Anda di halaman 1dari 23

PERKEMBANGAN INDUSTRI FARMASI TRADISIONAL

OLEH:

ABD. ARIF RACHMAT HALIM

O1B1 19 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, memiliki
lebihkurang 30.000 spesies tumbuhan dan 940 spesies di antaranya termasuk
tumbuhan berkhasiat (180 spesies telah dimanfaatkan oleh industri jamu
tradisional) merupakan potensi pasar obat herbal dan fitofarmaka.
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan
oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya
naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak
pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan
Boreh Wulang nDalem dan relief candi Borobudur yang menggambarkan
orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya.
Obat herbal telah diterima secara luas di negara berkembang dan di negara
maju. Menurut WHO (Badan KesehatanDunia) hingga 65% dari penduduk
negara maju dan 80 % dari penduduk negara berkembang telah menggunakan
obat herbal. Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal
di negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat
prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat
modern untuk penyakit tertentu di antaranya kanker serta semakin luas akses
informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia. Pada th 2000 diperkirakan
penjualan obat herbal di dunia mencapai US$ 60 milyar.
WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal
dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan
penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker.
Hal ini menunjukkan dukungan WHO untuk back tonature yang dalam hal
tertentu lebih menguntungkan. Untuk meningkatkan keselektifan pengobatan
dan mengurangi pengaruh musim dan tempat asal tanaman terhadap efek,
serta lebih memudahkan dalam standardisasi bahan obat maka zat aktif
diekstraksi lalu dibuat sediaan fitofarmaka atau bahkan dimurnikan sampai
diperoleh zat murni Di Indonesia, dari tahun ke tahun terjadi peningkatan
industri obat tradisional, menurut data dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan sampai th 2002 terdapat 1.012 industri obat tradisional yang
memiliki izin usaha industri yang terdiri dari 105 industri berskala besar dan
907 industri berskala kecil. Karena banyaknya variasi sediaan bahan alam
maka untuk memudahkan pengawasan dan perizinan maka Badan POM
mengelompokkan dalam sediaan jamu, sediaan herbal terstandar dan sediaan
fitofarmaka. Persyaratan ketiga sediaan berbeda yaitu untuk jamu
pemakaiannya secara empirik berdasarkan pengalaman, sediaan herbal
terstandar bahan bakunya harus distandardisasi dan sudah diuji farmakologi
secara eksperimental sedangkan sediaan fitofarmaka sama dengan obat
modern bahan bakunya harus distandardisasi dan harus melalui uji klinik.
Dengan melihat jumlah tanaman di Indonesia yang berlimpah dan
baru 180 tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh
industri maka peluang bagi profesi kefarmasian untuk meningkatkan peran
sediaan herbal dalam pembangunan kesehatan masih terbuka lebar.
Standardisasi bahan baku dan obat jadi, pembuktian efek farmakologi dan
informasi tingkat keamanan obat herbal merupakan tantangan bagi farmasis
agar obat herbal semakin dapat diterima oleh masyarakat luas.
Peningkatan jumlah penduduk dan harga obat sintetis yang jauh diatas
harga obat tradisional pada saat ini, mengakibatkan masyarakat berpikir untuk
kembali ke alam atau back to nature. Obat sintetis mulai ditinggalkan karena
dirasa terlalu mahal dengan efek samping yang cukup membahayakan.
Masyarakat berpikir bahwa dengan obat tradisional akan lebih murah dan tidak
membahayakan kesehatan karena bahannya yang berasal dari alam. Selain itu
juga faktor pengalaman dan alasan hasil warisan turun-temurun yang dipercaya
kemanjurannya telah menjadi salah satu motivasi bagi mereka untuk
mengembangkan industri farmasi tradisonal di Indonesia.
Adanya pasar AFTA yang akan dibuka tahun 2010, menyebabkan pangsa
pasar akan bertambah besar sehingga jika dapat dikuasai akan menciptakan
keuntungan yang sangat besar. Selain memperbesar pangsa pasar, dibukanya
pasar AFTA akan menyebabkan semakin tingginya persaingan. Industri farmasi
tradisional tidak hanya bersaing dengan industri farmasi nasional saja, tetapi juga
dengan perusahaan asing.
Oleh karena itu peningkatan daya saing industri farmasi tradisional harus
ditingkatkan, berbagai strategi harus dirancang setiap perusahaan-perusahaan
industri farmasi tradisional sehingga prospek industri farmasi tradisional di masa
depan akan semakin baik, tetapi jika tidak, industri farmasi tradisional nasional
akan semakin terancam atau jika tidak industri tidak bisa bertahan (Lestari,
2007).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah industri farmasi tradisonal di Indonesia ?
2. Bagaimana perkembangan industri farmasi tradisional di Indonesia.
3. Apa saja industri farmasi tradisional yang berkembang di Indonesia
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah terhadap
permasalahan yang telah dikemukakan diatas adalah untuk:
1. Mengetahui sejarah industri farmasi tradisonal di Indonesia
2. Mengetahui perkembangan industri farmasi tradisional di Indonesia.
3. Mengetahui industri farmasi tradisional yang berkembang di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 SEJARAH

Indonesia kaya akan kekayaan tradisi baik yang tradisi yang tertulis
maupun tradisi turun-temurun yang disampaikan secara lisan. Hal ini menandakan
bahwa masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal ilmu
pengetahuan berdasarkan pengalaman sehari-hari mereka. Pengetahuan tersebut
antara lain perbintangan, arsitektur, pengobatan tradisional, kesusasteraan, dan
lain sebagainya Indonesia kaya akan pengetahuan mengenai pengobatan
tradisional. Hampir setiap suku bangsa di Indonesia memiliki khasanah
pengetahuan dan cara tersendiri mengenai pengobatan tradisional. Sebelum
dituliskan ke dalam naskah kuno, pengetahuan tersebut diturunkan secara turun-
temurun melalui tradisi lisan. Menurut Djojosugito (1985), dalam masyarakat
tradisional obat tradisional dibagi menjadi 2 yaitu obat atau ramuan tradisional
dan cara pengobatan tradisional.

Obat tradisional adalah obat yang turun-temurun digunakan oleh


masyarakat untuk mengobati beberapa penyakit tertentu dan dapat diperoleh
secara bebas di alam. Perkembangan obat tradisional dan pengobatan tradisional
saat ini berkembang pesat sekali khususnya obat tradisional yang berasal dari
tumbuhtumbuhan. Hal ini bisa kita lihat semakin banyaknya bentuk-bentuk
sediaan obat tradisional dalam bentuk kemasan yang sangat menarik konsumen.
Perkembangan ini membuat Pemerintah atau instansi terkait merasa perlu
membuat aturan perundang-undangan yang mengatur dan mengawasi produksi
dan peredaran produk-produk obat tradisional agar masyarakat terhindar dari hal-
hal yang tidak diinginkan khususnya masalah kesehatan.

Menurut UU Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, dan


Sediaan Farmasi. Dalam Undang Undang ini yang dimaksud Sediaan Farmasi
adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Dalam Undang-undang
ini juga disebutkan bahwa hakekat obat atau pengertian obat adalah bahan atau
campuran yang dipergunakan untuk diagnosa, mencegah, mengurangi,
menghilangkan atau menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
mental pada manusia atau hewan, mempercantik badan atau bagian badan
manusia. Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan
bahan-bahan tersebut, yang secara traditional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman

Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


246/Menkes/Per/V/1990, tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan
Pendaftaran Obat Tradisional. Perkembangan selanjutnya obat tradisional
kebanyakan berupa campuran yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga
dikenal dengan obat herbal Khusus untuk Obat herbal ada 3 : Jamu, obat herbal
terstandarisasi dan fitofarmaka. Obat tradisional merupakan salah satu warisan
nenek moyang atau leluhur yang secara turun temurun dipergunakan dalam proses
mencegah, mengurangi, menghilangkan atau menyembuhkan penyakit, luka dan
mental pada manusia atau hewan. Sebagai warisan nenek moyang yang
dipergunakan secara turun temurun maka perlu kiranya dikembangkan dan diteliti
agar dapat dipertanggung jawabkan secara medis.

Hal ini sebenarnya sudah dikembangkan puluhan tahun yang lalu sesuai
dengan apa yang tercantum dalam GBHN 1993 yaitu Pemeliharaan &
Pengembangan Pengobatan tradisional sebagai warisan budaya bangsa
(ETNOMEDISINE) terus ditingkatkan dan didorong pengembangannya melalui
penggalian, penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan
termasuk budidaya tanaman obat tradisional yang secara medis dapat
dipertanggungjawabkan Dalam hal ini dapat di formulasikan menjadi 5 hal fokok
yang harus diperhatikan yaitu etnomedicine, agroindustri tanaman obat, iftek
kefarmasian dan kedokteran, teknologi kimia dan proses, pembinaan dan
pengawasan produksi atau pemasaran bahan dan produk obat tradisional.
Kesadaran akan pentingnya “back to nature” memang sering hadir dalam produk
yang kita gunakan sehari-hari.
Banyak ramuan-ramuan obat tradisional yang secara turun-temurun
digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan. Sebagian dari mereka beranggapan
bahwa pengobatan herbal tidak memiliki efek samping, tapi hal ini tidak selalu
benar untuk semua tanaman obat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efek
samping tanaman obat diantaranya yaitu kandungan zat aktif pada bagian tanaman
berbeda-beda, misalnya saja Mahkota dewa, yang dijadikan obat adalah daging
buahnya, namun jika biji kulit ikut tercampur bisa mengakibatkan pusing, mual,
dan muntah. Selain itu waktu penggunaan misalnya Cabe jawa, bisa memperkuat
rahim ibu hamil di awal-awal kehamilan, tapi kalau diminum di trisemester
terakhir akan mempersulit proses kelahiran. Hal ini perlu dibuktikan lebih lanjut
agar obat tradsional ini dapat dibuktikan secara ilmiah.

Tiga bidang Ilmu Dasar Utama yang mendasari pengetahuan tentang obat
tradisional dan perkembangannya agar menjadi bahan obat yang bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah atau medis adalah :

 Farmakognosi adalah ilmu yang mencakup informasi yang relevan


berkaitan dengan obat-obatan yang berasal dari sumber-sumber alam
seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme.
 Kimia Medisinal meliputi seluruh pengetahuan specifik tidak hanya
terbatas pada obat sintetik dan perancangannya tetapi dapat mendasari
pengembangan obat tradisional
 Farmakologi mempelajari tentang kerja obat dan efeknya masing masing
Secara umum bahan obat alami dapat memberikan 4 peran penting di
dalam

Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun


temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau
kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional.
Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi
kesehatan dan saat ini penggunaannya cukup gencar dilakukan karena lebih
mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat
tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian
tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.
Bagian dari obat tradisional yang banyak digunakan atau dimanfaatkan di
masyarakat adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Seperti misalnya
akar alang-alang dipergunakan untuk obat penurun panas. Rimpang temulawak
dan rimpang kunyit banyak dipergunakan untuk obat hepatitis. Batang kina
dipergunakan untuk obat malaria. Kulit batang kayu manis banyak dipergunakan
untuk obat tekanan darah tinggi. Buah mengkudu banyak dipergunakan untuk
obat kanker. Buah belimbing banyak dipergunakan untuk obat tekanan darah
tinggi. Daun bluntas untuk obat menghilangkan bau badan. Bunga belimbing
Wuluh untuk obat batuk.

Gambar 2.1 Bentuk sediaan/simplisia Obat Tradisional

II.2 Perkembangan obat tradisional di industri

Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan
bahan-bahan tersebut, yang secara traditional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 246/Menkes/Per/V/1990, tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan
Pendaftaran Obat Tradisional. Perkembangan selanjutnya obat tradisional
kebanyakan berupa campuran yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga
dikenal dengan obat herbal atau obat bahan alam Indonesia. Obat Herbal atau
Obat Bahan Alam Indonesia adalah obat tradisonal yang diproduksi oleh
Indonesia dan berasal dari alam atau produk tumbuhan obat Indonesia.

Industri Obat Tradisional (IOT) adalah industri yang memproduksi obat


tradisional dengan total aset diatas Rp. 600.000.000,- (Enam ratus juta rupiah),
tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Industri Kecil Obat Tradisional
(IKOT) adalah industri obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp.
600.000.000,- (Enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan.

Di indonesia industri obat tradisional (IOT) merupakan salah satu sarana


yang berperan penting dalam memproduksi dan mengembangkan obat tradisonal
yang aman, bermutu dan bermanfaat. Beberapa IOT di Indonesia telah memliki
profil berskala internasional. Sektor industri obat tradisonal merupakan salah satu
sektor penggerak pembangunan ekonomi nasional karena mampu meberikan
konstribusi signifikan dalam peningkatan daya saing berupa nilai tambah
lapangan kerja dan divisa.

Pertumbuhan ekspor obat tradisional Indonesia selama periode 2009-2013


mengalami kenaikan sebesar 6,49% /tahun, tahun 2009 sebesar 12.000.000.000
USD, 2010 sebesar 19.000.000.000 USD, 2011 sebesar 14.000.000.000 USD,
2012 sebesar 9.000.000.000 dan 2013 mengalami peningkatan sebesar
23.000.000.000 USD.

Usaha jamu / Racikan adalah suatu usaha peracikan pencampuran dan atau
pengolahan obat tradisional dalam bentuk rajangan, serbuk, cairan, pilis, tapel
atau parem dengan skala kecil, dijual di suatu tempat tanpa penandaan dan atau
merek dagang.

 Obat Tradisional Lisensi adalah obat tradisional asing yang diproduksi oleh
suatu Industri obat tradisional atas persetujuan dari perusahaan yang
bersangkutan dengan memakai merk dan nama dagang perusahaan tersebut.
 Pilis adalah obat tradisional dalam bentuk padat atau pasta yang digunakan
dengan cara mencoletkan pada dahi.
 Parem adalan obat tradisional dalam bentuk padat, pasta atau bubur yang
digunakan dengan cera melumurkan pada kaki dan tangan atau pada bagian
tubuh lain.
 Tapel adalah obat tradisional dalam bentuk, padat pasta atau bubur yang
digunakan dengan cara melumurkan pada seluruh permukaan perut.
 Sediaan Galenik adalah ekrtaksi bahan atau campuran bahan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan atau hewan.
 Bahan tambahan adalah zat yang tidak berkhasiat sebagai obat yang
ditambahkan pada obat tradisional untuk meningkatkan mutu, termasuk
mengawetkan, memberi warna, mengedapkan rasa dan bau serta
memantapkan warna, rasa, bau ataupun konsistensi.
Sumber Perolehan Obat Tradisional Di jaman yang sudah modern ini, obat
tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber (Lestari dan Suharmiati,
2006), yaitu :
a) Obat Tradisional Buatan Sendiri
Pada zaman dahulu nenek moyang mempunyai kemampuan untuk
menggunakan ramuan tradisional untuk mengobati keluarga sendiri.
Obat tradisional seperti inilah yang mendasari berkembangnya
pengobatan tradisional di Indonesia. Oleh pemerintah, cara tradisional
ini dikembangkan dalam program TOGA (Tanaman Obat Keluarga).
Program ini lebih mengacu pada self care, yaitu pencegahan dan
pengobatan ringan pada keluarga.
b) Obat Tradisional dari Pembuat Jamu (Herbalis)
 Jamu Gendong
Salah satu penyedia obat tradisional yang paling sering
ditemui adalah jamu gendong. Jamu yang disediakan dalam bentuk
minuman ini sangat digemari oleh masyarakat. Umumnya jamu
gendong menjual kunyit asam, sinom, mengkudu, pahitan, beras
kencur, cabe puyang, dan gepyokan.
 Peracik Jamu
Bentuk jamu menyerupai jamu gendong tetapi
kemanfaatannya lebih khusus untuk kesehatan, misalnya untuk
kesegaran, menghilangkan pegal linu, dan batuk.
 Obat Tradisional dari Tabib
Dalam praktik pengobatannya, tabib menyediakan
ramuannya yang berasal dari tanaman. Selain memberikan ramuan,
para tabib umumnya mengombinasikan teknik lain seperti spiritual
atau supranatural.
 Obat Tradisional dari Shinse
Shinse merupakan pengobatan dari etnis Tionghoa yang
mengobati pasien dengan menggunakan obat tradisional.
Umumnya bahan-bahan tradisional yang digunakan berasal dari
Cina. Obat tradisional Cina berkembang baik di Indonesia dan
banyak diimpor.
 Obat Tradisional Buatan Industri
Departemen kesehatan membagi industri obat tradisional
menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu Industri Kecil Obat Tradisional
(IKOT) dan Industri Obat Tradisional (IOT). Industri farmasi mulai
tertarik untuk memproduksi obat tradisional dalam bentuk sediaan
modern berupa obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka
seperti tablet dan kapsul.

PENGGOLONGAN OBAT TRADISIONAL

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik


Indonesia, Nomor : HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan
dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, obat tradisional yang ada di
Indonesia dapat dikategorikan menjadi :

a. Jamu

Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang tidak memerlukan pembuktian ilmiah
sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan pembuktian empiris atau turun
temurun. Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi
persyaratan mutu yang berlaku. Contoh : Tolak Angin®, Antangin®, Woods’
Herbal®, Diapet Anak®, dan Kuku Bima Gingseng®.

Gambar 1. Logo dan Penandaan Jamu

b. Obat Herbal Terstandar

Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik pada
hewan dan bahan bakunya telah di standarisasi. Obat herbal terstandar harus
memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat
dibuktikan secara ilmiah atau praklinik, telah dilakukan standarisasi terhadap
bahan baku yang digunakan dalam produk jadi. Contoh : Diapet®, Lelap®,
Fitolac®, Diabmeneer®, dan Glucogarp®.

Gambar 2. Logo dan Penandaan Obat Herbal Terstandar

c. Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat
modern karena telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan
uji praklinik pada hewan dan uji klinik pada manusia, bahan baku dan produk
jadinya telah di standarisasi. Fitofarmaka harus memenuhi kriteria aman sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan dengan uji klinis,
telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk
jadi. Contoh: Stimuno®, Tensigard®, Rheumaneer®, X-gra® dan Nodiar®.

Gambar 3. Logo dan Penandaan Fitofarmaka

Obat tradisional yang merupakan warisan budaya bangsa dan digunakan secara
turun temurun, umumnya berasal dari tiga macam sumber (Hutapea, 1998), yaitu :

a. Obat tradisional yang berasal dari suatu daerah dalam bentuk sederhana
yang telah dikenal manfaatnya pada suatu daerah, biasanya berupa seduhan,
rajangan yang digunakan menurut aturan atau kebiasaan suatu daerah itu.
b. Obat tradisional yang muncul karena dibuat oleh pengobatan tradisional
(dukun, sebagian bahan baku tumbuh di daerah itu dan biasanya bahan ini
dirahasiakan oleh pengobatan).

Obat tradisional dengan formula yang berasal dari butir (a) dan butir (b)
dalam jumlah besar, diperoleh dari pasar, pemasok maupun kolektor

Industri Farmasi Tradisional Yang Berkembang Di Indonesia

a. PT. Sido Muncul


PT. SidoMuncul bermula dari sebuah industri rumah tangga pada tahun
1940, dikelola oleh Ibu Rahkmat Sulistio di Yogyakarta, dan dibantu oleh tiga
orang karyawan. Banyaknya permintaan terhadap kemasan jamu Es Teler 77.
beliau memproduksi jamu dalam bentuk yang praktis (serbuk), seiring dengan
kepindahan beliau ke Semarang , maka pada tahun 1951 didirikan perusahan
sederhana dengan nama SidoMuncul yang berarti “Impian yang terwujud”
dengan lokasi di Jl. Mlaten Trenggulun. Dengan produk pertama dan andalan,
Jamu Tolak Angin, produk jamu buatan Ibu Rakhmat mulai mendapat tempat
di hati masyarakat sekitar dan permintaannyapun terus meningkat.
Dalam perkembangannya, pabrik yang terletak di Jl. Mlaten Trenggulun
ternyata tidak mampu lagi memenuhi kapasitas produksi yang besar akibat
permintaan pasar yang terus meningkat, maka di tahun 1984 pabrik
dipindahkan ke Lingkungan Industri Kecil di Jl. Kaligawe, Semarang.
Guna mengakomodir demand pasar yang terus bertambah, maka pabrik mulai
dilengkapi dengan mesin-mesin modern, demikian pula jumlah karyawannya
ditambah sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan ( kini jumlahnya mencapai
lebih dari 2000 orang ).
Untuk mengantisipasi kemajuan dimasa datang, dirasa perlu untuk
membangun unit pabrik yang lebih besar dan modern, maka di tahun 1997
diadakan peletakan batu pertama pembangunan pabrik baru di Klepu, Ungaran
oleh Sri Sultan Hamengkubuwono ke-10 dan disaksikan Direktur Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan saat itu, Drs. Wisnu Kaltim.
Pabrik baru yang berlokasi di Klepu, Kec. Bergas, Ungaran, dengan luas 29 ha
tersebut diresmikan oleh Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Republik Indonesia waktu itu, dr. Achmad Sujudi pada tanggal 11 November
2000. Saat peresmian pabrik, SidoMuncul sekaligus menerima dua sertifikat
yaitu Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) setara dengan farmasi, dan sertifikat
inilah yang menjadikan PT. SidoMuncul sebagai satu-satunya pabrik jamu
berstandar farmasi. Lokasi pabrik sendiri terdiri dari bangunan pabrik seluas 7
hektar, lahan Agrowisata ,1,5 hektar, dan sisanya menjadi kawasan pendukung
lingkungan pabrik.
Secara pasti PT. SidoMuncul bertekad untuk mengembangkan usaha di
bidang jamu yang benar dan baik. Tekad ini membuat perusahaan menjadi
lebih berkonsentrasi dan inovatif. Disamping itu diikuti dengan pemilihan
serta penggunaan bahan baku yang benar, baik mengenai jenis, jumlah
maupun kualitasnya akan menghasilkan jamu yang baik.
Untuk mewujudkan tekad tersebut, semua rencana pengeluaran produk baru
selalu didahului oleh studi literatur maupun penelitian yang intensif,
menyangkut keamanan, khasiat maupun sampling pasar. Untuk memberikan
jaminan kualitas, setiap langkah produksi mulai dari barang datang , hingga
produk sampai ke pasaran, dilakukan dibawah pengawasan mutu yang ketat.
Produk-produk PT. Jamu Sidomuncul antara lain: jamu tradisional, jamu
komplit, permen, minuman kesehatan, food suplement, dan jamu instan.
Produk-produk yang dihasilkan perusahaan jamu ini selalu laris
manis di masyarakat. Lihat saja produk Kuku Bima, Kuku Bima Energi dan
Tolak Angin telah terbukti sebagai produk yang memiliki merek yang kuat
dengan diterimanya berbagai penghargaan dari tahun ke tahun yaitu Merek
Terpopuler, Indonesian Customer Satisfaction Index (ICSA), Indonesian Best
Brand Award (IBBA), Golden Best Brand Award, Platinum Best Brand
Award, The Word of Mouth Marketing (WOMM), Cakram Award, Marketing
Award, The Indonesia Herbal Medicine Award, The Indonesian Original
Brands Apreciation, dan Indonesia Most Popular Brand In Social Media, dan
Indonesian Original Brand Apreciation. Saat ini PT. Sidomuncul dipimpin
oleh Bapak Irwan Hidayat sebagai direktur utama.
PT. Sido Muncul juga merupakan salah satu perusahaan yang
mengaplikasikan kegiatan CSR dalam program pemberdayaan masyarakat
yaitu program Desa Rempah. Program ini bertujuan untuk memberikan
kontribusi kepada masyarakat dan lingkungan, meningkatkan perekonomian
masyarakat, memperkuat destinasi kawasan wisata di wilayah Boyolali dan
sekitarnya, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. PT. Sido
Muncul dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat juga memberikan
pembinaan dan pendampingan budidaya tanaman rempah mulai dari
penanaman sampai dengan pengelolaan.

Gambar 1. Sejarah singkat perkembangan PT. Sidomuncul


b. Divisi perusahaan Sidomuncul
SIDO memiliki tiga divisi bisnis utama, yakni Obat – obatan Herbal,
Makanan dan Minuman (F&B), dan Farmasi. Divisi Herbal dan Suplemen
menjadi kontributor utama penjualan SIDO, di mana pada 1H16 kemarin
berkontribusi sebesar 57.4%, disusul oleh divisi Makanan dan Minuman
(F&B) sebesar 39.5%, dan divisi Farmasi sebesar 3.1%. Sido Muncul
memproduksi berbagai macam produk yang beredar di pasaran, di
antaranya: jamu, jamu instan, food supplement, dan lain-lain. Harga
produk-produk sido muncul sangat terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat. Distribusi produk-produk sidomuncul terjangkau diseluruh
Indonesia di perkotaan maupun di pedesaan. Dalam meningkatkan
produknya SidoMuncul didukung oleh karyawan yang mempunyai keahlian.
Untuk meningkatkan kemampuan para karyawannya diberikan kesempatan
mengikuti pelatihan kursus maupun seminar.

 Divisi Herbal dan Suplement


Divisi Herbal dan Suplemen memiliki produk unggulan, yakni Tolak
Angin. Perusahaan tidak berhenti untuk berinovasi dalam pengembangan
produk Tolak Angin (produk perusahaan dengan brand awareness yang
tinggi), dengan mengeluarkan varian lainnya seperti Tolak Angin Flu dan
Tolak Angin Herbal. Selain itu, produk perusahaan bernama Pegel Linu
juga masuk ke dalam kategori divisi ini.

 Divisi Makanan dan Minuman (F&B)


Divisi Makanan dan Minuman didirikan oleh Sido Muncul pada tahun
2004, dengan produk pertama yang dirintis oleh perusahaan pada divisi
ini adalah minuman energi “ Kuku Bima Energi” rasa original, yang
kemudian perusahaan mengembangkan berbagai rasa seperti rasa Anggur,
Jambu, Jeruk, Nanas, Kopi, Mangga, Susu Soda, serta Kuku Bima Energi
Plus Vitamin C. Setelah sukses dengan produk “Kuku Bima Energi”,
perusahaan kembali mengembangkan divisi ini dengan produk bertipe
permen, yakni “Permen Tolak Angin”, “Permen Jahe Wangi”, dan
“Permen Kunyit Asam”. Lalu, perusahaan juga mengembangkan berbagai
minuman kesehatan “Sido Muncul VitaminC-1000”, “Kuku Bima Kopi
Ginseng”, “Kopi Jahe SidoMuncul”, “Susu Jahe”, serta “Alang Sari
Plus”.
 Divisi Farmasi
Dalam rangka memperlebar bisnisnya ke industri farmasi di Indonesia,
Sido Muncul mengakuisisi PT. Berlico Mulia Farma, dan resmi menjadi
anak perusahaan SIDO pada tanggal 1 September 2014. PT. Berlico Mulia
Farma yang telah memiliki sertifikat CPOB sangat berpengalaman sejak
tahun 1976 dalam membuat berbagai macam obat-obatan, baik dalam
bentuk cairan berbentuk sirup, tablet, tablet salut, dan krim. Perusahaan ini
juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang antara lain seperti laboratorium
ruang pengawasan pengendalian mutu dan gudang penyimpanan, serta
sarana pengolahan limbah, baik limbah udara, padat, maupun cair.
Gambar 2. Produk Sidomuncul

c. Strategi pemasaran Sidomuncul


Strategi pemasaran merupakan strategi yang digunakan suatu
perusahaan untuk luncurkan produk barunya ke pasar, agar produk tersebut
dapat bertahan lebih lama di pasar. Strategi pemasaran merupakan salah satu
bagian yang terpenting dan mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap
kelancaran arus barang dan jasa yang dimulai dari produsen sampai
konsumen akhir sehingga dapat menciptakan permintaan yang efektif.
Strategi pemasaran merupakan pendekatan pokok yang akan
digunakan oleh unit bisnis dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan
lebih dahulu, didalamnya terdapat keputusan pokok mengenai target pasar,
penempatan produk di pasar, bauran pemasaran dan biaya pemasaran yang
diperlukan. Perusahaan yang berhasil memenangkan persaingan selalu
mengenal pesaingnya dengan baik seperti mengenal para konsumennya.
Dalam membuat strategi pemasaran yang efektif, perusahaan harus
mengenal pesaing potensial dengan segala kompetensinya. Pihak
manajemen harus menganalisis situasi persaingan dalam memutuskan di
posisi mana perusahaan akan bersaing dan bagaimana menghadapi
pesaingnya pada setiap pasar sasaran. Dalam mendesain strategi pemasaran
memerlukan tiga tahapan secara sistematis, yaitu dimulai dari segmentasi
pasar, menentukan pasar sasaran, dan menentukan posisi pasar.
Sido Muncul sebagai perusahaan yang sudah mapan tentunya memiliki
strategi dalam memasarkan produk-produknya. Iklan merupakan media
informasi yang dibuat sedemikian rupa untuk menarik minat khalayak. Cara
ini juga tergolong cukup sukses dilihat dari antusiasme masyarakat dalam
mengirim ceritaceritanya tersebut dan dimuat dalam media elektronik, yaitu
iklan televisi. Dalam iklan diperlukan orisinal, karakteristik tertentu dan
persuasif sehingga para konsumen atau khalayak secara suka rela terdorong
untuk melakukan sesuatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan pengiklan.
SidoMuncul selain mengunakan medai iklan juga menggunakan strategi
promosi penjualan (Kotler, 2003). Promosi penjualan yang merupakan
kegiatan untuk membujuk secara langsung yang menawarkan insentif atau
nilai lebih untuk suatu produk pada distributor atau konsumen langsung
dengan tujuan utama yaitu menciptakan penjualan yang segera.
Promosi penjualan digunakan untuk menjaring konsumen baru dan
terciptanya penjualan yang meningkat dalam waktu dekat. Oleh karena itu
secara berkala Sido Muncul melakukan perubahan-perubahan pada tampilan
iklan untuk menarik perhatian dan penyampaian pesan kepada konsumen
bahwa produk kami adalah unik dan berbeda. Melalui iklan tolak angin,
SidoMuncul membidik segmen kelas menengah yang terdiri dari orang-
orang yang baru mulai bekerja, muda dan dinamis. Mereka menginginkan
hal-hal yang praktis dalam upaya menjaga kesehatan dan staminanya agar
tetap aktif.
Bukan hanya berorientasi bisnis semata, tetapi iklan Produk Sido
Muncul juga menyampaikan pesan lain melalui iklan Kuku Bima Energi
yang menampilkan keindahan alam dan kekayaan budaya Indonesia. Dengan
mengambil lokasi di Maluku, Papua, Candi Borobudur, Labuan Bajo, Nias
hingga Danau Toba, dengan tujuan agar orang Indonesia semakin mengenal
dan mencintai negerinya sendiri serta tergerak hatinya untuk mengunjungi
tempat-tempat indah tersebut.
Pergeseran segmen pasar membutuhkan modernisasi pada saluran
distribusi eceran sehingga produk Perseroan dapat menjangkau kalangan
yang lebih luas termasuk kelompok menengah atas, remaja dan anak-anak.
Selain tetap mempertahankan saluran tradisional untuk melayani konsumen
kelas bawah yang telah menunjukkan loyalitasnya selama ini, SidoMuncul
mengembangkan jaringan distribusi modern yang menjadi pilihan kelas
menengah atas yang cenderung memilih tempat belanja yang bersih, nyaman
dan lengkap. Pembenahan jaringan distribusi modern adalah salah satu
prioritas Perseroan ditahun 2014.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan obat tradisional dan pengobatan tradisional saat ini

berkembang pesat sekali khususnya obat tradisional yang berasal dari

tumbuhtumbuhan. Hal ini bisa kita lihat semakin banyaknya bentuk-bentuk

sediaan obat tradisional dalam bentuk kemasan yang sangat menarik

konsumen. Perkembangan ini membuat Pemerintah atau instansi terkait

merasa perlu membuat aturan perundang-undangan yang mengatur dan

mengawasi produksi dan peredaran produk-produk obat tradisional agar

masyarakat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan khususnya masalah

kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Husni, M.M., Analisis Strategi Sido Muncul Dalam Menghasilkan Energi


Kehidupan, 2015, Jurnal Iqtishadia, Vol 8, (1).

Bloomberg, Reuters, SIDO.JK., 2016, Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul,
Samuel Equity Research.

Satria, P.P., Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Boyolali Dalam Program


Corporate Social Responsibility Pt. Sido Muncul.

Anda mungkin juga menyukai