Anda di halaman 1dari 34

MODUL TEORI

PENGORGANISASIAN DAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT

KONSEP PERSIAPAN SOSIAL DAN


KADERISASI DALAM PENGORGANISASIAN
DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

KELOMOK 5
KELAS 3B D-IV KEBIDANAN
1. Peggy Helpri Hatini Gea (P07524417066)
2. Muzia C. Aritonang (P07524417062)

POLTEKKES KEMENKES MEDAN


PRODI D-IV JURUSAN KEBIDANAN
T.A. 2019/2020
Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
berkah dan karunia-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan Modul
PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT tentang
Konsep Persiapan Sosial Dan Kaderisasi Dalam Pengorganisasian Dan Pengembangan
Masyarakat.
Modul ini disusun sebagai referensi dan bahan belajar untuk mahasiswa Program
D-IV Kebidanan yang diselenggarakan oleh Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Medan.
Penyusun mengucapkan terima kasih atas berbagai bantuan baik materil maupun
imateril dari berbagai pihak atas keberhasilan penyusunan modul ini.
Semoga modul ini dapat digunakan secara efektif dan dapat menjadi media yang
dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan untuk dapat mampu memahami dan
mampu menganalisa mengenai PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT tentang Konsep Persiapan Sosial Dan Kaderisasi Dalam
Pengorganisasian Dan Pengembangan Masyarakat. bagi mahasiswa program D-IV
Kebidanan.

Medan, Desember 2019

Penyusun

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 2


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 4

A. Latar Belakang .................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5

C. Tujuan ................................................................................................................. 5

BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................... 6

1. Konsep Persiapan Sosial ..................................................................................... 6

2. Konsep Partisipasi Sosial .................................................................................... 8

3. Kaderisasi dalam Partisipasi Sosial................................................................... 16

BAB III. KESIMPULAN ......................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 29

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 3


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat, Relevansi, Tujuan, dan Petujuk Belajar

A. Latar Belakang
Pengorganisasian masyarakat adalah pekerjaan yang terjadi pada pengaturan lokal
untuk memberdayakan individu, membangun hubungan, dan membuat tindakan untuk
perubahan sosial. Sekarang ini menata diri dan memberdayakan masyarakat nampaknya
masih menjadi pilihan yang patut kita pertimbangkan untuk terus kita lakukan. Yang
diharapkan dapat mendorong kesadaran dan pemahaman kritis masyarakat tentang
berbagai aspek yang senantiasa berkembang dalam kehidupan masyarakat. Mendorong
digunakannya kearifan-kearifan budaya sebagai alat dalam mewujudkan tatanan kehidupan
masyarakat dan negara yang lebih demokratis maupun dalam menyelesaikan setiap
permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Organisasi masyarakat merupakan kekuatan yang memperjuangkan kepentingan
masyarakat secara keseluruhan. Dalam melakukan perjuangan kepentingan masyarakat,
organisasi masyarakat tidak akan henti – hentinya sampai kapanpun. Sebab, musuh – musuh
masyarakat juga tidak akan henti – hentinya dalam melakukan penindasan terhadap
masyarakat.
Landasan filosofis dari kebutuhan untuk melakukan pengorganisasian masyarakat
adalah pemberdayaan. Karena pada dasarnya masyarakat sendiri yang seharusnya berdaya
dan menjadi penentu dalam melakukan perubahan sosial. Perubahan sosial yang dimaksud
adalah perubahan yang mendasar dari kondisi ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan.
Dalam konteks masyarakat, perubahan sosial juga menyangkut multidemensional. Dalam
demensi ekonomi seringkali ‘dimimpikan’ terbentuknya kesejahteraan dan keadilan sosial
bagi seluruh warga masyarakat.
Model pemberdayaan masyarakat dikembangkan untuk memfasilitasi terwujudnya
kedaulatan rakyat yang mampu mengatasi permasalahan-permasalahan masyarakat secara
partisipatif, aspiratif dan berkelanjutan untuk kepentingan masyarakat. Meskipun demikian,
dalam kenyataannya upaya tersebut belum begitu menggembirakan. Program
pemberdayaan, belum sepenuhnya diikuti dengan menguatkan kelompok atau institusi yang
benar-benar dapat menyalurkan aspirasi dan mengembangkan inisiatif dan keikutsertaan
masyarakat dalam proses kebijakan masih belum jelas dan masih ditempatkan sebagai

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 4


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

sasaran program yang kadang-kadang tersisihkan oleh desakan kepentingan kelompok


tertentu yang berorientasi pada suatu tujuan.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Konsep Persiapan Sosial itu?
2) Bagaimana Konsep Partisipasi itu?
3) Bagaimana Kaderisasi itu?

DESKRIPSI SINGKAT

odul ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk mampu


memahami Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat dalam Konsep
Persiapan Sosial Dan Kaderisasi Dalam Pengorganisasian Dan Pengembangan
Masyarakat. Dengan mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa dapat mengamalkan
dengan baik mengenai Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat dalam
Konsep Persiapan Sosial Dan Kaderisasi Dalam Pengorganisasian Dan Pengembangan
Masyarakat tersebut baik dimasayarakat ataupun di komunitas.

RELEVANSI

Materi dalam modul ini berkaitan dengan materi mata kuliah


Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini diharapkan peserta didik mampu


menjelaskan Konsep Persiapan Sosial dan Kaderisasi dalam PPM.

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 5


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

 PETUNJUK BELAJAR

1. Bacalah uraian dan contoh pada kegiatan belajar secara detail. Tujuan untuk
mengetahui pokok-pokok pikiran yang diuraikan dalam kegiatan belajar ini.
2. Setelah anda mengetahui garis besar pokok-pokok pikiran dalam materi uraian
ini,baca sekali lagi secara lebih cermat. Membaca secara cermat bertujuan untuk
mengetahui pokok-pokok pikiran dari setiap sub pokok bahasan.
3. Untuk memudahkan anda mencari kembali hal-hal penting seperti prinsip dan
konsep essensial, beri tanda pada konsep dan prinsip penting. Kemudian anda cari
hubungan antara konsep tersebut,sehingga anda memiliki konsep
4. Bila anda merasa belum yakin dalam membaca uraian pada kegiatan belajar
ini,ulangi lagi membaca materi kegiatan belajar sekali lagi
5. Pelajari cara menyelesaikan soal pada contoh-contoh soal yang diberikan pada
kegiatan belajar ini,caranya adlah sebagiai berikut ini :
a. Baca soal yang anda kerjakan
b. Analisis materi dalam soal ini dengan menuliskan apa-apa saja yang
diketahui dalam soal ini
c. Cari permasalahan atau pertanyaan dari soal tersebut
d. Buat kerangka rencan penyelesaian soal tersebut dengan menukiskan
konsep yang diperlukan dan cari hubungan antarkonsep tersebut
e. Tuliskan hasil jawaban anda pada akhir penyelesaian soal

6. Setelah anda membaca , mempelajari dan berlatih materi uraian pada kegiatan
belajar pada modul ini, coba selesaikan soal-soal pada tes formatif yang tertulis
pada bagian akhir modul ini tanpa melihat kunci jawaban.

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 6


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

Konsep Persiapan Sosial Dan Kaderisasi


Dalam Pengorganisasian Dan
Pengembangan Masyarakat

Setelah mempelajari kegiatan belajar ini mahasiswa diharapkan akan mampu


menguraikan bagaimana Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat dalam
Konsep Persiapan Sosial Dan Kaderisasi Dalam Pengorganisasian Dan Pengembangan
Masyarakat dan dapat mengamalkannya.

Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan mahasiswa :


1. Dapat menjelaskan pengertian, tujuan/kegunaan Pengorganisasian dan
Pengembangan Masyarakat dalam Konsep Persiapan Sosial Dan Kaderisasi
Dalam Pengorganisasian Dan Pengembangan Masyarakat dan dapat
mengamalkannya.
2. Dapat menjelaskan bagaimana Konsep Persiapan Sosial Dan Kaderisasi Dalam
Pengorganisasian Dan Pengembangan Masyarakat.
3. Dapat menjelaskan faktor Konsep Persiapan Sosial Dan Kaderisasi Dalam
Pengorganisasian Dan Pengembangan Masyarakat.

Pokok – pokok materi yang akan dibahas dalam modul ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana Konsep Persiapan Sosial itu?
2) Bagaimana Konsep Partisipasi itu?
3) Bagaimana Kaderisasi itu?

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 7


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

1) KONSEP PERSIAPAN SOSIAL

Tujuan persiapan sosial adalah mengajak berpartisipasi atau peran serta masyarakat
sejak awal kegiatan, sampai dengan perencanaan program, pelaksanaan hingga
pengembangan program kesehatan masyarakat. Kegiatan-kegiatan dalam persiapan sosial
ini lebih ditekankan kepada persiapan-persiapan yang harus dilakukan baik aspek teknis,
administratif dan program-program kesehatan yang akan dilakukan.

a.) Tahap Pengenalan Masyarakat.

Dalam tahap awal ini kita harus datang ketengah-tengah masyarakat dengan hati
yang terbuka dan kemauan untuk mengenal sebagaimana adanya, tanpa disertai prasangka
buruk sambil menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan.

b.) Tahap Pengenalan Masalah.

Dalam tahap ini dituntut suatu kemampuan untuk dapat mengenal masalahmasalah
yang memang benar-benar menjadi kebutuhan masyarakat. Beberapa pertimbangan yang
dapat digunakan untuk menyusun skala prioritas penanggulangan masalah adalah:
1) Beratnya Masalah. Seberapa jauh masalah tersebut menimbulkan gangguan
terhadap masyarakat.
2) Mudahnya Mengatasi.
3) Pentingnya Masalah bagi Masyarakat, yang paling berperan disini adalah
subyektivitas masyarakat sendiri dan sangat dipengaruhi oleh kultur budaya
setempat.
4) Banyaknya Masyarakat yang Merasakan Masalah,misalnya perbaikan gizi, akan
lebih mudah dilaksanakan diwilayah yang banyak balitanya.

c.) Tahap Penyadaran Masyarakat.

Tujuan tahap ini adalah menyadarkan masyarakat agar mereka tentang tahu dan
mengerti masalah-masalah kesehatan yang mereka hadapi sehingga dapat berpartisipasi

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 8


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

dalam penanggulangannya serta tahu cara memenuhi kebutuhan akan upaya pelayanan
kesehatan sesuai dengan potensi dan sumber daya yang ada. Agar masyarakat dapat
menyadari masalah dan kebutuhan mereka akan pelayanan kesehatan, diperlukan suatu
mekanisme yang terencana dan terorganisasi dengan baik, untuk itu beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan dalam rangka menyadarkan masyarakat:
1) Lokakarya Mini Kesehatan.
2) Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
3) Rembuk Desa.

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 9


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

2) KONSEP PARTISIPASI SOSIAL

Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang
kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam defenisi tersebut
kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya partisipasi adalah
suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam
pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan
tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun
bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.
Jadi dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi
adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta dalam memberikan respon
terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung
pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya.

1. Pengertian Partisipasi
Menurut Rogers, partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota dalam mengambil
keputusan, termasuk dalam perencanaan. Namun pada dasarnya Partisipasi berarti ikut serta,
tetapi dalam bahasa kita hampir tidak ada perbedaan antara kata tersebut sebagai kata kerja
(to participate) atau kata benda (participation).
Dalam arti manapun sudah jelas bahwa dalam partisipasi ada minimal dua kelompok
warga yang saling hubungannya cukup menyatu (united) karena pada awalnya mempunyai
tujuan hidup yang tidak sepenuhnya sama.
Sehingga seorang aktivis yang ingin mengembangkan partisipasi perlu menemukan
satu tujuan (purpose) yang bukan hanya diterima oleh kelompok- kelompok dalam
Community tetapi sekaligus salah satu dari kebutuhan mereka yang dirasakan penting.
Saat ini masalah peran serta masyarakat (partisipasi) dalam pembangunan menjadi
topik utama dimana kegagalan dalam setiap program pemerintah disebabkan oleh kurangnya
keikutsertaan masyarakat.
Alasan mengapa keikutsertaan (partisipasi) masyarakat dikatakan penting pada masa
pembangunan sekarang, antara lain :

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 10


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

1) Kita sedang berada dalam masa transisi dalam pembangunan era pertanian ke era
industri
2) Terciptanya demokrasi dan keterbukaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
3) Sebanyak 27 juta rakyat Indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan
4) Berkembangnya etos kerja yang negatif
5) Masih terjadi pemisahan golongan antara kaum elite dan kaum bawahan.

Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan
emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan. Keterlibatan aktif
dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata.
Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau
perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan
sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab
terhadap usaha yang bersangkutan.

Manfaat Partisipasi Masyarakat:


 Partisipasi adalah perwujudan kedaulatan rakyat, yang menempatkan mereka
sebagai awal dan tujuan pembangunan.
 Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemampuan pribadi untuk turut serta
dalam menentukan keputusan yand menyangkut masyarakat. Dengan kalimat lain
partisipasi merupakan bentuk “memanusiakan manusia” (nguwongake).
 Partisipasi adalah proses saling belajar bersama antara pemerintah dan masyarakat,
sehingga bisa saling menghargai, mempercayai, dan menumbuhkan sikap yang arif.
 Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan balik informasi tentang aspirasi,
kebutuhan, dan kondisi masyarakat.
 Partisipasi merupakan kunci pemberdayaan dan kemandirian masyarakat.
 Partisipasi merupakan cara yang paling efektif untuk mengembangkan kemampuan
masyarakat dalam pengelolaan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan.
 Partisipasi bisa mencegah timbulnya pertentangan, konflik, dan sikap-sikap waton
suloyo.
 Partisipasi bisa membangun rasa memiliki masyarakat terhadap agenda
pemerintahan, kemasyarakatan, dan pembangunan.

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 11


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

 Partisipasi dipandang sebagai pencerminan demokrasi. (IRE, 2003)

2. Urgensi Partisipasi
Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991: 154-155) sebagai berikut:
1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai
kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya
program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal
2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa
dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih
mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki
terhadap proyek tersebut
3. Suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat
mereka sendiri.

Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah meningkatnya kemampuan
(pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam
sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan
keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang lebih panjang.
Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana tertuang dalam Panduan
Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh Department for International
Development (DFID) (dalam Monique Sumampouw, 2004: 106-107) adalah:
a) Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak
dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.
b) Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang
mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk
menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog
tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.
c) Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan
iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.
d) Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai pihak yang
terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk
menghindari terjadinya dominasi.
e) Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak mempunyai
tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan
Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 12
Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan


keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.
f) Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan
aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling
memberdayakan satu sama lain.
g) Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling
berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang
berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.

3. Esensi Partisipasi
Kata partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu “Partisipation” yang artinya
pengambilan bagian, pengikutsertaan. Sedangkan kata “Partisipation” berasal dari kata
“Partisipate” yang berarti mengikutsertakan. Seiring dengan definisi tersebut partisipasi
dapat diartikan sebagai turut serta berperan serta atau keikutsertaan.
Dalam kamus bahasa Indonesia definisi partisipasi adalah hal yang berkenaan
dengan turut serta dalam suatu kegiatan atau berperan serta dalam suatu kegiatan atau
berperan serta. Jadi, dapat diartikan bahwa partisipasi adalah suatu bentuk kerjasama yang
diberikan apabila suatu pihak sedang melakukan suatu kegiatan.
Dengan keterlibatan dirinya, berarti keterlibatan pikiran dan perasaannya. Misalnya
anda berpartisipasi/ ikut serta (dapat anda rasakan sendiri), maka anda melakukan kegiatan
itu karena menurut pikiran anda perlu dan bahwa perasaan anda pun menyetujui/berkenan
untuk melakukannya.
R.A Santoso Sastropoetro mengemukakan pengertian partisipasi adalah keterlibatan
yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kepentingan
kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Jenis-jenis partisipasi yang dikemukakan oleh sastropoetro, sebagai berikut:
1. Partisipasi dalam pikiran.
Dalam hal ini partisipasi berupa mengusulkan pendapat dan merencanakan
berbagai kegiatan demi kesuksesan suatu kegiatan atau program.
2. Partisipasi dalam tenaga
Partisipasi ini dapat berupa sumbangsih tenaga yang diberikan oleh sebagian atau
seluruh masyarakat sehingga suatu kegiatan atau program dapat berjalan lancer.
3. Partisipasi dalam keahlian.

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 13


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

Bentuk partisipasi ini adalah berdasarkan dari tingkat keahlian, keterampilan,


pendidikan, dan pekerjaan yang dimiliki oleh sebagian atau seluruh masyarakat.
4. Partisipasi dalam fasilitas.
Partisipasi yang dimaksudkan disini adalah partisipasi atau keikutsertaan yang dapat
berupa kontribusi melalui uang, barang, dan jasa.

4. Metode Pendekatan Partisipasi


1. Pendekatan pasif, pelatihan dan informasi
Yakni pendekatan yang beranggapan bahwa pihak eksternal lebih menguasai
pengetahuan, teknologi, keterampilan dan sumber daya. Dengan demikian partisipasi
tersebut memberikan komunikasi satu arah, dari atas ke bawah dan hubungan pihak
eksternal dan masyarakat bersifat vertikal.
2. Pendekatan partisipasi aktif
Yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berinteraksi secara lebih
intensif dengan para petugas eksternal, contohnya pelatihan dan kunjungan.
3. Pendekatan partisipasi dengan keterikatan masyarakat atau individu
Diberikan kesempatan untuk melakukan pembangunan, dan diberikan pilihan untuk
terikat pada sesuatu kegiatan dan bertanggung jawab atas kegiatan tersebut.
4. Pendekatan dengan partisipasi setempat
Yaitu pendekatan dengan mencerminkan kegiatan pembangunan atas dasar
keputusan yang diambil oleh masyarakat setempat.

5. Mewujudkan Masyarakat Partisipasi

Berbagai upaya dapat dilakukan untuk menumbuhkan partisipasi di masyarakat:


1. Mengeksplorasi nilai-nilai yang berkaitan dengan semangat partisipasi (kebersamaan
dan solidaritas, tanggung jawab, kesadaran kritis, sensitif perubahan, peka terhadap
lokalitas dan keberpihakan pada kelompok marginal, dll).
2. Menghidupkan kembali institusi-institusi volunteer sebagai media kewargaan yang
pernah hidup dan berfungsi untuk kemudian dikontekstualisasi dengan perkembangan
yang terjadi di masyarakat terutama dinamika kontemporer (Mis. forum rembuk
desa/dusun).

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 14


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

3. Memfasilitasi tebentuknya asosiasi-asosiasi kewargaan yang baru berbasiskan


kepentingan kelompok keagamaan, ekonomi, profesi, minat dan hobi, dan politik
maupun aspek-aspek kultural lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai arena interaksi
terbuka.
4. Mengkampanyekan pentingnya kesadaran inklusif bagi warga desa dalam menyikapi
sejumlah perbedaan yang terjadi dengan mempertimbangkan kemajemukan.
5. Memperluas ruang komunikasi publik atau semacam public sphere yang dapat
dimanfaatkan warga desa untuk melakukan kontak-kontak sosial dan kerjasama. (IRE,
2003)

6. Peran Organisasi Dalam Partisipasi

Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang
terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang
mereka pilih. Agar dapat berinteraksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada
organisasi yang bersangkutan. Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui
hal-hal apa saja yang harus dilakukan.
Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan
emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.
Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah
semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau
perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan
sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab
terhadap usaha yang bersangkutan.

Unsur-unsur :
Menuruth Keith Davis ada tiga unsur penting partisipasi.
1. Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu
keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya
keterlibatan secara jasmaniah.
2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai
tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk
membantu kelompok.

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 15


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang
menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa
“sense of belongingness”.

Jenis-jenis :
Keith Davis juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi, yaitu sebagai berikut:
1. Pikiran (psychological participation)
2. Tenaga (physical partisipation)
3. Pikiran dan tenaga
4. Keahlian
5. Barang
6. Uang

Syarat-syarat
Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berjalan dengan efektif, membutuhkan
persyaratan-persyaratan yang mutlak yaitu .
 Waktu. Untuk dapat berpatisipasi diperlukan waktu. Waktu yang dimaksudkan disini
adalah untuk memahamai pesan yang disampaikan oleh pemimpin. Pesan tersebut
mengandung informasi mengenai apa dan bagaimana serta mengapa diperlukan
peran serta.
 Bilamana dalam kegiatan partisipasi ini diperlukan dana perangsang, hendaknya
dibatasi seperlunya agar tidak menimbulkan kesan “memanjakan”, yang akan
menimbulkan efek negatif.
 Subyek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan organisasi dimana
individu yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatau yang menjadi perhatiannnya.
 Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, dalam arti kata yang
bersangkutan memiliki luas lingkup pemikiran dan pengalaman yang sama dengan
komunikator, dan kalupun belum ada, maka unsur-unsur itu ditumbuhkan oleh
komunikator.
 Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi timbal balik,
misalnya menggunakan bahasa yang sama atau yang sama-sama dipahami, sehingga
tercipta pertukaran pikiran yang efektif atau berhasil.
 Para pihak yang bersangkutan bebas di dlam melaksanakan peran serta tersebut
sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 16


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

 Bila partisipasi diadakan untuk menentukan suatu kegiatan hendaknya didasarkan


kepada kebebasan dalam kelompok, artinya tidak dilakukan pemaksaan atau
penekanan yang dapat menimbulkan ketegangan atau gangguan dalam pikiran atau
jiwa pihak-pihak yang bersangkutan. Hal ini didasarkan kepada prisnsip bahwa
partisipasi adalah bersifat persuasif.

Partisipasi dalam organisasi menekankan pada pembagian wewenang atau


tugas-tugas dalam melaksanakan kegiatannya dengan maksud meningkatkan efektif tugas
yang diberikan secara terstruktur dan lebih jelas.

Bentuk-bentuk organisasi
1. Organisasi politik
2. Organisasi sosial
3. Organisasi mahasiswa
4. Organisasi olahraga
5. Organisasi sekolah
6. Organisasi negara

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 17


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

3) KADERISASI DALAM PARTISIPASI


SOSIAL

1. Konsep Kaderisasi

Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan inti
dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa kaderisasi, rasanya sangat sulit
dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan tugas-tugas
keorganisasiannya dengan baik dan dinamis. Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan mutlak
membangun struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan.
Fungsi dari kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio) yang siap
melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Kader suatu organisasi adalah
orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu,
sehingga dia memiliki kemampuan yang di atas rata-rata orang umum. Bung Hatta pernah
menyatakan kaderisasi dalam kerangka kebangsaan, “Bahwa kaderisasi sama artinya dengan
menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada
masanya harus menanam.”
Dari sini, pandangan umum mengenai kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan
menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi (subyek). Dan kedua, sasaran
kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama, subyek atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi
adalah individu atau sekelompok orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi
dan kebijakan-kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan
tugas-tugas organisasi.
Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi, dengan pengertian lain adalah
individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi.
Sifat sebagai subyek dan obyek dari proses kaderisasi ini sejatinya harus memenuhi
beberapa fondasi dasar dalam pembentukan dan pembinaan kader-kader organisasi yang
handal, cerdas dan matang secara intelektual dan psikologis.
Sebagai subyek atau pelaku, dalam pengertian yang lebih jelas adalah seorang
pemimpin. Bagi Bung Hatta, kaderisasi sama artinya dengan edukasi, pendidikan!
Pendidikan tidak harus selalu diartikan pendidikan formal, atau dalam istilah Hatta

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 18


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

“sekolah-sekolahan”, melainkan dalam pengertian luas. Tugas pertama-tama seorang


pemimpin adalah mendidik. Jadi, seorang pemimpin hendaklah seorang yang memiliki jiwa
dan etos seorang pendidik.
Memimpin berarti menyelami perasaan dan pikiran orang yang dipimpinnya serta
memberi inspirasi dan membangun keberanian hati orang yang dipimpinnya agar mampu
berkarya secara maksimal dalam lingkungan tugasnya. Sedangkan sebagai obyek dari proses
kaderisasi, sejatinya seorang kader memiliki komitmen dan tanggung jawab untuk
melanjutkan visi dan misi organisasi ke depan. Karena jatuh-bangunnya organisasi terletak
pada sejauh mana komitmen dan keterlibatan mereka secara intens dalam dinamika
organisasi, dan tanggung jawab mereka untuk melanjutkan perjuangan organisasi yang telah
dirintis dan dilakukan oleh para pendahulu-pendahulunya.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam hal kaderisasi adalah potensi dasar
sang kader. Potensi dasar tersebut sesungguhnya telah dapat dibaca melalui perjalanan
hidupnya. Sejauhmana kecenderungannya terhadap problema-problema sosial
lingkungannya.
Jadi, di sana ada semacam landasan berfikir atau filosofi kaderisasi yang harus
mendapatkan porsi perhatian oleh setiap organisasi/pergerakan. Yaitu: harus ditemukan
upaya mencari bibit-bibit unggul dalam kaderisasi. Subyek harus mampu menawarkan visi
dan misi ke depan yang jelas dan memikat, serta menawarkan romantika dinamika
organisasi yang menantang bagi para kader yang potensial, sehingga mereka dengan senang
hati akan terlibat mencurahkan segenap potensinya dalam kancah organisasi. Untuk dapat
menjalankan peran tersebut, maka organisasi atau sebuah pergerakan harus terlebih dahulu
mematangkan visi-misi mereka; dan termasuk sikap mereka terhadap persoalan mendesak
dan aktual kemasyarakatan; serta pada saat yang sama tersedianya para pengkader yang
handal, untuk menggarap bibit-bibit potensial tadi.

2. Peran Kaderisasi

1. Pewarisan nilai-nilai organisasi yang baik


Proses transfer nilai adalah suatu proses untuk memindahkan sesuatu (nilai) dari satu
orang keorang lain (definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia). Nilai-nilai ini bisa
berupa hal-hal yang tertulis atau yang sudah tercantum dalam aturan-aturan
organisasi (seperti Konsepsi, AD ART, dan aturan-aturan lainnya) maupun nilai
yang tidak tertulis atau budaya-budaya baik yang terdapat dalam organisasi

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 19


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

(misalnya budaya diskusi) maupun kondisi-kondisi terbaru yang menjadi kebutuhan


dan keharusan untuk ditransfer.
2. Penjamin keberlangsungan organisasi
Organisasi yang baik adalah organisasi yang mengalir, yang berarti dalam setiap
keberjalanan waktu ada generasi yang pergi dan ada generasi yang datang (ga itu-itu
aja, ga ngandelin figuritas). Nah, keberlangsungan organisasi dapat dijamin dengan
adanya sumber daya manusia yang menggerakan, jika sumber daya manusia tersebut
hilang maka dapat dipastikan bahwa organisasinya pun akan mati. Regenerasi berarti
proses pergantian dari generasi lama ke generasi baru, yang termasuk di dalamnya
adanya pembaruan semangat.
3. Sarana belajar bagi anggota
Tempat di mana anggota mendapat pendidikan yang tidak didapat di bangku
pendidikan formal. Pendidikan itu sendiri berarti proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau sekelompok orang dalam proses mendewasakan manusia
melalui proses pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan di sini mencakup dua hal yaitu pembentukan dan pengembangan.
Pembentukan karena dalam kaderisasi terdapat output-output yang ingin dicapai,
sehingga setiap individu yang terlibat di dalam dibentuk karakternya sesuai dengan
output. Pengembangan karena setiap individu yang terlibat di dalam tidak berangkat
dari nol tetapi sudah memiliki karakter dan skill sendiri-sendiri yang terbentuk sejak
kecil, kaderisasi memfasilitasi adanya proses pengembangan itu.
Pendidikan yang dimaksudkan di sini terbagi dua yaitu dengan pengajaran (yang
dalam lingkup kaderisasi lebih mengacu pada karakter) dan pelatihan (yang dalam
lingkup kaderisasi lebih mengacu pada skill).
Dengan menggunakan kata pendidikan, kaderisasi mengandung konsekuensi adanya
pengubahan sikap dan tata laku serta proses mendewasakan. Hal ini sangat terkait
erat dengan proses yang akan dijalankan di tataran lapangan, bagaimana
menciptakan kaderisasi yang intelek untuk mendekati kesempurnaan pengubahan
sikap dan tata laku serta pendewasaan.

3. Posisi Kaderisasi

1. Strategis
Definisi dalam KBBI, rencana yg cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus.Perlu ada perencanaan yang matang dalam organisasi agar tujuannya

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 20


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

tercapai, salah satunya adalah kaderisasi yang baik. Bila kaderisasi baik, berarti
internal organisasi tersebut baik. Bila internal kaderisasinya sudah baik, semua
tujuan organisasi bisa tercapai dan bisa ‘ekspansi’ ke wilayah eksternal.
2. Vital
Ini menunjukkan urgensi dari kaderisasi. Jika, kaderisasi mati, cepat atau lambat
organisasi pun akan mati karena organisasi tidak berkembang dan tidak mampu
mengaktualisasi dirinya.

4. Fungsi Kaderisasi

1. Melakukan rekrutmen anggota baru


Penanaman awal nilai organisasi agar anggota baru bisa paham dan bergerak menuju
tujuan organisasi.
2. Menjalankan proses pembinaan, penjagaan, dan pengembangan anggota
Membina anggota dalam setiap pergerakkannya. Menjaga anggota dalam nilai-nilai
organisasi dan memastikan anggota tersebut masih sepaham dan setujuan.
Mengembangkan skill dan knowledge anggota agar semakin kontributif.
3. Menyediakan sarana untuk pemberdayaan potensi anggota sekaligus sebagai
pembinaan dan pengembangan aktif
Kaderisasi akan gagal ketika potensi anggota mati dan anggota tidak terberdayakan.
4. Mengevaluasi dan melakukan mekanisme kontrol organisasi
Kaderisasi bisa menjadi evaluator organisasi terhadap anggota. Sejauh mana
nilai-nilai itu terterima anggota, bagaimana dampaknya, dan sebagainya. (untuk itu
semua, diperlukan perencanaan sumber daya anggota sebelumnya)

5. Aspek Kaderisasi

Kaderisasi haruslah holistik. Banyak aspek yang harus tersentuh oleh kaderisasi
untuk menghasilkan kader yang ideal. Aspek tersebut adalah:
1. Fisikal (kesehatan)
2. Spiritual (keyakinan, agama, nilai)
3. Mental (moral dan etika, softskill, kepedulian)
4. Intelektual (wawasan, keilmuan, keprofesian)
5. Manajerial (keorganisasian, kepemimpinan)
Dari setiap aspek, harus ada sinergi dan keseimbangan agar tiap aspek bisa
menunjang aspek yang lainnya sehingga potensi si kader teroptimalisasi.

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 21


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

Bentuk kaderisasi:
1. Kaderisasi pasif
Kaderisasi pasif dilakukan secara insidental dan merupakan masa untuk kenaikan
jenjang anggota. Pada momen ini, anggota mendapatkan pembinaan ‘learning to
know’ dan sedikit ‘learning to be’. Pembinaan pasif sangat penting dan efektif dalam
pembinaan dan penjagaan.
2. Kaderisasi aktif
Yaitu kaderisasi yang bersifat rutin dan sedikit abstrak, karena pada kaderisasi ini,
anggotalah yang mencari sendiri ‘materi’-nya. Pada momen ini, anggota
mendapatkan pembinaan ‘learning to know’, ‘learning to do’, dan ‘learning to be’
sekaligus. Maka dalam hal ini sangat penting untuk dipahami, bahwa setiap rutinitas
kegiatan, haruslah memberdayakan potensi anggota sekaligus menjadi bentuk
pembinaan dan pengembangan aktif bagi anggota. Kaderisasi ini sangat baik dalam
proses pembinaan, penjagaan, dan pengembangan secara sistematis.

6. Profil Kader

Terkadang, orang-orang yang subjek kaderisasi (panitia) tidak memberi tahu kepada
objek kaderisasi (peserta), kader yang seperti apa yang ingin dibentuk atau dicapai. Hal
tersebut menyebabkan terjadi distorsi keberterimaan. Bisa jadi hal-hal penting yang
diberikan tidak diterima oleh objek kaderisasi.
Tetapi itu masih lebih baik, dibanding tidak ada output kader yang ingin dicapai.
Yang penting tujuan organisasi tercapai, atau yang lebih parah, yang penting ada kaderisasi.
Profil kader termasuk ke dalam hal-hal yang harus disiapkan atau ditargetkan prakaderisasi.
Profil ini bisa terkait dalam 4 hal (contoh saja):
1. Berhubungan dengan diri si kader (pengembangan diri kader: wawasan,
kemampuan)
2. Berhubungan dengan organisasi (kader yang mau berkontribusi untuk organisasi)
3. Berhubungan dengan masyarakat (kader yang bisa menjadi solusi bagi permasalahan
bangsa)
4. Berhubungan dengan basis organisasi (kader harus sesuai dengan basis organisasi,
misal: keilmuan, keprofesian, minat, bakat)

Profil kader ini tidak hanya digunakan ketika kaderisasi yang bersifat insidental saja
(event), tetapi juga kaderisasi berkelanjutan yang beriringan dengan aktivitas organisasi.

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 22


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

Selain itu, tidak cukup hanya menjadikan calon kader menjadi objek kaderisasi. Sebaiknya
kita juga ‘melakukan sesuatu’ kepada lingkungan atau suasana di sekitar calon kader agar
lebih kondusif untuk mencapai profil-profil ini. Misal, pengkader harus telah mencapai
profil si calon kader. Sehingga calon kader memiliki role model langsung (bisa terjadi
percepatan pembelajaran).

a) Pengertian Kaderisasi
Pengertian kader adalah “Sumber daya manusia yang melakukan proses pengelolaan
dalam suatu organisasi. Dalam pendapat lain kader suatu organisasi adalah orang yang telah
dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia
memiliki kemampuan yang di atas rata-rata orang umum.”
Pengertian di atas dapat dimaknai bahwa kader merupakan sumber daya manusia
sebagai calon anggota dalam organisasi yang melakukan proses seleksi yang dilatih dan
dipersiapkan untuk memiliki keterampilan dan disiplin ilmu. Proses seleksi dapat disebut
juga kaderisasi. Fungsi dari kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio) yang
siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Menurut Mawasdi Rauf;
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kaderisasi berawal dari kata "kader" yang
memiliki makna yaitu,"orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting dalam
sebuah organisasi." Dengan demikian , kaderisasi adalah suatu proses dalam membentuk
kader-kader baru dalam sebuah organisasi tersebut.
Kader berasal dari bahasa Yunani, yaitu cadre, yang berarti bingkai. Sementara
secara terminologi, kader adalah subyek yang berada dalam suatu organisasi yang bertugas
mewujudkan visi-misi organisasi tersebut. Dari pengertian tersebut, kemudian kita dapat
memahami pengertian kaderisasi yang merupakan proses yang dilakukan para kader
organisasi dalam mewujudkan visi-misi organisasi. Kaderisasi yang dilakukan oleh para
kader tersebutlah yang kemudian membingkai gambaran organisasi agar terlihat lebih jelas
dan membedakannya dengan yang bukan gambar ataupun gambaran organisasi lain.
Selain itu, kaderisasi juga menciptakan kader-kader yang mendukung sesuai dengan
yang diinginkan, bukan paksaan semata. Maksudnya adalah jangan kita membuat kegiatan
kaderisasi yang memang tidak dibutuhkan dalam organisasi tersebut.
Kader kesehatan merupakan perwujudan peran serta aktif masyarakat dalam
pelayanan terpadu, dengan adanya kader yang dipilih oleh masyarakat, kegiatan
diperioritaskan pada lima program dan mendapat bantuan dari petugas kesehatan terutama
pada kegiatan yang mereka tidak kompeten memberikannya.

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 23


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat,
yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering
dikaitkan dengan pelayanan rutin posyandu, sehingga seorang kader posyandu harus mau
bekerja secara sukarela dan ikhlas. Mau dan sanggup melaksanakan dan mengikuti kegiatan
posyandu.
Kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang dipilih untuk menangani masalah
kesehatan baik perorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang
amat dekat dengan tempat pelayanan kesehatan dasar.

b) Peran Kader
Peran kader dalam program kesehatan ibu dan anak adalah untuk
mengkonfirmasikan segala permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan
ibu hamil, bayi baru lahir serta mampu menjadi penggerak bagi kelompok atau organisasi
masyarakat yang ada. Salah satu fungsi kader dalam kesehatan ibu dan anak adalah
membantu tenaga kesehatan ibu dan anak adalah membantu tenaga kesehatan untuk
mengenal dan menemukan ibu hamil yang beresiko dengan melakukan kunjungan rumah.
Dengan terbentuknya kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang selama ini
dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh masyarakat. Dengan demikian
masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan, tetapai juga merupakan mitra
pembangunan itu sendiri. Selanjutnya dengan adanya kader, maka pesan-pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan sempurna berkat adanya kader, jelaslah bahwa
pembentukan kader adalah perwujudan pembangunan dalam bidang kesehatan.
Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader
bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah
maupun jenis pelayanan. Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter kader dan
semua pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut didalam
maupun diluar Posyandu antara lain:
a. Kegiatan yang dapat dilakukan kader di Posyandu adalah:
 Melaksanan pendaftaran.
 Melaksanakan penimbangan bayi dan balita.
 Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan.
 Memberikan penyuluhan.

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 24


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

 Member bantuan pelayanan


 Merujuk
b. Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar Posyandu KB-kesehatan adalah:
 Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulan
diare.
 Mengajak ibu-ibu untuk datang para hari kegiatan Posyandu.
 Kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan
permasalahan yang ada:
- Pemberantasan penyakit menular.
- Penyehatan rumah.
- Pembersihan sarang nyamuk.
- Pembuangan sampah.
- Penyediaan sarana air bersih.
- Menyediakan sarana jamban keluarga.
- Pembuatan sarana pembuangan limbah.
- Pemberian pertolongan pertama pada penyakit.
- P3K.
- Dana sehat.
- Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.
c. Peranan kader diluar Posyandu KB-kesehatan:
 Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan dan melaksanakan survei
mawas diri, membahas hasil survei, menyajikan dalam MMd, menentukan
masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan kegiatan
penanggulangan masalah kesehatan bersama masyarakat, membahas pembagian
tugas menurut jadwal kerja.
 Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi wawan muka (kunjungan), alat
peraga dan percontohan.
 Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk gotng ronyong,
memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan
dilaksanakan dan lain-lain.
 Memberikan pelayanan, yaitu :
 Melakukan pencatatan, yaitu:

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 25


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

 Melakukan pembinaan mengenai laima program keterpaduan KB-kesehatan dan


upanya kesehatan lainnya.
 Keluarga pembinaan yang untuk masing-masing untuk berjumlah 10-20KK atau
diserahkan dengan kader setempat hal ini dilakukan dengan memberikan
informasi tentang upanya kesehatan dilaksanakan.
 Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan.
 Melakukan pertemuan kelompok.

 Peran Kader di Posyandu


o Sebelum Hari Buka Posyandu
1) Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu.
2) Menyebarluaskan informasi tentang hari buka Posyandu melalui pertemuan
warga setempat atau surat edaran.
3) Melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi pendaftaran,
penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pemberian makanan tambahan, serta
pelayanan yang dapat dilakukan oleh kader
4) Melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya terkait
dengan jenis layanan yang akan diselenggarakan. Jenis kegiatan ini
merupakan tindak lanjut dari kegiatan Posyandu sebelumnya atau rencana
kegiatan yang telah ditetapkan berikutnya.
5) Menyiapkan bahan penyuluhan dan pemberian makanan tambahan.
Bahan-bahan penyuluhan sesuai permasalahan yang di dihadapi para
orangtua serta disesuaikan dengan metode penyuluhan, misalnya:
menyiapkan bahan-bahan makanan apabila ingin melakukan demo masak,
lembar balik untuk kegiatan konseling, kaset atau CD, KMS, buku KIA,
sarana stimulasi balita.
6) Menyiapkan buku-buku catatan kegiatan Posyandu.
o Saat Hari Buka Posyandu
1) Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, dan sasaran lainnya.
2) Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan anak pada
Posyandu, dilakukan penimbangan, pengukuran tinggi badan, pengukuran
lingkar kepala anak, pemantauan aktifitas anak, pemantauan status imunisasi

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 26


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

anak, pemantauan terhadap tindakan orangtua tentang pola asuh yang


dilakukan pada anak, pemantauan tentang permasalahan anak balita, dan lain
sebagainya.
3) Membimbing orangtua melakukan pencatatan terhadap berbagai hasil
pengukuran dan pemantauan kondisi anak balita.
4) Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita. Dalam kegiatan ini,
kader bisa memberikan layanan konsultasi, konseling, diskusi kelompok dan
demonstrasi dengan orangtua/keluarga anak balita.
5) Memotivasi orangtua balita agar terus melakukan pola asuh yang baik pada
anaknya, dengan menerapkan prinsip asih-asah-asuh.
6) Menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah datang ke Posyandu
dan minta mereka untuk kembali pada hari Posyandu berikutnya.
7) Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi kader apabila
ada permasalahan terkait dengan anak balitanya.
8) Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari buka
Posyandu.
o Sesudah Hari Buka Posyandu
1) Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari buka
Posyandu, anak yang kurang gizi, atau anak yang mengalami gizi buruk
rawat jalan, dan lain-lain.
2) Memotivasi masyarakat, misalnya untuk memanfaatkan pekarangan dalam
rangka meningkatkan gizi keluarga, menanam tanaman obat keluarga,
membuat tempat bermain anak yang aman dan nyaman. Selain itu,
memberikan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
3) Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan wilayah untuk
menyampaikan hasil kegiatan Posyandu serta mengusulkan dukungan agar
Posyandu terus berjalan dengan baik.
4) Menyelenggarakan pertemuan, diskusi dengan masyarakat, untuk membahas
kegiatan Posyandu. Usulan dari masyarakat digunakan sebagai bahan
menyusun rencana tindak lanjut kegiatan berikutnya.
5) Mempelajari Sistem Informasi Posyandu (SIP). SIP adalah sistem pencatatan
data atau informasi tentang pelayanan yang diselenggarakan di Posyandu.
Manfaat SIP adalah sebagai panduan bagi kader untuk memahami

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 27


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

permasalahan yang ada, sehingga dapat mengembangkan jenis kegiatan yang


tepat dan sesuai dengan kebutuhan sasaran.
6) Format SIP meliputi;
a. catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi, kematian ibu hamil,
melahirkan, nifas;
b. catatan bayi dan balita yang ada di wilayah kerja Posyandu; jenis kegiatan
yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sasaran.
c. catatan pemberian vitamin A, pemberian oralit, pemberian tablet tambah
darah bagi ibu hamil, tanggal dan status pemberian imunisasi;
d. catatan wanita usia subur, pasangan usia subur, jumlah rumah tangga,
jumlah ibu hamil, umur kehamilan, imunisasi ibu hamil, risiko
kehamilan, rencana penolong persalinan, tabulin, ambulan desa, calon
donor darah yang ada di wilayah kerja Posyandu.

7. Persyaratan Menjadi Kader

Bahwa pembangunan dibidang kesehatan dapat dipengaruhi dari keaktifan


masyarakat dan pemuka-pemukanya termasuk kader, maka pemilihan calon kader yang
akan dilatih perlu mendapat perhatian.
Secara disadari bahwa memilih kader yang merupakan pilihan masyarakat dan
memdapat dukungan dari kepala desa setempat kadang-kadang tidak gampang. Namun
bagaimanapun proses pemilihan kader ini hendaknya melalui musyawarah dengan
masyarakat, sudah barang tentu para pamong desa harus juga mendukung. Dibawah ini salah
satu persaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan calon kader.
 Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia
 Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader
 Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan.
 Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya
 Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya
dan berwibawa
 Sanggup membina paling sedik 10 KK untuk meningkatkan keadaan kesehatan
lingkungan
 Diutamakan telah mengikuti KPD atau mempunayai keterampilan

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 28


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ida Bagus, mempunyai pendapat lain mengenai persaratan bagi seorang kader antara
lain:
 Berasal dari masyarakat setempat.
 Tinggal di desa tersebut.
 Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama.
 Diterima oleh masyarakat setempat.
 Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain.
 Sebaiknya yang bisa baca tulis.

Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli diatas dapatlah


disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain, sanggup bekerja secara
sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta mempunyai krebilitas yang baik
dimana perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi,
mempunyai penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup membina masayrakat sekitarnya.
Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upanya meningkatkan
kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui
kegiatan yang dilakukan baik di Posyandu.

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 29


Modul Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

Tujuan persiapan sosial adalah mengajak berpartisipasi atau peran serta masyarakat
sejak awal kegiatan, sampai dengan perencanaan program, pelaksanaan hingga
pengembangan program kesehatan masyarakat. Kegiatan-kegiatan dalam persiapan sosial
ini lebih ditekankan kepada persiapan-persiapan yang harus dilakukan baik aspek teknis,
administratif dan programprogram kesehatan yang akan dilakukan.
Partisipasi
Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi
seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam
defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya
partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu
perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan
tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam
bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.
Kaderisasi
Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan inti
dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa kaderisasi, rasanya sangat sulit
dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan tugas-tugas
keorganisasiannya dengan baik dan dinamis. Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan mutlak
membangun struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan.

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 30


Modul Epidemiologi

1.epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan
pada populasi manusia,menurut...

a. Omran. b. Mausner dan Khamer c. Fomite d. Christine e. Elliens

2.Faktor-faktor apa saja yg mempengaruhi resiko pada ibu hamil,kecuali

a. Reproduksi b. Komplikasi Kehamilan c. Sosial budaya d. Pelayanan kesehatan e.


Kemiskinan

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi komplikasi kehamilan adalah:

a. Distosia b. Kemiskinan c. Kehamilan ektopik. d. Usia. e. Abortus propokartus

4.Apa saja yang merupakan penularan tidak langsung?

a. Membeli makanan b. Penularan airborne c. Kebiasaan hidup. d. Lingkungan e. Sosial


budaya

5.Suatu substansi atau elemen tertentu yg kehadiran atau ketidakhadiran dapat menimbulkan
atau pempengaruhi suatu organisme pengertian dari:

a. Bibit penyakit b. Usia c. Paritas d. Ras e. Sosial budaya

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 32


Modul Epidemiologi

1. B
2. E
3. C
4. B
5. A
6.
7.
8.
9.
10.

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 33


Modul Epidemiologi

DAFTAR PUSTAKA

AFTAR PUSTAKA
https://bidannicky.blogspot.com/2013/06/epidemiologi.html

https://www.academia.edu/20812668/Epidemiologi_Kesehatan_Reproduksi

Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi 34

Anda mungkin juga menyukai