Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.


Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan
kecerdasan terganggu, menurunya produktifitas kerja dan daya tahan tubuh yang
berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Kecukupan gizi sangat
diperlukan oleh setiap individu sejak janin masih di dalam kandungan, bayi, anak-
anak, masa remaja, dewasa, sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001).
Remaja merupakan periode kedua masa pertumbuhan fisik paling kritis dalam
siklus kehidupan setelah setahun pertama kehidupan. Sebanyak 25% tinggi badan
saat dewasa diperoleh pada masa itu. Kualitas dan kuantitas asupan makanan pada
masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja. Hal tersebut
mungkin disebabkan kerawanan pangan di tingkat rumah tangga seperti pangan
sumber protein hewani, distribusi makanan dalam keluarga tidak merata, dan
rendahnya pengetahuan gizi. Defisiensi zat gizi mikro dan makro (KEP) tercermin
dari rendahnya indeks massa tubuh (IMT).
Pertumbuhan fisik dan proses pematangan fungsi-fungsi adalah proses yang
terjadi pada usia remaja. Apakah seseorang pada usia dewasanya kelak berbadan
pendek atau jangkung, kurus, atau gemuk, lamban atau energik, ulet atau pasrah,
banyak ditentukan oleh keadaan gizi dan kesehatan pada masa remaja.
Stunting mengindikasikan masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan
dengan meningkatnya resiko morbiditas dan mortalitas, penurunan perkembangan
fungsi motorik dan mental serta mengurangi kapasitas fisik (ACC/CAN, 2000;
Waterlow, 1993).
Status gizi stunted pada umur 6-18 tahun yang dilakukan pada penilaian yang
sama dengan mengelompokkan menjadi tiga yaitu untuk anak usia 6-12 tahun, 13-15
tahun dan 16-18 tahun. Secara nasional prevalensi anak pendek (stunted) untuk
kelompok ke tiga umur yang disebutkan masih tinggi yaitu diatas 30%. Tertinggi
pada kelompok anak usia 6-12 tahun (35,8%), dan terendah pada kelompok umur 16-
18 tahun (31,2%) (Riskesdas, 2010).
Sedangkan pada umur 13-15 tahun prevalensi status gizi stunted di Sumatera
Selatan sebesar 15,6% (Riskesdas, 2010).
Berdasarkan (Riskesdas,2010) prevalensi status gizi stunted di Propinsi
Sumatera Selatan yaitu kabupaten banyuasin sebesar 6,73%.
Remaja juga merupakan kelompok yang rentan terhadap pengaruh
lingkungan, dapat mempengaruhi gaya hidup remaja termasuk kebiasaan
mengkonsumsi makanan, sebagian remaja putri memilih melewatkan dua kali waktu
makan dan lebih memilih jajanan. Padahal, jajanan sebagian besar hampa kalori dan
sedikit zat gizi. Tidak sedikit survey yang mencatat ketidakcukupan asupan zat gizi
para remaja akibat kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan yang berlebihan.
Konsumsi makanan merupakan penyebab langsung terhadap status gizi anak
(UNICEF, 1998). Gangguan pertumbuhan linear merupakan masalah gizi kronis
dipengaruhi oleh keadaan konsumsi yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
Status gizi perlu diperhatikan karena status gizi yang kurang dapat
mengakibatkan menstruasi lebih lambat dari yang seharusnya. Hal ini dikemukakan
oleh Riyadi (2003) yaitu remaja putri yang bergizi baik mempunyai kecepatan
pertumbuhan yang lebih tinggi pada masa sebelum pubertas (prapubertas)
dibandingkan dengan remaja yang kurang gizi. Remaja kurang gizi tumbuh lebih
lambat untuk waktu yang lebih lama, karena itu menarche (umur pertama kali
menstruasi) juga tertunda.
Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan di 10 Negara Eropa, bahwa
remaja putri lebih rawan stunting karena remaja putri yang menarche pada umur yang
lebih lewat akan bertumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang mencapai
menarche pada umur yang lebih awal.
Hubungan ini mungkin dapat diterangkan akibat daripada penutupan garis
episifis yang lebih awal yang disebabkan oleh peningkatan estrogen ovarium.
Kelewatan menarche membenarkan lebih lama pertumbuhan dari tulang panjang
sebelum efisifis bersatu yang akhirnya menyebabkan tubuh dewasa seseorang
menjadi lebih tinggi. Disebabkan itu, umur menarche ada efek yang paling utama
dalam ukuran dari tulang panjang. Diperkuat lagi dengan hasil dari penelitian
sebelum ini yang dijalankan ke atas remaja perempuan Amerika yang menunjukkan
tinggi badan yang lebih panjang pada anak perempuan yang menarche lebih lewat
(>12,9 tahun) berbanding yang menarche lebih awal (<11,7 tahun).

II. RUMUSAN MASALAH


1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan survey pendahuluan yang telah saya lakukan di SMP N 1 Suak
Tapeh Kabupaten Banyuasin Desember 2012 didapatkan data remaja yang pendek
(stunted) sebanyak 30,95%.
Dan mengingat kejadian stunting yang di sebabkan oleh beberapa faktor
antara lain pola makan anak yang salah, pelayanan kesehatan yang kurang atau tidak
terjangkau, dan sanitasi lingkungan yang tidak memadai. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk mengetahui adakah hubungan Pola Konsumsi, dan Usia Menarche
dengan kejadian stunted pada remaja di SMPN 1 Suak Tapeh kabupaten Banyuasin.

2. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut :
1. Apakah ada hubungan antara pola konsumsi dengan kejadian stunted pada
remaja di SMPN 1 Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan
tahun 2013.
2. Apakah ada hubungan usia menarche dengan kejadian stunted pada remaja di
SMPN 1 Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan tahun
2013.

III. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum :

Diketahui hubungan antara pola konsumsi, dan usia menarche dengan


kejadian stunted pada remaja di SMPN 1 Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya prevalensi siswi stunted di SMPN 1 Suak Tapeh.
b. Diketahuinya pola konsumsi siswi di SMPN 1 Suak Tapeh.
c. Diketahuinya usia menarche siswi di SMPN 1 Suak Tapeh.
d. Diketahuinya hubungan antara pola konsumsi dengan kejadian stunted pada
siswi di SMPN 1 Suak Tapeh.
e. Diketahuinya hubungan antara usia manarche dengan kejadian stunted pada
siswi di SMPN 1 Suak Tapeh.

IV. HIPOTESIS
1. Ada hubungan antara pola konsumsi dengan kejadian stunted pada remaja
SMPN 1 Suak Tapeh.
2. Ada hubungan antara usia manarche dengan kejadian stunted pada remaja
SMPN 1 Suak Tapeh.
V. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang
selama ini telah di peroleh selama kuliah dengan aplikasi dilapangan tentang
hubungan pola konsumsi, dan usia menarche dengan kejadian stunted pada
remaja di SMPN 1 Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin.
3. Bagi Poltekkes (Jurusan Gizi)
Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
3. Bagi Sekolah
Bahan masukkan dan informasi mengenai faktor-faktor penyebab stunted
pada remaja di SMPN 1 Suak Tapeh.
4. Masyarakat
Sebagai informasi tentang beberapa faktor risiko yang menyebab kan stunted
pada anak-anak sehingga dapat melakukan pencegahan dan penangulanganya.

Anda mungkin juga menyukai