MATERI
128
Gambar 1. Alat Ukur Analog dan Digital
Dilihat dari cara menentukan nilai ukurnya, maka alat ukur/uji listrik
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Alat pengukur Analog (menggunakan jarum penunjuk), Pembacaan nilai
ukurnya dilakukan dengan mengalikan penunjukan jarum dengan
konstanta ukurnya. Misalnya jarum menunjukkan angka 12,5. Sedang
konstanta ukurnya adalah 10 volt. Maka nilai ukurnya adalah 125 volt.
b. Alat ukur Digital, pembacan nilai ukur dapat dilakukan secara langsung.
B. Pengukuran Arus
Untuk keperluan pengukuran arus telah tersedia berbagai jenis
ampermeter, untuk pengukuran arus searah dan arus bolak-balik, dan untuk
keperluan pengukuran presisi dan untuk keperluan panel listrik. Berikut ini
diberikan contoh berbagai jenis ampermeter yang tersedia di pasaran untuk
berbagai keperluan. Baik yang beroperasi secara analog, yakni menggunakan
jarum penunjuk, dan yang beroperasi secara digital.
Gambar 3 memperlihatkan ampermeter analog standar dengan ketelitian
tinggi, untuk mengukur arus searah dan arus bolak-balik. Ampermeter jenis ini
dapat digunakan sebagai kalibrator. Sedang Gambar 4 memperlihatkan
ampermeter analog sekunder dengan ketelitian rendah, untuk mengukur arus
searah dan arus bolak-balik. Ampermeter jenis ini lazim digunakan pada panel
listrik.
130
Gambar 4. Ampermeter Analog, tipe Sekunder (Panel)
131
Gambar 8. Tahanan Shunt (Paralel)
Persamaan tahanan paralel Rp dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑉 𝑉
Rp = 𝐼𝑝 = 𝐼−𝐼𝑚
𝐼𝑚
Rp = 𝑅𝑚 𝑥 𝐼−𝐼𝑚
Dimana :
Rp = tahanan parallel
V = tegangan
I = arus yang diukur
Im = arus melewati meter
Ip = arus melewati tahanan paralel
Rm = tahanan dalam meter
C. Pengukuran Tegangan
Pengukuran tegangan listrik dengan voltmeter juga memiliki keterbatasan,
tahanan dalam meter Rm membatasi kemampuan batas ukur tegangan. Menaikkan
batas ukur tegangan dilakukan dengan memasang tahanan seri Rs pada meter
dasar. Tahanan seri Rs akan dialiri arus sebesar Is, arus yang melalui meter Rm
sebesar Im.
132
Pengukuran Tegangan Searah
Pengukur tegangan voltmeter memiliki tahanan meter Rm. Tahanan
dalam meter juga menunjukkan kepekaan meter, disebut Ifsd (full scale
deflection) arus yang diperlukan untuk menggerakkan jarum meter pada
skala penuh. Untuk menaikkan batas ukur voltmeter harus dipasang
tahanan seri sebesar RV.
Dimana :
Rv = tahanan seri meter
Rm = tahanan dalam meter
V = tegangan
Vm = tegangan meter
Im = arus meter
Voltmeter adalah instrumen untuk mengukur tegangan listrik.
Tersedia dalam dua bentuk yaitu analog dan digital. Alat ukur ini
mempunyai dua terminal. Untuk keperluan pengukuran tegangan listrik
maka penyambungan voltmeter dilakukan secara parallel dengan beban
yang diukurnya.
134
bagian positif dan satu bagian negatif dari siklusnya. Dengan kata lain
periode adalah waktu untuk menimbulkan satu gelombang penuh.
Perioda pada arus bolak balik didefinisikan sebagai berikut:
Perioda adalah waktu yang dibutuhkan oleh satu gelombang penuh
untuk merambat.
135
c) Radian dan Kecepatan Sudut
Untuk memahami bentuk gelombang, penting juga diketahui
tentang radian dan kecepatan sudut. Radian disingkat RAD adalah
satuan untuk sudut pada bidang datar dalam satuan Internasional (SI).
Didefinisikan Satu Radian adalah sudut yang terbentuk diantara dua
jari-jari lingkaran, dimana panjang busur di depan sudut tersebut sama
dengan jari-jari.
Diketahui keliling lingkaran sama dengan 2πr (dimana r sama
dengan jari-jari), maka besar sudut sebuah lingkaran sama dengan 2 π
radian.
= 2𝜋. f rad.
Dimana : ω adalah kecepatan sudut dalam radian atau derajat .
2. Arus Dan Gelombang Sinusoida
Kebanyakan bentuk gelombang yang kita jumpai adalah merupakan
gelombang sinus seperti gambar di bawah ini :
137
arus dan tegangan bolak-balik gelombang sinusoida adalah sama dengan
rata-rata dari harga-harga sesaat sepanjang setengah perioda dan harga
rata-rata ini sama dengan 0,637 kali harga maksimum.
Vav = 0,637 Vm
Iav = 0,637 Vm
138
Harga efektif arus bolak-balik adalah arus bolak-balik yang ekivalen
dengan sebuah harga arus searah yang dalam waktu yang sama dapat
menimbulkan sejumlah tenaga yang sama pada tahanan yang sama.
Jadi harga efektif (rms) dari tegangan atau arus bolak-balik dengan
gelombang sinusoida adalah 0.7071 kali harga maksimumnya. Jika Vm
dan Im masing-masing adalah harga maksimum tegangan dan arus bolak-
balik maka
Vrms atau Vef = 0.707 Vm
I rms atau Ief = 0.707 Im
C. Respon Elemen Pasif
1. Pada Resistor Murni
Beban resistor tidak menyebabkan adanya geser fasa antara arus dan
tegangan pada rangkaian ac. Apabila pada sebuah resistor diterapkan
tegangan bolak-balik maka arus dan tegangan sefasa seperti ditunjukan
pada gambar grafis sinusoida dan vector berikut ini :
I = Im sin ωt
Dengan demikian dapat mengerti bahwa R = (Vm/Im) dan gelombang
arus, bersamaan fasanya dengan tegangan, atau beda fasa antara arus dan
tegangan adalah nol. Bila impedansi dinyatakan dengan Z maka impedansi
untuk R adalah ZR secara vektoritas dapat ditulis sebagai berikut :
ZR = R < 00
139
2. Pada rangkaian induktansi murni (L)
Apabila arus yang berubah-ubah mengalir melewati induktor maka
pada induktor tersebut terbangkit ggl. Arus ac adalah arus yang berubah-
ubah. Hubungan antara arus dan tegangan suplai pada induktor dapat juga
secara grafis sinusoida ditunjukkan dalam gambar berikut ini :
140
𝑉
Xc = 𝐼 𝑜ℎ𝑚
141
Gambar 25. Rangkaian dengan induktasi.
Arus i yang mengalir melalui kumparan L, adalah tertinggal π/r rad
dari tegangan v. Misalnya pada gambar 25 arus bolak-balik yang mengalir
pada kumparan induktansi L adalah :
i = √2 I sin 𝜔𝑡 (𝐴)
Apabila sebuah kumparan dengan induktansi sebesar L (H) disuplai
dengan arus bolak-balik, maka pada kumparan tersebut akan terbangkit ggl
induksi sebesar :
𝑑𝑖
v = - eL = L 𝑑𝑡
Jadi :
𝑉
I= (𝐴)
𝜔𝐿
𝑉
= 𝜔𝐿 (Ω)
𝐼
Besaran 𝜔𝐿 disebut sebagai reaktansi induktif dan dinotasikan XL.
142
Gambar 26. Rangkaian dengan kapasitor.
Arus i yang mengalir melalui kapasitor C adalah mendahului π/2 rad
dari tegangan v. Misalkan pada gambar 26, tegangan bolak-balik yang
disuplai pada kapasitor C adalah :
v = √2 V sin 𝜔𝑡 (𝑉) (1)
maka besarnya muatan listrik q pada kapasitor dapat dihitung sebagai
berikut :
q = Cv = √2 CV sin 𝜔𝑡 (2)
Sedangkan besarnya arus yang mengalir adalah :
𝑑𝑞 𝑑𝑣
i= = 𝐶 𝑑𝑡 (3)
𝑑𝑡
𝜋
i = √2 𝜔𝐶𝑉 sin (𝜔𝑡 + ) (A) (4)
2
Jika persamaan (4) dengan persamaan (1) jelas terlihat bahwa antara arus
dan tegangan terdapat geseran fasa. Dalam hal ini arus mendahului
(leading) terhadap tegangan sejauh 𝜋/2 (rad) atau dengan kata lain
tegangan tertinggal (lagging) dari arus sejauh 𝜋/2 rad.
Dari persamaan i = √2 𝜔𝐶𝑉 sin (𝜔𝑡 + 𝜋/2)dapat diketahui bahwa pada
saat sin(𝜔𝑡 + 𝜋/2) = 1 harga arus mencapai maksimum, sehingga :
Im = √2 𝜔𝐶𝑉 (A)
𝐼𝑚 𝑉
I= 𝜔𝐶𝑉 =
√2 1/𝜔𝐶
145
Dimana, perbedaan fasa 𝜑V dan I menjadi :
𝑉 𝑋𝐶
𝜑 = tan -1 𝑉𝑐 = 𝑡𝑎𝑛−1 (rad)
𝑅 𝑅
6. Rangkaian Seri R L C
Pada gambar 29, tahanan R (ohm), induktansi L (H) kapasitor C (F)
dihubungkan seri yang disuplai oleh tegangan bolak-balik V(V) dengan
frekuensi f (Hz) sehingga pada rangkaian tersebut mengalir arus I (A),
besarnya masing-masing tegangan VR, VL, VC (V) adalah : VR = RI (V)
(sefasa terhadap arus I)
VL = XLI = 𝜔LI (V) (mendahului π/2 (rad) terhadap arus I)
VC = XCL = I/𝜔CI (V) (terbelakang π /2 rad terhadap arus I)
Jumlah tegangan V, dari gambar 29.a, dapat dituliskan menjadi persamaan
sebagai berikut :
V = VR + VL + VC
146
Hubungannya seperti yang diperlihatkan pada gambar 29.b pada saat XL >
XC sedangkan gambar 29.c pada saat XC > XL. Dari gambar vector ini
besarnya tegangan V menjadi :
V = √𝑉𝑅 2 + (𝑉𝐿 −𝑉𝐶 )2 = 𝐼 √𝑅 2 + (𝑋𝐿 −𝑋𝐶 )2 (V)
Jadi besarnya arus I adalah :
𝑉
I= (𝐴)
√𝑅 2 +(𝑋 𝐿 −𝑋𝐶 )
2
Dimana,
Dari persamaan di atas, X =|𝑋𝐿 −𝑋𝐶 | (Ω) disebut jumlah reaktansi, pada
saat XL > XC jumlah reaktansi bersifat induktip, pada saat XL < XC jumlah
reaktansi bersifat kapasitip. Dimana hubungan antara Z, R, XL, XC
dilukiskan seperti gambar 29.
148
Besarnya arus I dari diagram vektor dapat dituliskan menjadi
persamaan sebagai berikut :
I = √𝐼𝑅 2 + (IL – IC)2 = √(𝑉/𝑅)2 + (𝑉/𝑋L – V/XC)2
𝐼
= V√(𝑅)2 + (1/𝑋L – 1/XC)2
149