
7) Genitourinaria
Biasanya tidak terpasang kateter
8) Ekstremitas
Biasanya tidak ada gangguan pada ekstremitas
9) Sistem Integumen
Biasanya warnanya sawo matang, dan tidak ada gatal pada kulit
10) Sistem Neurologi Biasanya tidak terjadi penurunan kesadaran
B. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b.d diare
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah dan anoreksia
c. Nyeri akut b.d proses inflamasi
d. Hipertermi b.d port de entry benda asing
C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Kekurangan volume setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
cairan b.d diare keperawatan selama 1x24 jam 2. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa,
diharapkan defisit volume nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
cairan teratasi 3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN,
HMT, osmolalitas urin, albumin, total protein)
4. Monitor vital sign setiap 15 menit - 1 jam
5. Kolaborasi pemberian cairan IV

2. Nutrisi kurang dari Setelah diberikan asuhan 1.Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisiklien.
kebutuhan tubuh b.d keperawatan selama 2x24 2.Kaji penurunan nafsu makan klien.
mual, muntah, dan jam diharapkan kebutuhan 3.Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan.
anoreksia nutrisi klien terpenuhi secara 4.Ukur tinggi dan berat badan klien.
adekuat 5.Dokumentasikan masukan oralselama 24 jam, riwayat makanan,
jumlahkalori dengan tepat (intake)
6.Ciptakan suasana makan yangmenyenangkan.
7.Berikan makanan selagi hangat.
3. Nyeri akut b.d proses setelah dilakukan tindakan 1. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
inflamasi asuhan keperawatan selama lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
1x24 jam diharapkan pasien presipitasi

tidak mengalami nyeri 2. observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan


3. bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
4. ajarkan tentang tehnik non farmakologi : nafas dalam,
relaksasi, distraksi, kompres hangat dan kompres dingin
5. berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
4. Hipertermi b.d port de Setelah diberikan asuhan 1. Pantau suhu pasien (derajat dan pola); perhatikan menggigil
entry benda asing keperawatan selama x24 jam, /diaphoresis
diharapkan menunjukkan suhu Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahan linen tempat tidur,sesuai
tubuh pasien dalam batas indikasi
normal 3.Berikan kompres mandi hangat
padalipatan paha dan aksila, hindari penggunaan alcohol
4.Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
5.Kolaborasi dengan pemberian
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Zul. 2009. Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Jakarta: balai penerbit FKUI

Mansjoer, Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Moorhead, Sue et al. 2009.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri :


Mosby.

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai