TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Stunted
a. Pengertian Stunted
Stunted adalah tubuh yang pendek yang melampaui defisit -2SD dibawah
median panjang atau tinggi badan yang didiagnosis melalui pemeriksaan
antropometrik, dan dinyatakan dalam skor standar nilai tengah (median of references)
yang diterima secara internasional sebagai acuan menurut usia dan jenis kelamin
mereka, populasi yang menjadi referensi internasional Dengan kata lain stunted
dapat menggambarkan keadaan gizi kurang yang sudah berjalan lama dan
memerlukan waktu bagi anak untuk berkembang serta pulih kembali (Gibney, 2004).
Stunted berarti kurangnya atau gagalnya pertumbuhan linear tubuh yang
berkaitan dengan adanya proses perubahan patologis. Untuk mencapai potensi
genetik dan faktor lain sehingga berdampak pada pertumbuhan yang rendah dan efek
kumulatif dari kurangnya atau ketidakcukupan asupan energi, dalam jangka panjang
atau hasil dari infeksi kronis atau infeksi yang tejadi berulang kali (Umeta et al.
2003).
Selain itu tinggi badan orang tua dapat berhubungan dengan pertumbuhan
fisik anak. Tinggi badan anak memiliki hubungan yang signifikan dengan tinggi
badan ibu (soekirman. 2000).
Stunted merupakan gangguan pertumbuhan linear yang timbul akibat
malnutrisi kronis menyebabkan anak tidak mampu mencapai potensi genetik,
mengindikasikan kejadian jangka panjang dan dampak kumulatif dari ketidakcukupan
konsumsi zat gizi, kondisi kesehatan dan pengasuhan yang tidak memadai
(ACC/SCN 1997).
b. Penyebab Stunted
Gangguan pertumbuhan linear diakibatkan oleh berbagai faktor
(multifaktoral), yang kemungkinan besar dapat menganggu metabolisme. Faktor yang
paling penting ada tiga yaitu konsumsi zat gizi, infeksi dan interaksi ibu dan anak,
yang sebagian besar tergantung pada tingkat pendidikan dan tingkat sosial-ekonomi
keluarga. Selama ini gangguan pertumbuhan dianggap hanya sebagai akibat dari
kurang energi-protein yang berlangsung dalam angka waktu yang relative lama.
Walaupun pendapat tersebut tidak sepenuhnya salah, hasil analisis dari penelitian
tentang hubungan antara intake energi-protein dengan pertumbuhan linear yang
dilakukan, menunjukkan bahwa gangguan pertumbuhan linear, dapat saja terjadi
meskipun intake energi-protein cukup (Arnelia, 2011).
Defisiensi zat gizi mikro (mineral seng, besi, iodium, selenium) diduga dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan linear. Hasil penelitian Allen (1994)
bahwa dengan pemberian suplementasi zat gizi mikro dapat memperbaiki
pertumbuhan linear. Hal ini menunjukkan yaitu kekurangan konsumsi zat gizi mikro
juga dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan linear.
3. Pola Konsumsi
a. Pengertian Pola Konsumsi
Konsumsi makanan adalah jenis dan banyak makanan yang dimakan dan
dapat diukur dengan jumlah bahan makanan atau jumlah kalori dan zat gizi. Susunan
beragam pangan yang biasa dikonsumsi seseorang atau kelompok orang disebut pola
konsumsi pangan (Depkes, 1995).
Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi agar
dapat hidup dan dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar,
berolahraga, berekreasi, kegiatan sosial dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi
dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein, dan
lemak. Kecukupan masukan energy bagi seseorang ditandai oleh berat badan yang
normal (PUGS, 2002).
Wulandari (2000) menyatakan konsumsi pangan secara garis besar adalah
kuantitas pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
tujuan tertentu dengan jenis tunggal atau beragam. Ada tiga hal yang mempengaruhi
konsumsi pangan yaitu kuantitas dan ragam pangan yang tersedia dan diproduksi,
pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi.
Konsumsi pangan meliputi pola dan tingkat konsumsi pangan. Pola konsumsi
pangan adalah jenis dan frekuensi beragam pangan yang biasa dikonsumsi, biasanya
berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah ditanam ditempat
tersebut untuk jangka waktu yang panjang (Suhardjo, 1996).
Menurut Sediaoetama (1997), status gizi seseorang sangat tergantung dari
tingkat konsumsinya , sedangkan tingkat konsumsi ditentukan oleh tingkat kualitas
dan kuantitas hidangan, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya semua zat gizi yang
diperlikan tubuh dalam susunan hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang
lainya. Kualitas menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan
tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat
kondisi yang sebaik-baiknya.
Salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap perubahan pola
makan atau pola konsumsi remaja adalah semakin banyaknya jenis makanan baru
yang berada disekitarnya, hal tersebut mendorong mereka untuk mencoba makanan
baru tersebut, mengingat masa remaja adalah masa yang paling mudah terpengaruh
oleh perubahan-perubahan terutama dalam hal konsumsi makanan (Ipa, 2010).
Siswa SMP digolongkan dalam anak ramaja. Pola konsumsi anak remaja
serupa dengan pola konsumsi orang dewasa. Selera makan yang begitu besar selama
masa remaja harus dipenuhi dengan makanan yang bergizi baik dan seimbang. Diet
yang terdiri atas beraneka ragam jenis makanan akan memastikan kecukupan gizi
anak remaja. Anak remaja yang tumbuh baik dalam lingkungan rumahnya sendiri
memilih makananya dengan bijaksana. Selanjutnya dia akan mempunyai kebiasaan
makan yang baik. (Djaeni, 1996).
Tabel. 1
1. Ketersediaan pangan
Jenis dan jumlah pangan didalam pola konsumsi disuatu daerah tertentu,
biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah
ditanam di tempat tersebut selama jangka waktu lama. Bila pangan
tersedia secara kontinyu, maka dapat membentuk kebiasaan makan.
3. Agama
4. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan
kebutuhan gizi. Salah satu contoh, prisip yang dimiliki seseorang dengan
pendidikan rendah biasanya yang penting mengenyangkan, sehingga porsi
bahan makanan karbohidrat lebih banyak dibandingkan dengan kelompok
bahan makanan lain. Sebaliknya, kelompok orang dengan pendidikan
tinggi memiliki kecendrungan memilih bahan makanan sumber protein
dan akan berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi lain.
5. Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan
prilaku makan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan
keluarga, sekolah, serta adanya promosi melalui media elektronik maupun
cetak. Kebiasaan makan dalam keluarga sangat berpengaruh besar
terhadap pola makan seseorang, kesukaaan seseorang terhadap makanan
terbentuk dari kebiasaan makan yang terdapat dalam keluarga.
c. Jenis pangan
d. Frekuensi makan
Frekuensi makan diukur dalam satuan kali per hari, minggu maupun kali
perbulan. Frekuensi makan pada orang dengan kondisi ekonominya lemah. Hal ini
disebabkan orang yang memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi memiliki daya
beli yang tinggi sehingga dapat mengkonsumsi makanan dengan frekuensi yang lebih
tinggi (Khomsan, 1998).
4. Usia Menarche
a. Pengertian menarche
Menarche adalah siklus menstruasi pertama yang merupakan ciri kedewasaan
seorang wanita yang sehat dan tidak hamil (Derina, 2011). Menarche adalah suatu
rangkaian kejadian yang didahului oleh pertumbuhan tubuh yang pesat, yang
dipengaruhi oleh hormon estrogen (Pudiastuti, 2012). Menarche adalah menstruasi
pertama yang terjadi pada masa pubertas (Davies, 1985).
Menarche didefinisikan sebagai pertama kali menstruasi, yaitu keluarnya
cairan darah dari alat kelamin wanita berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim
yang banyak mengandung pembuluh darah (Pudiastuti, 2012).
Menarche terjadi akibat peningkatan FSH dan LH yang merangsang sel target
ovarium. FSH dan LH berkombinasi dengan reseptor FSH dan LH yang selanjutnya
akan meningkatkan laju kecepatan sekresi, pertumbuhan dan proliferensi sel.hampir
semua perangsangan second messenger adenosine-monophosphate crclic dalam
sitoplasma sel ovarium sehingga menstimulus ovarium untuk memproduksi estrogen
dan progesterone. Estrogen dan progesterone akan menstimulus uterus dan kelenjar
payudara agar kompeten untuk memungkinkan terjadinya ovulasi yang tidak dibuahi
akan memicu terjadinya menstruasi (Derina, 2011).
b. Usia menarche
Usia menarche adalah usia dimana seorang wanita mendapatkan menstruasi
untuk pertama kalinya (Lusiana, 2008). Usia menarche merupakan usia gadis remaja
pada waktu pertama kali mendapat menstruasi (menarche) bervariasi lebar, yaitu
antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun (Derina, 2011).
Menarche merupakan tanda awal masuknya seorang perempuan dalam masa
reproduksi. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa berdasarkan laporan
responden yang sudah mengalami haid, rata-rata usia menarche di Indonesia adalah
13 tahun (20.0%) dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun dan
(0,3%) kejadian lebih lambat sampai usia 20 tahun.
Menarche yaitu menstruasi yang biasanya terjadi pada usia 12-13 tahun
(prince, 2006). Cepat atau lambatnya kematangan seksual meliputi menstruasi , dan
kematangan fisik ini ditentukan oleh kondisi fisik individual, juga dipengaruhi oleh
faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim, cara hidup yang melinkungi anak. Badan
yang lemah atau penyakit yang mendera seorang anak gadis bisa memperlambat
tibanya menstruasi (Kartono, 1992).
3. Andorogen ovarium
Sumber androgen ovarium adalah stroma ovarium. Perbandingan estrogen
dan androgen mempengaruhi sensitivitas alat seks sekunder. Androgen
menyebabkan hirsutisme ringan sampai berat, perubahan prilaku wanita
kea rah maskulin, dan mengendalikan libido.
Pola Konsumsi
Stunted
Usia Menarche
Bagan 1
D. Definisi Operasional
1. Stunted
Stunted merupakan gangguan pertumbuhan linear yang disebabkan karena
malnutrisi kronis, dimana tinggi badan berada di bawah tinggi badan normal, yang
dinyatakan dengan Z-Score tinggi badan menurut usia (TB/U) berdasarkan usia dan
jenis kelamin dengan baku rujukan WHO-NCHS (WNPG VII, 2000).
Cara pengukuran : Mengukur tinggi badan
Alat ukur : Mikrotoa
2. Pola konsumsi
Adalah gambaran dari frekuensi dan jenis bahan makanan yang digunakan
atau dikonsumsi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun.
Cara ukur :wawancara
Alat ukur : Food Freqency Questionnare
5. Usia Menarche
Usia menarche adalah usia dimana seorang wanita mendapatkan menstruasi
untuk pertama kalinya.
Cara Ukur : Wawancara