TAHUN AJARAN 2019 DIII. KEPERAWATAN A. Pengertian Demensia Demensia adalah suatu gejala yang disebabkan penyakit atau kelainan pada otak yang merubah tingkah laku penderita gejala demensia ini. Gejala demensia ini dapat menyebabkan penyakit yang berkelanjutan pada orang yang menderitanya. Demensia pada lansia akan memberi dampak pada kemunduran kapasitas intelektual, gangguan emosi, gangguan kognitif, dan gangguan psikomotorik.penyebab demensia adalah kematian sel saraf atau hilangnya komunikasi antarsel yang ada di otak.
Demensia merupakan salah satu jenis penyakit progresif yang masuk ke
dalam gangguan mental oraganik, dimana ketika seseorang terkena penyakit demensia akan sangat mempengaruhi cara berfikir, dan mengingat sesuatu yang pernah dilaluinya.
Komunikasi yang baik akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas
fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia terutama penderita demensia. Komunikasi efektif dapat mengikutsertakan partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan. Hal ini dapat membantu proses mengingat, berpengaruh terhadap ketaatan dan kepuasan dan berpengaruh pada emosional bahkan fisik pasien lansia yang menderita demensia.
B. Jenis pola komunikasi yang diterapkan pada pasien demensia
1. Pola komunikasi primer Pola ini diterapkan perawat kepada pasien lansia dengan menggunakan verbal yaitu melakukan percakapan satu demi satu dengan setenang mungkin. Saat menawarkan makanan, perawat melakukan komunikasi yang bisa diterima pasien lansia agar mampu menerima arahan dari perawat, dan dengan sabar perawat memberikan arahan untuk makan pada waktunya dan memberikan kesempatan kepada pasien melakukan respon, apakah menjawab pertanyaan ataupun mengacuhkan, namun hal tersebut perlu dimaklumi. 2. Pola komunikasi sekunder Pola ini diterapkan perawat kepada keluarga pasien saat menjelaskan masalah yang dialami keluarga yang menderita demensia, perawat harus memberikan arahan apa yang harus dilakukan keluarga pasien, seperti mengatur jadwal penderita sehari-hari dan memantau aktivitasnya dan menerapkannya di rumah. 3. Pola komunikasi sirkular Pola ini diterapkan perawat kepada pasien lansia dengan memberikan waktu untuk melakukan respon dan bertanya hal yang membuatnya nyaman agar lebih mudah dalam berkomunikasi. C. Fase-fase “Helping Relationship” 1. Fase prainteraksi Pada fase ini perawat telah mengumpulkan data dan mempelajarinya, lalu merencanakan pertemuan saat tiba waktu tugasnya. 2. Fase orientasi Pada fase ini, perawat mendatangi pasien dengan menyapa dan memberikan salam lalu membina saling percaya, lalu terlihat pasien menunjukkan penerimaan dan sikap terbuka, lalu menawarkan makanan sekaligus menggali informasi pasien. 3. Fase kerja Tugas keperawatan dalam fase ini, setelah keluarga pasien menjelaskan permasalahan pasien, perawat menunjukkan proses mengingat dengan memberikan edukasi lewat keluarga pasien yaitu membuatkan jadwal sehari-hari pasien untuk membantu mengingat aktivitas yang telah dilupanya, seperti makan, mandi dan lain-lain. 4. Fase terminasi Pada fase ini, perawat meninjau kemajuan terapi proses mengingat yang telah diarahkan sebelumnya, lalu membina kenyataan perpisahan dengan pasien setelah mampu mencapai tujuan yang diinginkan. D. Teknik komunikasi terapeutik 1. Mendengarkan dengan penuh perhatian Perawat terlihat berusaha mendengarkan pasien lansia dan menyampaikan pesan secara non verbal bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan masalah pasien. Sikap perawat memandang pasien ketika sedang berbicara dan mempetahankan kontak mata. 2. Menunjukkan penerimaan Perawat mendengarkan keluhan pasien lansia tersebut yang sangat lapar walaupun telah makan satu jam sebelumnya dan tidak memutus pembicaraan pasien. Perawat memberikan umpan balik dengan menampakkan pengertian dan mengingatkan pasien bahwa telah makan sejam yang lalu, namun tidak berdebat ataupun mengubah pikiran klien. 3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan Setelah perawat mendengarkan pasien lansia bahwa dia lupa kalau ternyata sudah makan, perawat menanyakan apakah pasien lapar lagi tapi pasien menjawabnya kalau dia belum diberikan makanan, namun perawat yang lain mengatakan kalau dia tadi yang memberinya makan satu jam yang lalu. 4. Mengulang ucapan pasien dengan menggunakan kata-kata sendiri Setelah keluarga pasien memanggil perawat, kemudian menghampiri pasien dan menanyakan apakah pasien lapar lagi, tapi pasien menjawab bahwa dia belum dikasi makanan, tapi perawat mengingatkan bahwa dia sudah diberikan makanan satu jam yang lalu. 5. Mengklarifikasi Setelah pasien mengatakan belum dikasi makan, perawat mengklarifikasi bahwa satu jam yang lalu pasien sudah diberi makanan tepat waktu. 6. Memfokuskan Perawat fokus pada ingatan pasien yang bermasalah dan menjelaskan kepada pasien bahwa nanti keluarganya akan membuatkan jadwal aktivitas sehari-hari untuk membantunya melatih memorinya. 7. Menawarkan informasi Perawat memberikan informasi dengan mengarahkan keluarganya untuk membuatkan jadwal aktivitas sehari-hari mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, kemudian memantau pasien penderita demensia agar proses mengingat semakin tercapai. 8. Diam Perawat menerapkan diam sesaat saat memberikan kesempatam keluarga pasien memutuskan untuk membuatkan jadwal terhadap keluarga penderita dimensia. Dan juga saat pasien mengeluh minta diberikan makanan, perawat diam untuk mendengarkan kelanjutan perkataan pasien demensia. 9. Meringkas Perawat menemukan ide membuat jadwal lalu menawarkannya kepada keluarga pasien. Untuk lebih transparan, perawat melakukan pengulangan ide kemudian dikomunikasikan kepada pasien demensia secara singkat agar lebih mudah. 10. Menawarkan diri Setelah perawat mendengarkan informasi tambahan mengenai masalah keluarga yang menderita demensia ini, perawat menawarkan diri melihat perkembangan pasien dan mulai mendekatkan diri dengan kehadirannya agar pasien mengatakan masalah yang tengah dihadapinya tanpa menutup-nutupi. 11. Memberi kesempatan kepada kepada pasien untuk memulai pembicaraan. Perawat memberikan inisiatif dengan memancing pasien untuk mengatakan masalahnya, apakah dia masih lapar dan lupa bahwa sudah makan satu jam yang lalu, dan pasien pun menjelaskan bahwa dia lapar sekali karena belum diberikan makanan. 12. Menempatkan kejadian dan waktu secara berurutan Dari fase prainteraksi, perawat melakukan sesuai urutan waktu dan kejadian sampai berakhirnya interaksi antara dirinya dan pasien lansia yaitu fase terminasi atau pencapaian tujuan. 13. Menganjurkan pasien untuk menguraikan persepsinya Pasien demensia berusaha mengatakan bahwa dia belum diberikan makanan dan sudah sangat lapar dan tetap pada persepsi yang tengah dirasakannya. 14. Refleksi Perawat menghampiri pasien lansia dengan mengatakan akan dibantu mengingat aktivitas yang sudah dilakukan dan mengharapkan pasien mampu melakukan sesuai kemampuannya.