Anda di halaman 1dari 19

Laporan Pendahuluan Dengan Gangguan Sistem Respirasi

Pada Penyakit Tuberculosis Di Rw 03

Desa Galanggang

Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunitas III

Disusun Oleh :

Nada Ananda T.I

C.0105.15.050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS STIKES BUDI LUHUR

CIMAHI
2018

KONSEP DASAR KELUARGA

A. DEFINISI
Keluarga merupakan unti terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (DEPKES RI 2010).
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 1), keluarga adalah kumpulan
dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan
individu mempunyai peran masing – masing.
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain( Mubarak, dkk 2009).
Keluarga adalah perkumpulan dua individu atau lebih yang tediri dari kepala
keluarga dan orang-orang yang terikat darah dan tinggal dalam satu rumah.

B. TIPE KELUARGA
1. Tradisional
a. Nuclear Family atau Keluarga Inti
Ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi
legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
b. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami
atau istri. Tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.
c. Niddle Age atau Aging Cauple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan /
meniti karier.
d. Dyadie Nuclear / Suami istri tanpa anak.
e. Single Parent (Satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak).
f. Dual Carrier (Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa anak).
g. Commuter Married
Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h. Extended Family / 1, 2, 3 geneasi bersama dalam satu rumah tangga.
i. Keluarga Usila
2. Non Tradisional
a. Commune Family
Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu rumah, sumber yang sama,
pengalaman yang sama.
b. Cohibing Coiple
Dua orang / satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
c. Homosexual / Lesbian
d. Institusional (Anak-anak / orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti).
e. Keluarga orang tua (pasangan) yang tidak kawin dan mempunyai anak

C. FUNGSI KELUARGA
Fungsi keluarga menurut friedmen (2010) sebagai berikut :
1. Fungsi afektif
Yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan dengan orang lain.
2. Fungsi sosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk
berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi.
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan
Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

D. TUGAS KELUARGA
Menurut Friedman (2010) sesuai dengan Fungsi Pemeliharaan Kesehatan,
keluarga mempunyai Tugas-tugas dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
3. Memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak mampu
membantu dirinya sendiri karena kecacatan atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan
dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

E. PERANAN KELUARGA
1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak – anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkunganya.
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak – anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota
masyarakat di lingkungannya, disamping itu juga ibu perperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.
3. Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

KONSEP PENYAKIT TUBERCULOSIS


A. DEFINISI
Tuberculosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim
paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga
menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Irman
Somantri, 2008).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosa) yang ditularkan melalui udara (droplet
nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung
bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas (Widoyono, 2008).
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui percikan dahak (droplet)
dari penderita tuberkulosis kepada individu yang rentan. Sebagian besar
kuman Mycobacterium tuberculosis menyerang paru, namun dapat juga menyerang organ
lain seperti pleura, selaput otak, kulit, kelenjar limfe, tulang, sendi, usus, sistem
urogenital, dan lain-lain. (Kemenkes RI, 2015)
Tuberculosis atau TBC adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosa dan umumnya sering menyerang system pernafasan.

B. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah mycobacterium tuberculosis sejenis kuman berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Sifat kuman:
a. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam basa (asam alkohol) disebut bakteri tahan asam
(BTA).
b. Kuman tahan terhadap gangguan kimia dan fisis
c. Kuman dapat hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin.
d. Kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma.
e. Kuman bersifat aerob, kuman lebih menyukai jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya. (Nixson Manurung, 2016).
Agen infeksius utama, mycobacterium culosis adalah batang aerobik tahan asam yang
tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet. (Andra & Yessie,
2013)

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Mary DiGiulio, dkk (2014) tanda dan gejala dari tuberkulosis yaitu:
1. Berat badan turun dan anoreksia
2. Berkeringat dingin pada malam hari
3. Demam, sampai 40-410 C.
4. Batuk produktif dengan dahak tak berwarna, >2minggu lalu di sertai bercak darah
5. Napas pendek karena perubahan paru-paru
6. Lesu dan lelah karena aktivitas paru-paru terganggu

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut American Thoracic Society dalam Amin dan Hardhi (2015), adalah
sebagai berikut:
1. Kategori 0: tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negatif, tes
tuberculin negatif.
2. Kategori 1: terpajan tuberkulosis, tapi tidak terbukti ada infeksi. Disini riwayat kontak
positif, tes tuberculin negatif.
3. Kategori 2: terinfeksi tuberkulosis, tetapi tidak sakit. Tes tuberculin positif, radiologis
dan sputum negatif.
4. Kategori 3: terinfeksi tuberkulosis dan sakit

E. PATOFISIOLOGI
Andra dan Yessie (2013) menjelaskan tentang patofisiologi dari penyakit TB
adalah sebagai berikut:
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhilasi sebagai suatu
unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderung
tertahan di rongga hidung dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam
ruang alveolus (biasanya dibagian bawah lobus atas atau dibagian atas lobus bawah) basil
tuberkulosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri tetapi tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti olehmakrofag. Alveoli yang terserang
akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler
ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan jaringan paru atau
proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak didalam sel.
Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Makrofag yang mengalami infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20
hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju,
lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi dan sekitarnya yang terdiri dari
sel epiteloid dan fibroblasmenimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru disebut fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar
limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks Ghon yang
mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani
pemeriksaan bahan cair lepas ke dalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkularyang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke percabangan
trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada bagian lain dari paru atau basil
dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas kecil dapat menutup sekalipun
tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda
lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat
dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat
mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak
terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk
lagi hubungan denganbronkus dengan menjadi tempat peradagan aktif. Penyakit dapat
menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah (limfohematogen). Organisme yang
lolos dari kelenjar limfe akan mencapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang
kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain (ekstrapulmoner).
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan
tuberkulosis milier. Ini terjadi bila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga
banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke dalam sistem vaskuler
ke organ-organ tubuh.

F. KOMPLIKASI
Nixson Manurung (2016) menjelaskan bahwa penyakit TB paru bila tidak
ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi, yang dibagi atas komplikasi dini
dan komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini
a. Pleuritis
b. Efusi pleura
c. Emplema
d. Laringitis
e. Menjelar ke organ lain seperti usus
2. Komplikasi lanjut
a. Obstruksi jalan napas: SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis)
b. Kerusakan arenkim berat: SOPT, fibrosis paru, korpulmonal
c. Amiloidosis
d. Karsinoma paru dan sindrom gagal napas dewasa.

G. CARA PENULARAN
1. Penyakit TBC menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
mycobacterium tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada
anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
2. Bacteri bisa masuk dan terkumpul dalam paru-paru akan berkembang biak
menjadi banyak (terutama daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itu infeksi TBC menginfeksi
hamper seluruh organ tubuh sesperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan,
tulang, kelenjar getah bening.
3. Factor lain adalah kondisi rumah lembab karena cahaya matahari dan udara tidak
bersirkulasi dengan baik sehingga bakteri tuberculosis berkembang dengan baik dan
membahayakan orang yang tinggal didalam rumah.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Arif Muttaqin (2013) pemeriksaan diagnostik pada TB paru adalah
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Pada pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu lesi sebelum
ditemukan adanya gejala subjektif awal dan sebelum pemeriksaan fisik menemukan
kelainan pada paru. Bila pemeriksaan Rontgen menemukan suatu kelainan, tidak ada
gambaran khusus mengenai TB paru awal kecuali lokasi di lobus bawah dan biasanya ada
disekitar hilus. Kerakteristik kelainan ini terlihat sebagai daerah bergaris-garis opaque
yang ukurannya bervariasi dengan batas lesi yang tidak jelas.
2. Pemeriksaan CT Scan
Dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil yang ditunjukkan
dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal, klasifikasi nodul,
dan adenopati, perubahan kelengkungan berkas bronkhovaskuler, bronkhiektasis, dan
emfisema perisikatriksial.
3. Radiologis TB Paru Milier
TB paru milier terbagi menjadi dua tipe, yaitu TB paru milier akut dan TB
paru milier subakut (kronis). Penyebaran milier terjadi setelah infeksi primer. TB milier
akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara masif/menyeluruh serta mengakibatkan
penyakit akut yang berat dan sering disertai akibat yang fatal sebelum penggunaan
OAT.Pada beberapa klien, didapatkan bentuk berupa granul-granul halus atau nodul-
nodul sangat kecil yang menyebar secara difus dikedua lapangan paru. Pada saat lesi
mulai bersih, terlihat gambaran nodul-nodul halus yang tak terhitung banyaknya dan
masing-masing berupa garis-garis tajam.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Bahan pemeriksaan untuk isolasi mycobacterium tuberculosis berupa:
a. Sputum
Sebaiknya sputum diambil pada pagi hari dan yang pertama keluar. Jika sulit
didapatkan maka sputum dikumpulkan dalam 24 jam.
b. Urine
Urine yang diambil adalah urine pertama di pagi hari atau urine yang
dikumpulkan selama 12-24 jam.
c. Cairan kumbah lambung
Umumnya bahan pemeriksaan ini digunakan jika anak-anak atau klien tidak
dapat mengeluarkan sputum. Diambil pada pagi hari sebelum sarapan.
d. Bahan-bahan lain
Misalnya pus, cairan serebrospinal (sum-sum tulang belakang), cairan pleura,
jaringan tubuh, feses, dan swab tenggorok.

5. PENGOBATAN
Andra dan Yessie (2013) menjelaskan tentang cara pengobatan penyakit
tuberkulosis adalah sebagai berikut:
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain untuk mengobati juga
mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama yang sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisan,
INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan
adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide, Amoksisilin + asam klavulanat, derivat
Rifampisin/INH.

Obat Anti TB Aksi Potensi Rekomendasi dosis


Esensial (mg/kg BB)
Per Perminggu
hari 3x 2x
Isoniazid Bakterisidal Tinggi 5 10 15
Rifamphisin Bakterisidal Tinggi 10 10 10
Pirasinamid Bakterisidal Rendah 25 35 50
Streptomisin Bakterisidal Rendah 15 15 15
Etambutol Bakteriostatik rendah 15 30 45

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu


bedasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Disamping itu perlu
pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed
Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oeh WHO yang terdiri dari lima
komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat
dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung
oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana
penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan padua OAT jangka pendek yang cukup
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

6. PENCEGAHAN

1. Vaksinasi BCG
Pembrian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil
tuberculosis yang virulen. Imunitas timbul enam sampai delapan minggu setelah
pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin
terjadi super infeksi meskipun biasanya tidak progresif dan menimbukan komplikasi
yang berat.
2. Mempertahankan sistem imunitas seluler dalam keadaan optimal dengan sedapat
mungkin menghindarkan faktor-faktor yang dapat melemahkan seperti kortikosteroid
dan kurang gizi.
3. Menghindari kontak dengan penderita aktif TB
4. Menggunakan obat obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus beresiko tinggi.
5. Menjaga stándar hidup yang baik, kasus baru dan pasien yang berpotensi tertular
interprestasi melalui penggunaan dan interprestasi tes kulit tuberculin yang tepat
imunisasi BCG.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TUBERCULOSIS

I. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Biodata
2. Komposisi Keluarga
3. Genogram
4. Tipe Keluarga
Tipe keluarga merupakan tipe keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari
Ayah, Ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah.
5. Suku Bangsa
Kaji suku bangsa atau kebudayaan yang bertentangan dengan kesehatan.
6. Agama
7. Status Ekonomi keluarga
Pendapatan dan sumber pendapatan keluarga.
B. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

2. Riwayat Kesehatan Sebelumnya


- Kejadian Kesakitan Saat Ini
- Kejadian Kecacatan
- Kejadian Kematian Satu Tahun Terakhir
- Kejadian Penyakit Kronis
- Kejadian Sakit Satu Tahun Terakhir

II. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


1. Karakteristik Rumah
- Perumahan
Jenis rumah permanen dengan luas bangunan 40 m2. Status rumah milik
pribadi dengan atap rumah menggunakan asbes. Ventilasi rumah dengan
luas < 10% luas lantai dengan pencahayaan yaitu cahaya tidak dapat
masuk ke rumah pada siang hari sehingga tampak
gelap dan lembab. Penerangan di rumah menggunakan listrik. Lantai di
rumah menggunakan
ubin. Kondisi kebersihan rumah secara keseluruhan. Bagian-
bagian rumah terdapat ruang tamu, ruang tidur, dapur, dan kamar mandi
yang bergabung dengan WC.

2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas


Hubungan antar tetangga baik, saling menghomati, kerukunan terjaga, bila
ada yang memiliki kesulitan maka saling membantu dengan gotong royong.

3. Mobilitas Geografis Keluarga


Keluarga sebagai penduduk asli Ds. Sumberporong dan tidak pernah
pindah rumah.

4. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat


Interaksi dengan keluarga, komunikasi dengan baik Keluarga mengikuti
kegiatan sosial di kampung serperti: pengajian, gotong royong dll.

5. Sistem Dukungan Keluarga


III. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi
Pola komunikasi efektif. Cara berkomunikasi yang sering diterapkan
dalam keluarga yaitu secara langsung Dalam komunikasi, yang paling dominan
adalah dengan menggunakan bahasa Indonesia. .Tidak ada konflik dalam keluarga
tentang pola interaksi.

2. Struktur Kesehatan Keluarga


Siapa yang sakit dan anggota keluarga yang dalam keadaan sehat.

3. Struktur Peran
Pembagian peran dalam anggota keluarga sebagai kepala keluarga,
sebagai bapak untuk anak-anaknya, sebagai kakek dari cucu-cucunya, dan sebagai
pencari nafkah. Sedangkan anak sebagai anggota keluarga dan sebagai istri/suami
bagi pasangannya, serta menjadi orangtua dari anak-anaknya. Ny.S berperan
sebagai ibu dan nenek.
Tidak ada perubahan peran ataupun konflik ketidaksesuaian peran dalam
keluarga.

4. Nilai Dan Norma Keluarga


Dalam keluarga tidak ada nilai-nilai tertentu dan nilai agama yang
bertentangan dengan kesehatan.

IV. FUNGSI KELUARGA


1. Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga saling menyayangi dan keluarga merasa ban
gga bila salah satu anggota keluarga berhasil. Respon keluarga terhadap
kehilangan yaitu berduka
2. Fungsi Sosialisasi
.
3. Fungsi Ekonomi
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan 3 kali sehari, pakaian untuk
anak dan biaya untuk berobat.

4. Fungsi Perawatan Kesehatan


1. Keluarga mampu mengenal masalah TB paru
2. Keluarga mampu mengambil keputusan
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit TB paru
4. Keluarga mampu memelihara lingkungan
5. Keluarga menggunakan fasilitas / pelayanan kesehatan

5. Fungsi Reproduksi

V. STRESS DAN KOPING KELUARGA

1. Stress Jangka Pendek


2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stressor
Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas
atau petugas kesehatan
3. Strategi Koping Yang Digunakan

VI. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
TTV :
BB/TB :
Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala : Rambut bersih, warna hitam beruban, rontok, wajah pucat.
b. Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih
c. Hidung : Pernafasan cuping hidung
d. Mulut : mukosa bibir kering, gigi normal
e. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan bendungan vena
jugularis
f. Dada : ada tarikan intercostae, suara paru ronchi, tedrapat retraksi
dinding dada, suara nafas irregular
g. Perut : bulat datar, bising usus 12 x/ menit, hepar dan lien tak teraba.,
suara perut timpani.
h. Ekstrimitas : tidak ada odema pada ekstrimitas baik ekstrimitas bagian atas
maupun ekstrimitas bagian bawah.

VII. HARAPAN KELUARGA


Keluarga berharap mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dari petugas
kesehatan dan pengobatan secara maksimal untuk mengobati penyakitnya.

VIII. ANALISA DATA

No Data Fokus Masalah Kemungkinan


Keperawatan Etiologi
1 Data Subjektif : Resiko terjadinya Ketidakmampuan
penularan TB keluarga merawat
Data Objektif : Paru pada anggota keluarga
anggota keluarga yang sakit
yang lain

2. Data Subjektif: Ketidakefektifan Ketidakmampuan


- bersihan jalan nafas keluarga merawat
anggota keluarga
Data Objektif: yang sakit
-

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


1. Masalah keperawatan Resiko terjadinya penularan TB Paru pada anggota keluarga yang lain b.d
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

N Kriteria Perhitun Skor Pembenaran


o gan
1 Sifat Masalah 2/3×1 2/3 Ditangani segera karena resiko
: Resiko penularan TB Paru pada anggota keluarga yang lain,

2 Kemungkinan
masalah untu 2/2×2 1 Dapat dirubah dengan penyuluhan
k dirubah: penularan TB Paru dengan menganjurkan keluarga
Mudah tidakmembuang dahak sembarangan dan rajin mem
buka jendela pada pagi hari dan siang hari.

3 Potensi
pencegahan 2/3 x 1 2/3 Resiko penularan sulit dicegah karena kondisi rumah
masalah: yang sempit dan interaksi antara anggota
Sedang keluarga yang lain kurang dari 1 meter.

2/2 x 1 1 Masalah perlu ditangani segera


4 Menonjolnya karena resiko penularan pada anggota keluarga yang
masalah: lain dengan melakukan pemeriksaan pada
Masalah anggota keluarga yang lain (screening kesehatan)
dirasakan dan anjurkan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas
dengan ada (puskesmas) yang terdekat dan sesuai kemampuan.
upaya/segera
ditangani
Total Skor 3 1/3
2. Masalah keperawatan Tidak efektifnya bersihan jalan nafas pada Tn. I b.d Ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1 Sifat Masalah : 3/3 x1 1 Masalah ini bersifat aktual jika keluarga
Aktual mengeluh batuk-batuk selama 2 minggu, sesak
nafas dan mudah
lelah. Jika tidak ditangani segera dapat
mengakibatkan penyakit menjadi semakin
parah.
2 Kemungkinan
masalah untuk 2/2×2 1 Pelayanan kesehatan dekat dari rumah dan
dirubah: Mudah terjangkau, dana untuk
berobat tersedia karena murah.
Dengan informasi yang diberikan keluarga
dapat mngerti tentang TB Paru dan mencegah
penularan.

3 Potensi 2/3 x 1 2 penderita TB Paru dengan minum obat OAT


pencegahan selam 6 bulan pada 2 ½ tahun yang lalu dan
masalah: Sedang sudah minum obat OAT selama 6 bulan.

4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Keluarga merasa ada masalah dan


masalah: perlu segera ditangani karena
Masalah sudah merasakan gejala-gejala penyakit.
Dirasakan
berat,harus
segera ditangani
Total Skor 4 2/3
DAFTAR PUSTAKA

http://faizalnizbah.blogspot.co.id/2014/01/definisi-struktur-dan-tipe-keluarga.html

Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta : Salemba Medika.

repository.ump.ac.id/2393/3/MELA%20KURNIAWATI%20BAB%20II.pdf diambil pada tgl


03-11-2018 08.56
DiGiulio, Mary dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Manurung, Nixson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta: Trans Info
Media.

Muttaqin, Arif. 2013. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:
Salemba Medika

http://nursalberbagiilmu.blogspot.com/2017/11/laporan-pendahuluan-tb-paru-2017.html

Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Trans Info Media.

Soedarto. 2013. Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta: Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai