Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN HIPERTENSI

PRIMER

DI WILAYAH DESA PEMBANTANAN RT 02 KECAMATAN SUNGAI TABUK

KABUPATEN BANJAR

Untuk menyelesaikan Tugas profesi keperawatan Gerontik

Program Pofesi Ners

Disusun Oleh:

Srimartiwi

11194561920033

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MULIA

BANJARMASIN

2019

31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di Indonesia banyak sekali orang yang mengalami tekanan darah
tinggi dan jumlahnya terus bertambah bahkan tidak jarang tekanan darah
tinggi dapat menyebabkan berbagai komplikasi sehingga menyebabkan
kematian. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang di tunjukan
oleh angka sistolik dan angka diastol pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah (Wahdah 2011).
Tekanan darah tinggi merupakan masalah medis yang
manimbulkan dampak bermakna pada kesehatan masyarakat umum.
Prevalensi dan angka perawatan pasien gagal jantung serta penyakit
ginjal stadium akhir sebagai komplikasi terminal hipertensi terus
meningkat. Terdapat kesenjangan antara rendahnya angka deteksi kasus
hipertensi dan tingginya angka komplikasi jangka panjang hipertensi, hal
ini bila terus di biarkan, maka hipertensi akan selalu menjadi masalah
medis dan masalah kesehatan yang serius.
World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2012
sedikitnya sejumlah 839 juta kasus Hipertensi, dan diperkirakan menjadi
1,15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia,
dimana penderitanya lebih banyak pada wanita 30% di banding pria 29%.
Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama di negara-negara
berkembang.
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika
yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka
hingga 74,5 juta jiwa, namun hamper sekitar 90-95% kasus tidak
diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala
dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hamper sama dengan
gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa
berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudahIelah,
penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes,
2014).
Indonesia berada dalam deretan 10 negara dengan prevalensi
hipertensi tertinggi di dunia, bersama Myanmar, India, Srilanka, Bhutan,
Thailand, Nepal, dan Maldives Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar
26,5% untuk jumlah tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),diikuti
Kalimantan selatan (30,8 %), Kalimantan timur (29,6%) dan jawa barat
(29,4%) (Riskesdas, 2013).
Menurut dinas kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, penyakit
tidak menular pada tahun 2014 terdapat sebanyak 78,503 hingga pada
tahun 2016 meningkat sebanyak 80,849 kasus hipertensi menempati
urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak di kota Banjarmasin pada
tahun 2016.
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan atau
masalah besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering
ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu
merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu
sebesar 26,5%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu,
pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang
efektif banyak tersedia (Kemenkes, 2014).
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilaksanakan pada tanggal 12-
15 November 2019 di wilayah RT 01 dan RT 06 Desa Pembantanan
kelurahan sei tabuk terdapat warga yang mengalami hipertensi berjumlah
240 warga dari 1085 total jiwa diantaranya adalah Tn.S. di RT. 02 yang
mengalami hipertensi dengan tekanan darah pada saat pendataan adalah
150/90mmHg. Tn.S adalah seorang perokok berat sehari bisa sampai 12
bilah rokok dan Tn. S sebagai keluarga binaan.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan keluarga kelolaan pada keluarga
dengan hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tentang konsep asuhan keperawatan keluarga
b. Melakukan pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga dengan
hipertensi
c. Mengidentifikasi tentang masalah kesehatan dengan asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi
d. Melakukan intervensi keperawatan dengan asuhan keperawatan
keluarga dengan hipertensi
e. Melakukan implementasi keperawatan dengan asuhan keperawatan
keluarga dengan hipertensi
f. Melakukan evaluasi keperawatan asuhan keperawatan keluarga
dengan hipertensi.

C. Manfaat
1. Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan informasi dalam bidang keperawatan keluarga tentang asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi.
2. Praktis
a. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanakan praktik pelayanan keperawatan khususnya pada
keluarga hipertensi.
b. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiataan proses belajar tentang
asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi yang dapat
digunakan acuan bagi praktik mahasiswa keperawatan.
c. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan pengetahuan dan
pengalaman khususnya dibidang keluarga dan komunitas pada
keluarga dengan hipertensi.
d. Bagi Keluarga
Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang hipertensi
beserta penatalaksanaannya
e. Bagi Pembaca
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan tentang penyakit
hipertensi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Harmoko (2012), banyak definisi yang diuraikan tentang
keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Keluarga
adalah kumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota selalu
berinteraksi satu dengan yang lain.
2. Struktur Keluarga
Menurut Harmoko (2012) dalam Indra 2015, membagi struktur
keluarga sebagai berikut :
a. Elemen struktur keluarga menurut Friedman
1) Struktur peran keluarga
2) Nilai atau norma keluarga
3) Pola komunikasi keluarga
4) Struktur kekuatan keluarga
b. Ciri-ciri struktur keluarga
1) Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi dimana masing-masing
anggota. Keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing
dapat tercapai.
2) Keterbatasan dalam mncapai tujuan
Setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung
jawabnya masing - masing sehingga dalam berinteraksi tidak
bisa semena-mena.
3) Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan
masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan
fungsi yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah
sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat anak-
anak.
3. Tipe Keluarga
Menurut Harmoko (2012) dalam Indra 2015, membagi tipe
keluarga sebagai berikut:
a. Tipe tradisional
1) The nuclear family
Keluarga yang terdiri dari suami - istri dan anak.
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami, istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami isteri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri.
4) The childress family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan
karena mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada
wanita.
5) The extenden family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi.
6) The single – parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak, hal ini
terjadi melalui proses perceraian atau kematian.
7) Commuter family
Keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota yang
berbeda, tapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal
dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul
dengan keluarga saat akhir pekan.
8) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin network family
Ini adalah keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga inti
yang tinggal dalam satu rumah yang saling berdekatan dan
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama
seperti dapur, kamar mandi, TV, telpon dan lain-lain.
10) Blanded family
Keluarga yang di bentuk oleh duda atau janda yang menikahi
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) Single adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan seperti perceraian atau
ditinggal mati.
b. Tipe non tradisional
1) The unmarried teenage mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dengan hubungan tanpa nikah.
2) The stepparents family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
sama hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama:
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau
membesarkan anak bersama.
4) The non marital heteroseksual cohibitang family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan
tanpa melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama
sebagaimana seorang suami-isteri.
6) Cohabiting couple
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
7) Group marriage family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexsual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anak-anaknya.
9) Foster family
Keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat
orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homells family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi atau problem kesehatan metal.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mrmpunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
criminal.
4. Peran keluarga dan perawat keluarga
Peran perawat keluarga menurut Murwani (2009) dalam Nugroho
2014, adalah sebagai berikut:
a. Pendidik
b. Koordinator
c. Pelaksana
d. Pengawasan kesehatan
e. Konsultan (penasehat)
f. Kolaborasi
g. Fasilitator
h. Penemu kasus.
5. Fungsi keluarga
Fungsi keuarga menurut Friedman.(2012) dalam Suprajitno tahun
2014 sebagai berikut :
a. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan,
memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan
gizi keluarga.
b. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman
bagi keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga,
memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta
memberikan identitas pada keluarga.
c. Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan masing-masing, dan meneruskan nilai-nilai
budaya.
d. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang.
e. Fungsi pendidikan, yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan
pendidikan, ketrampilan, serta mendidik anak sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
6. Tugas keluarga
Menurut Murwani (2009), tugas kesehatan keluarga sebagai
berikut:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
b. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Memodifikasi lingkungan, menciptakan suasana rumah yang
sehat.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang
ada.
7. Tahap perkembangan keluarga
Menurut Mubarak (2009), tahap perkembangan keluarga terdiri
dari 8 tahap perkembangan sebagai berikut:
a. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru.
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu yaitu
suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
dan meninggalkan keluarga masing-masing.
b. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berusia
30 bulan (2,5 tahun).
b. Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun.
c. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah
pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.
d. Tahap V keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
berakhir pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan
rumah orang tuanya.
e. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
f. Tahap VII keluarga usia pertengahan
Tahapan dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal.
g. Tahap VIII keluarga usia lanjut
tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu
pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal, sampai
keduanya meninggal.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
Menurut Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014, pengkajian
adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi secara
terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara
garis besar data dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga
adalah:
a. Data umum
1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan,
komposisi keluarga, status imunisasi dan genogram 3
generasis
2) Tipe keluarga.
3) Suku bangsa.
4) Agama.
5) Status sosial ekonomi keluarga.
6) Aktifitas rekreasi keluarga dan waktu luang.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak
tertua dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum
terpenuhi dan kendalannya.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan
keluarga inti meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga dan sumber
pelayanan yang digunakan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya, orang tua, dan hubungan masa
silam dengan kedua orang tua.
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Meliputi: gambaran tipe tempat tinggal, denah rumah, sanitasi,
pengcahayaan, kerapian.
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal,
meliputi: tipe, keadaan, sanitasi, perusahaan, sarana sosial,
kejahatan.
3) Mobilitas geografi keluarga
Menjelaskan lama keluarga tinggal di daerah ini.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
menjelaskan perkumpulan yang diikuti.
5) System pendukung keluarga, meliputi: jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas kesehatan, jaminan kesehatan
yang dimiliki.
d. Struktur keluarga
Menurut Suprajitno (2014), struktur keluarga sebagai berikut :
1) Struktur peran keluarga
Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga
secara formal maupun informal baik di keluarga atau
masyarakat.
2) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan dianut
oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
3) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi,
siapa pengambil keputusan utama, dan bagai mana peran
anggota keluarga dalam mencapai komunikasi.
4) Struktur kekuatan keluarga
Menjelaskan kemampuan keluarga untuk memengaruhi
dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah
perilaku yang berhubungan dnengan kesehatan.
e. Fungsi keluarga
Menurut Suprajitno (2014), struktur keluarga sebagai berikut :
1) Fungsi ekonomi
2) Fungsi mendapatkan status social.
3) Fungsi sosialisasi.
4) Fungsi pemenuhan kesehatan.
5) Fungsi religious.
6) Fungsi rekreasi.
7) Fungsi reproduksi.
8) Fungsi afeksi..
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek, stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
2) Stressor jangka panjang, stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian lebih 6 bulan.
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau
stressor, mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap
stressor.
4) Strategi koping yang digunakan, bila keluarga menghadapi
masalah.
5) Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
masalah.
g. Pemeriksaan fisik
Dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
dilakukan tidak beda pada pemeriksaan fisik di klinik.

h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Mubarak (2009) dalam Nugroho 2014, diagnosa
keperawatan adalah keputusan klinik mengenai individu, keluarga,
atau masyarakat, yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan
data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk
menetapkan tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk
melaksanakannya. Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan
berdasar data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen
diagnose keperawatan meliputi Problem atau masalah, Etilogi atau
penyebab, dan Sign atau tanda yang dikenal dengan PES.Tipologi
dari diagnosa keperawatan :
a. Diagnosa aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan, di mana masalah kesehatan memerlukan
bantuan untuk segera ditangani dengan cepat. Pada diagnosa
aktual, faktor yang berhubungan merupakan etiologi. Secara
umum faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosa
keperawatan keluarga adalah adanya:
1) Ketidaktahuan (kurang pengetahuan, pemahaman, dan
kesalahan persepsi)
2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi)
3) Ketidakmampuan (kurangnya ketrampilan terhadap suatu
prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga,
baik finansial, fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik,
dan psikologis) terhadap tugas kesehatan keluarga.
b. Diagnosa risiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi
gangguan,tapi tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual
apabila tidak segera mendapat bantuan pemecahan dari tim
kesehatan atau keperawatan.

c. Diagnosa potensial (keadaan sejahtera atau weelness)


suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera,
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan, diagnose keperawatan
sejahtera tidak mencakup faktor-faktor yang berhubungan.
Diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada
hipertensi mengacu pada lima tugas keluarga, yaitu :
1) Adanya resiko tinggi terhadap penururnan curah jantung b/d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Intoleransi aktivitas b/d ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan keluarga
3) Sakit kepala, Nyeri akut b/d ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
4) Perubahan nutrisi b/d ketidakmampuan keluarga menegenal
masalah kesehatan
5) Kurang pengetahuan tentang hipertensi b/d ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
Tabel 2.4 Penentuan prioritas masalah dan skoring
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah 1
 Tidak/kurang sehat 3
 Ancaman kesehatan 2
 Krisis/keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
 Dengan mudah 2
 Hanya sebagian 1
 Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk di cegah 1
 Tinggi 3
 Cukup 2
 Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
 Masalah berat harus segera 2
ditangani
 Ada masalah tetapi tidak perlu 1
Segera ditangani 0
 Masalah tidak dirasakan
Sumber: Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan
dengan cara berikut ini:
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat
b. Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan
dengan bobot.

Skor

X Bobot

Angka tertinggi

c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5,


sama dengan seluruh bobot empat kriteria yang dapat
mempengaruhi penentuan prioritas masalah.
1) Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan kedalam
tidak atau kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi,
karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera
dan biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh
keluarga. Krisis atau keadaan sejahtera diberikan bobot yang
paling sedikit atau rendah karena faktor kebudayaan biasanya
dapat memberikan dukungan bagi keluarga untuk mengatasi
masalah masahnya dengan baik.
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
Keberhasilan mengurangi atau mencegah masalah jika
ada tindakan (intervensi). Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam menentukan skore kemungkinan masalah
dapat diperbaiki adalah:
a) Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat
dilakukan untuk menangani masalah.
b) Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam
fisik, keuangan, atau tenaga.
c) Sumber-sumber dari keperawatan, misalnya dalam
bentuk pengetahuan, ketrampilan, dan waktu.
d) Sumber-sumber dimasyarakat, misalnya dalam bentuk
fasilitas kesehatan, organisasi masyarakat.

3) Potensi masalah bila dicegah


Menyangkut sifat dan beratnya masalah yang akan timbul
dapat dikurangi atau dicegah. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam menentukan skor kriteria potensi masalah
bisa dicegah adalah sebagai berikut:
a) Kepelikan masalah berkaitan dengan beratnya penyakit
atau masalah, prognosis penyakit atau kemungkinan
mengubah masalah. Umumnya makin berat masalah
tersebut makin sedikit kemungkinan untuk mengubah
atau mencegah sehingga makin kecil potensi masalah
yang akan timbul.
b) Lamanya masalah Hal ini berkaitan dengan jangka waktu
terjadinya masalah tersebut. Biasanya lamanya masalah
mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah
bila dicegah.
c) Adanya kelompok resiko tinggi atau kelompok yang peka
atau rawan. Adanya kelompok tersebut pada keluarga
akan me nambah potensi masalah bila dicegah.
4) Menonjolnya masalah
Merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah
mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah
untuk diatasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan
skor pada kriteria ini, perawat perlu menilai persepsi atau
bagaimana keluarga tersebut melihat masalah. Dalam hal ini,
jika keluarga menyadari masalah dan merasa perlu untuk
menangani segera, maka harus diberi skor yang tinggi
(Suprajitno, 2014)
Menurut Ardiansyah (2012), diagnosa keperawatan yang
muncul pada klien Hipertensi adalah:
a) Adannya resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan.
b) Intoleransi aktivitas b/d ketidakmampuan keluarga (kmk)
mengenal masalah kesehatan keluarga yang sakit
c) Sakit kepala, nyeri akut b/d kmk merawat anggota
keluarga yang sakit.
d) Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d kmk
mengenal masalah kesehatan keluarga.
e) Kurang pengetahuan tentang hipertensi b/d kmk
mengenal masalah kesehatan keluarga.
Menurut Nanda (2016), diagnosa keperawatan yang
muncul pada klien Hipertensi adalah:
a) Resiko perfusi jaringan jantung b/d kmk mengenal
masalah kesehatan keluarga.
b) Intoleransi aktifitas b/d kmk mengenal masalah kesehatan
keluarga yang sakit.
c) Nyeri kepala b/d kmk merawat anggota keluarga yang
sakit.
d) Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
b/d kmk mengenal masalah kesehatan.
e) Menurut Muttaqin (2009) dalam Nugroho 2014, diagnosa
keperawatan pada Hipertensi adalah, resiko
kekambuhan/peningkatan tekanan darah b/d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit.
3. Intervensi
Menurut Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014, apabila masalah
kesehatan maupun masalah keperawatan telah teridentifikasi, maka
langkah selanjutnya adalah menyusun rencana keperawatan sesuai
dengan urutan prioritas masalahnya. Rencana keperawatan keluarga
merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat
untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah
kesehatan/keperawatan yang telah diidentifikasi. Rencana
keperawatan yang berkualitas akan menjamin keberhasilan dalam
mencapai tujuan serta penyelesaian masalah. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan keluarga
diantaranya:
a. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis yang
menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga.
b. Rencana yang baik harus realistis, artinya dapat dilaksanakan
dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan.
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah
instansi kesehatan.
d. Rencana keperawatan dibuat dengan keluarga. Hal ini sesuai
dengan prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga bukan
untuk keluarga.
e. Rencana keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis. Hal ini
selain berguna untuk perawat juga akan berguna bagi anggota
tim kesehatan lainnya. Selain itu dengan rencana tertulis akan
membantu mengevaluasi perkembangan masalah keluarga.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses
keperawatan keluarga di mana perawat mendapatkan kesempatan
untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan
kearah perilaku hidup sehat. Guna membangkitkan minat keluarga
dalam berprilaku hidup sehat, maka perawat harus memahami
teknik-teknik motivasi. Tindakan keperawatan keluarga mencakup
hal-hal di bawah ini.
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan
informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang
kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak
melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang
dimiliki keluarga, dan mendiskusikan setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan,
penggunaan alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi
keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan
keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di
lingkungan keluarga dan membantu keluarga cara menggunakan
fasilitas tersebut.
5. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan,
tahap penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilanya. Bila tidak atau
belum berhasil, maka perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua
tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali
kunjungan ke keluarga. Oleh karena itu, kunjungan dapat dilakukan
secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang
diberikan, baik pada individu maupun keluarga adalah sebagai berikut:
a. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan
bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut.
b. Tentukan bagaimana rumusan tujuan keperawatan yang akan
dicapai.
c. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat
berhubungan sumber-sumber proses atau hasil, bergantung pada
dimensi evaluasi yang diinginkan.
d. Tentukan metode dan teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-
sumber data yang diperlukan.
e. Bandingkan dengan keadaan yang nyata (sesudah
perawatan) dengan kriteria dan standar evaluasi.
f. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang optimal
atau pelaksanaan yang kurang memuaskan.
g. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu
ditentukan alasan kemungkinan tujuan tidak realistis, tindakan
tidak tepat, atau kemungkinan ada faktor lingkungan yang tidak
dapat diatasi.
6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah bagian integral bukan sesuatu yang berbeda
dari metode problem-solving. Dokumentasi keperawatan mencakup
pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, intervensi. Perawat
kemudian mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap
intervensi yang diberikan dan mengkomunikasikan informasi tersebut
kepada profesi kesehatan lainnya. Kekurangan dalam
pendokumentasian proses keperawatan meliputi penggunaan
terminology dan cara pendokumentasian yang tidak standar yang tidak
menunjukkan adanya suatu perbedaan asuhan keperawatan yang
kompleks (Nursalam 2009).

C. Konsep Penyakit
1. Pengertian
a. Tekanan darah
Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke
dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh
tubuh. Sebagai analogi, bayangkan kran air. Jika suplai air
terganggu dan ‘tekanan air rendah, maka aliran air di kran menjadi
lambat dan hanya berupa tetesan air. Tekanan darah berperan
penting, karena tanpanya darah tidak akan mengalir
b. Hipertensi
Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, di mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma,
gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. Hipertensi
didefinisikan oleh joint national committee on detection, evaluation
and treatment of high blood pressure (JIVC) sebgai tekanan yang
lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang tekanan darah normal tinggi
sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai
primer atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi
yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki (Faqih, 2010).
2. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua
golongan:

a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah tekanan darah 140/90 mmHg
atau lebih, pada usia 18 tahun ke atas dengan penyebab yang
tidak di ketahui. Pengukuran dilakukan 2 kali atau lebih dengan
posisi duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih
kunjungan
b. Hipertensi sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah
hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya
seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan
kontrasepsi oral, coarcstation aorta, neurogenik (tumor otak,
ensefalitis, ganggua psikiatris), kehamilan, peningkatan volume
intravaskuler, luka bakar, dan stres
Klasifikasi hipertensi menurut Nanda Nic Noc (2013)
sebagai berikut :
Table 2.1 klasifikasi derajat hipertensi
No Kategori Sistolik Diastolic
(mmhg) (mmhg)

1 2 3 4
1 Optimal < 120 < 80

2 Normal 120 – 129 80 – 84

3 High normal 130 – 139 85 - 89

Hipertensi
Grade 1 140 – 159 90 – 99
Grade 2 160 – 179 100 – 109
Grade 3 180 – 209 110 – 119
Grade 4 > 210 > 120

Sumber : Nanda Nic Noc. 2013

3. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Hipertensi essensial (primer)
Hipertensi essensial merupakan hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor
keturunan atau genetik (90%).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan
akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya
dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor
makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak
(obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan
minum alkohol. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua
orang tua, maka kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih
besar. Faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya hipertensi
antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok.
c. Factor resiko
1) Konsumsi lemak berlebih
Meskipun makan terlalu banyak lemak terutama lemak
jenuh yang ditemukan pada daging dan produk olahan susu
tidak secara langsung dapat mengakibatkan kenaikan tekanan
darah, tapi tetap merupakan slah satu faktor resiko penyakit
kardiovaskuler karena hal tersebut menyebabkan tingginya
kadar kolesterol di dalam darah.
2) Obesitas
berat badan lahir dan indeks masa tubuh berhubungan
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.
3) Merokok
Walaupun merokok hanya menyebabkan peningkatan
tekanan drah sesaat, namun merokok yang berlangsung lama
akan menyebabkan resiko terkena penyakit jantung dan
stroke.

4) Stress
Stress akan mengakibatkan penurunan permukaan filtrasi,
aktivitas saraf simpatis yang berlebih serta produksi berlebih
rennin angiotensin. Aktivitas berlebih dari saraf simpatir
menyebabkan peningkatan kontraktilitas sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah (Martuti, 2009).
5) Kurang olahraga
Berolahraga secara rutin seperti bersepeda, jogging dan
senam aerobik dapat memperlancar aliran darah sehingga
mengurangi resiko terkena tekanan darah tinggi. Orang yang
kurang aktif berolahraga juga menyebabkan kegemukan atau
obesitas. Berolahraga juga dapat mengurangi asupan garam
ke dalam tubuh, yang mana garam akan keluar dari dalam
tubuh bersama keringat.
6) Usia
Sejalan dengan bertambahnya usia seseorang, maka
memiliki resiko tinggi mengalami kenaikan tekanan darah.
Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan
tekanan diatoliknya akan terus meningkat sampai usia 55-60
tahun
7) Keturunan
Faktor keturunan mempunyai peranan penting, jika orang
tua menderita atau mempunyai riwayat penyakit hipertensi
maka garis keturunan berikutnya memiliki resiko hipertensi
yang lebih besar .
8) Jenis kelamin
Dikarenakan laki-laki dianggap lebih rentan terkena
penyakit hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini
disebabkan gaya hidup yang buruk dan tingkat stress yang
dihadapi oleh laki-laki daripada perempuan.

4. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi menurut (Nanda, 2012) ada
beberapa yaitu:
a. Stress nafas
b. Mengeluh sakit kepala,pusing
c. Gelisah
d. Lemas, kelelahan
e. Kesadaran menurun
5. Pohon masalah

Genetic, jenis kelamin, usia, obat, obesitas, penyempitan


aorta, gangguan endokrin, kehamilan, stress, gaya hidup,
merokok, dan alkohol

Arthereosklerosi

Pembuluh darah kaku

Gangguan peredaran darah perifer

Peningkatan beban jantung

Kompensasi jantung meningkat

Tekanan darah tinggi (Hipertensi)

Ketidakseim Masukan Kelemahan Kurang


Peningkatan
bangan nutrisi umum informasi
tekanan
suplai dan berlebih tentang
vaskuler
kebutuhan penyakit
suplai
oksigen
Intoleransi
Perubahan Kurang
Nyeri aktifitas
nutrisi lebih penegetahu
Resiko
dari an
tinggi
terhadap kebutuhan
penurunan tubuh
curah
jantung
Gambar 2.3 Skema Patofisiologi Penyakit Hipertensi
Sumber patofisiologi hipertensi Bibo gutomo (2017)

6. Komplikasi
Komplikasi akibat hipertensi menurut Shanty (2011) antara lain:
a. Stroke
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan
karena berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-
tiba. Jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati dan tidak
dapat berfungsi lagi. Kadang pula stroke disebut dengan CVA
(cerebrovascular accident). Hipertensi menyebabkan tekanan
yang lebih besar pada dinding pembuluh darah, sehingga dinding
pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah rentan
pecah. Namun demikian, hemorrhagic stroke juga dapat terjadi
pada bukan penderita hipertensi.
b. Penyakit jantung
Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan
resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai
akibatnya terjadi hipertropi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan
kontraksi.
c. Otak
Menyebabkan penyakit stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Pada stroke iskemik terjadi karena aliran darah yang
membawa oksigen dan nutrisi ke otak terganggu. Stroke
hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah di otak yang
diakibatkan oleh tekanan darah tinggi yang persisten.
d. Penyakit arteri koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama
penyakit arteri koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plak
terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterikoronaria
kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex.
Aliran darah kedistal dapat mengalami obstruksi secara permanen
maupun sementara yang di sebabkan olehakumulasi plak atau
penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar
obstruksiarteromasus yang menghambat pertukaran gas dan
nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasikolateral untuk
menyediakan supplay oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat
terjadinya penyakit arteri koronaria.
e. Aneurisma
Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada
yang terpisah sehingga memungkinkan darah masuk. pelebaran
pembuluh darah bisa timbul karena dinding pembuluh darah aorta
terpisah atau disebut aorta disekans.
f. Mata
Menyebabkan penyakit kerusakan retina (vascular retina),
yang terjadi karena adanya penyempitan atau penyumbatan
pembuluh arteri di mata.
g. Kebutuhan
Tidak sedikit penderita hipertensi berakhir dengan
kebutuhan permanen. Kebutuhan ini muncul akibat hipertensi
yang berlangung selama bertahun-tahun atau yang disebut
dengan hipertensi kronis. Pada penderita tekanan darah tinggi
tidak sedikit,tekanan bola mata sehingga menyebabkan pecahnya
bola mata pada penderita hipertensi.
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Padila (2013), pemeriksaan penunjang pada hipertensi
sebagai berikut:
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik meneyluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk menegetahui kerusakan organ
seperti ginjal dan jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa (protein dalam urin, darah, glukosa)
f. Foto dada dan CT scan
8. Pencegahan hipertensi
a. Pencegahan primer
Berupa kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi
factor resiko penyakit hipertensi terjadi. Pencegahan primer
berupa kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor
risiko hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi. Pencegahan
primer dilaksanakan melalui berbagai upaya, seperti promosi
kesehatan mengenai peningkatan perilaku hidup sehat, yakni diet
yang sehat dengan cara makan cukup sayur dan buah, rendah
garam dan lemak, rajin melakukan aktivitas dan tidak merokok.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan
deteksi dini untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus,
maka dapat dilakukan pengobatan secara dini. Pencegahan
sekunder dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan rutin di
puskesmas sebelum atau sesudah terjadi tanda dan gejala
hipertensi.
c. Pencegahan tertier
Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi
terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut, serta untuk
meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama
ketahanan hidup. Dalam pencegahan tertier, kegiatan difokuskan
kepada mempertahankan kualitas hidup penderita Pencegahan
tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan
hipertensi yang tepat, serta minum obat teratur agar tekanan
darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti
penyakit ginjal kronik, stroke, dan jantung. Penanganan respons
cepat juga menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian
dini akibat penyakit hipertensi dapat terkendali dengan baik.
9. Penatalaksanaan
Menurut Ardiansyah (2012), penatalaksanaan hipertensi
diklasifikasi menjadi dua yaitu:
a. Farmakologi
Yaitu terapi obat pada penderita hipertensi dimulai dengan
alasan salah satu obat berikut:
1) Nifidepin dimulai 5 mg dua kali sehari, isa dinaikan 10 mg dua
kali sehari
2) Katopril 12,5 – 25 mg sebanayak dua sampaitiga kali sehari
3) Propranolol mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat di
naikan 20 mg dua kali sehari
b. Nonfarmakologi
Yaitu langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola
hidu penderita,yakni dengan cara:
1) Menurunkan berat badan samapai batas normal
2) Mengubah pola makan pada penderita kadar kolesterol darah
tinggi
3) Mengurangi makan berlemak
4) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram
natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya
5) Tidak mengonsumsi alcohol
6) Tidak merokok
7) Olahraga teratur
8) Menghindari Stress
9) Teknik relaksasi Nafas Dalam ( Purwanto, 2013)
10. Program Cerdas
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Direktoral
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
mengajak masyarakat untuk dapat menuju masa muda sehat dan hari
tua nikmat tanpa Penyakit Tidak Menular (PTM) dengan perilaku
“CERDIK”. “CERDIK” merupakan jargon kesehatan yang setiap
hurufnya mewakili: Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap
rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat
yang cukup, dan Kelola stress. Penerapan “CERDIK” dapat
mengurangi faktor resiko dan deteksi dini PTM.
11. Suku banjar
Menurut Idwar Saleh (1986:10), Banjar bukanlah suku karena
tidak adanya kesatuan etnik. Banjar hanyalah grup atau kelompok
besar, yang terdiri dari kelompok Banjar Kuala, kelompok Banjar
Batang Banyu dan kelompok Banjar Banjar Pahuluan. Kelompok
pertama tinggal di daerah Banjar Kuala sampai dengan daerah
Martapura, kelompok kedua tinggal di sepanjang Sungai Tabalong
dari muaranya di Sungai Barito sampai Kelua dan kelompok yang
ketiga tinggal di kaki Pegunungan Meratus yang memanjang dari
Tanjung sampai Pelaihari . Kelompok Banjar Kuala berasal dari
kesatuan etnik Ngaju, kelompok Banjar Batang Banyu berasal dari
kesatuan etnik Maanyan, dan kelompok Banjar Pahuluan berasal dari
kesatuan etnik Bukit
Senada dengan hal di atas, menurut Alfani Daud (1997:38) etnis
Banjar adalah penduduk asli sebagian wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan. Mereka itu diduga berintikan penduduk asal Sumatera atau
daerah sekitarnya, yang membangun tanah air baru di kawasan ini
sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu. Setelah berlalu masa yang
lama sekali akhirnya,- setelah bercampur dengan penduduk yang
lebih asli, yang biasanya dinamakan sebagai suku Dayak, dan
dengan imigran-imigran yang berdatangan belakangan-terbentuklah
setidaknya tiga subsuku, yaitu (Banjar) Pahuluan, (Banjar) Batang
Banyu dan Banjar (Kuala). Bahasa yang mereka kembangkan
dinamakan bahasa Banjar, yang pada asasnya ialah bahasa Melayu
yang di dalamnya terdapat banyak sekali kosa kata asal Jawa dan
asal Dayak.
Nama Banjar diperoleh karena mereka sebelum dihapuskan pada
tahun 1860 adalah warga Kesultanan Banjarmasin atau disingkat
Banjar, sesuai dengan nama ibukotanya pada saat berdirinya. Ketika
ibukota dipindahkan ke daerah pedalaman, terakhir di Martapura.
Nama tersebut akhirnya menjadi baku dan tidak berubah lagi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA Tn. A DENGAN MASALAH HIPERTENSI

A. DATA UMUM KELUARGA


1. Nama Kepala Keluarga : Tn. A
2. Umur : 41 Tahun
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SD
5. Pekerjaan : Buruh
6. Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
7. Alamat : Desa Pembantanan
8. Komposisi Keluarga

Keterangan
Pendidikan

Kesehatan
Pekerjaan

Keadaan
Keluarga

Imunisai
Agama
Nama

Umur
Hub

L/P

KB
No

1 Tn. Kepala L 41 SD Buruh Isla sehat - Tidak


A Keluarg m
a
2 Ny. Istri P 40 SD IRT Isla Sakit Tidak Tidak
N m
3 An. Anak P 19 SLTA Swata Isla Seha Tidak tidak
H m t
4 An. Anak L 17 SLTA Tidak isla sehat tidak
S bekerj m
a
5 An. Anak p 5 TK Tidak isla sehat tidak tidak
A bekerj m
a
9. Tipe Keluarga
Satu rumah terdapat satu anggota keluarga yang terdiri dari lima orang
yaitu Ayah, ibu, tiga orang anak. Tn. A sebagai kepala keluarga.
10. Genogram

Tn. A
Ny. N

AN Nn. H
.S

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Anggota keluarga yang sakit
: Meninggal perempuan
: Meninggal laki-laki
: Tinggal serumah

11. Sifat Keluarga


a. Pengambilan Keputusan
Keputusan ditentukan oleh kepala keluarga yaitu Tn. A
b. Kebiasaan Hidup Sehari-hari
1) Kebiasaan tidur/istirahat
a) Tidur Siang
Dalam keluarga Tn. A memiliki jam tidur siang sekitar pukul
11.00 – 12.30 WITA
b) Tidur Malam
Dalam keluarga Tn. R waktu tidur malam sekitar pukul 22.00 –
06.00 WITA
2) Kebiasaan Rekreasi
Keluarga sangat jarang rekreasi, jika mempunyai cukup luang
kebiasaannya cuma nonton tv dirumah namun, keluarga sering
berkunjung ke keluarga yang lain, keluarga Tn. A saling
menanyakan kabar.
3) Kebiasaan Makan Keluarga
a) Jenis Makanan
Nasi, lauk dan sayur
b) Frekuensi
2 kali sehari
c) Keseimbangan Gizi
Normal
12. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Penghasilan keluarga perbulan adalah >Rp2.000.000,-. Penghasilan
berasal dari hasil pekerjaan Anak yang bekerja di sebuah penjualan
peralatan bayi. Anggota keluarga yang bertanggung jawab terhadap
perekonomian keluarga adalah Tn. A bekerja sebagai buruh padi
dengan penghasilan tidak menentu. Tn. A sering diberi uang dari
saudaranya saat berkunjung kerumah saudaranya.
13. Suku (kebiasaan kesehatan terkait suku bangsa)
Seluruh anggota keluarga adalah suku asli Banjar bangsa Indonesia.
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Banjar. Tidak ada
kebiasaan budaya banjar yang mempengaruhi kesehatan keluarga.
Kebiasaan budaya dan istiadat yang ada di masyarakat setempat adalah
berkumpul dalam satu acara bapak-bapak pengajian dan ibu-ibu yasinan
di dalam wilayah RT 1 dan RT 6 dari Ny. N mengikuti arisan yasinan yang
ada sekitar tempat tinggalnya dan Tn. A mengikuti pengajian bapak-
bapak yang ada di musholla dekat tempat tinggal keluarga. Keluarga
adalah keluarga yang taat beragama islam, sehingga nilai-nilai
kebudayaan yang dijalankan adalah sesuai dengan syariat islam.
14. Agama (kebiasaan kesehatan terkait agama)
Agama yang di pegang atau di anut keluarga Tn. A seluruhnya agama
islam. Seluruh keluarga selalu menunaikan shalat 5 waktu. Persepsi
keluarga tentang agama Islam yang di anut sangat menyakini serta
mempercayainnya. Kegiatan Tn. A dalam seminggu ada 1 acara yaitu
habsyi yang diikuti di wilayah RT 2. Menurut keluarga Islam adalah
agama yang sempurna dan akan di pegnag hingga akhir hayat.
B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga keluarga Tn.A adalah pada tahap yaitu
keluarga dengan anak remaja (families with teenagers), karena masih ada
satu orang anak yang masih remaja serta menjadi tanggungan, memberi
kebebasan dan tanggung jawab, mempertahankan hubungan intim
dengan keluarga, mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak
dan orang tua.
2. Tugas Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tn. A dan Ny. N sudah memiliki 3 orang anak An.H, An S dan An.A.
belum menikah sehingga keluarga belum dapat menjalankan tugas
perkembangan secara maksimal.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
Pasangan ini menikah pada tahun 1999 dan dikaruniai 3 orang anak.
Ketiga anak belum menikah. Pemeriksaan Ny.N pada tanggal 12
November 2019 adalah TD: 140/90 mmHg, Nadi: 95x/mnt, Nafas:
18x/mnt. Ny.N juga memiliki riwayat hipertensi. Tn.A memiliki kebiasaan
merokok mulai dari umur 19 tahun, sehari bisa merokok sampai 16
batang sehari. Ny.N jika merasa pusing hanya menahan sampai sakit
hilang dan kemudian bila tidak tahan lagi baru meminum obat.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit yang pernah dialami sebelumnya adalah penyakit hipertensi di
dalam keluarga ibu dan ayah Ny.N juga mengalami Hipetrensi. Dalam
keluarga Tn.A tidak pernah mengalami sakit kronis yang lebih dari 6
bulan. Keluarga Tn. A juga tidak pernah mengalami penyakit menular
seperti TB paru. Keluarga Tn. A tidak ada yang mengalami cacat fisik.
Orang tua Tn. A yaitu pada Ny.N memiliki riwayat hipertensi. Anggota
keluarga jarang berobat kepelayanan kesehatan karena mengobati
penyakit dengan membeli obat di warung/apotik terdekat.
5. Riwayat Kesehatan Mental, Psikologis, Spiritual.
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa/ dirawat di
rumah sakit jiwa.
6. Persepsi dan Tanggapan Keluarga terhadap Layanan Kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang ada sudah baik namun karena jarang
memeriksakan kesehatan sehingga tidak mengetahui perkembangan
pelayanan kesehatan.
C. LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah (tipe, ukuran dan jumlah ruangan)
Luas rumah 12 x 6 m2. Status kepemilikan rumah saat ini adalah rumah
sendiri. Rumah yang dihuni sekarang adalah rumah sederhana,
berdinding papan, lantai papan yang dilapisi tikar plastik, atap rumah
terbuat dari seng, rumah memiliki wc sendiri, 3 kamar tidur, dapur, ruang
tamu.
2. Ventilasi dan Penerangan
Luas jendela > 10% luas ruangan rumah. Pencahayaan rumah baik,
terdapat ventilasi di atas jendela, jendela hanya 9 dan selalu dibuka
setiap hari, lantai bersih sering disapu, tidak ada bau yang kurang enak,
keluarga merasa bahagia tinggal di rumah.
3. Persediaan Air Bersih
Kelurga tidak memiliki sumber air PAM sendiri namun keluarga sering
membeli air galon di warung.
4. Pembuangan Sampah
Tidak ada tempat pembuangan sampah. Sampah biasanya di tumpuk
dan di bakar atau di buang ke sungai.
5. Pembuangan Air Limbah
Air limbah yang dihasilkan keluarga yaitu air cucian, air memasak dan
mandi. Limbah tidak ditampung, tetapi langsung buang di
6. Jamban / WC (tipe, jarak dari sumber air)
Keluarga memiliki wc safety sendiri. Letak safety ada di belakang
rumah. Kondisi wc bersih, tidak berlumut.
7. Denah Rumah
12 m
U
Dapur

Kamar Utama
Ruang Keluarga
6m
Kamar Kedua

Kamar kedua
erangan: : pint

Ruang Tamu Keterangan:


Teras Pintu
8. Lingkungan Sekitar Rumah Jendela
Keluarga tidak memiliki halaman rumah, hanya memiliki jalan titian kayu
yang merupakan akses masuk keluar dari rumah, Jarak rumah dengan
terangga ± 2 meter. Suasana rumah tenang, nyaman dan sejuk.
9. Sarana komunikasi dan transportasi
Keluarga memiliki handphone dan memiliki 1 sepeda motor.
10. Fasilitas hiburan (TV, Radio, dll)
Keluarga memiliki 1 buah TV, kulkas dan kompor gas
11. Fasilitas Pelayanan kesehatan
Disekitar tempat tinggal keluarga ada terdapat pelayanan kesehatan
yaitu Postu pembantanan. Jarak antara rumah dan Postu adalah sekitar
± 100 m.
D. SOSIAL
1. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Tetangga sekitar memiliki empati yang tinggi dan saling bergotong
royong dalam melakukan suatu kegiataan.
2. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. A tinggal menetap dan memiliki kepemilikan rumah sendiri.
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga sering berkumpul pada sore hari di rumah tetangga dan pada
malam hari mengadakan pengajian 1 minggu sekali.
4. Sistem Pendukung Keluarga
Dukugan keluarga Tn.A dengan keluarga besar baik.
E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh keluarga ialah bahasa Banjar.
Tidak ada waktu khusus untuk berkumpul dengan keluarga, jika ada
waktu kosong akan dimanfaatkan untuk berkumpul atau mengunjungai
keluarga yang tidak jauh dari tempat tinggal keluarga Tn. A.
2. Struktur kekuataan keluarga
Anggota keluarga yang berperan mengambil keputusan adalah Tn.A,
karena Tn.A adalah kepala keluarga. Keputusan diambil dengan cara
bermusyawarah terlebih dahulu dengan anggota keluarga. Suami, istri
dan anak selalu terlibat dalam pengambilan keputusan, namun yang
paling berpengaruh adalah Tn. A.
3. Struktur peran (formal dan informal)
Tn.A berperan sebagai kepala keluarga, pencari nafkah sebagai buruh
lepas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan pengambil
keputusan, serta bertanggung jawab terhadap anak dan istri. Tn.A
berperan sebagai suami dari Ny.N yang membantu Ny.N dalam
mendidik 3 anak. Tn. A juga memberi contoh dan role model untuk
anak-anaknya, menyayangi serta melindungi. Sedangkan Ny.N
berperan sebagai istri, berperan sebagai ibu rumah tangga mengurusi
keluarga dan mengasuh, mendidik dan merawat anak serta
mendampingi suami, merawat suami, anaknnya.
4. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Tn.A hidup dalam nilai dan norma budaya banjar, yang dimana
Tn.A sebagai kepala keluarga dan Ny.N sebagai istri dan ibu rumah
tangga.
F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain, memiliki dan
mendukung. Persoalan dan masalah dalam keluarga selalu dibicarakan
bersama sehingga tidak memicu terjadinya masalah komunikasi. Maka
dari itu keluarga selalu melakukan komunikasi terbuka. Tidak ada
masalah dalam keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang
baik, sopan santun, disamping itu sebagai contoh konkrit orang tua
selalu berdiskusi dengan anak-anaknya terhadap suatu masalah yang
ada, memandirikan anak agar memberikan pendapat ataupun masukan,
jika itu bisa cukup membantu untuk menyelesaikan masalah yang ada.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Pendapat dari keluarga Tn.A sehat adalah keadaan dimana tidak ada
keluhan kesehatan yang mengganggu aktifitas sehari-hari dalam
keluarga, sedangkan sakit adalah saat ada salah satu anggota keluarga
yang mengalami gangguan kesehatan yang sudah mengganggu aktifitas
sehari-hari dan perlu pengobatan baik tradisional atau medis. Tn.A
mempunyai kebiasaan merokok dan dapat menghabiskan rokok
sebanyak 16 bilah/hari
4. Fungsi Reproduksi
Keluarga sudah tidak lagi merencanakan akan menambah anggota
keluarga karena sudah tua. Jadi, Ny.N tidak menggunakan KB, serta
tidak ada masalah dalam sistem reproduksi.
5. Fungsi Ekonomi
Pendapatan keluarga dipergunakan dengan baik untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
G. STRESS DAN KOPING KELUARGA
1. Struktur jangka pendek dan jangka panjang
a. Stressor jangka pendek
Koping dalam keluarga Tn.A tidak ada masalah. Keluarga Tn.A selalu
bersyukur apa yang telah dimiliki.
b. Stressor jangka panjang
Koping dalam keluarga Tn.A mengeluhkan yaitu kondisi kesehatan
yang di alalmi.
2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi dan Stressor
Respon keluarga dalam menghadapi masaalah dengan teknik asertif,
yaitu mengutamakan masalah anggota keluarga, mencari solusi
bersama tidak menyalahkan orang lain atau hal diluar dirinya.
3. Strategi Koping Yang Digunakan
Strategi kompensasi yaitu jika ada masalah keluarga selalu berusaha
ditutupi dengan jalan berunding bersama ataupun berkonsultasi dengan
orang yang lebih tahu serta tidak saling menyalahkan justru saling
mendukung satu sama lain.
4. Strategi Adaptasi Disfungsional
Bila keluarga sedang mengalami masalah kesehatan yang berat mereka
cenderung berdiskusi dan minta pendapat pada tetangga atau keluarga
dekat sebelum masalah menjadi lebih berat.
H. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
a. Ayah
Memiliki penyakit maag sampai sekarang namun sering
mengkonsumsi obat maag.
b. Ibu
Mengalami penyakit Hipetrensi sampai sekarang dan asam urat.
c. Anak pertama
Tidak pernah sakit dan masuk RS
d. Anak kedua
Tidak pernah sakit dan masuk RS
Anak terakhir
e. Tidak pernah sakit dan masuk RS
2. Keluarga berencana
Ny N tidak menggunakan KB dan anaknya Nn.H belum menggunakan
KB.
3. Imunisasi
Tn. A dan Ny. N tidak pernah imunisasi dan anaknya tidak imunisasi
lengkap.
4. Tumbuh Kembang
a. Pemeriksaan Tumbuh Kembang Anak
Keluarga tidak memiliki anak dengan tumbuh kembang.
b. Pengetahuan Orang Tua Terhadap Kembang
Keluarga tidak mengetahui tentang tumbuh kembang pada anak.
I. HARAPAN KELUARGA
Ny.N sangat berharap tekanan darahnya turun ke angka normal dan
berharap keluarganya sehat selalu.
J. PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA
N Pemeriksaan Tn. A Ny. N Nn. H An.H An.a
o 1 2 3 4
1 Penampilan Jarang pakai baju Sering pakai daster pakai baju kaos Pakai baju kaos Pakai baju kaos
2 Kesadaran Sadar penuh Sadar penuh Sadar penuh Sadar penuh Sadar penuh
3 Vital Sign
a. Tekanan darah 120/90 mmHg 140/90 mmHg 100/70 mmHg 100/70 mmHg 80x/menit
b. Nadi 95x/menit 75x/menit 80x/menit 80x/menit 19x/menit
c. Respirasi 18x/menit 16x/menit 19x/menit 19x/menit 37ºC
d. Suhu 36,5ºC 36ºC 37ºC 37ºC 48 Kg
e. Berat badan 80 Kg 36 Kg 48 Kg 48 Kg
4 Bentuk normal
Kepala Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Rambut warna
a. Bentuk Rambut warna hitam Rambut warna hitam Rambut warna hitam Rambut warna hitam
b. Rambut Kulit kepala normal Kulit kepala normal Kulit kepala normal hitam Kulit kepala
c. Kulit kepala Kulit kepala normal
normal
5 Mata
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. Konjungtiva Konjungtiva tidak anemis Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak
c. Sclera Sclera tidak ikterik anemis anemis anemis anemis
d. Fungsi Fungsi penglihatan kabur Sclera tidak ikterik Sclera tidak ikterik Sclera tidak Sclera tidak
penglihatan Fungsi penglihatan Fungsi penglihatan ikterik ikterik
normal normal Fungsi Fungsi
penglihatan penglihatan
normal normal
6 Hidung
a. Bentuk hidung Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. Fungsi Fungsi penciuman baik Fungsi penciuman Fungsi penciuman Fungsi Fungsi
penciuman baik baik penciuman baik penciuman baik
7 Telinga
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. Fungsi Fungsi pendengaran Fungsi pendengaran Fungsi pendengaran Fungsi Fungsi
pendengaran baik baik baik pendengaran baik pendengaran baik
8
Mulut
Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
a. Bentuk
Bibir tidak kering Bibir kering Bibir tidak kering Bibir tidak kering Bibir tidak kering
b. Bibir
Gigi lengkap Gigi lengkap Gigi lengkap Gigi lengkap Gigi lengkap
c. Gigi

9 Leher Bentuk normal Bentuk normal


a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Tidak terdapat Tidak terdapat
b. JVP Tidak terdapat JVP Tidak terdapat JVP Tidak terdapat JVP JVP JVP
c. KGB Tidak terdapat KGB Tidak terdapat KGB Tidak terdapat KGB Tidak terdapat Tidak terdapat
d. Pergerakan Tidak ada pembatasan Tidak ada Tidak ada KGB KGB
gerak pembatasan gerak pembatasan gerak Tidak ada Tidak ada
pembatasan pembatasan
gerak gerak
1 Pergerakan dada Pergerakan dada
0 Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada simetris simetris
Dada
simetris simetris simetris Bunyi nafas Bunyi nafas
a. Pergerakan
Bunyi nafas vesikuler Bunyi nafas Bunyi nafas vesikuler vesikuler
b. Bunyi nafas
Terdapat bunyi S1 dan vesikuler vesikuler Terdapat bunyi Terdapat bunyi
c. Bunyi jantung
S2 Terdapat bunyi S1 Terdapat bunyi S1 S1 dan S2 S1 dan S2
dan S2 dan S2
1 Bentuk normal Bentuk normal
Abdomen
1 Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bising usus Bising usus
a. Bentuk
Bising usus 10x/menit Bising usus 8x/menit Bising usus 10x/menit 10x/menit
b. Bising usus
11x/menit
1 T T T T
2 Ekstrimitas Tidak ada pembatasan idak ada idak ada idak ada idak ada
a. Atas gerak pembatasan gerak pembatasan gerak pembatasan pembatasan
b. Pergerakan Pergerakan normal Pergerakan normal Pergerakan normal gerak gerak
c. Bawah Tidak ada pembatasan Tidak ada Tidak ada Pergerakan Pergerakan
d. Pergerakan gerak pembatasan gerak pembatasan gerak normal normal
e. Kekuataan otot Pergerakan normal Pergerakan normal Pergerakan normal Tidak ada Tidak ada
Kuat Lemah Kuat pembatasan pembatasan
gerak gerak
Pergerakan Pergerakan
normal normal
Kuat Kuat
K. TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN
No Daftar Masalah Kesehatan
1 Ancaman
Merupakan keadaan yang memungkinkan terjadinya penyakit
kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan
2 Kurang/Tidak Sehat
a. Tn. A menderita tekanan darah (hipertensi)
b. Keadaan Tn. A yang tidak bercukupan yang membuat makanan
keluarga tidak terkontrol
3 Defisit
Tn. A sangat jarang berobat ke puskesmas

L. PENGKAJIAN KHUSUS BEDASARKAN 5 TUGAS KELUARGA


No Kriteria Pengkajian
1 Mengenai masalah Pengetahuan keluarga tentang
penyakit kurang baik. Keluarga
menyatakan cemas dengan
penyakit hipertensi yang di
derita Ny. N sehingga saat
pusing hanya di diamkan
hingga sakitnya sedikit
berkurang dan hilang.
2 Mengambil keputusan yang tepat Kebiasaan dalam keluarga,
jika penyakit yang diderita
dirasa tidak terlalu
mengganggu, keluarga
memilih obat warung, namun
saat penyakit dirasakan sangat
sakit barulah keluarga mencari
pertolongan terhadap tenaga
kesehatan.
3 Merawat anggota keluarga yang Keluarga Tn. A mengatakan
sakit atau punya masalah tidak terlalu mengetahui
bagaimana cara merawat
anggota yang sakit. Jika Ny.N
merasa sakit kepala atau
pusing hanya beristirahat dan
makan, hingga pusing sedikit
reda bila tak tertahankan lagi
baru membeli obat di warung.
Tn. A masih merokok sampai
sekarang.
4 Memodifikasi lingkungan Keluarga tidak merenovasi
atau memodifikasi rumah
karena keterbatasan biaya.
5 Memanfaatkan sarana kesehatan Keluarga Tn. A jarang
menggunakan fasilitas
kesehatan (POSKESDES)
dan merasa kesehatan baik-
baik saja.

M. DAFTAR MASALAH
No Data Problem Etiologi
1 Data Subyektif: Ketidakefektifan Pendidikan rendah,
- Ny.N mengatakan manajemen kurangnnya terpapar
kurang tau kesehatan informasi kesehatan
tentang
pencegahan
hipertensi
- Ny.N mengatakan
saat sakit kepala
hanya di diamkan
hingga sakitnya
sedikit berkurang
dan hilang
- Keluarga Tn.A
mengatakan tidak
terlalu
mengetahui
bagaimana cara
merawat anggota
yang sakit
Data obyektif:
- Keadaan Umum :
Baik
Tekanan Darah:
140/90 mmHg
Nadi : 95x /menit
Suhu : 36,5 ºC
Pernafasan : 18x
/menit
- Pengetahuan
tentang penyakit
hipertensi kurang
baik
- Pendidikan
keluarga rata-rata
berpendidikan
rendah
- Penghasilan
keluarga hanya
cukup untuk
memenuhi
kebutuhan sehari-
hari
2 Data subyektif: Perilaku kesehatan Ketidakmampuan
- Ny.N mengatakan cenderung beresiko keluarga dalam
tidak rutin minum merawat keluarga
obat hipertensi yang sakit
- Ny.N mengatakan
jarang periksa
kepuskesmas jika
sakit ringan dan
hanya membeli
obat di warung
Data obyektif:
- Keadaan Umum :
Baik
Tekanan Darah:
140/90 mmHg
Nadi : 95x /menit
Suhu : 36,2ºC
Pernafasan : 18x
/menit
- Ny.N hanya
mendiamkan jika
sakit kepala atau
pusing

N. PENAPISAN MASALAH SKORING


1. Diagnosa ketidakefektifan manajemen kesehatan
No Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah 1
- Tidak/kurang sehat 3 3/3 x 1 = 1
- Ancaman kesehatan 2
- Krisis/keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat di ubah 2
- Dengan mudah 2 2/2 x 2 = 2
- Hanya sebagian 1
- Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah 1
- Tinggi 3 2/3 x 1 =
- Cukup 2 2/3
- Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
- Masalah berat harus segera ditangani 2 1/2 x 1 =
- Ada masalah tetapi tidak perlu segera 1 ½
ditangani
- Masalah tidak rasakan 0
7
Total 3
6

2. Diagnosa perilaku cenderung beresiko


No Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah 1
- Tidak/kurang sehat 3 2/3 x 1 =
- Ancaman kesehatan 2 2/3
- Krisis/keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat di ubah 2
- Dengan mudah 2 1/2 x 2 = 1
- Hanya sebagian 1
- Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah 1
- Tinggi 3 1/3 x 1 =
- Cukup 2 1/3
- Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
- Masalah berat harus segera ditangani 2 0/2 x 1 = 0
- Ada masalah tetapi tidak perlu segera 1
ditangani
- Masalah tidak rasakan 0
7
Total 16
O. PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA INTEGRASI DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN NANDA/INCP, NOC, NIC
Diagnosa
NOC NIC
Data Keperawatan
Kode Diagnosa kode Hasil Kode Intervensi
Data Subyektif: 00080 Ketidakefktifa 1831 Keluarga mampu 5510 Pendidikan kesehatan:
- Ny. N mengatakan n manajemen mengenal masalah mengajarkan proses penyakit
kurang tahu tentang kesehatan tentang pengetahuan yang dialami
tentang tanda gejala dan perilaku kesehatan 5614 Mengajarkan : diet yang tepat
hipertensi 1802 Pengetahuan : anjurkan 7040 Dukungan memberi perawatan
- Ny. N mengatakan saat diet 7140 Dukungan keluarga
sakit kepala/pusing 1813 Pengetahuan : regimen 7560 Mengunjungi fasilitas kesehatan
hanya di diamkan pengobatan
hingga sakitnya sedikit Keluarga mampu
berkurang dan hilang memanfaatkan fasilitas
- Keluarga Ny .N kesehatan
mengatakan tidak terlalu 1602 Pengetahuan proses
mengetahui bagaimana penyakit
cara merawat anggota 1806 Pengetahuan tentang
yang sakit sumber kesehatan
Data obyektif:
- Keadaan Umum : Baik
Tekanan Darah : 150/90
mmHg
Nadi : 95x /menit
Suhu : 36,2ºC
Pernafasan : 18x /menit
- Pengetahuan tentang
penyakit hipertensi
kurang baik
- Pendidikan keluarga
rata-rata berpendidikan
rendah
- Penghasilan keluarga
hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari
Data subyektif: 00188 Perilaku 1803 Keluarga mampu 7560 Mengunjungi fasilitas kesehatan
- Ny.N mengatakan jarang kesehatan mengenal masalah 5606 Pengajaran : individu
periksa kepuskesmas cenderung kesehatan 5602 Pengajaran : proses penyakit
jika sakit ringan dan beresiko 1602 Pengetahuan kesehatan 7140 Dukungan keluarga
hanya membeli obat di Pengetahuan proses
warung penyakit
Data obyektif: 1603 Keluarga mampu
- Keadaan Umum : Baik memanfaatkan fasilitas
Tekanan Darah: 140/90 kesehatan
mmHg Perilaku mencari
Nadi : 95x /menit pelayanan kesehatan
Suhu : 36,2ºC
Pernafasan : 18x /menit
- Ny. N hanya
mendiamkan jika sakit
timbul atau sedang sakit
kepala/pusing
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan,
mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi
data-data yang ada pada keluarga. mengingat begitu pentingnya pengkajian
maka diharapkan perawat keluarga memahami betul lingkup, metode, alat
bantu, dan format pengkajian yang digunakan.
Secara teori bahwa etiologi untuk penyakit Hipertensi, yang pertama
adalah hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam
ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
Namun pada kasus penyakit hipertensi yang terjadi pada Ny. N disebabkan
oleh hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hal ini disebabkan karena
pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data pemeriksaan fisik Ny N. TD
140/90 mmHg, BB 80 Kg, Penyebab yang lainnya seperti faktor keturunan
ada karena Ny. N mengatakan memiliki riwayat keturunan yang dari ibu dan
ayah Ny.N.
Tanda dan gejala Hipertensi secara teori yaitu tengkuk terasa pegal,
wajah merah, gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, mudah marah,
telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, mudah lelah, mata berkunang-
kunang, dan mimisan. Namun yang ditemukan pada kasus keluarga Ny. N
khususnya Ny. N yaitu pada saat dilakukan pengkajian hanya mengeluh
sakit kepala dan pusing tak tertahankan, tengkuk terasa pegal dan nyeri, mata
berkunang-kunang, dan mudah lelah.

Pengkajian keperawatan keluarga menggunakan teori beuty neuman.


Secara teori tidak ada perbedaan dengan pengkajian yang dilakukan di
keluarga Ny.N adapun yang dikaji adalah data umum, riwayat dan tahap
perkembangan, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stres dan
koping keluarga, harapan keluarga, data tambahan dan pemeriksaan fisik . 5
tugas keluarga dalam menghadapi masalah diantaranya adalah kemampuan
keluarga dalam mengenal masalah kesehatan, kemampuan keluarga
mengambil keputusan, kemampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga, kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan, dan
kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
B. Diangnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah kumpulan pernyataan, uraian dari hasil
wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran dengan menunjukan
status kesehatan mulai dari potensial, resiko tinggi sampai dengan masalah
aktual. Etiologi dari diagnosa keperawatan keluarga diambil dari 5 tugas
keluarga, maka kesenjangan antara teori dan kasus yang dijumpai pada
keluarga Ny. N berikut ini penulis akan membahas setiap masalah.
Diagnosa keperawatan secara tipologi dalam teori dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu. Actual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami
keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. Resiko tinggi
adalah masalah keperawatan yang belum terjadi,tetapi tanda untuk menjadi
masalah kesehatan actual yang dapat terjadi dengan cepat apabila tidak
segera mendapatkan bantuan perawat. Potensial adalah suatu keadaan
sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang
memungkinkan dapat ditingkatkan. Sedangkan diagnosa yang ditemukan
pada kasus keluarga Ny.N yaitu aktual, ketidakefektifan manajemen
kesehatan dan potensial yaitu perilaku kesehatan cenderung beresiko.
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan yang pertama adalah penapisan masalah yang perlu
diperhatikan adalah kriteria yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah untuk
diubah, potensial masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah. Secara
teori sifat masalah terbagi menjadi tiga yaitu aktual dengan nilai 3, resiko
dengan nilai 2, potensial dengan nilai 1 dan bobot dengan nilai 1. Namun
dikeluarga Ny.N pada diagnosa keperawatan aktual ketidakefktifan
manajemen kesehatan dan potensial yaitu perilaku kesehatan cenderung
beresiko. Intervensi yang bisa dilakukan adalah memberikan pendidikan
kesehatan tentang hipertensi, penerapan terapi komplementer dan mengajak
untuk dapat menuju masa muda sehat dan hari tua nikmat tanpa Penyakit
Tidak Menular (PTM) dengan perilaku “CERDIK”. “CERDIK” merupakan
jargon kesehatan yang setiap hurufnya mewakili: Cek kesehatan secara
berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dengan kalori
seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stress. Penerapan “CERDIK”
dapat mengurangi faktor resiko dan deteksi dini PTM.
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah
disusun sebelumnya. Pelaksanaan secara teori yaitu berdasarkan
pelaksanaan yang mengacu pada rencana keperawatan yang dibuat,
pelaksanaan dilakukan dengan tetap mempertahankan prioritas masalah,
dan kekuatan-kekuatan keluarga berupa financial, motivasi dan sumber-
sumber pendukung lainnya. Pelaksanaan yang dibuat pada kasus tidak ada
perbedaan dengan yang ada pada teori.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah menjelaskan
pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari hipertensi, memotivasi keluarga
untuk menjelaskan kembali pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari
hipertensi. Penerapan terapi komplenter pais bakatul untuk penanganan dari
hipertensi yang terjadi pada Ny. N dan melakukan pengajaran pemeriksaan
tekanan darah pada keluarga Ny.N. mengajak untuk dapat menuju masa
muda sehat dan hari tua nikmat tanpa Penyakit Tidak Menular (PTM)
dengan perilaku “CERDIK”. “CERDIK” merupakan jargon kesehatan yang
setiap hurufnya mewakili: Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap
rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat yang
cukup, dan Kelola stress. Penerapan “CERDIK” dapat mengurangi faktor
resiko dan deteksi dini PTM.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan
keluarga. Evaluasi merupakan tahapan yang menentukan apakah tujuan
dapat tercapai sesuai yang ditetapkan dalam tujuan di rencana keperawatan.
Tahap evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai
dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan. Evaluasi
sumatif bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosa
pada saat melakukan evaluasi terhadap masalah keluarga Ny. N
menggunakan evaluasi formatif dan sumatif dimana evaluasi formatif
diharapakan pada pencapaian tujuan khusus. Pada saat dilakukan evaluasi
formatif keluarga dapat menyebutkan pengertian hipertensi, menyebutkan 2
dari 5 penyebab hipertensi,dan 2 dari tanda dan gejala hipertensi, yaitu :
Keluarga Ny.N, mengatakan hipertensi adalah tekanan darah tinggi,
penyebab dari hipertensi adalah merokok dan suka makan asin, dan tanda
dan gejala dari hipertensi adalah sakit kepala dan telinga berdengung,
penerapan terapi komplementer dan pengajaran pengukuran tekanan darah
sudah bisa sehingga menyimpulkan rencana sudah tercapai.
F. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan suatu catatan yang memuat
seluruh data yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan,
perencanaan, tindakan keperawatan dan penilaian keperawatan yang
disusun secara sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara
moral dan hukum. Melakukan pendokumentasian pada keluarga Ny. N
selama 2 minggu di bagi dalam 6 kali pertemuan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dalam melakukan pengkajian tidak ditemukannya perbedaan antara
kasus dan teori karena pada saat melakukan pengkajian tahap awal meliputi
kunjungan kedua, dalam pengkajian terhadap etiologi dari penyakit
hipertensi dapat disimpulkan tidak adanya perbedaan antara teori dan kasus
dimana penyebab dari Hipertensi pada keluarga Tn. A disebabkan oleh
hipertensi esensial atau hipertensi primer dimana Ny. N mengalami dari
faktor gaya hidup dan keturunan. Sedangkan faktor hipertensi sekunder tidak
ditemukan pada Ny.N, tanda dan gejala penyakit hipertensi secara teori dan
kasus dapat disimpulkan bahwa gejala yang muncul pada Ny.N hanya sakit
kepala dan pusing , tengkuk terasa berat dan mata berkunang-kunang, dan
mudah lelah. Dalam pelaksanaan struktur peran keluarga tidak
ditemukannya perbedaan karena keluarga dapat menjalankan peran dan
fungsinya masing-masing dengan baik dan secara fleksibel.
Komplikasi pada Ny.N belum terjadi, hal ini disebabkan karena Ny.N
sering mengkonsumsi obat warung untuk komplikasi yang lainnya seperti
penyakit jantung koroner, penyakit ginjal kronik dan gagal ginjal terminal,
stroke, kebutaan tidak ditemukan pada Ny.N.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan asuhan keperawatan diatas, beberapa saran yang
dapat penulis sampaikan adalah:
1. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, mahasiswa atau perawat
hendaknya tetap mempertahankan dan mengupayakan pendekatan
keluarga yang optimal baik secara pisikososial, spiritual, dan tindakan
yang di lakukan perlu memperhatikan sumberdaya dan sumber dana
2. yang ada pada keluarga. Perawat dapat mendokumentasikan dalam
peoses keperawatan keluarga agar setiap perawat dapat melanjutkan
asuhan keperawatan yang di berikan.
3. Dalam memberi asuhan keperawatan, mahasiswa hendaknya mampu
membina kerja sama denga keluarga melalui dari pengkajian sampai
evaluasi untuk lebih dipertahankan dan di pertingkatkan, Mahasiwa
diharapkan dapat membantu masalah kesehatan yang ada pada
masyarakat yang mengalami masalah kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K. 2010. Aplikasi Praktek Perkesmas Asuhan Keperawatan Keluarga.


Jakarta. CV. Sagung Seto.

APD Salvari, G , 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. TIM.

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.

Achjar, Komang Ayu Henny. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan.


Keluarga Cetakan I. Jakarta : Sagung Seto.

Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik


dalam Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya


Media
.
Friedman.2012.Keperawatan keluarga.Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Faqih, R. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Malang

Nugroho, Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,


Penyakit Dalam. Cetakan Ketiga. Yogyakarta : Nuha Medika

Murwani, A. (2009). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jogyakarta : Mitra


Cendekia

Mubarak, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi Edisi II.
Jakarta: Salemba Medika.
Padila. (2013) Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Harmoko. 2012 . Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Hernani, Yessy. Axmalia, Astri. 2017. Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air
Hangat Efektif Menurunkan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia. Jurnal
Kesehatan Komunitas. Vol. 2 (3)

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RI

[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Jakarta

Setiawati, Santun.2009. Penuntun Praktis : Asuhan Keperawatan Keluarga, Ed.2.


Jakarta:Trans Info Media.2
Suprajitno.2012.Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik.Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan keluarga. Jakarta: EGC

Shanty, Meita. (2011). Silent Killer Diseases: Penyakit yang Diam-diam


Mematikan. Yogyakarta: Javalitera.
SATUAN ACARA UJIAN (SAP)

Topik :Terapi Komplementer puding daun sirsak.


Sub Topik : puding daun sirsak
Sasaran : Ny.N
Tempat : Rumah Ny.N di RT 02 Desa Pembantanan
Penyuluh : Srimartiwi
Hari/Tanggal : Rabu/27 November 2019
Waktu : 1x30 Menit

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan 1x30 menit Ny.N mengetahui Puding daun
Sirsak baik untuk menurunkan tekanan darah terhadap Ny.N.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit di harapkan Ny.N mampu
:
1. Menjelaskan pengertian hipertensi
2. Menyebutkan tanda-gejala hipertensi
3. Menjelaskan Puding daun Sirsak yang diperlukan
4. Menjelaskan cara pembuatan pudding daun sirsak.

B. MATERI
Materi penyuluhan yang akan di sampaikan meliputi :
1. Pengertian daun sirsak
2. Kandungan daun sirsak
3. Cara pembuatan pudding daun sirsak

C. MEDIA
1. Leaflet
2. lembar balik
D. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab

E. SETTING TEMPAT
Penyuluh
Penguji

Peserta

F. PENGORGANISASIAN
Penyuluh : Menyajikan materi penyuluhan
Observer : Mengamati jalannya acara penyuluhan
dari
awal sampai akhir.
G. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta
1. Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam
( 2 Menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3.Mengenalipengetahuan Memperhatikan
hipertensi 3. Menjawab pertanyaan
4.Menjelaskan tujuan penyuluhan 4. Mendengarkan dan
5. Membuat kontrak waktu Memperhatikan
5. Menyetujui kontrak waktu

2. Kegiatan inti 1. Menjelaskan tentang 1. Mendengarkan dan


( 20 Menit) pengertian hipertensi, tanda- Memperhatikan
gejala,cara mengurangi penjelasan penyuluh
2. Memberikan kesempatan 2. Aktif bertanya
untuk bertanya 3. Mendengarkan
3. Menjawab pertanyaan peserta
3. Penutup 1. Menyimpulkan materi yang 1. Mendengarkan dan
( 2 Menit) disampaikan oleh penyuluh memperhatikan
2. Mengevaluasi peserta atas 2. Menjawab pertanyaan
penjelasan yang disampaikan yang di berikan
dan penyuluh menanyakan 3. Menjawab salam
kembali mengenai materi
penyuluhan
3. Salam penutup

H. EVALUASI
1. Evaluasi Struktural
a. Persiapan materi
b. Persiapan alat yang akan di gunakan
c. Persiapan SAP
d. Kontrak waktu
e. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di rumah Ny.N
2. Evaluasi Proses
a. Selama penyuluhan peserta memperhatikan penjelasan yang
disampaikan
b. Selama penyuluhan peserta aktif bertanya tentang penjelasan yang di
sampaikan
c. Selama penyuluhan aktif menjawab pertanyaan yang di ajukan
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta mampu menjelaskan pengertian hipertensi
b. Peserta mampu tanda-gejala hipertensi
c. Peserta mampu menjelaskan acara hipertensi
SOP Pembuatan Puding daun sirsak

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. panci
b. Kompor Gas
c. Sendok

2. Bahan
a. gula pasir 125 gr
b. agar-agar bubuk 2 bungkus
c. rebusan air daun sirsak
d. 5-10 lembar daun sirsak muda
e. Air bersih 800 ml

B. Tahap Pembuatan
1. Siapkan panci lebih dahulu. Rebus daun sirsak sampai berubah warna
menjadi lebih kekuningan
2. Sipkan air daun sirsak di dalam panci dan masukan bubuk agar-agar
3. Gunakan nyala api sedang pada kompor Anda. Aduk adonan perlahan-
lahan sampai mendidih.
4. Matikan api kompor lalu tuang cairan rebusan adonan ke dalam cetakan.
5. Biarkan dulu adonan puding selama 30 menit.
6. Bila adonan sudah dingin, masukkan ke dalam kulkas atau langsung di
makan.
7. Saat adonan sudah mengeras, maka puding daun sirsak siap
dihidangkan.
PRE PLANNING KUNJUNGAN 1
ASUHAN KELUARGA PADA TN. A DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI
DI WILAYAH RT 02 DESA PEMBANTANAN KABUPATEN BANJAR

Pokok bahasan : BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya)


Sub pokok bahasan : Memperkenalkan diri pada klien serta menjelaskan
maksud dan tujuan.
Waktu : 30 Menit
Tempat : Rumah Tn. A RT 02 Desa Pembantanan
Hari/ tanggal : Selasa, 10 November 2019
Pukul pelaksanaan : 15.00 WITA – Selesai

A. Latar Belakang
Kepercayaan merupakan suatu hal yang sulit untuk diciptakan antara
individu satu dengan individu lain. Sulit untuk diciptakan antara individu satu
dengan yang lain. Butuh sebuah perjuangan untuk menciptakan sebuah
kepercayaan orang lain terhadap diri kita sendiri. Terlebih lagi jika
kepercayaan tersebut ingin kita dapatkan dari orang yang sebelumnya tidak
kita kenal.Namun kepercayaan bias kita dapatkan jika diantara individu
terdapat komunikasi yang meyakinkan .Pada saat ini masih banyak orang-
orang yang tidak bias menjaga sebuah kepercayaan. Hal ini disebabkan
karena kurangnya komunikasi dan rasa mempercayaiapa yang dikatakan
orang lain.
Keluarga merupakan sub system komunitas sebagai system sosial yang
bersifat unik dan dinamis. Memberikan alasan mengapa keluarga menjadi
penting karena keluarga sebagai sistem, membutuhkan pelayanan kesehatan
seperti individu.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Membina hubungan saling percaya antara mahasiswa dengan
keluarga binaan.
2. Tujuan khusus
a. Memperkenalkan diri
b. Menjelaskan maksud dan tujuan
c. Membuat kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya
C. Metode Pelaksanaan
Ceramah dan Tanya jawab

D. Sasaran Dan Target


Sasaran : Keluarga Tn. A
Target : Ny.N (40 tahun)

E. Media
1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop

F. Strategi Pelaksanaan
Hari/tanggal : Sabtu, 09 November 2019
Waktu : 30 menit
No Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi 1. Menyampaikan salam
(5 menit) 2. Menjelaskan tujuan
2. Interaksi 1. Memperkenalkan diri kepada keluarga
(20 menit)
3. Terminasi 1. Kontrak kembali untuk hari berikutnya.
(5 menit) 2. Salam penutup

G. Setting Tempat
Keterangan :
A : Mahasiswa

: Ny.N

H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati

3. Evaluasi hasil
a. Keluarga mampu mengenali mahasiswa
b. Keluarga mampu memahami maksud dan tujuan kedatangan
mahasiswa.
Lampiran foto kunjungan pertama
PRE PLANNING KUNJUNGAN 2
ASUHAN KELUARGA PADA TN. A DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI
DI WILAYAH RT 02 DESA PEMBANTANAN KABUPATEN BANJAR
Pokok bahasan : Pengkajian Fisik
Sub pokok bahasan : Mengkaji Seluruh Anggota Keluarga
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Ny.N Desa pembantanan
Hari/ tanggal : Selasa, 12 November 2019
Pukul pelaksanaan : 17.00 WITA – Selesai

I. Latar Belakang
Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses keperawatan,
untuk mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga. Menurut Yura dan
Walsh (1998) tindakan pemantauan secara langsung pada manusia untuk
memperoleh data tentang klien dangan maksud menegaskan kondisi penyakit
dan masalah kesehatan. Pengkajian model menurut Friedman keluarga
sebagai system sosial, merupakan kelompok kecil dari masyarakat
Keluarga telah lama dipandang sebagai suatu lingkup yang paling vitas
bagi tumbuh-kembang sehat. Keluarga memiliki pengaruh penting pada
pembentukan identitas dan rasa percaya diri sesorang. Terdapat suatu
keterkaitanyang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya,
sehingga peran keluarga amat penting dalam setiap aspek pelayanan
kesehatan individu anggota keluarganya, mulai dari tahap promosi kesehatan
hingga dalam tahap rehabilitasi. Pengkajian dari pemberian layanan
kesehatan keluarga adalah hal penting dalam membantu tiap anggota
mencapai tingkat kesejahteraan yang optimum(Gillis Davis, 1993).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya
sebagai bagian dari keluarga. Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling
bergantungan satu sama lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara
sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap yang satu ke
tahap yang lain. Sumber informasi dari tahap pengkajian dapat menggunakan
metode :Wawancara, Observasi/pengamatan, Pemeriksaan fisik dari anggota
keluarga, serta Data sekunder/studi dokumentasi.
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga mempunyai
tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan meliputi :
mengenal masalah kesehatan keluarga, memutuskan tindakan kesehatan
yang tepat bagi keluarga, merawat keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi
keluarga.

J. Tujuan
3. Tujuan umum
Melakukan pengkajian kepada seluruh keluarga binaan.
4. Tujuan khusus
a. Mengkaji Data Umum keluarga
b. Mengkaji riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Mengkaji lingkungan
d. Mengkaji sosial
e. Mengkaji struktur keluarga
f. Mengkaji fungsi keluarga
g. Mengkaji stress dan koping keluarga
h. Mengkaji riwayat kesehatan keluarga
i. Mengkaji harapan keluarga
j. Mengkaji pemeriksaan fisik keluarga
k. Menentukan kontrak waktu untuk pertemuan selanjut nya

K. Metode Pelaksanaan
Ceramah dan Tanya jawab

L. Sasaran Dan Target


Sasaran : Keluarga Tn. R
Target : Ny.N (40 Tahun)

M. Media dan Alat


1. Stetoskop
2. Spygmomanometer
3. Thermometer
4. Penlight
5. Jam Tangan
6. Timbangan

N. Strategi Pelaksanaan
Hari/ tanggal : selasa, 12 November 2019
Pukul pelaksanaan : 17.00 WITA – Selesai
No Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi 3. Menyampaikan salam
(5 menit) 4. Menjelaskan tujuan
2 Interaksi 2. Mengkaji keluarga
(20 menit)
3 Terminasi 3. Kontrak kembali untuk hari berikutnya.
(5 menit) 4. Salam penutup

O. Setting Tempat
Keterangan :
A : Mahasiswa

: Ny.N

P. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga mampu mengenali masalah yang dialami keluarga
Lampiran foto kunjungan kedua
PRE PLANNING KUNJUNGAN KE 3
ASUHAN KELUARGA PADA TN. A DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI
DI WILAYAH RT 02 DESA PEMBANTANAN KABUPATEN BANJAR
Pokok bahasan : Menetapkan intervensi asuhan keperawatan keluarga
Sub pokok bahasan : Penyampaian dan mendiskusikan dengan keluarga
: tentang rencana-rencana yang akan dilakukan pada saat
: implementasi serta menentukan kegiatan yang dapat
: dilakukan bersama untuk menangani masalah yang
: ditemukan setelah pengkajian pada keluarga selama
: melakukan asuhan keperawatan keluarga.
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Tn. A RT 02 Desa Pembantanan
Hari/ tanggal : Jumaat, 22 November 2019
Pukul pelaksanaan : 16.00 WITA – Selesai

Q. Latar Belakang
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan klien (Mubarak, 2009) .Perencanaan asuhan
keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun
harus mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang
akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak,
2009).

R. Tujuan
5. Tujuan umum
Keluarga dan mahasiswa dapat menetapkan intervensi asuhan
keperawatan keluarga untuk penaganan masalah hipertensi.
6. Tujuan khusus
a. Keluarga mampu menentukan intervensi untuk penanganan hipertensi.
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi penaganan
hipertensi.
c. Keluarga dan mahasiswa menentukan kontrak waktu untuk pertemuan
yang ke 4

S. Metode Pelaksanaan
1. Ceramah
2. Tanya jawab

T. Sasaran Dan Target


Sasaran : Keluarga Tn. A
Target : Ny.N (40)

U. Media
1. Lembar balik
2. Spidol

V. Strategi Pelaksanaan
Hari/ tanggal : jumaat, 22 Nopember 2019
Pukul pelaksanaan : 16.00 WITA – Selesai
No Tahap Kegiatan
1. Pra interaksi 1. Menyampaikan salam
( 5 menit ) 2. Mengulangi kontrak yang telah
disepakati
3. Menjelaskan tujuan
4. Apersepsi.
5. Memberikan reinforcement positif
2. Interaksi 1. Menjelaskan tentang kegiatan
( 30 menit ) selanjutnya
2. Memberikan kesempatan keluarga
untuk bertanya
3. Menjelaskan kembali hal-hal yang
belum dimengerti
4. Menanyakan kembali hal-hal yang
didiskusikan bersama
5. Memberikan reinforcemant positif atas
jawaban keluarga yang benar
6. Memberikan kesempatan pada
keluarga untuk bertanya
7. Menjelaskan kembali hal yang belum
dimengerti
8. Menanyakan kembali hal-hal yang
telah didiskusikan
9. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban yang benar
3. Terminasi 1. Kontrak kembali untuk hari berikutnya.
( 5 menit ) 2. Salam penutup

W. Setting Tempat
Keterangan :
: Mahasiswa

: Tn. R

X. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
2. Evaluasi Proses
a. Klien menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
b. Klien memperhatikan terhadap yang disampaikan
3. Evaluasi hasil
a. Klien bersedia akan dilakukan penyuluhan pada pertemuan mendatang
pada hari yang telah ditentukan.
Lampiran foto kunjungan ketiga
KUNJUNGAN 4

ASUHAN KELUARGA PADA TN. A DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI

DI WILAYAH RT 02 DESA PEMBANTANAN KABUPATEN BANJAR

Pokok bahasan : Implementasi

Sub pokok bahasan : Implementasi inilah yang menentukan apakah masalah


dalam keluarga akan dapat terselesaikan atau tidak.
Dalam menentukan implementasi disesuaikan dengan
masalah keperawatan yang muncul dan intervensi yang
telah ditetapkan

Waktu : 30 menit

Tempat : Rumah Tn. A RT. 02 Desa Pembantanan

Hari/ tanggal : Rabu, 27 November 2019

Pukul pelaksanaan : 17.00 WITA – Selesai

B. Latar Belakang
Implementasi merupakan langkah kedua dari tahap proses
keperawatan. Implementasi inilah yang menentukan apakah masalah dalam
keluarga akan dapat terselesaikan atau tidak. Dalam menentukan
implementasi disesuaikan dengan masalah keperawatan yang muncul dan
intervensi yang telah ditetapkan.

Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah
itu sendiri adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong dinding
pembuluh darah (arteri). Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu
ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas apa yang sedang dilakukan jantung
(misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan normal/istirahat) dan daya
tahan pembuluh darahnya.
Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 01 November 2018 jam :
15.00 WITA pada keluarga didapatkan data bahwa Tn. R mengalami
hipertensi. Keluhan yang dirasakan Ny. N adalah nyeri pada bagian kepala
dan leher bagian belakang. Saat ini Ny. N hanya minum obat yang diberikan
oleh petugas kesehatan puskesmas untuk mengobati sakit yang di alami.

Dengan adanya masalah diatas maka perlu dilakukan tindakan


keperawatan berupa pendidikan kesehatan tentang masalah hipertensi agar
keluarga biasa mengambil keputusan dan tidak terjadi komplikasi yang tidak
diharapkan.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Keluarga dapat mengetahui masalah penyakit hipertensi

2. Tujuan Khusus
a. Keluarga mampu mengenal masalah hipertensi
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
hipertensi
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi
d. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang tepat untuk penderita
hipertensi
e. Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan terdekat untuk
mengatasi masalah hipertensi

D. Metode Pelaksanaan
Ceramah dan Tanya jawab

E. Sasaran Dan Target


Sasaran : Keluarga Tn. A

Target : Ny.N

F. Media Dan Alat


1. LCD
2. TOA
3. Laptop
4. Leaflet

G. Strategi Pelaksanaan
Hari/ tanggal : Rabu, 27 November 2019

Pukul pelaksanaan : 17.00 WITA – Selesai

No Tahap Kegiatan

1. Pra interaksi 1. Menyampaikan salam


2. Mengulangi kontrak yang telah
(5 menit)
disepakati
3. Menjelaskan tujuan
4. Memberikan reinforcement positif
2. Interaksi 1. Menjelaskan tentang hipertensi baik
pengertian, penyebab, tanda dan
(20 menit)
gejala, komplikasi, pengobatan
2. Memberikan kesempatan keluarga
untuk bertanya
3. Menjelaskan kembali hal-hal yang
belum dimengerti
4. Mengajarkan ke keluarga tentang
pengukuran tanda-tanda vital
5. Menanyakan kembali hal-hal yang
didiskusikan bersama
6. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang benar
7. Memberikan kesempatan pada
keluarga untuk bertanya
8. Menjelaskan kembali hal yang belum
dimengerti
9. Menanyakan kembali hal-hal yang
telah didiskusikan
10. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban yang benar
3. Terminasi 1. Memberikan pujian dan mengucapkan
terimakasih
( 5 menit )
2. Kontrak kembali untuk hari berikutnya.
3. Salam penutup

H. Setting Tempat
Keterangan :

A : Mahasiswa

: Ny.N

I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
c. Menyiapkan media.

2. Evaluasi Prose
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
b. Keluarga memperhatikan terhadap materi yang disampaikan
c. Keluarga aktif bertanya terhadap hal yang belum diketahui
d. Tanya jawab berlangsung dengan lancar.
3. Evaluasi hasil
Untuk Hipertensi dan Pengukuran Tanda-tanda Vital :

a. Keluarga mampu menyebutkan pengertian hipertensi.


b. Keluarga mampu menyebutkan penyebab hipertensi.
c. Keluarga mampu menyebutkan minimal 4 dari 6 penyebab hipertensi
d. Keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 4 tanda dan gejala
hipertensi.
e. Keluarga mampu menyebutkan minimal 3 dari 5 akibat hipertensi bila
tidak diatasi.
f. Keluarga mampu menyebutkan minimal 4 dari 6 pencegahan hipertensi
g. Keluarga mampu melakukan pengukuran vital sign
Lampiran foto kunjungan ke 4
DOKUMENTASI UJIAN ASUHAN KELUARGA
LEMBAR BALIK

Anda mungkin juga menyukai