Anda di halaman 1dari 6

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah satu tujuan nasional sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
perlu diselenggarakan pembangunan kesehatan;
b. bahwa penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui penyelenggaraan
pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan;
c. bahwa penyelenggaraan pelayanan keperawatan harus dilakukan secara bertanggung jawab,
akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau oleh perawat yang memiliki kompetensi, kewenangan,
etik, dan moral tinggi;
d. bahwa mengenai keperawatan perlu diatur secara komprehensif dalam Peraturan Perundang-
undangan guna memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada perawat dan masyarakat;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan
huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Keperawatan.
Mengingat:
Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Dengan Persetujuan Bersama:
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG KEPERAWATAN.
BAB I

Ketentuan Umum

Pasal 1 : Memuat tentang pengertian Keperawatan, Perawat, Pelayanan Keperawatan, Praktik


Keperawatan, Asuhan Keperawatan, Uji Kompetensi, Sertifikat Kompetensi, Sertifikat Profesi,
Registrasi, Surat Tanda Registrasi, Surat Ijin Praktek Perawat, Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
Perawat Warga Negara Asing, Klien, Organisasi Profesi Perawat, Kolegium Keperawatan,
Konsil Keperawatan, Institusi Pendidikan, Institusi Pendidikan, Wahana Pendidikan
Keperawatan, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Menteri,

Pasal 2 : Memuat asas praktik keperawatan yaitu perikemanusiaan, nilai ilmiah, etika dan
profesionalitas, manfaat, keadilan, perlindungan dan kesehatan dan keselamatan pasien.

Pasal 3 : Memuat pengaturan keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu perawat,
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, memberi perlindungan dan kepastian hukum kepada
perawat dan klien serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB II

JENIS PERAWAT

Pasal 4 : Memuat jenis perawat yang terdiri atas perawat profesi dan perawat vokasi. Perawat
profesi adalah ners, ners spesialis, dan untuk ketentuan lebih lanjut mengenai jenis perawat,
Undang-Undang ini mengamanatkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB III

PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN

Pasal 5: Membagi pendidikan tinggi keperawatan yang terdiri atas pendidikan vokasi, pendidikan
akademik, dan pendidikan profesi. Pasal 6 memuat pendidikan vokasi yang merupakan program
diploma keperawatan dan paling rendah diploma tiga keperawatan. Pasal 7 memuat pendidikan
akademik yang terdiri dari pendidikan sarjana keperawatan, program magister keperawatan dan
program doctor keperawatan. Pasal 8 memuat program profesi keperawatan dan program
spesialis keperawatan.
Pasal 9-16 : Memuat aturan tentang pendidikan tinggi keperawatan seperti Fasilitas Pelayanan
Kesehatan sebagai Wahana Pendidikan serta berkoordinasi dengan Organisasi Profesi Perawat.
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Keperawatan harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan
Keperawatan yang disusun secara bersama oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan, kementerian, urusan pemerintahan di bidang pendidikan,
asosiasi institusi pendidikan, dan Organisasi Profesi Perawat. Mahasiswa Keperawatan pada
akhir masa pendidikan vokasi dan profesi harus mengikuti Uji Kompetensi secara nasional
diselenggarakan oleh perguruan tinggi bekerja sama dengan Organisasi Profesi Perawat, lembaga
pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi ditujukan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang memenuhi standar kompetensi kerja disusun oleh Organisasi Profesi
Perawat dan Konsil Keperawatan dan ditetapkan oleh Menteri. Mahasiswa pendidikan vokasi
Keperawatan yang lulus Uji Kompetensi diberi Sertifikat Kompetensi yang diterbitkan oleh
perguruan tinggi. Mahasiswa pendidikan profesi Keperawatan yang lulus Uji Kompetensi diberi
Sertifikat Profesi yang diterbitkan oleh perguruan tinggi.

BAB IV

REGISTRASI, IZIN PRAKTEK DAN REGISTRASI ULANG

Pasal 17 : Bagian pertama memuat melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan
dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Perawat, Menteri dan Konsil
Keperawatan bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan mutu Perawat sesuai dengan
kewenangan masing-masing. Pasal 18 bagian kedua memuat kewajiban memiliki STR,
persyaratan, masa berlaku dan ketentuan tentang hal tersebut diamanatkan untuk diatur dalam
peraturan konsil keperawatan. Pasal 19 bagian ketiga memuat kewajiban perawat yang
menjalankan praktik keperawatan wajib memiliki izin dalam bentuk SIPP. Pasal 20 memuat
tempat berlakunya SIPP hanya 1 tempat dan diberikan palingan 2 tempat. Pasal 21 memuat
kewajiban memasang papan nama praktik keperawatan dan ketentuan tentang hal tersebut akan
diatur dalam peraturan menteri (pasal 23). Pasal 24 sampai 27 memuat tentang ketentuan perawat
warga Negara asing yang akan menjalankan praktik keperawatan di Indonesia.
BAB V

PRAKTIK KEPERAWATAN

Pasal 28 : Bagian kesatu umum memuat pada ayat 1 menyebutkan praktik keperawatan
dilaksanakan fasilitas pelayanan kesehatan dan tempat lainnya yang terdiri atas praktik
keperawatan mandiri dan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan (ayat 2) yang
harus didasarkan pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi dan standar prosedur
operasional (ayat 3) serta prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan dan atau keperawatan
masyarakat dalam suatu wilayah (ayat 4) yang ketentuan lebih lanjutnya akan diatur dengan
peraturan menteri (ayat 5)

Pasal 29 : Bagian kedua memuat tugas dan wewenang perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan (pasal 30), penyuluh dan konselor bagi klien (pasal 31), pengelola pelayanan
keperawatan, peneliti keperawatan, pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang (pasal
32) dan atau pelaksana tugas dalam keterbatasan tertentu (pasal 33). Pasal 34 memuat tugas dan
wewenang perawat diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. Pasal 35 memuat pertolongan
pertama seorang perawat dengan melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan
kompetensinya.

BAB VI

HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 36 : Bagian kesatu memuat hak perawat, pasal 37 memuat tentang kewajiban perawat.
Bagian kedua memuat pasal 38 tentang hak klien, pasal 39 memuat tentang dasar pengungkapan
rahasia klien dan pasal 40 memuat kewajiban klien.

BAB VII

ORGANISASI PROFESI PERAWAT

Pasal 41 : Memuat tentang tujuan organisasi profesi perawat, pasal 42 memuat tentang fungsi
organisasi dan pasal 43 memuat lokasi organisasi di ibukota RI dan perwakilannya di daerah.
BAB VIII

KOLEGIUM KEPERAWATAN

Pasal 44 : Memuat kolegium keperawatan yang merupakan badan otonom di dalam organisasi
profesi perawat dan bertanggung jawab kepada organisasi profesi perawat. Pasal 45 memuat
fungsi kolegium yaitu mengembangkan cabang disiplin ilmu keperawatan dan standar
pendidikan tinggi bagi perawat profesi sedangkan pasal 46 memuat ketentuan yang lebih lanjut
tentang kolegium keperawatan diatur oleh organisasi profesi perawat.

BAB IX

KONSIL KEPERAWATAN

Pasal 47 : Memuat dasar pembentukan konsil keperawatan yang berkedudukan di ibukota RI


(Pasal 48) dan mempunyai fungsi pengaturan, penetapan dan pembinaan perawat serta berbagai
macam tugas (pasal 49). Pasal 50 memuat wewenang konsil keperawatan. Pasal 51 memuat
pendanaan konsil keperawatan yang dibebankan kepada APBN dan sumber lain yang tidak
mengikat. Pasal 52 memuat memuat keanggotaan konsil keperawatan yang terdiri atas unsur
pemerintah, organisasi profesi keperawatan, kolegium keperawatan, asosiasi institusi pendidikan
keperawatan, asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan dan tokoh masyarakat berjumlah 9 orang dan
ketentuan lebih lanjut tentang susunan organisasi, pengangkatan, pemberhentian dan
keanggotaam diatur Peraturan Presiden.

BAB X

PENGEMBANGAN, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 53 : Mengatur tentang pengembangan praktik keperawatan yang dilakukan melalui


pendidikan formal dan pendidikan non formal atau pendidikan berkelanjutan yang bertujuan
untuk mempertahankan atau meningkatkan keprofesionalan perawat. Pasal 54 memuat tentang
pembinaan pendidikan keperawatan oleh kementerian urusan pemerintahan di bidang pendidikan
dan koordinasi dengan menteri kesehatan. Pasal 55 menyebutkan Pemerintah, Pemda, Konsil
keperawatan dan organisasi profesi membina dan mengawasi praktik keperawatan sesuai fungsi
dan tugas masinh-masing. Pasal 56 memuat maksud pembinaan dan pengawasan serta pasal 57
mengatur tentang ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan diaturan dalam
Peraturan Menteri.

BAB XI

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 58 : Mengatur tentang tentang ketentuan bagi pelanggar pasal 18 ayat (1), pasal 21 ayat (1)
dan pasal 27 ayat (1) dikenai sanksi administratif yang dapat berupa teguran lisan, peringatan
tertulis, denda administrasi dan/atau pencabutan izin dan ketentuan lebih lanjutnya akan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 59 : Menyebutkan STR dan SIPP yang telah dimiliki oleh perawat sebelum UU
Keperawatan diundangkannya dinyatakan tetap berlaku sampai jangka waktu STR dan SIPP
berakhir, dan untuk permohonan memperoleh STR yang masih dalam proses diselesaikan dengan
prosedur yang berlaku sebelum UU Keperawatan diundangkan (pasal 60). Pasal 61 mengatur
untuk lulusan SPK yang telah melakukan praktik keperawatan sebelum UU Keperawatan
diundangkan masih diberi kewenangan selama jangka waktu 6 tahun setelah diundangkannya
UU Keperawatan.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 62 : Mencantumkan Institusi Pendidikan Keperawatan yang telah ada sebelum UU


Keperawatan diundangkan harus menyesuaikan persyaratan dalam pasal 9 paling lama 3 tahun
sejak diundangkan. Konsil keperawatan dibentuk paling lama 2 tahun (pasal 63). Pasal 63
mengatur tentang semua Peraturan Perundang-undangan yang mengatur mengenai keperawatan
dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan UU ini.
Pasal 65 menyebutkan Peraturan pelaksanaan dari UU ini harus ditetapkan paling lama 2 tahun
terhitung sejak diundangkannya dan pasal 66 menyatakan bahwa Undang-undang ini mulai
berlaku pada tanggal diundangkan.

Anda mungkin juga menyukai