Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

ACTUATOR 1

Dibuat untuk memenuhi mata kuliah Aktuator

oleh :

SYACHRIAL JUSUF (NIM 2167341070)

PROGRAM STUDI MEKATRONIKA

TEKNIK OTOMASI MANUFAKTUR DAN MEKATRONIKA

POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG


2019
PRAKTIKUM 1

GENERATOR DC SERI

1.1. Tujuan

 Mahasiswa mengetahui dan memahami prinsip pengaturan tegangan pada generator


seri
 Mahasiswa mengetahui serta dapat membuat kurva karakteristik beban pada rangkaian
generator seri

1.2. Landasan Teori

Generator DC seri disebut serikarena rangkaian eksitasi/penguat disambung


secara seri dengan jangkarnya. Sehingga arus medan (Is) sama dengan arus jangkar (Ia)
sama dengan arus beban (IL).

Ia = Arus armature
Is = Arus kumparan seri
Ea = GGL Armatur
Rs = Tahanan kumparan seri
Ra = Tahanan Armatur
IL = Arus pada beban
Vt = Tegangan beban

Pada kondisi berbeban arus medan bertambah sehingga Ea bertambah dengan


cepat. Akan tetapidrop tegangan Ia. (Ra+Rs) juga bertambah dengan cepat sehingga
terjadi penurunan tegangan yang cepat pula. Pada mulanya pertambahan Wa lebih cepat
akan tetapi kondisinya cepat jenuh sehingga Ea hamper konstan meskipun beban masih
bertambah. Akhirnya pada kondisi sudah jenuh Ea sudah tidak dapat bertambah,

1
sementara arus beban (IL) masih terus bertambah, maka terjadilah penerununan tegangan
terminal dengan tajam.

1.3. Rangkaian Percobaan

1.4. Komponen Yang Diperlukan

 Multimeter
 Magnetik Powder Brake
 Tachometer
 Generator Dc
 Tahanan Geser
 DC Power Supply
 Kontrol Unit

1.5. Langkah Percobaan

1. Periksa dan catat spesifikasi dari generator DC yang ada pada papan namanya.
2. Buatlah rangkaian untuk menjalankan generator DC hubungan seri dengan kontrol
tegangan seperti pada gambar 1.1. Setelah itu dengan memindahkan amperemeter pada
resistor bebannya buatlah rangkaian generator seri untuk mengetahui karakteristik
bebannya.
3. Dengan kecepatan konstan lakukan pengukuran V (tegangan), untuk setiap perubahan
I (arus) dan catat hasilnya pada tabel 1.1.

2
4. Untuk mengetahui karakteristik beban pada generator seri ubahlah resistor beban
sehingga dihasilkan nilai arus yang telah ditentukan, kemudian amati perubahan
tegangannya. Masukan hasil pengamatan pada tabel 1.2.

1.6. Data Hasil Percobaan

N (rpm) IA (A) UG (V)


0.1 8.55
0.4 9.47
0.6 10.54
1400 0.8 11.84
1 13.41
1.2 15.33

Tabel 1.1 Pengaturan tegangan pada generator seri

1A (A) 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.4 1.6

VG (V) 6,52 38,55 4,47 51,92 58,64 61,33 59,2 59,2

P (W) 0 7,71 19,38 31,15 46,91 61,33 82,88 94,12

Tabel 1.2 Karakteristik beban dan generator seri

1.7. Kurva Karakteristik

20

15.33
13.41
11.84
10 10.54
9.47
8.55

0.4 0.6 0.8 1 1.2


0 0.2
1 2 3 4 5 6

IA (A) UG (V)

Kurva 1.1 Pengaturan tegangan pada generator seri

3
Kurva karakteristik
100
94.12
90
80 82.88
70
60 58.64 61.33 59.2 59.2
50 51.92
46.91
40 38.55
30 31.15
20 19.38
10 7.71
6.52 4.47
0 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.4 1.6
1 2 3 4 5 6 7 8

Ie Vg(V) P(W)

Kurva 1.2 Karakteristik beban dan generator seri

1.8. Analisa Data & Kurva Karakteristik

Pada generator seri dapat dilihat sesuai dengan kurva, generator dan hambatan
membuat nilai tegangan dan arus terus meningkat.

1.9. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa generator seri dapat membuat tegangan terus


meningkat, namun nilai yang dihasilkan oleh generator yang di eksitasi dengan yang tidak
dieksitasi akan berbeda, hasil yang di eksitasi akan lebih tinggi daripada yang tidak
dieksitasi. Dan hambatan juga membantu dalam meningkatnya arus medan.

1.10. Tugas

1. Dari data yang anda dapatkan buatlah suatu kurva karakteristik hubungan tegangan
dengan kecepatan.
2. Bandingkan hasil pengukuran dan kurva karakteristik anda dengan teori yang ada.
3. Buatlah Analisa serta kesimpulan dari hasil yang anda dapatkan.

4
PRAKTIKUM 2

GENERATOR DC SHUNT

2.1. Tujuan

 Mahasiswa dapat melaukan pengaturan tegangan pada generator shunt dengan


mengatur bebannya.
 Mahasiswa dapat membuat kurva karakteristik beban dari hasil percobaan pada
rangkaian generator shunt.

2.2. Landasan Teori

Pada generator shunt, arus medan disuplai dari tegangan jangkar mesin. Arus
jangkar Ia yang dihasilkan adalah, Ia = If + Il. Oleh karena itu generator shunt ini termasuk
generatoe penguat senidri yang artinya arus medan disuplai dari jangkar mesin itu sendiri,
maka harus ada tegangan awal pada generator tersebut sebelum diputar oleh prime mover
(penggerak mula). Tegangan awal ini dihasilkan akibat adanya fluks sisa (residual flux)
didalam akibat adalnya fluks sisa (residual flux) didalam kutub generator. Sehingga
tegangan awalnya sebesar:

Ea = K. Фres. ω volt
dimana Фres = fluks residu

Tegangan kecil yang dibangkitkan tersebut akan menghasilkan arus kecil di


kumaparan jangkar. Arus ini akan menghasilkan magnetomotive force kutub (mmf). Yang
akan terus bertambah seiring dengan berputarnya generator sehingga tegangan terminal
mencapai nominalnya.

Garis lengkung pada gambar diatas menggambarkan kurva permagnetan untuk


generator penguat sendiri, sedangkan garis lurus menyatakan persamaan tegangan

5
kumparan medan (Ish.Rsh).0a adalah fluks residu dan menimbulkan pada kumparan
medan sebesar 0b. dengan adanya arus kumparan ini tegangan induksi membesar menjadi
0c (akibat bertambahnya fluks). Selanjutnya tegangan 0c memperkuat arus medan
menjadi sebesar 0d. demilian proses ini berlangsung sampai generator mencapai tegangan
stabil di titik X.

Maka dapat disimpulkan bahwa gagalnya pembangkitan tegangan generator


shunt dikarenakan:

 Tidak adanya fluks residu.


 Arah putaran generator terbalik.
 Pengaturan tahanan medan pada nilai yang lebih besar kritisnya.

2.3. Rangkaian Percobaan

6
2.4. Komponen Yang Diperlukan

 Ampereeter DC
 Voltmeter DC
 Magnetik Powder Brake
 Control Unit
 Tachometer
 Load Resistor
 Generator Dc
 Tahanan Geser
 DC Power Supply

7
2.5. Langkah Percobaan

1. Periksa dan catat spesifikasi dari generator DC yang ada pada papan nama.
2. Buatlah rangkaian untuk menjalankan generator DC hubungan shunt/parallel baik
eksitasi sendiri maupun eksitasi terpisah dengan control tegangan dan karakteristik
beban.
3. Aturlah besarnya IA sesuai dengan table 2.1a dengan merubah posisi RA. Amati
perubahan VA setiap terjadi perubahan nilai pada IA, jagalah nilai IE dan kecepatan motr
sesuai dengan nilai yang telah ditentukan.
4. Lakukan hal yang sama dengan cara hamper sama dengan langkah nomor 3 untuk
generator dengan eksitasi sendiri. Aturlah kecepatana motor dan arus eksitasi pada
generator sesuai dengan table 2.1b amatilah nilai IA dan VA nilai untuk setiap perubahan
nilai kecepatan dan nilai arus eksitasinya.
5. Dengan cara yang sama lakukan langkah 3 dan 4 untuk pengaturan beban pada
generator shunt eksitasi terpisah maupun eksitasi sendiri.

2.6 Data Hasil

1A (A) 0.3 (0.1) 0.6 (0.2) 0.9 (0.3) 1.2 (0.4) 1.5 (0.5)
VG (V) 29 26 18 12 2.6
P (W) 2.9 5,1 5,4 4,8 1.25

Tabel 2.1a Pengontrolan tegangan dengan eksitasi terpisah

N (rpm) IE 1A (A) VG (V)


2900 (3000) 0.15 0,41 27
2800 (2970) 0.14 0,33 24
2700 (2900) 0.13 0,30 23
2600 (2870) 0.13 (0.11) 0,27 20
2500 (2750) 0.12 (0.9) 0,22 18

Tabel 2.1b Pengontrolan tegangan dengan eksitasi sendiri

8
1A (A) 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
(0.02) (0.04) (0.06) (0.08) (0.1) (0.12) (0.14) (0.16)
UG (V) 5,8 7 7,9 8,6 9 11 12,5 14
P (W) 0,1 0,25 0,50 0,75 1,1 1.5 2,0 2,2

Ie = 0.1 a, N = 2500 (2600) rpm


Tabel 2.2a Karakteristik beban dengan eksitasi sendiri

V (volt) 265 200 175 150 125 100 75 25


1A (A) 0,02 0,20 0,27 0,33 0,34 0,40 0,42 0,45
P (W) 20,1 39,8 40,2 31 32,1 30 26,2 11,3

N = 2700 rpm, ie = 100 ma


Tabel 2.2b Karakteristik dengan beban eksitasi terpisah

Catatan : nilai yang berada di dalam tanda kurung adalah nilai actual.

2.7 Kurva Karakteristik

35
30 29
25 26
20
18
15
12
10
5 5.1 5.4 4.8
2.9 2.6
1.25
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

Ua (V) P (W)

Kurva 2.1a Pengontrolan tegangan dengan eksitasi terpisah

72.9
24.3 27 24 23 20 18
8.1
2.7
0.9
3000
0.41 2970 2900 2870 2750
0.3 0.33 0.3 0.27 0.22
0.15 0.14 0.13 0.11 0.12
0.1

Ie (A) Ia (A) Vg (V)

Kurva 2.1b Pengontrolan tegangan dengan eksitasi sendiri

9
30
25 26 26 26 26 26 26 26 26

20
15 14
12.5
10 11
7.9 8.6 9
5.8 7
5
0.75 1.1 1.5 2 2.2
0 0.1 0.25 0.5
0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16

Ug (V) P (W) Nx100 (rpm)

Kurva 2.2a Karakteristik beban dengan eksitasi sendiri

300

265
250

200 200
175
150 150
125
100 100
75
50
39.8 40.2 32.1
31 30 26.2 25
20.1
11.3
0 0.02 0.2 0.27 0.33 0.34 0.4 0.42 0.45
1 2 3 4 5 6 7 8

V (volt) IA (A) P (W)

Kurva 2.2b Karakteristik dengan beban eksitasi terpisah

2.8 Analisa Data & Kurva Karakteristik

Pada generator shunt dapat dilihat jika generator shunt tidak memperoleh arus
eksitasi, maka generator tidak akan menghasilkan tegangan dan energi. Dan saat eksitasi
sendiri energi dapat terus meningkat dikarenakan kecepatan motor terus meningkat, dan
semakin tinggi arus yang di dapat maka semakin tinggi juga tegangan yang dihasilkan.

2.9 Kesimpulan
Pada generator shunt dengan karakteristik yang berbeda akan menghasilkan hasil
yang berbeda. Pada setiap karakteristik juga saat arus atau kecepatan meningkat, akan
sangat mempengaruhi tegangan dan energi atau daya.

10
2.10 Tugas

1. Dari data yang anda dapatkan buatlah suatu kurva karakteristik tegangan dengan
kecepatan dan tegangan dengan arus medan.
2. Bnadingkan hasil pengukuran dan kurva karakteristik anda dengan teori yang ada.

11
PRAKTIKUM 3

GENERATOR DC KOMPON

3.1. Tujuan

 Mahasiswa dapat merangkai generator kompon dengan eksitasi sendiri dan terpisah
untuk control tegangan dan karakteristik beban.
 Mahasiswa dapat melakukan pengukuran tegangan output, kecepatan serta arus
armature maputun arus eksitasi dari generator DC Kompon.
 Mahasiswa mengetahui fungsi dan tujuan dari pengaturan arus medan.

3.2. Landasan Teori

Generator kompon merupakan gabungan dari generator shunt dan generator seri, yang
dilengkapi dengan kumparan shunt dan seri dengan sifat yang dimiliki merupakan gabungan
dari keduanya. Generator kompon bisa dihubungkan sebagai kompon pendek atau dalam
kompon panjang. Perbedaan dari kedua hubungan ini hampir tidak ada, karena tahanan
kumparan seri kecil, sehingga tegangan drop pada kumparan ini ditinjau dari tegangan terminal
kecil sekali dan terpengaruh.
Biasanya kumparan seri dihubungkan sedemikian rupa, sehingga kumparan seri ini
membantu kumparan shunt, yakni MMF nya searah. Bila generator ini dihubungkan seperti itu,
maka dikatakan generator itu mempunyai kumparan kompon bantu.

Mesin yang mempunyai kumparan seri melawan medan shunt disebut kompon lawan
dan ini biasanya digunakan untuk motor atau generator- generator khusus seperti untuk mesin
las. Dalam hubungan kompon bantu yang mempunyai peranan utama ialah kumparan shunt
dan kumparan seri dirancang untuk kompensasi MMF akibat reaksi jangkar dan juga tegangan
drop di jangkar pada range beban tertentu. Ini mengakibatkan tegangan generator akan diatur
secara otomatis pasa satu range beban tertentu

 Kompon Panjang

12
 Kompon pendek

3.3. Rangkaian Percobaan

13
3.4. Komponen Yang Diperlukan

 Amperemeter DC
 Voltmeter DC
 Tachometer
 Generator Dc
 Starter/Resistor Beban
 DC Power Supply

3.5. Langkah Percobaan

1. Buatlah rangkaian untuk menjalankan generator DC Kompon/campuran dengan control


tegangan untuk eksitasi sendiri.
2. Aturlah besarnya RB sehingga didapatkan nilai IA.
3. Aturlah besarnya RF sehingga didapatkan nilai IE.
4. Buatlah rangkaian untuk menjalankan generator DC Kompon/campuran dengan
karakteristik beban untuk eksitasi terpisah.
5. Aturlah nilai arus yang masuk ke kumparan jangkar pada generator dengan merubah
nilai RB dan amati perubahan tegangan jangkarnya.

3.6 Data Hasil

1A (A) 0.3 0.6 0.9 1.2


VA (V) 27,24 30,07 24,11 16,21

Rpm = 2000
Tabel 3.1a control tegangan dengan arus jangkar

1A (A) 50 70 90 110
VA (V) 12,83 17,56 20,4 27,2

Rpm 1000
Tabel 3.1b control tegangan dengan arus exciter

IA (A) VA (V) PA (W)


0.3 23,1 6,93
0.5 31,07 15,535

0.7 35,2 24,64

14
0.9 36,19 32,571

1.0 35,8 35,8

1.1 34,5 37,5

1.2 33,32 39,984

1.3 31,74 41,262

Rpm 2000
Tabel 3.2 Karakteristik beban terhadap arus jangkar

3.7 Kurva Karakteristik

35

30

25

20
VA (A)

15

10

0
0.3 0.6 0.9 1.2
IA (A)

Kurva 3.1a control tegangan dengan arus jangkar

110

90

70

50

27.2
17.56 20.4
12.83

1 2 3 4

1A (A) VA (V)

Kurva 3.1b control tegangan dengan arus exciter

15
IA (A) VA (V) PA (W)

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8

Kurva 3.2 Karakteristik beban terhadap arus jangkar

3.8 Analisa Data & Kurva Karakteristik

Pada generator kompon dapat dilihat bahwa saat control tegangan dengan arus
exciter, dan arus jangkar, tegangan meningkat. Namun pada karakteristik beban terhadap
arus jangkar, selain tegangan meningkat, daya juga meningkat dikarenakan arus yang
didapat semakin besar.

3.9 Kesimpulan

Pada generator kompon terdapat hubungan antara generator dc seri dengan


generator dc shunt, yang dimana ketika arus bertambah besar maka tegangan dan daya
yang dihasilkan akan bertambah besar, namun apakah hasilnya konstan atau tidak
tergantung dari karakteristik yang digunakan.

3.10 Tugas

1. Dari data yang anda dapatkan buatlah suatu kurva karakteristik tegangan dengan arus
jangkar, daya dan arus jangkar.
2. Bandingkan hasil pengukuran dan kurva karakteristik yang telah anda buat dengan teori
yang ada.

16
PRAKTIKUM 4

MOTOR DC SERI

4.1. Tujuan

 Mahasiswa mampu merangkai dan mengoperasikan motor DC Seri dengan dan tanpa
starter.
 Mahasiswa dapat merangkai motor DC dengan putaran searah dan berlawanan arah
jarum jam.
 Mahasiswa dapat menjelaskan efek tahanan starter dan tahanan medan dengan
menggunakan regulator pada pengaturan kecepatan.
 Mahasiswa mengetahui pengaruh perubhan beban terhadap tegangan.

4.2. Landasan Teori

Dalam motor seri, gulungan medan (medan shunt) dihubungkan secara seri
dengan gulungan dinamo (A) seperti ditunjukkan dalam gambar 5. Oleh karena itu,
arus medan sama dengan arus dinamo. Berikut tentang kecepatan motor seri (Rodwell
International Corporation, 1997;

L.M. Photonics Ltd, 2002):


– Kecepatan dibatasi pada 5000 RPM
– Harus dihindarkan menjalankan motor seri tanpa ada beban sebab motor akan
mempercepat tanpa terkendali.

17
Motor-motor seri cocok untuk penggunaan yang memerlukan torque penyalaan awal
yang tinggi, seperti derek dan alat pengangkat hoist

4.3. Rangkaian Percobaan

4.4. Komponen Yang Diperlukan

 Ampereeter DC
 Voltmeter DC
 Motor DC
 Unit Kontrol

18
 Magnetic powder brake
 Tahanan geser
 DC Power Supply

4.5. Langkah Percobaan

1. Periksa dan carat spesifikasi dari motor DC yang ada pada papan nama.
2. Buatlah rangkaian untuk menjalankan motor DC hubungan seri dengan dan tanpa
starter.
3. Pada motor DC seri dengan starter aturlah tahanan startnya dari 0 Ω sampai 47 Ω.
4. Buatlah rangkaian untuk menjalankan motor DC seri dengan putaran searah jarum
jam.
5. Buatlah rangkaian untuk menjalankan motor DC seri dengan putaran berlawanan
arah jarum jam.
6. Rangkailah motor DC seri gambar 4.5 Ubahlah tahanan startnya dari 0 Ω sampai
100 Ω.

4.6 Data Hasil

Starter 0 47
Arus start IA (A) 0,4 0,45
Tegangan Jangkar VA (V) 91,4 97

Tabel 4.1 Perubahan tahanan start

Starter R(%) N (rpm) IA (A) VA (V)


10 530 100 0,35
25 1000 100 0,4
50 1400 100 0,4
100 1655 100 0,45

Tabel 4.2 Pengaturan kecepatan

19
4.7 Kurva Karakteristik

120

100 97
91.4
80

60

40

20

0 0.4 0.45
0 47

Arus Starter(Ia) Tegangan Jangkar (Va)

Tabel 4.1 Perubahan tahanan start

1800
1600 1655

1400 1400
1200
1000 1000
800
600
530
400
200
100 100 100 100
0 0.35 0.4 0.4 0.45
10% 25% 50% 100%

Nx10 (rpm) Va (Va) Ia (mA)

Tabel 4.2 Pengaturan kecepatan

4.8 Analisa Data & Kurva Karakteristik

Pada motor DC seri dapat dilihat bahwa saat perubahan tahanan start, arus
mengalami penurunan dan tegangan juga menurun. Dan pada pengaturan kecepatan,
tegangan mengalami peningkatan, sedangkan kecepatan dan arus mengalami penurunan.

20
4.9 Kesimpulan

Pada motor DC seri hambatan mempengaruhi daya yang dibutuhkan, dan


kecepatan juga dipengaruhi oleh arus. Jika arus meningkat dan kecepatan naik, torisnya
akan kecil.

4.10 Tugas

1. Buatlah kurva karakteristik starter dengan kecepatan, tegangan jangkar dan arus
jangkar dari motor DC seri yang anda amati.
2. Bandingkan kurva karakteristik motor yang anda amati dengan teori yang ada.
3. Dari data dan hasil pengamatan yang anda dapatkan buatlah Analisa dan kesimpulan
tentang motor DC seri.

21
PRAKTIKUM 5

MOTOR DC SHUNT

5.1. Tujuan

 Mahasiswa dapat mernagkai dan mengoperasikan motor DC Shunt dengan atau tanpa
menggunakan starter, sehingga dapat mengukur arus awal dan tegangan jangkarnya.
 Mahasiswa dapat membuat rangkaian membolak-balik arah putaran pada motor DC
Shunt.
 Mahasiswa dapat mengatur perubahan kecepatan dengan menggunakan field regulator
sambil mengukur kecepatan, tegangan jangkar dan arus eksitasi

5.2. Landasan Teori

Pada motor shunt, gulungan medan (medan shunt) disambungkan secara paralel dengan
gulungan dinamo (A). Oleh karena itu total arus dalam jalur merupakan penjumlahan arus
medan dan arus dinamo.

Karakter kecepatan motor DC tipe shunt adalah :


 Kecepatan pada prakteknya konstan tidak tergantung pada beban (hingga torque
tertentu setelah kecepatannya berkurang) dan oleh karena itu cocok untuk
penggunaan komersial dengan beban awal yang rendah, seperti peralatan mesin.

 Kecepatan dapat dikendalikan dengan cara memasang tahanan dalam susunan


seri dengan dinamo (kecepatan berkurang) atau dengan memasang tahanan pada
arus medan (kecepatan bertambah).

22
5.3. Rangkaian Percobaan

5.4. Komponen Yang Diperlukan

 Ampereeter DC
 Voltmeter DC
 Motor DC
 Unit Kontrol
 Magnetic powder brake
 Tahanan geser
 DC Power Supply

23
5.5. Langkah Percobaan

1. Periksa dan carat spesifikasi dari motor DC yang ada pada papan nama.
2. Buatlah rangkaian untuk menjalankan motor DC hubungan shunt dengan dan tanpa
starter.
3. Pada motor DC shunt dengan starter aturlah tahanan startnya dari 0 Ω sampai 47 Ω.
4. Buatlah rangkaian untuk menjalankan motor DC shunt dengan putaran searah jarum
jam.
5. Buatlah rangkaian untuk menjalankan motor DC shunt dengan putaran berlawanan
arah jarum jam.
6. Rangkailah motor DC shunt gambar 5.5 Ubahlah tahanan startnya dari 0 Ω sampai
100 Ω.

5.6 Data Hasil

Starter (Ω) 0 47
Arus start IA (A) 1 1
Tegangan Jangkar VA (V) 100,6 101

Tabel 5.1 Perubahan tahanan start

Tahanan medan (%) Starter R(%) N (rpm) IE (A) VA (V)


0 50 650 15.2 0.5
50 75 145 10.8 0.2
100 100 0 4.6 0.2
100 50 72 10.6 0.2
75 50 176 10.1 0.22
0 0 1470 100 0.6

Catatan:
5% : 5/100 x (400-5) + 5 = 180
75% : 75/100 x (400-5) + 5 = 267
100% : 400

Tabel 5.2 Pengaturan kecepatan

24
5.7 Kurva Karakteristik

Starter Arus Start Ia (mA) Tegangan Jangkar Va (V)

120

100

80

60

40

20

0
1 2

Kurva 5.1 Perubahan tahanan start

160
147
140
120
100 100
80
60 65

40
20 17.6
15.2 14.5
10.8 10.6 10.1
4.6 7.2
0 0.5 0.2 0.2
0 0.2 0.22 0.6
50% 75% 100% 50% 50% 0%

Nx10 (rpm) Ie (A) Va (V)

Kurva 5.2 Pengaturan kecepatan

5.8 Analisa Data & Kurva Karakteristik

Pada motor DC shunt dapat dilihat pada karakteristik perubahan tahanan start
arus tidak mengalami perubahan yang signifikan atau bahkan tidak mengalami perubahan
sama sekali dan tegangan jangkar hanya mengalami perubahan kenaikan sedikit. Dan pada
pengaturan kecepatan, tahanan starter dan tahanan medan sama-sama mempengaruhi

25
kecepatan motor. Tahanan starter membuat kecepatan meningkat sedangkan tahanan
beban membuat kecepatan motor melambat.

5.9 Kesimpulan
Pada motor DC shunt tahanan mempengaruhi kecepatan motor, kecepatan pada
prakteknya konstan tidak tergantung pada beban (hingga torque tertentu setelah
kecepatannya berkurang) dan oleh karena itu cocok untuk penggunaan komersial
dengan beban awal yang rendah, seperti peralatan mesin.

5.10 Tugas

1. Buatlah kurva karakteristik starter dan tahanan medan dengan kecepatan dari motor
DC shunt yang anda amati.
2. Buatlah kurva karakteristik starter dan tahanan medan tegangan jangkar dan arus
jangkar dari motor DC shunt yang anda amati.
3. Buatlah kurva karakteristik tegangan jangkar fungsi kecepatan.
4. Buatlah kurva karakteristik arus medan fungsi kecepatan.
5. Bandingkan kurva karakteristik motor yang anda amati dengan teori yang ada.
6. Dari data dan hasil pengamatan yang anda dapatkan buatlah Analisa dan kesimpulan
tentang motor DC shunt.

26
PRAKTIKUM 6

MOTOR DC KOMPON

6.1. Tujuan

 Mahasiswa dapat mengetahui arus start dan tegangan jangkar pada motor DC Kompon
dengan ataun tanpa tahanan starter.
 Mahasiswa dapat merangkai motor DC Kompon dengan putaran searah dan berlawanan
arah jarum jam.
 Mahasiswa dapat mengatur kecepatan motor DC kompon dengan menggunakan starter
dan fiel regulator, serta mengamati tegangan jangkar dan arus eksitasi.

5.2. Landasan Teori

Motor Kompon DC merupakan gabungan motor seri dan shunt. Pada motor
kompon, gulungan medan (medan shunt) dihubungkan secara paralel dan seri dengan
gulungan dinamo (A). Sehingga, motor kompon memiliki torque penyalaan awal yang
bagus dan kecepatan yang stabil. Makin tinggi persentase penggabungan (yakni persentase
gulungan medan yang dihubungkan secara seri), makin tinggi pula torque penyalaan awal
yang dapat ditangani oleh motor ini. Contoh, penggabungan 40-50% menjadikan motor
ini cocok untuk alat pengangkat hoist dan derek, sedangkan motor kompon yang standar
(12%) tidak cocok

5.3. Rangkaian Percobaan

27
5.4. Komponen Yang Diperlukan

 Ampereeter DC
 Voltmeter DC
 Motor DC
 Unit Kontrol
 Magnetic powder brake
 Tahanan geser
 DC Power Supply

5.5. Langkah Percobaan

1. Buatlah rangkaian untuk menjalankan motor DC Kompon dengan dan tanpa starter
2. Atur tahanan startnya 24 Ohm dan 47 Ohm kemudian ukurlah IA dan VA dari masing-
masing nilai tahanan start tersebut.
3. Buatlah rangkaian untuk menjalankan motor DC kompon dengan putaran searah dan
berlawanan arah jarum jam. Kemudian jelaskan apa yang menjadi factor penentu arah
putaran motor.
4. Buatlah rangakaian untuk menjalankan motor DC kompon dengan starter dan field
regulator. Atuurlah kecepatan motor dengan starter dan field regulator tersebut,
kemudian amati perubahan VA,IE, dan kecepatannnya untuk masing-masing perubahan
nilai starter dan field regulator.

28
6.6 Data Hasil

Tahanan Starter IA VA
24Ω 0.25 89.8
47Ω 0.25 87.8

Tabel 6.1 Starter pada motor DC kompon

Tahanan medan (%) Starter R(%) N (rpm) VA (V) IE (ma)


0 50 1236 76,5 0,4
50 75 1120 88,2 0,3
100 100 1130 92 0,3
100 50 1027 82,9 0,3
75 50 1049 82,3 0,3
0 0 88 7,43 0,2

Tabel 6.2 Kontrol kecepatan

6.7 Kurva Karakteristik

100
90 89.8 87.8
80
70
60
50
40
30
20
10
0 0.25 0.25
24Ω 47Ω

Arus Start Ia (mA) Tegangan Jangkar Va (V)

Kurva 6.1 Starter pada motor DC kompon

29
1400

1200 1236
1120 1130
1000 1027 1049

800

600

400

200
76.5 88.2 92 82.9 82.3 88
0 0.4 0.3 0.3 0.3 0.3 7.43
0.2
50 75 100 50 50 0

N (rpm) Ie (A) Va (V)

Kurva 6.2 Kontrol kecepatan

6.8 Analisa Data & Kurva Karakteristik

Pada motor DC kompon bisa dilihat pada starterpada motor DC kompon arus tidak
mempengaruhi tegangan. Dan pada control kecepatan tegangan dan arus dipengaruhi oleh
hambatan starter.

6.9 Kesimpulan

Motor DC kompon adalah gabungan dari motor DC seri dan motor DC shunt.
Motor kompon juga memiliki torque lebih bagus dengan kecepatan yang konstan, namun
torque akan lebih meningkat ketika gulungan medan seri lebih dominan.

6.10 Tugas

1. Buatlah kurva karakteristik starter dan tahanan medan dengan kecepatan, dari motor
DC shunt yang anda amati.
2. Buatlah kurva karakteristik starter dan tahanan medan tegangan jangkar dan arus
jangkar dari motor DC shunt yang anda amati.
3. Buatlah kurva karakteristik arus medan fungsi kecepatan.
4. Buatlah kurva karakteristik tegangan jangkar fungsi kecepatan.
5. Dari data yang anda amati peroleh buatlah Analisa dan kesimpulan.

30
PRAKTIKUM 7

KARAKTERISTIK BEBAN

7.1 Alat dan bahan

a. control unit
b. Magnetic powder brake
c. DC Multi-circuit compound
d. DC PSU
e. Rubber coupling sleeve
f. Coupling guard
g. Shaft end guard
h. Multimeter
7.2 Rangkaian percobaan
a. Motor DC Seri

b. Motor DC Shunt

31
c. Motor DC Kompon

7.3 Data Percobaan


a. Motor DC Seri

b. Motor DC Shunt

c. Motor DC Kompon

32
7.4 Kurva Karakteristik
a. Motor DC Seri

Motor DC seri
2500

2000 1969
1683
1500 1485 1400 1331 1260 1193 1131
1000 1012

500

0 0.3 0.5 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.4


1 2 3 4 5 6 7 8 9

M(Nm) n(rpm)

b. Motor DC Shunt

Motor DC Shunt
2330 2335 2300 2299 2290 2325 2337 2313

1900

0.3 0.5 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.4


1 2 3 4 5 6 7 8 9

M(Nm) n(rpm)

c. Motor DC Kompon

33
Motor DC Kompon
2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9

M(Nm) n(rpm)

7.5 Analisa dan kesimpulan

a. Motor DC sumber daya sendiri/ Self Excited: motor shunt


Pada motor shunt, gulungan medan (medan shunt) disambungkan secara paralel dengan
gulungan dinamo (A) seperti diperlihatkan dalam gambar 4. Oleh karena itu total arus
dalam jalur merupakan penjumlahan arus medan dan arus dinamo.

Berikut tentang kecepatan motor shunt (E.T.E., 1997):


1. Kecepatan pada prakteknya konstan tidak tergantung pada beban (hingga torque tertentu
setelah kecepatannya berkurang, lihat Gambar 4) dan oleh karena itu cocok untuk
penggunaan komersial dengan beban awal yang rendah, seperti peralatan mesin.
2. Kecepatan dapat dikendalikan dengan cara memasang tahanan dalam susunan seri
dengan dinamo (kecepatan berkurang) atau dengan memasang tahanan pada arus medan
(kecepatan bertambah).

34
b. Motor DC daya sendiri: motor seri

Dalam motor seri, gulungan medan (medan shunt) dihubungkan secara seri dengan
gulungan dinamo (A) seperti ditunjukkan dalam gambar 5. Oleh karena itu, arus medan
sama dengan arus dinamo. Berikut tentang kecepatan motor seri (Rodwell International
Corporation, 1997;

L.M. Photonics Ltd, 2002):

– Kecepatan dibatasi pada 5000 RPM

– Harus dihindarkan menjalankan motor seri tanpa ada beban sebab motor akan
mempercepat tanpa terkendali. Motor-motor seri cocok untuk penggunaan yang memerlukan
torque penyalaan awal yang tinggi, seperti derek dan alat pengangkat hoist (lihat Gambar 5).

c. Motor DC Kompon/Gabungan
Motor Kompon DC merupakan gabungan motor seri dan shunt. Pada motor kompon,
gulungan medan (medan shunt) dihubungkan secara paralel dan seri dengan gulungan
dinamo (A) seperti yang ditunjukkan dalam gambar 6. Sehingga, motor kompon
memiliki torque penyalaan awal yang bagus dan kecepatan yang stabil. Makin tinggi
persentase penggabungan (yakni persentase gulungan medan yang dihubungkan secara
seri), makin tinggi pula torque penyalaan awal yang dapat ditangani oleh motor ini.
Contoh,
penggabungan 40-50% menjadikan motor ini cocok untuk alat pengangkat hoist dan
derek, sedangkan motor kompon yang standar (12%) tidak cocok (myElectrical, 2005).

35
36

Anda mungkin juga menyukai