Bab Iii
Bab Iii
BAB III
LANDASAN TEORI
A. Bagian-bagian Jalan
Jalan memiliki bagian-bagian yang sangat penting, bagian-bagian tersebut
dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu bagian yang berguna untuk lalu lintas,
bagian yang berguna untuk drainase jalan, bagian pelengkap jalan, dan bagian
konstruksi jalan
Bagian yang beguna untuk lalu lintas terdiri dari:
1. Jalur lalu lintas adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang
diperuntukan untuk lalu lintas kendaraan. Jalur lalu lintas terdiri dari
beberapa lajur (lane) kendaraan. Jalur lalu lintas untuk satu arah minimal
terdiri dari satu lajur lalu lintas.
2. Lajur lalu lintas, merupakan bagian paling menentukan lebar melintang
jalan secara keseluruhan. Brsarnya lebar lajur lalu lintas dapat ditentukan
dengan pengamatan secara langsung
3. Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas
yang berfungsi sebagai: ruangan untuk berhenti, ruang untuk menghindar
dalam keadaan darurat, memberikan kelenggangan pengemudi, pendukung
konstruksi perkerasan jalan dari arah samping, ruang pembantu pada saat
perbaikan dan pemeliharaan jalan, ruang melintas kendaraan patroli,
ambulans, dll
4. Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas
yang dikhususkan untuk pejalan kaki. Untuk keamanan pejalan kaki maka
trotoar hatus di buat terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik berupa
kerb. Kebutuhan trotoar tergantung dari volume lalu lintas pemakai jalan.
5. Median adalah jalur pemisah yang teletak ditengah jalan untuk membagi
jalan dalam masing-masing arah. Fungsi median antara lain sebagai daerah
netral dimana pengemudi masih dapat mengontrol kendaraan pada saat
darurat, menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi kesialuan dari
kendaraan lain yang belawanan arah, mengamankan kebebasan samping
10
11
dengan:
P = hujan wilayah (mm)
Pi = curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan i (mm)
n = banyak pos penakar hujan
15
0,5
n
xi X
2
Standard deviasi, Sd = i 1
(n 1)
(3.4)
x
n 3
n
Koefisien skewnees, Cs = X
(n 1)(n 2) s 3
i
i 1
(3.5)
S
Koefisien variasi, Cv =
X (3.6)
x X
4
n2 n
Koefisien kurtosis, Ck =
(n 1)(n 2)(n 3) S 4
i
i 1
(3.7)
dengan:
n = jumlah data Sd = standar deviasi
X = nilai rata-rata xi = data ke-i
Untuk pemilihan ditribusi yang akan digunakan harus sesuai dengan
parameter statistik pemilihan distribusi hujan pada Tabel 3.1
16
C s Cv 6C v 15C v 16Cv 3 3
8 6 4 2
3 Gumbel Cs = 1,14
Ck = 5,4
4 Log Pearson III Selain dari nilai diatas
Sumber : Bambang Triatmodjo, 2008.
E. Hujan Rencana
Berdasarkan nilai parameter statistik dari data yang ada dan setelah dipilh
jenisdistribusi probabilitas hujan yang cocok sesuai hasil uji statistik, hujan
rencana kemudian dihitung dengan rumus:
Rt = X + G . Sd (3.8)
dengan:
Rt = tinggi hujan dengan kala ulang T tahun (mm)
X = tinggi hujan rerata (mm)
G = faktor frekuensi, merupakan fungsi jenis distribusi dan kala ulang
Sd = standar deviasi
Metode Rasional adalah suatu metode empiris dalam hidrologi. Rumus matematis
metode ini adalah:
QT = 0,278.C.Cs.I.A (3.9)
dengan:
QT = debit puncak yang ditimbulkan oleh hujan dengan intensitas Durasi dan
frekuensi tertentu (m3/detik)
I = intensitas hujan (mm/jam)
A = luas daerah tangkapan (km2)
Cs = Koefisien Tampungan
C = koefisien aliran yang tergantung pada jenis permukaan lahan yang
nilainya diberikan pada Tabel 3.2
Dengan cara Log Pearson Tipe III, dapat dicari curah hujan harian rencana
untuk periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, dan 50 tahun.
Intensitas Hujan
Untuk mencari intensitas hujan dipakai curah hujan harian rencana dengan
menggunakan Metode Mononobe, yaitu:
2/3
R 24
I = 24 (3.10)
24 Tc
Dengan memasukan ke dalam Mononobe, curah hujan rencana dan waktu
konsentrasi masing-masing saluran, maka intensitas hujan rencana masing-masing
saluran dapat dibuat. Rumus waktu Konsentrasi (Tc) adalah sebagai berikut:
Tc = T0 + Td (3.11)
dengan:
T0 = Inlet Time (jam)
Td = Conduit Time (jam)
Untuk Inlet Time dan Conduit Time dapat diperoleh dengan rumus sebagai
berikut:
0 , 77
L
T0 = 0,000325 0 (3.12)
S
0
dan
18
L1
Td = 0,000278 (3.13)
V
dengan:
L0 = Jarak menuju saluran (m)
L1 = Jarak terjauh menuju outlet (m)
S0 = Kemiringan melintang menuju saluran (‰)
V = Kecepatan aliran (m/dt)
Koefisien Tampungan
Untuk mendapatkan berapa besar koefisien tampungan dapat dilakukan
dengan subtitusi Tc dan Td kedalam rumus berikut:
2Tc
Cs
2Tc Td (3.14)
atau
Lo
0 , 77
L1
2 0,000325 0,000278
S V
0
Cs
L0
0 , 77
(3.15)
L1 L
2 0,000325 0,000278 0,00278 1
S V V
0
dengan:
L0 = Jarak menuju saluaran (m)
L1 = Jarak terjauh menuju outlet (m)
S0 = Kemiringan melintang menuju saluran (‰)
V = Kecepatan aliran (m/dt)
Koefisien Limpasan
Koefisien limpasan merupakan suatu bilangan yang merupakan nilai
perbandingan antara laju debit puncak dengan intensitas hujan yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti laju infiltrasi, keadaan tataguna lahan, intensitas
hujan, permeabilitas, dan kemampuan tanah menahan air (Asdak,2004). Nilai
koefisien limpasan (C) dapat dilihat pada Tabel 3.2.
19
3/ 2
nV
Y 2 1 / 2
S1 (3.16)
dengan:
n = Koefisien Meanning
V = Kecepatan aliran (m/dt)
S1 = Kemiringan dasar saluran (‰)
Menentukan luas penampang saluran dapat dilakukan dengan rumus
sebagai berikut:
As = 2Y2 (3.17)
Menentukan debit saluran dapat dikakukan dengan rumus sebagai berikut:
Qs = As . V (3.18)
atau
3
n
Qs 8 1 / 2 V 4
S1 (3.19)
2. Trapesium
Menentukan kedalam saluran dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut:
3/ 2
nV
Y 2 1 / 2
S1 (3.20)
dengan:
n = Koefisien Meanning
V = Kecepatan aliran (m/dt)
S1 = Kemiringan dasar saluran (‰)
Menentukan luas penampang saluran dapat dilakukan dengan rumus
sebagai berikut:
3 2
As Y
3 (3.21)
21
3. Penampang Segitiga
Menentukan kedalam saluran dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut:
3/ 2
4 nV
Y
2 S1
1/ 2
(3.24)
dengan:
n = Koefisien Meanning
V = Kecepatan aliran (m/dt)
S1 = Kemiringan dasar saluran (‰)
Menentukan luas penampang saluran dapat dilakukan dengan rumus
sebagai berikut:
As = Y2 (3.25)
Menentukan debit saluran dapat dikakukan dengan rumus sebagai berikut:
Qs = As . V (3.26)
atau
3
n
Qs 8 1 / 2 V 4
S1 (3.27)
3/ 2
nV
Y 2 1 / 2
S1 (3.28)
dengan:
n = Koefisien Meanning
V = Kecepatan aliran (m/dt)
S1 = Kemiringan dasar saluran (‰)
Menentukan luas penampang saluran dapat dilakukan dengan rumus
sebagai berikut:
As Y2
2 (3.29)
Menentukan debit saluran dapat dikakukan dengan rumus sebagai berikut:
Qs = As . V (3.30)
atau
3
n
Qs 2 1 / 2 V 4
S1 (3.31)