Anda di halaman 1dari 12

NAMA : RESKY NURFADILLAH RAMADHANI

NIM : K011181507
KELAS : KESMAS C

TUGAS
Penerapan Fungsi Manajemen (POACE) pada Puskesmas

1. PLANNING
Perencanaan Puskesmas adalah proses penyusunan kegiatan yang sistematis untuk
mengatasi masalah atau sebagian masalah yang dihadapi dalam rangka pencapaian tujuan
Puskesmas dalam periode waktu tertentu.
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana Puskesmas untuk mengatasi
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Rencana Puskemas dibedakan atas dua
macam yaitu Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk kegiatan pada setahun mendatang
dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) pada tahun berjalan. Perencanaan Puskesmas
disusun meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pilihan dan upaya inovatif baik
terkait dengan pencapaian target maupun mutu Puskesmas. Istilah RUK dan RPK
merupakan istilah umum, adapun istilah/terminologi yang dipergunakan dalam
perencanaan disesuaikan dengan pedoman penganggaran di daerah.
Proses perencanaan Puskesmas harus disesuaikan dengan mekanisme
perencanaan yang ada baik perencanaan sektoral maupun lintas sektoral melalui
Musrenbang di setiap tingkatan administrasi.
a. Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Rencana Usulan Kegiatan adalah perencanaan kegiatan Puskesmas untuk tahun
mendatang, sering disebut dengan istilah H+1. Perencanaan disusun dengan mengacu
pencapaian indikator Kecamatan Sehat dalam mewujudkan pencapaian indikator SPM.
b. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)/ Plan of Action (POA)
Rencana Pelaksanaan Kegiatan disusun setelah Puskesmas mendapatkan alokasi
anggaran. Penyusunan RPK berdasarkan RUK tahun yang lalu dengan dilakukan
penyesuaian (adjustment) terhadap target, sasaran dan sumberdaya. RPK disusun dalam
bentuk matrik Gantt Chart dan dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping).
Ada 6 program pokok puskesmas Kesehatan dasar (BASIC SIX) yaitu:
1. Promosi kesehatan.
2. Kesehatan lingkungan.
3. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
4. Kesehatan Keluarga dan Reproduksi
5. Perbaikan Gizi masyarakat
6. Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan
2. ORGANIZING
Menurut Endang S, Pengorganisasian Puskesmas adalah struktur organisasi dan
tata kerja Puskesmas yang merupakan perpaduan antara kegiatan dan tenaga pelaksanan
Puskesmas. Struktur organisasi puskesmas menetapkan bagaimana tugas akan dibagi,
siapa melapor siapa, dan mekanisme koordinasi formal serta pola interaksi yang akan
diikuti.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004, bahwa
untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas, perlu dilakukan
pengorganisasian. Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan.
Pertama, pengorganisasian berupa penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana
untuk setiap kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja. Dengan perkataan lain,
dilakukan pembagian habis seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja kepada
seluruh petugas puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya.
Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan melalui pertemuan penggalangan tim
pada awal tahun kegiatan.
Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas sektoral. Ada
dua bentuk penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan:
1. Penggalangan kerjasama dalam bentuk dua pihak, yakni antara dua sektor terkait,
misalnya antara puskesmas dengan sektor tenaga kerja pada waktu menyelenggarakan
upaya kesehatan kerja.
2. Penggalangan kerjasama dalam bentuk banyak pihak, yakni antar berbagai sektor
terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agama, sektor
kecamatan pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan sekolah.

Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan:


1. Secara langsung yakni antar sektor-sektor terkait.
2. Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi kecamatan
(Keputusan Menteri Kesehatan, 2004).

Ada 2 (dua) hal yang perlu pengorganisasian tingkat Puskesmas, yakni:


(1) Pengaturan berbagai kegiatan yang ada di dalam RO (Rancangan Operasional)
Puskesmas, sehingga membentuk satu kesatuan program yang terpadu dan sinergi
untuk mencapai tujuan Puskesmas.
(2) Pengorganisasian pegawai Puskesmas, yaitu pengaturan tugas dan tanggung jawab
setiap pegawai Puskesmas, sehingga setiap kegiatan dan program mempunyai
penanggung jawabnya.
Dengan memahami fungsi pengorganisasian Puskesmas akan lebih memudahkan
mempelajari fungsi penggerakan dan pelaksanaan (actuating/aktuasi) dan akan diketahui
gambaran pembimbingan dan pengarahan yang diperlukan oleh pegawai Puskesmas
sesuai dengan pembagian tugas dan tanggung jawab (Sulaeman, 2009).
Untuk kelancaran kegiatan SP2TP di Puskesmas, maka dibentuk
pengorganisasian yang terdiri dari: (Ahmad, 2005).
 Penanggung Jawab (Kepala Puskesmas)
Tugas penanggung jawab adalah memberikan bimbingan kepada koordinator
SP2TP dan para pelaksana kegiatan di Puskesmas.
 Koordinator (Petugas yang ditunjuk Kepala Puskesmas)
Koordinator SP2TP bertugas:
1. Mengumpulkan laporan dari masing-masing pelaksana kegiatan.
2. Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan bulanan SP2TP dan
mengirimkan laporan tersebut ke DInas Kesehatan Dati II paling lambat tanggal
10 bulan berikutnya.
3. Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan tahunan SP2TP dan
mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Dati II paling lambat 31 Januari tahun
berikutnya.
4. Menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing pelaksana kegiatan.
5. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP kepada Kepala
Puskesmas.
6. Mempersiapkan pertemuan berkala setiap 3 bulan yang dipimpin oleh Kepala
Puskesmas dengan pelaksanaan kegiatan untuk menilai pelksanaan kegiatan
SP2TP.
 Anggota (Pelaksana Kegiatan di Puskesmas)
Pelaksana kegiatan SP2TP bertugas:
1. Mencatat setiap kegiatan pada kartu individu dan register yang ada.
2. Mengadakan bimbingan terhadap Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.
3. Melakukan rekapitulasi data dari hasil pencatatan dan laporan Puskesmas
Pembantu serta Bidan di Desa menjadi laporan kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya. Hasil dari rekapitulasi ini merupakan bahan untuk mengisi/membuat
laporan SP2TP.
4. Setiap tanggal 5 mengisi/membuat laporan SP2TP dari hasil kegiatan masing-
masing dalam 2 rangkap dan disampaikan kepada coordinator SP2TP Puskesmas.
Dengan rincian satu rangkap untuk arsip coordinator SP2TP Puskesmas dan satu
rangkap oleh Koordinator SP2TP Puskesmas disampaikan ke Dinas Kesehatan
Dati II.
5. Mengolah dan memanfaatkan data hasil rekapitulasi untuk tindak lanjut yang
diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya.
6. Bertanggung jawab atas kebenaran isi laporan kegiatannya.

Pembuatan pola struktur organisasi Puskesmas dapat mengacu pada Kebijakan


Dasar Puskesmas (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.128/Menkes/SK/II/2004),
menetapkan pola struktur organisasi Puskesmas sebagai berikut :
Kepala Puskesmas, yaitu seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum
pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat. Struktur tergantung jenis kegiatan dan
beban kerja. Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala Puskesmas
dalam mengelola:
1. Data dan informasi
2. Perencanaan dan penilaian
3. Keuangan
4. Umum dan kepegawaian

3. ACTUATING
Setelah perencanaan dan pengorganisasian selesai dilakukan, maka langkah
selanjutnya yang perlu ditempuh dalam manajemen adalah mewujudkan rencana tersebut
dengan mempergunakan organisasi yang terbentuk. Langkah tersebut adalah actuating
yang secara harfiah diartikan sebagai member bimbingan namun istilah tersebut lbih
condong diartikan penggerak atau pelaksanaan.
Jadi, actuating artinya menggerakkan orang-orang mau bekerja dengan sendirinya
atau dengan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan dikehendaki secara
efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan. Actuating adalah
pelaksanaan untuk bekerja. Untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dari aktivitas
tersebut, maka manajer mengambil tindakan-tindakannya kearah itu. Seperti : Leadership
( pimpinan ), perintah, komunikasi dan conseling (nasehat). Actuating disebut juga
“gerakan aksi“ mencakup kegiatan yang dilakukan sorang manager untuk mengawali dan
melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur-unsur perencanaan dan
pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai.
Tujuan fungsi actuating (penggerakan) adalah :
1. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
2. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
3. Menumbuhkn rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
4. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi
dan prestasi kerja staf
5. Membuat organiasi berkembang lebih dinamis
Mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali
dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian
agar tujuan-tujuan dapat dicapai.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 3
komponen yang saling berhubungan yaitu komponen koordinasi, pengarahan dan
pimpinan. Yang sejalan dengan penelitian Ridwan (2010), yang dimana pimpinan selaku
administrator memiliki tugas yaitu melakukan koordinasi dan mengarahkan seluruh
komponen manajemen agar tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Agar pelaksanaan kesehatan masyarakat dapat berjalan secara berhasil guna dan berdaya
guna, maka dilakukan lokakarya mini puskesmas pada tingkat puskesmas atau di
masyarakat yang mencakup :
1. Menetapkan pembagian wilayah binaan
2. Menetapkan penanggung jawab dan pelaksana kegiatan
3. Menetapkan uraian tugas koordinator dan pelaksana puskesmas
4. Koordinasi lintas program dan lintas sektoral dari instansi terkait
5. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas puskesmas
6. Menggerakkan partisipasi masyarakat/peran serta masyarakat dan pembinaan
kader, daa wisma, dukun bayi,dll
7. Menyediakan kesempatan konsultasi kepada koordinator, penanggung jawab
daerah binaan atau pelaksana puskesmas
8. Pimpinan puskesmas melaksanakan bimbingan teknis kegiatan puskesmas kepada
koordinator dan penanggung jawab daerah binaan termasuk pelaksanaan
puskesmas. Penerapan proses keperawatan dapat meminta bantuan tim penilaian
atau kepada institusi pendidikan
9. Pengembangan kegiatan-kegiatan inovatif sesuai kemampuan daerah/masyarakat.
Menurut Nawawi (2000) pelaksanaan atau penggerakan (actuating) yang
dilakukan setelah organisasi memiliki perencanaan dan melakukan pengorganisasian
dengan memiliki struktur organisasi termasuk tersedianya personil sebagai pelaksana
sesuai dengan kebutuhan unit atau satuan kerja yang dibentuk. Di antara kegiatan
pelaksanaan adalah melakukan pengarahan, bimbingan dan komunikasi termasuk
koordinasi.
Koordinasi sebagai proses pengintegrasian tujuan dan kegiatan pada satuan
kerja yang terpisah suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Tanpa koordinasi, individu dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan
atas peranan mereka dalam organisasi. Mereka mulai mengejar kepentingan diri
sendiri yang sering merugikan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.
Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi
dalam pelaksanaan. Apabila tugas tersebut memerlukan informasi antar satuan, derajat
koordinasi yang tinggi adalah yang paling baik. Koordinasi sangat dibutuhkan bagi
organisasi yang menetapkan tujuan tinggi.

4. CONTROLLING

Pengawasan (controlling) sebagai elemen atau fungsi keempat manajemen ialah


mengamati dan mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi.Bedasarkan hasil penelitian bahwa penilaian selalu dilakukan untuk mengetahui
bagaimana hasil dari pelaksanaan kegiatan tersebut. Selain itu, juga dapat mengarahkan
bawahan agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan benar sesuai dengan maksud
dan tujuan yang telah ditetapkan.

Controlling dalam manajemen puskesmas merupakan indikator keberhasilan


puskesmas yang meliputi 2 faktor yaitu menjadi indikator pencapaian sehat meliputi
lingkungan, perilaku masyarakat, layanan kesehatan dan status kesehatan mrliputi KEP
balita, insiden penyakit yang berbasis lingkungan dan kesehatna ibu dan anak. Selain itu
juga merupakan indicator penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
pemberdayaan masyarakat dan keluarga, pelayanan kesehatan tingkat I.

Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja


standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk
membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan
apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau
pemerintahan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan
perusahaan atau pemerintahan. Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan suatu
perencanaan. Dengan adanya pengawasan maka perencanaan yang diharapkan oleh
manajemen dapat terpenuhi dan berjalan dengan baik.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya
kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. melalui
pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan
untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan,
melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau
evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga
dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

5. EVALUATION

Salah satu ukuran pengawasan yang digunakan oleh manajer guna mencapai hasil
organisasi adalah system penilaian kerja karyawan.Melalui evaluasi regular dari setiap
pelaksanaan kerja pegawai manajer dapat mencapai beberapa tujuan.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi


yang tidak diinginkan kemudian diperbaiki sehingga tujuan dapat tercapai sesuai
harapan.Hasil penelitian dapat menjelaskan bahwa dari serangkaian kegiatan yang telah
disusun dan direncanakan yang kemudian berakhir pada tahap pengawasan yang dimana
pada tahap ini kita melihat hasil dari kegiatan yang dilaksanakan berhasil atau tidaknya
yang kemudian nantinya akan menjadi koreksi dan catatan penting bagi pelaksanaan
kegiatan selanjutnya yang lebih baik lagi guna mencapai tujuan yang sesungguhnya.

a. Prinsip – prinsip evaluasi :

1. Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja, orientasi


tingkah laku untuk posisi yang ditempati.
2. Sample tingkah laku perawat yang cukup representative
3. Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerja, standar pelaksanaan kerjadan
bentuk evaluasi untuk peninjauan ulang.
4. Terdapat strategi pelaksanaan kerja yang memuaskan dan strategi perbaikan yang
diperlukan.
5. Manajer menjelaskan area mana yang dijadiakn prioritas Pertemuan evaluasi
antara perawat dan menajer sebaiknya dilakukan
6. dalam waktu yang tepat.
7. Laporan evaluasi maupun pertemuan tersusun secara rapih sehingga membantu
dalam pelaksanaan kerja.

Alat evalausi :

1. Laporan tanggapan bebas

2. Pengurutan ayng sederhana

3. Checklist pelaksanaan kerja

4. Penilian grafik (henderson, 1984)

Penilaian Kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil
kerja/prestasi Puskesmas. laporan kinerja yang telah dibuat merupakan gambaran dari
situasi dan kondisi yang ada di Puskesmas, baik dari segi sarana – prasarana dan sumber
daya manusia yang ada, sehingga dari hasil yang ada dapat dinilai kinerja dari Puskesmas
itu sendiri.

Pelaksanaan penilaian dimulai dari tingkat Puskesmas sebagai instrument mawas


diri karena setiap puskesmas melakukan penilaian kinerjanya secara mandiri, kemudian
Dinas Kesehatan Kabupaten melakukan verifikasi hasilnya.

b. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penyusunan Laporan Kinerja secara umum agar tercapai tingkat kinerja
Puskesmas yang berkualitas secara optimal dalam mendukung pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan Kabupaten. Dimana secara khusus untuk mendapatkan
gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan dan mutu kegiatan serta manajemen
Puskesmas pada akhir tahun kegiatan. Diharapkan dengan adanya laporan kinerja dapat
menjadi umpan balik bagi pelaksanaan program di Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten untuk ikut serta dalam pembangunan kesehatan.

c. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penilaian Kinerja Puskesmas meliputi penilaian pencapaian hasil
pelaksanaan pelayanan kesehatan, manajemen Puskesmas dan mutu pelayanan.

Secara garis besar lingkup penilaian kinerja Puskesmas tersebut berdasarkan pada upaya-
upaya Puskesmas dalam menyelenggarakan :

1. Pelayanan Kesehatan ;

 Upaya Kesehatan Wajib.


 Upaya Kesehatan Pengembangan.

2. Pelaksanaan Manajemen Puskesmas dalam penyelenggaraan kegiatan, meliputi :

 Proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan mini lokakarya dan pelaksanaan


penilaian kinerja.
 Manajemen sumber daya termasuk manajemen alat, obat, keuangan, dll.

3. Mutu Pelayanan :

 Penilaian input pelayanan berdasarkan standar yang ditetapkan.


 Penilaian proses pelayanan dengan menilai tingkat kepatuhannya
terhadap standar pelayanan yang telah ditetapkan.
 Penilaian output pelayanan berdasarkan upaya kesehatan yang diselenggarakan,
dimana masing – masing program kesehatan mempunyai indikator mutu
tersendiri.
 Penilaian out come pelayanan antara lain melalui pengukuran tingkat kepuasan
pengguna jasa pelayanan Puskesmas.
Penerapan Fungsi Manajemen (POACE) pada Kehidupan Sehari-hari ( Organisasi
Kampus)

1. Planning
Planing atau Perencanaan dibuat pada saat pelantikan dan dirapatkan oleh seluruh angota
organisasi.
Perencanaan adalah susunan langkah-langkah secara sistematis dan teratur untuk
mencapai tujuan organisasi atau memecahkan sesuatu. Dalam melaksanakan prencanaan ada
kegiatan yang harus dilakukan, yaitu melakukan perkiraan (rencana) kegiatan organisasi dan
penganggaran (budgeting). Perkiraan berfungsi untuk menentukan rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan kedepan oleh organisasi sebagai upaya mencapai tujuan organisasi.
Setelah merencanakan aktivitas organisasi secara sistematis dan terukur, maka perlu juga
melakukan perencanaan pengagaran untuk melakukan kegiatan. Prinsip dalam melakukan
perencanaan penganggaran,adalah menggunakan segala sumber daya keuangan sacara efisien
dan seefektif mungkin hal ini perlu direncanakan secara serius, agar organisasi tidak
melakukan pemborosan keuangan, selain itu sekaligus juga melihat sumber daya keuangan
yang bisa diperoleh di luar organisasi

2. Organizing
Menejer puncak menyusun struktur oraganisasi yang formal sesuai dengan bakat serta
keahlian masing-masing, namun tetap berdasarkan pada SK Rektor. Untuk menjadi anggota
organisasi, memiliki kriteria tertentu yang harus dimiliki. Salah satunya melalui kegiatan
pengkaderan terlebih dahulu bagi setiap anggota yang ingin masuk kedalam organisasi.
Dalam pengorganisasian anggota yang disusun harus bisa mengorganisasikan dan
memadukan seluruh potensi SDM tersebut agar dapat bekerja secara sinergis untuk mencapai
tujuan organisasi.

3. Actuating
Pengarahan oleh seorang ketua dalam memengaruhi bawahannya. Dimana seorang ketua
harus biasa mengarahkan anggotanya untuk bisa bekerja sesuai dengan prosedur tertentu.
Inti dari actuating adalah mengerakan semua anggota kelompok untuk bekerja agar
mencapai tujuan organisasi. Actuating meliputi kepim pinan dan organisasi. Kepemimpinan
yakni gaya memimpin dari sang pemimpin dalam mengoptimalkan seluruh potensi dan
sumberdaya organisasi agar mengarah pada pencapaian tujuan. Sedangkan kordinasai yakni
suatu aktifitas membawa orang-orang yang terlibat organisasi ke dalam suasana kerjasama
yang harmonis dan menghindari kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat.

4. Controlling
Pengawasan oleh seorang ketua terhadap bawahannya dalam melaksanakan fungsi dann
tugasnya. Ketua juga menggawasi setiap program kerja yang akan dijalankan oleh setiap
anggotanya.
Controling bukanlah hanya sekedar mengendalikan pelaksanan program dan aktfitas
organisasi namun juga mengawasi sehingga bila perlu mengadakan koreksi. Intinya adalah
proses memastikan pelaksanan agar sesuai dengan rencana.

5. Evaluation

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi yang


tidak diinginkan kemudian diperbaiki sehingga tujuan dapat tercapai sesuai harapan.
pada tahap ini kita melihat hasil dari kegiatan yang dilaksanakan berhasil atau tidaknya
yang kemudian nantinya akan menjadi koreksi dan catatan penting bagi pelaksanaan
kegiatan selanjutnya yang lebih baik lagi guna mencapai tujuan yang sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai