PRIMER
KABUPATEN BANJAR
Disusun Oleh:
Srimartiwi
11194561920033
FAKULTAS KESEHATAN
BANJARMASIN
2019
31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di Indonesia banyak sekali orang yang mengalami tekanan darah
tinggi dan jumlahnya terus bertambah bahkan tidak jarang tekanan darah
tinggi dapat menyebabkan berbagai komplikasi sehingga menyebabkan
kematian. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang di tunjukan
oleh angka sistolik dan angka diastol pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah (Wahdah 2011).
Tekanan darah tinggi merupakan masalah medis yang
manimbulkan dampak bermakna pada kesehatan masyarakat umum.
Prevalensi dan angka perawatan pasien gagal jantung serta penyakit
ginjal stadium akhir sebagai komplikasi terminal hipertensi terus
meningkat. Terdapat kesenjangan antara rendahnya angka deteksi kasus
hipertensi dan tingginya angka komplikasi jangka panjang hipertensi, hal
ini bila terus di biarkan, maka hipertensi akan selalu menjadi masalah
medis dan masalah kesehatan yang serius.
World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2012
sedikitnya sejumlah 839 juta kasus Hipertensi, dan diperkirakan menjadi
1,15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia,
dimana penderitanya lebih banyak pada wanita 30% di banding pria 29%.
Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama di negara-negara
berkembang.
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika
yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka
hingga 74,5 juta jiwa, namun hamper sekitar 90-95% kasus tidak
diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala
dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hamper sama dengan
gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa
berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudahIelah,
penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes,
2014).
Indonesia berada dalam deretan 10 negara dengan prevalensi
hipertensi tertinggi di dunia, bersama Myanmar, India, Srilanka, Bhutan,
Thailand, Nepal, dan Maldives Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar
26,5% untuk jumlah tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),diikuti
Kalimantan selatan (30,8 %), Kalimantan timur (29,6%) dan jawa barat
(29,4%) (Riskesdas, 2013).
Menurut dinas kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, penyakit
tidak menular pada tahun 2014 terdapat sebanyak 78,503 hingga pada
tahun 2016 meningkat sebanyak 80,849 kasus hipertensi menempati
urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak di kota Banjarmasin pada
tahun 2016.
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan atau
masalah besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering
ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu
merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu
sebesar 26,5%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu,
pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang
efektif banyak tersedia (Kemenkes, 2014).
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilaksanakan pada tanggal 12-
15 November 2019 di wilayah RT 01 dan RT 06 Desa Pembantanan
kelurahan sei tabuk terdapat warga yang mengalami hipertensi berjumlah
240 warga dari 1085 total jiwa diantaranya adalah Tn.S. di RT. 02 yang
mengalami hipertensi dengan tekanan darah pada saat pendataan adalah
150/90mmHg. Tn.S adalah seorang perokok berat sehari bisa sampai 12
bilah rokok dan Tn. S sebagai keluarga binaan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan keluarga kelolaan pada keluarga
dengan hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tentang konsep asuhan keperawatan keluarga
b. Melakukan pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga dengan
hipertensi
c. Mengidentifikasi tentang masalah kesehatan dengan asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi
d. Melakukan intervensi keperawatan dengan asuhan keperawatan
keluarga dengan hipertensi
e. Melakukan implementasi keperawatan dengan asuhan keperawatan
keluarga dengan hipertensi
f. Melakukan evaluasi keperawatan asuhan keperawatan keluarga
dengan hipertensi.
C. Manfaat
1. Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan informasi dalam bidang keperawatan keluarga tentang asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi.
2. Praktis
a. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanakan praktik pelayanan keperawatan khususnya pada
keluarga hipertensi.
b. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiataan proses belajar tentang
asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi yang dapat
digunakan acuan bagi praktik mahasiswa keperawatan.
c. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan pengetahuan dan
pengalaman khususnya dibidang keluarga dan komunitas pada
keluarga dengan hipertensi.
d. Bagi Keluarga
Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang hipertensi
beserta penatalaksanaannya
e. Bagi Pembaca
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan tentang penyakit
hipertensi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Harmoko (2012), banyak definisi yang diuraikan tentang
keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Keluarga
adalah kumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota selalu
berinteraksi satu dengan yang lain.
2. Struktur Keluarga
Menurut Harmoko (2012) dalam Indra 2015, membagi struktur
keluarga sebagai berikut :
a. Elemen struktur keluarga menurut Friedman
1) Struktur peran keluarga
2) Nilai atau norma keluarga
3) Pola komunikasi keluarga
4) Struktur kekuatan keluarga
b. Ciri-ciri struktur keluarga
1) Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi dimana masing-masing
anggota. Keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing
dapat tercapai.
2) Keterbatasan dalam mncapai tujuan
Setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung
jawabnya masing - masing sehingga dalam berinteraksi tidak
bisa semena-mena.
3) Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan
masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan
fungsi yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah
sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat anak-
anak.
3. Tipe Keluarga
Menurut Harmoko (2012) dalam Indra 2015, membagi tipe
keluarga sebagai berikut:
a. Tipe tradisional
1) The nuclear family
Keluarga yang terdiri dari suami - istri dan anak.
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami, istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami isteri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri.
4) The childress family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan
karena mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada
wanita.
5) The extenden family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi.
6) The single – parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak, hal ini
terjadi melalui proses perceraian atau kematian.
7) Commuter family
Keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota yang
berbeda, tapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal
dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul
dengan keluarga saat akhir pekan.
8) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin network family
Ini adalah keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga inti
yang tinggal dalam satu rumah yang saling berdekatan dan
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama
seperti dapur, kamar mandi, TV, telpon dan lain-lain.
10) Blanded family
Keluarga yang di bentuk oleh duda atau janda yang menikahi
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) Single adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan seperti perceraian atau
ditinggal mati.
b. Tipe non tradisional
1) The unmarried teenage mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dengan hubungan tanpa nikah.
2) The stepparents family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
sama hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama:
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau
membesarkan anak bersama.
4) The non marital heteroseksual cohibitang family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan
tanpa melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama
sebagaimana seorang suami-isteri.
6) Cohabiting couple
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
7) Group marriage family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexsual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anak-anaknya.
9) Foster family
Keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat
orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homells family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi atau problem kesehatan metal.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mrmpunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
criminal.
4. Peran keluarga dan perawat keluarga
Peran perawat keluarga menurut Murwani (2009) dalam Nugroho
2014, adalah sebagai berikut:
a. Pendidik
b. Koordinator
c. Pelaksana
d. Pengawasan kesehatan
e. Konsultan (penasehat)
f. Kolaborasi
g. Fasilitator
h. Penemu kasus.
5. Fungsi keluarga
Fungsi keuarga menurut Friedman.(2012) dalam Suprajitno tahun
2014 sebagai berikut :
a. Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan,
memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan
gizi keluarga.
b. Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman
bagi keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga,
memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta
memberikan identitas pada keluarga.
c. Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan masing-masing, dan meneruskan nilai-nilai
budaya.
d. Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang.
e. Fungsi pendidikan, yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan
pendidikan, ketrampilan, serta mendidik anak sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
6. Tugas keluarga
Menurut Murwani (2009), tugas kesehatan keluarga sebagai
berikut:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
b. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Memodifikasi lingkungan, menciptakan suasana rumah yang
sehat.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang
ada.
7. Tahap perkembangan keluarga
Menurut Mubarak (2009), tahap perkembangan keluarga terdiri
dari 8 tahap perkembangan sebagai berikut:
a. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru.
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu yaitu
suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
dan meninggalkan keluarga masing-masing.
b. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berusia
30 bulan (2,5 tahun).
b. Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun.
c. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah
pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.
d. Tahap V keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
berakhir pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan
rumah orang tuanya.
e. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
f. Tahap VII keluarga usia pertengahan
Tahapan dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal.
g. Tahap VIII keluarga usia lanjut
tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu
pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal, sampai
keduanya meninggal.
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Mubarak (2009) dalam Nugroho 2014, diagnosa
keperawatan adalah keputusan klinik mengenai individu, keluarga,
atau masyarakat, yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan
data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk
menetapkan tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk
melaksanakannya. Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan
berdasar data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen
diagnose keperawatan meliputi Problem atau masalah, Etilogi atau
penyebab, dan Sign atau tanda yang dikenal dengan PES.Tipologi
dari diagnosa keperawatan :
a. Diagnosa aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan, di mana masalah kesehatan memerlukan
bantuan untuk segera ditangani dengan cepat. Pada diagnosa
aktual, faktor yang berhubungan merupakan etiologi. Secara
umum faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosa
keperawatan keluarga adalah adanya:
1) Ketidaktahuan (kurang pengetahuan, pemahaman, dan
kesalahan persepsi)
2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi)
3) Ketidakmampuan (kurangnya ketrampilan terhadap suatu
prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga,
baik finansial, fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik,
dan psikologis) terhadap tugas kesehatan keluarga.
b. Diagnosa risiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi
gangguan,tapi tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual
apabila tidak segera mendapat bantuan pemecahan dari tim
kesehatan atau keperawatan.
Skor
X Bobot
Angka tertinggi
C. Konsep Penyakit
1. Pengertian
a. Tekanan darah
Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke
dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh
tubuh. Sebagai analogi, bayangkan kran air. Jika suplai air
terganggu dan ‘tekanan air rendah, maka aliran air di kran menjadi
lambat dan hanya berupa tetesan air. Tekanan darah berperan
penting, karena tanpanya darah tidak akan mengalir
b. Hipertensi
Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, di mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma,
gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. Hipertensi
didefinisikan oleh joint national committee on detection, evaluation
and treatment of high blood pressure (JIVC) sebgai tekanan yang
lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang tekanan darah normal tinggi
sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai
primer atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi
yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki (Faqih, 2010).
2. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua
golongan:
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah tekanan darah 140/90 mmHg
atau lebih, pada usia 18 tahun ke atas dengan penyebab yang
tidak di ketahui. Pengukuran dilakukan 2 kali atau lebih dengan
posisi duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih
kunjungan
b. Hipertensi sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah
hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya
seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan
kontrasepsi oral, coarcstation aorta, neurogenik (tumor otak,
ensefalitis, ganggua psikiatris), kehamilan, peningkatan volume
intravaskuler, luka bakar, dan stres
Klasifikasi hipertensi menurut Nanda Nic Noc (2013)
sebagai berikut :
Table 2.1 klasifikasi derajat hipertensi
No Kategori Sistolik Diastolic
(mmhg) (mmhg)
1 2 3 4
1 Optimal < 120 < 80
Hipertensi
Grade 1 140 – 159 90 – 99
Grade 2 160 – 179 100 – 109
Grade 3 180 – 209 110 – 119
Grade 4 > 210 > 120
3. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Hipertensi essensial (primer)
Hipertensi essensial merupakan hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor
keturunan atau genetik (90%).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan
akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya
dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor
makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak
(obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan
minum alkohol. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua
orang tua, maka kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih
besar. Faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya hipertensi
antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok.
c. Factor resiko
1) Konsumsi lemak berlebih
Meskipun makan terlalu banyak lemak terutama lemak
jenuh yang ditemukan pada daging dan produk olahan susu
tidak secara langsung dapat mengakibatkan kenaikan tekanan
darah, tapi tetap merupakan slah satu faktor resiko penyakit
kardiovaskuler karena hal tersebut menyebabkan tingginya
kadar kolesterol di dalam darah.
2) Obesitas
berat badan lahir dan indeks masa tubuh berhubungan
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.
3) Merokok
Walaupun merokok hanya menyebabkan peningkatan
tekanan drah sesaat, namun merokok yang berlangsung lama
akan menyebabkan resiko terkena penyakit jantung dan
stroke.
4) Stress
Stress akan mengakibatkan penurunan permukaan filtrasi,
aktivitas saraf simpatis yang berlebih serta produksi berlebih
rennin angiotensin. Aktivitas berlebih dari saraf simpatir
menyebabkan peningkatan kontraktilitas sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah (Martuti, 2009).
5) Kurang olahraga
Berolahraga secara rutin seperti bersepeda, jogging dan
senam aerobik dapat memperlancar aliran darah sehingga
mengurangi resiko terkena tekanan darah tinggi. Orang yang
kurang aktif berolahraga juga menyebabkan kegemukan atau
obesitas. Berolahraga juga dapat mengurangi asupan garam
ke dalam tubuh, yang mana garam akan keluar dari dalam
tubuh bersama keringat.
6) Usia
Sejalan dengan bertambahnya usia seseorang, maka
memiliki resiko tinggi mengalami kenaikan tekanan darah.
Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan
tekanan diatoliknya akan terus meningkat sampai usia 55-60
tahun
7) Keturunan
Faktor keturunan mempunyai peranan penting, jika orang
tua menderita atau mempunyai riwayat penyakit hipertensi
maka garis keturunan berikutnya memiliki resiko hipertensi
yang lebih besar .
8) Jenis kelamin
Dikarenakan laki-laki dianggap lebih rentan terkena
penyakit hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini
disebabkan gaya hidup yang buruk dan tingkat stress yang
dihadapi oleh laki-laki daripada perempuan.
Arthereosklerosi
6. Komplikasi
Komplikasi akibat hipertensi menurut Shanty (2011) antara lain:
a. Stroke
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan
karena berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-
tiba. Jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati dan tidak
dapat berfungsi lagi. Kadang pula stroke disebut dengan CVA
(cerebrovascular accident). Hipertensi menyebabkan tekanan
yang lebih besar pada dinding pembuluh darah, sehingga dinding
pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah rentan
pecah. Namun demikian, hemorrhagic stroke juga dapat terjadi
pada bukan penderita hipertensi.
b. Penyakit jantung
Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan
resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai
akibatnya terjadi hipertropi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan
kontraksi.
c. Otak
Menyebabkan penyakit stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Pada stroke iskemik terjadi karena aliran darah yang
membawa oksigen dan nutrisi ke otak terganggu. Stroke
hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah di otak yang
diakibatkan oleh tekanan darah tinggi yang persisten.
d. Penyakit arteri koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama
penyakit arteri koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plak
terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterikoronaria
kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex.
Aliran darah kedistal dapat mengalami obstruksi secara permanen
maupun sementara yang di sebabkan olehakumulasi plak atau
penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar
obstruksiarteromasus yang menghambat pertukaran gas dan
nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasikolateral untuk
menyediakan supplay oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat
terjadinya penyakit arteri koronaria.
e. Aneurisma
Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada
yang terpisah sehingga memungkinkan darah masuk. pelebaran
pembuluh darah bisa timbul karena dinding pembuluh darah aorta
terpisah atau disebut aorta disekans.
f. Mata
Menyebabkan penyakit kerusakan retina (vascular retina),
yang terjadi karena adanya penyempitan atau penyumbatan
pembuluh arteri di mata.
g. Kebutuhan
Tidak sedikit penderita hipertensi berakhir dengan
kebutuhan permanen. Kebutuhan ini muncul akibat hipertensi
yang berlangung selama bertahun-tahun atau yang disebut
dengan hipertensi kronis. Pada penderita tekanan darah tinggi
tidak sedikit,tekanan bola mata sehingga menyebabkan pecahnya
bola mata pada penderita hipertensi.
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Padila (2013), pemeriksaan penunjang pada hipertensi
sebagai berikut:
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik meneyluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk menegetahui kerusakan organ
seperti ginjal dan jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa (protein dalam urin, darah, glukosa)
f. Foto dada dan CT scan
8. Pencegahan hipertensi
a. Pencegahan primer
Berupa kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi
factor resiko penyakit hipertensi terjadi. Pencegahan primer
berupa kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor
risiko hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi. Pencegahan
primer dilaksanakan melalui berbagai upaya, seperti promosi
kesehatan mengenai peningkatan perilaku hidup sehat, yakni diet
yang sehat dengan cara makan cukup sayur dan buah, rendah
garam dan lemak, rajin melakukan aktivitas dan tidak merokok.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan
deteksi dini untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus,
maka dapat dilakukan pengobatan secara dini. Pencegahan
sekunder dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan rutin di
puskesmas sebelum atau sesudah terjadi tanda dan gejala
hipertensi.
c. Pencegahan tertier
Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi
terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut, serta untuk
meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama
ketahanan hidup. Dalam pencegahan tertier, kegiatan difokuskan
kepada mempertahankan kualitas hidup penderita Pencegahan
tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan
hipertensi yang tepat, serta minum obat teratur agar tekanan
darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti
penyakit ginjal kronik, stroke, dan jantung. Penanganan respons
cepat juga menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian
dini akibat penyakit hipertensi dapat terkendali dengan baik.
9. Penatalaksanaan
Menurut Ardiansyah (2012), penatalaksanaan hipertensi
diklasifikasi menjadi dua yaitu:
a. Farmakologi
Yaitu terapi obat pada penderita hipertensi dimulai dengan
alasan salah satu obat berikut:
1) Nifidepin dimulai 5 mg dua kali sehari, isa dinaikan 10 mg dua
kali sehari
2) Katopril 12,5 – 25 mg sebanayak dua sampaitiga kali sehari
3) Propranolol mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat di
naikan 20 mg dua kali sehari
b. Nonfarmakologi
Yaitu langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola
hidu penderita,yakni dengan cara:
1) Menurunkan berat badan samapai batas normal
2) Mengubah pola makan pada penderita kadar kolesterol darah
tinggi
3) Mengurangi makan berlemak
4) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram
natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya
5) Tidak mengonsumsi alcohol
6) Tidak merokok
7) Olahraga teratur
8) Menghindari Stress
9) Teknik relaksasi Nafas Dalam ( Purwanto, 2013)
10. Program Cerdas
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Direktoral
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
mengajak masyarakat untuk dapat menuju masa muda sehat dan hari
tua nikmat tanpa Penyakit Tidak Menular (PTM) dengan perilaku
“CERDIK”. “CERDIK” merupakan jargon kesehatan yang setiap
hurufnya mewakili: Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap
rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat
yang cukup, dan Kelola stress. Penerapan “CERDIK” dapat
mengurangi faktor resiko dan deteksi dini PTM.
11. Suku banjar
Menurut Idwar Saleh (1986:10), Banjar bukanlah suku karena
tidak adanya kesatuan etnik. Banjar hanyalah grup atau kelompok
besar, yang terdiri dari kelompok Banjar Kuala, kelompok Banjar
Batang Banyu dan kelompok Banjar Banjar Pahuluan. Kelompok
pertama tinggal di daerah Banjar Kuala sampai dengan daerah
Martapura, kelompok kedua tinggal di sepanjang Sungai Tabalong
dari muaranya di Sungai Barito sampai Kelua dan kelompok yang
ketiga tinggal di kaki Pegunungan Meratus yang memanjang dari
Tanjung sampai Pelaihari . Kelompok Banjar Kuala berasal dari
kesatuan etnik Ngaju, kelompok Banjar Batang Banyu berasal dari
kesatuan etnik Maanyan, dan kelompok Banjar Pahuluan berasal dari
kesatuan etnik Bukit
Senada dengan hal di atas, menurut Alfani Daud (1997:38) etnis
Banjar adalah penduduk asli sebagian wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan. Mereka itu diduga berintikan penduduk asal Sumatera atau
daerah sekitarnya, yang membangun tanah air baru di kawasan ini
sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu. Setelah berlalu masa yang
lama sekali akhirnya,- setelah bercampur dengan penduduk yang
lebih asli, yang biasanya dinamakan sebagai suku Dayak, dan
dengan imigran-imigran yang berdatangan belakangan-terbentuklah
setidaknya tiga subsuku, yaitu (Banjar) Pahuluan, (Banjar) Batang
Banyu dan Banjar (Kuala). Bahasa yang mereka kembangkan
dinamakan bahasa Banjar, yang pada asasnya ialah bahasa Melayu
yang di dalamnya terdapat banyak sekali kosa kata asal Jawa dan
asal Dayak.
Nama Banjar diperoleh karena mereka sebelum dihapuskan pada
tahun 1860 adalah warga Kesultanan Banjarmasin atau disingkat
Banjar, sesuai dengan nama ibukotanya pada saat berdirinya. Ketika
ibukota dipindahkan ke daerah pedalaman, terakhir di Martapura.
Nama tersebut akhirnya menjadi baku dan tidak berubah lagi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA Tn. A DENGAN MASALAH HIPERTENSI
Keterangan
Pendidikan
Kesehatan
Pekerjaan
Keadaan
Keluarga
Imunisai
Agama
Nama
Umur
Hub
L/P
KB
No
Tn. A
Ny. N
AN Nn. H
.S
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Anggota keluarga yang sakit
: Meninggal perempuan
: Meninggal laki-laki
: Tinggal serumah
Kamar Utama
Ruang Keluarga
6m
Kamar Kedua
Kamar kedua
erangan: : pint
M. DAFTAR MASALAH
No Data Problem Etiologi
1 Data Subyektif: Ketidakefektifan Pendidikan rendah,
- Ny.N mengatakan manajemen kurangnnya terpapar
kurang tau kesehatan informasi kesehatan
tentang
pencegahan
hipertensi
- Ny.N mengatakan
saat sakit kepala
hanya di diamkan
hingga sakitnya
sedikit berkurang
dan hilang
- Keluarga Tn.A
mengatakan tidak
terlalu
mengetahui
bagaimana cara
merawat anggota
yang sakit
Data obyektif:
- Keadaan Umum :
Baik
Tekanan Darah:
140/90 mmHg
Nadi : 95x /menit
Suhu : 36,5 ºC
Pernafasan : 18x
/menit
- Pengetahuan
tentang penyakit
hipertensi kurang
baik
- Pendidikan
keluarga rata-rata
berpendidikan
rendah
- Penghasilan
keluarga hanya
cukup untuk
memenuhi
kebutuhan sehari-
hari
2 Data subyektif: Perilaku kesehatan Ketidakmampuan
- Ny.N mengatakan cenderung beresiko keluarga dalam
tidak rutin minum merawat keluarga
obat hipertensi yang sakit
- Ny.N mengatakan
jarang periksa
kepuskesmas jika
sakit ringan dan
hanya membeli
obat di warung
Data obyektif:
- Keadaan Umum :
Baik
Tekanan Darah:
140/90 mmHg
Nadi : 95x /menit
Suhu : 36,2ºC
Pernafasan : 18x
/menit
- Ny.N hanya
mendiamkan jika
sakit kepala atau
pusing
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan,
mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi
data-data yang ada pada keluarga. mengingat begitu pentingnya pengkajian
maka diharapkan perawat keluarga memahami betul lingkup, metode, alat
bantu, dan format pengkajian yang digunakan.
Secara teori bahwa etiologi untuk penyakit Hipertensi, yang pertama
adalah hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam
ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
Namun pada kasus penyakit hipertensi yang terjadi pada Ny. N disebabkan
oleh hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hal ini disebabkan karena
pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data pemeriksaan fisik Ny N. TD
140/90 mmHg, BB 80 Kg, Penyebab yang lainnya seperti faktor keturunan
ada karena Ny. N mengatakan memiliki riwayat keturunan yang dari ibu dan
ayah Ny.N.
Tanda dan gejala Hipertensi secara teori yaitu tengkuk terasa pegal,
wajah merah, gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, mudah marah,
telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, mudah lelah, mata berkunang-
kunang, dan mimisan. Namun yang ditemukan pada kasus keluarga Ny. N
khususnya Ny. N yaitu pada saat dilakukan pengkajian hanya mengeluh
sakit kepala dan pusing tak tertahankan, tengkuk terasa pegal dan nyeri, mata
berkunang-kunang, dan mudah lelah.
A. Kesimpulan
Dalam melakukan pengkajian tidak ditemukannya perbedaan antara
kasus dan teori karena pada saat melakukan pengkajian tahap awal meliputi
kunjungan kedua, dalam pengkajian terhadap etiologi dari penyakit
hipertensi dapat disimpulkan tidak adanya perbedaan antara teori dan kasus
dimana penyebab dari Hipertensi pada keluarga Tn. A disebabkan oleh
hipertensi esensial atau hipertensi primer dimana Ny. N mengalami dari
faktor gaya hidup dan keturunan. Sedangkan faktor hipertensi sekunder tidak
ditemukan pada Ny.N, tanda dan gejala penyakit hipertensi secara teori dan
kasus dapat disimpulkan bahwa gejala yang muncul pada Ny.N hanya sakit
kepala dan pusing , tengkuk terasa berat dan mata berkunang-kunang, dan
mudah lelah. Dalam pelaksanaan struktur peran keluarga tidak
ditemukannya perbedaan karena keluarga dapat menjalankan peran dan
fungsinya masing-masing dengan baik dan secara fleksibel.
Komplikasi pada Ny.N belum terjadi, hal ini disebabkan karena Ny.N
sering mengkonsumsi obat warung untuk komplikasi yang lainnya seperti
penyakit jantung koroner, penyakit ginjal kronik dan gagal ginjal terminal,
stroke, kebutaan tidak ditemukan pada Ny.N.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan asuhan keperawatan diatas, beberapa saran yang
dapat penulis sampaikan adalah:
1. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, mahasiswa atau perawat
hendaknya tetap mempertahankan dan mengupayakan pendekatan
keluarga yang optimal baik secara pisikososial, spiritual, dan tindakan
yang di lakukan perlu memperhatikan sumberdaya dan sumber dana
2. yang ada pada keluarga. Perawat dapat mendokumentasikan dalam
peoses keperawatan keluarga agar setiap perawat dapat melanjutkan
asuhan keperawatan yang di berikan.
3. Dalam memberi asuhan keperawatan, mahasiswa hendaknya mampu
membina kerja sama denga keluarga melalui dari pengkajian sampai
evaluasi untuk lebih dipertahankan dan di pertingkatkan, Mahasiwa
diharapkan dapat membantu masalah kesehatan yang ada pada
masyarakat yang mengalami masalah kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
APD Salvari, G , 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. TIM.
Mubarak, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi Edisi II.
Jakarta: Salemba Medika.
Padila. (2013) Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Hernani, Yessy. Axmalia, Astri. 2017. Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air
Hangat Efektif Menurunkan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia. Jurnal
Kesehatan Komunitas. Vol. 2 (3)
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan 1x30 menit Ny.N mengetahui Puding daun
Sirsak baik untuk menurunkan tekanan darah terhadap Ny.N.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit di harapkan Ny.N mampu
:
1. Menjelaskan pengertian hipertensi
2. Menyebutkan tanda-gejala hipertensi
3. Menjelaskan Puding daun Sirsak yang diperlukan
4. Menjelaskan cara pembuatan pudding daun sirsak.
B. MATERI
Materi penyuluhan yang akan di sampaikan meliputi :
1. Pengertian daun sirsak
2. Kandungan daun sirsak
3. Cara pembuatan pudding daun sirsak
C. MEDIA
1. Leaflet
2. lembar balik
D. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. SETTING TEMPAT
Penyuluh
Penguji
Peserta
F. PENGORGANISASIAN
Penyuluh : Menyajikan materi penyuluhan
Observer : Mengamati jalannya acara penyuluhan
dari
awal sampai akhir.
G. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta
1. Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam
( 2 Menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3.Mengenalipengetahuan Memperhatikan
hipertensi 3. Menjawab pertanyaan
4.Menjelaskan tujuan penyuluhan 4. Mendengarkan dan
5. Membuat kontrak waktu Memperhatikan
5. Menyetujui kontrak waktu
H. EVALUASI
1. Evaluasi Struktural
a. Persiapan materi
b. Persiapan alat yang akan di gunakan
c. Persiapan SAP
d. Kontrak waktu
e. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di rumah Ny.N
2. Evaluasi Proses
a. Selama penyuluhan peserta memperhatikan penjelasan yang
disampaikan
b. Selama penyuluhan peserta aktif bertanya tentang penjelasan yang di
sampaikan
c. Selama penyuluhan aktif menjawab pertanyaan yang di ajukan
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta mampu menjelaskan pengertian hipertensi
b. Peserta mampu tanda-gejala hipertensi
c. Peserta mampu menjelaskan acara hipertensi
SOP Pembuatan Puding daun sirsak
2. Bahan
a. gula pasir 125 gr
b. agar-agar bubuk 2 bungkus
c. rebusan air daun sirsak
d. 5-10 lembar daun sirsak muda
e. Air bersih 800 ml
B. Tahap Pembuatan
1. Siapkan panci lebih dahulu. Rebus daun sirsak sampai berubah warna
menjadi lebih kekuningan
2. Sipkan air daun sirsak di dalam panci dan masukan bubuk agar-agar
3. Gunakan nyala api sedang pada kompor Anda. Aduk adonan perlahan-
lahan sampai mendidih.
4. Matikan api kompor lalu tuang cairan rebusan adonan ke dalam cetakan.
5. Biarkan dulu adonan puding selama 30 menit.
6. Bila adonan sudah dingin, masukkan ke dalam kulkas atau langsung di
makan.
7. Saat adonan sudah mengeras, maka puding daun sirsak siap
dihidangkan.
PRE PLANNING KUNJUNGAN 1
ASUHAN KELUARGA PADA TN. A DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI
DI WILAYAH RT 02 DESA PEMBANTANAN KABUPATEN BANJAR
A. Latar Belakang
Kepercayaan merupakan suatu hal yang sulit untuk diciptakan antara
individu satu dengan individu lain. Sulit untuk diciptakan antara individu satu
dengan yang lain. Butuh sebuah perjuangan untuk menciptakan sebuah
kepercayaan orang lain terhadap diri kita sendiri. Terlebih lagi jika
kepercayaan tersebut ingin kita dapatkan dari orang yang sebelumnya tidak
kita kenal.Namun kepercayaan bias kita dapatkan jika diantara individu
terdapat komunikasi yang meyakinkan .Pada saat ini masih banyak orang-
orang yang tidak bias menjaga sebuah kepercayaan. Hal ini disebabkan
karena kurangnya komunikasi dan rasa mempercayaiapa yang dikatakan
orang lain.
Keluarga merupakan sub system komunitas sebagai system sosial yang
bersifat unik dan dinamis. Memberikan alasan mengapa keluarga menjadi
penting karena keluarga sebagai sistem, membutuhkan pelayanan kesehatan
seperti individu.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Membina hubungan saling percaya antara mahasiswa dengan
keluarga binaan.
2. Tujuan khusus
a. Memperkenalkan diri
b. Menjelaskan maksud dan tujuan
c. Membuat kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya
C. Metode Pelaksanaan
Ceramah dan Tanya jawab
E. Media
1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop
F. Strategi Pelaksanaan
Hari/tanggal : Sabtu, 09 November 2019
Waktu : 30 menit
No Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi 1. Menyampaikan salam
(5 menit) 2. Menjelaskan tujuan
2. Interaksi 1. Memperkenalkan diri kepada keluarga
(20 menit)
3. Terminasi 1. Kontrak kembali untuk hari berikutnya.
(5 menit) 2. Salam penutup
G. Setting Tempat
Keterangan :
A : Mahasiswa
: Ny.N
H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga mampu mengenali mahasiswa
b. Keluarga mampu memahami maksud dan tujuan kedatangan
mahasiswa.
Lampiran foto kunjungan pertama
PRE PLANNING KUNJUNGAN 2
ASUHAN KELUARGA PADA TN. A DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI
DI WILAYAH RT 02 DESA PEMBANTANAN KABUPATEN BANJAR
Pokok bahasan : Pengkajian Fisik
Sub pokok bahasan : Mengkaji Seluruh Anggota Keluarga
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Ny.N Desa pembantanan
Hari/ tanggal : Selasa, 12 November 2019
Pukul pelaksanaan : 17.00 WITA – Selesai
I. Latar Belakang
Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses keperawatan,
untuk mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga. Menurut Yura dan
Walsh (1998) tindakan pemantauan secara langsung pada manusia untuk
memperoleh data tentang klien dangan maksud menegaskan kondisi penyakit
dan masalah kesehatan. Pengkajian model menurut Friedman keluarga
sebagai system sosial, merupakan kelompok kecil dari masyarakat
Keluarga telah lama dipandang sebagai suatu lingkup yang paling vitas
bagi tumbuh-kembang sehat. Keluarga memiliki pengaruh penting pada
pembentukan identitas dan rasa percaya diri sesorang. Terdapat suatu
keterkaitanyang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya,
sehingga peran keluarga amat penting dalam setiap aspek pelayanan
kesehatan individu anggota keluarganya, mulai dari tahap promosi kesehatan
hingga dalam tahap rehabilitasi. Pengkajian dari pemberian layanan
kesehatan keluarga adalah hal penting dalam membantu tiap anggota
mencapai tingkat kesejahteraan yang optimum(Gillis Davis, 1993).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya
sebagai bagian dari keluarga. Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling
bergantungan satu sama lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara
sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap yang satu ke
tahap yang lain. Sumber informasi dari tahap pengkajian dapat menggunakan
metode :Wawancara, Observasi/pengamatan, Pemeriksaan fisik dari anggota
keluarga, serta Data sekunder/studi dokumentasi.
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga mempunyai
tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan meliputi :
mengenal masalah kesehatan keluarga, memutuskan tindakan kesehatan
yang tepat bagi keluarga, merawat keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi
keluarga.
J. Tujuan
3. Tujuan umum
Melakukan pengkajian kepada seluruh keluarga binaan.
4. Tujuan khusus
a. Mengkaji Data Umum keluarga
b. Mengkaji riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Mengkaji lingkungan
d. Mengkaji sosial
e. Mengkaji struktur keluarga
f. Mengkaji fungsi keluarga
g. Mengkaji stress dan koping keluarga
h. Mengkaji riwayat kesehatan keluarga
i. Mengkaji harapan keluarga
j. Mengkaji pemeriksaan fisik keluarga
k. Menentukan kontrak waktu untuk pertemuan selanjut nya
K. Metode Pelaksanaan
Ceramah dan Tanya jawab
N. Strategi Pelaksanaan
Hari/ tanggal : selasa, 12 November 2019
Pukul pelaksanaan : 17.00 WITA – Selesai
No Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi 3. Menyampaikan salam
(5 menit) 4. Menjelaskan tujuan
2 Interaksi 2. Mengkaji keluarga
(20 menit)
3 Terminasi 3. Kontrak kembali untuk hari berikutnya.
(5 menit) 4. Salam penutup
O. Setting Tempat
Keterangan :
A : Mahasiswa
: Ny.N
P. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga mampu mengenali masalah yang dialami keluarga
Lampiran foto kunjungan kedua
PRE PLANNING KUNJUNGAN KE 3
ASUHAN KELUARGA PADA TN. A DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI
DI WILAYAH RT 02 DESA PEMBANTANAN KABUPATEN BANJAR
Pokok bahasan : Menetapkan intervensi asuhan keperawatan keluarga
Sub pokok bahasan : Penyampaian dan mendiskusikan dengan keluarga
: tentang rencana-rencana yang akan dilakukan pada saat
: implementasi serta menentukan kegiatan yang dapat
: dilakukan bersama untuk menangani masalah yang
: ditemukan setelah pengkajian pada keluarga selama
: melakukan asuhan keperawatan keluarga.
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Tn. A RT 02 Desa Pembantanan
Hari/ tanggal : Jumaat, 22 November 2019
Pukul pelaksanaan : 16.00 WITA – Selesai
Q. Latar Belakang
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan klien (Mubarak, 2009) .Perencanaan asuhan
keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun
harus mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang
akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak,
2009).
R. Tujuan
5. Tujuan umum
Keluarga dan mahasiswa dapat menetapkan intervensi asuhan
keperawatan keluarga untuk penaganan masalah hipertensi.
6. Tujuan khusus
a. Keluarga mampu menentukan intervensi untuk penanganan hipertensi.
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi penaganan
hipertensi.
c. Keluarga dan mahasiswa menentukan kontrak waktu untuk pertemuan
yang ke 4
S. Metode Pelaksanaan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
U. Media
1. Lembar balik
2. Spidol
V. Strategi Pelaksanaan
Hari/ tanggal : jumaat, 22 Nopember 2019
Pukul pelaksanaan : 16.00 WITA – Selesai
No Tahap Kegiatan
1. Pra interaksi 1. Menyampaikan salam
( 5 menit ) 2. Mengulangi kontrak yang telah
disepakati
3. Menjelaskan tujuan
4. Apersepsi.
5. Memberikan reinforcement positif
2. Interaksi 1. Menjelaskan tentang kegiatan
( 30 menit ) selanjutnya
2. Memberikan kesempatan keluarga
untuk bertanya
3. Menjelaskan kembali hal-hal yang
belum dimengerti
4. Menanyakan kembali hal-hal yang
didiskusikan bersama
5. Memberikan reinforcemant positif atas
jawaban keluarga yang benar
6. Memberikan kesempatan pada
keluarga untuk bertanya
7. Menjelaskan kembali hal yang belum
dimengerti
8. Menanyakan kembali hal-hal yang
telah didiskusikan
9. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban yang benar
3. Terminasi 1. Kontrak kembali untuk hari berikutnya.
( 5 menit ) 2. Salam penutup
W. Setting Tempat
Keterangan :
: Mahasiswa
: Tn. R
X. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
2. Evaluasi Proses
a. Klien menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
b. Klien memperhatikan terhadap yang disampaikan
3. Evaluasi hasil
a. Klien bersedia akan dilakukan penyuluhan pada pertemuan mendatang
pada hari yang telah ditentukan.
Lampiran foto kunjungan ketiga
KUNJUNGAN 4
Waktu : 30 menit
B. Latar Belakang
Implementasi merupakan langkah kedua dari tahap proses
keperawatan. Implementasi inilah yang menentukan apakah masalah dalam
keluarga akan dapat terselesaikan atau tidak. Dalam menentukan
implementasi disesuaikan dengan masalah keperawatan yang muncul dan
intervensi yang telah ditetapkan.
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah
itu sendiri adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong dinding
pembuluh darah (arteri). Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu
ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas apa yang sedang dilakukan jantung
(misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan normal/istirahat) dan daya
tahan pembuluh darahnya.
Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 01 November 2018 jam :
15.00 WITA pada keluarga didapatkan data bahwa Tn. R mengalami
hipertensi. Keluhan yang dirasakan Ny. N adalah nyeri pada bagian kepala
dan leher bagian belakang. Saat ini Ny. N hanya minum obat yang diberikan
oleh petugas kesehatan puskesmas untuk mengobati sakit yang di alami.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Keluarga dapat mengetahui masalah penyakit hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Keluarga mampu mengenal masalah hipertensi
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
hipertensi
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi
d. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang tepat untuk penderita
hipertensi
e. Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan terdekat untuk
mengatasi masalah hipertensi
D. Metode Pelaksanaan
Ceramah dan Tanya jawab
Target : Ny.N
G. Strategi Pelaksanaan
Hari/ tanggal : Rabu, 27 November 2019
No Tahap Kegiatan
H. Setting Tempat
Keterangan :
A : Mahasiswa
: Ny.N
I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
c. Menyiapkan media.
2. Evaluasi Prose
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
b. Keluarga memperhatikan terhadap materi yang disampaikan
c. Keluarga aktif bertanya terhadap hal yang belum diketahui
d. Tanya jawab berlangsung dengan lancar.
3. Evaluasi hasil
Untuk Hipertensi dan Pengukuran Tanda-tanda Vital :