Dosen Pengampu :
Dr. Sutan P. S., STP., S.T., M.T.
NIP: 19770303 200501 1 004
Oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu ukur tanah merupakan ilmu terapan yang mempelajari dan menganalisis bentuk
topografi permukaan bumi beserta obyek-obyek di atasnya untuk keperluan pekerjaan-
pekerjaan konstruksi. Ilmu Ukur Tanah menjadi dasar bagi beberapa mata kuliah lainnya
seperti rekayasa jalan raya, irigasi, drainase dan sebagainya. Dalam kegiatan hibah
pengajaran ini. Misalnya semua pekerjaan teknik sipil tidak lepas dari kegiatan
pengukuran pekerjaan konstruksi seperti pembuatan jalan raya, saluran drainase,
jembatan, pelabuhan, jalur rel kereta api dan sebagainya memerlukan data hasil
pengukuran agar konstruksi yang dibagun dapat dipertanggungjawabkan dan terhindar
dari kesalahan konstruksi.
Untuk memperoleh hasil pengukuran yang baik dan berkualitas baik ditinjau dari segi
biayanya yang murah dan tepat waktu juga dari segi kesesuaian dengan spesifikasi teknis
yang dibutuhkan diperlukan metode pengukuran yang tepat serta peralatan ukur yang
tepat pula. Pengukuran-pengukuran menggunakan waterpas, theodolit. Total station dan
sebagainya dapat mengasilkan data dan ukuran yang dapat dipertanggung jawabkan.
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu ukur tanah memiliki tiga unsur yang harus diukur di lapangan, yaitu: jarak antara dua titik, beda
tinggi dan sudut arah. Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur sederhana sering
disebut pula dengan istilah pengukuran secara langsung karena hasilnya dapat diketahui sesaat setelah
selesai pengukuran. Sebagai contoh alat tersebut adalah pita ukur, baak ukur, yalon dan abney level.
Selain alat ukur sederhana terdapat alat lain yang digunakan untuk pengukuran dilapangan yang dikenal
dengan tacheometer. Tacheometer merupakan alat pengukuran cepat yang dilengkapi oleh peralatan optis,
misalnya lensa sehingga dapat melakukan pengukuran secara optis. Sebagai contoh adalah compass
survey, waterpass dan theodolit. Penggunaan dan perlakuan seorang surveyor terhadap alat merupakan hal
yang penting dan harus diperhatikan. Penggunaan alat yang tidak tepat dapat mengakibatkan hasil
pengukuran yang salah. Cara perawatannya pun harus diperhatikan agar alat ukur tanah tidak rusak. Alat
ukur tanah merupakan alat-alat yang harganya cukup mahal.
Pengukuran merupakan pengamatan terhadap suatu besaran yang dilakukan dengan menggunakan
peralatan dalam suatu lokasi dengan beberapa keterbatasan tertentu (basuki, s, 2006). Menurut
(wongsotjitro, 1980) arti melakukan pengukuran suatu daerah ialah menentukan unsur-unsur (jarak dan
sudut) titik yang ada di suatu daerah dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah tersebut dapat digambar
dengan skala tertentu. Pengukuran dengan alat sederhana dapat untuk mengukur, jarak, beda tinggi, dan
sudut. Pengukuran ini dapat dibedakan menjadi pengukuran langsung dan tidak langsung. Pengukuran
langsung adalah pengukuran dengan langsung mendapatkan nilai pengukuran. Pengukuran tidak langsung
yaitu pengukuran yang tidak langsung didapat hasilnya tetapi harus melalui proses perhitungan terlebih
dahulu. Pengukuran jarak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan seperti pita ukur, pita
baja, dan pegas ukur. Pengukuran dengan alat-alat ini biasanya digunakan untuk mengukur daerah yang
tidak begitu luas. Terbatasnya skala alat ukur seperti pita ukur menjadikan alat ini digunakan untuk
pengukuran langsung di daerah yang luas. Pengukuran tidak langsung dapat menggunakan peralatan
seperti theodolith dan waterpass.
Secara umum metode pengukuran untuk perhitungan, pengolahan dan koreksi data dibagi menjadi:
Metode ini juga digunakan untuk mengetahui sudut kemiringan suatu lereng. Sudut kemiringan
ini dapat digunakan untuk mengetahui nilai beda tinggi suatu lereng. Alat yang biasa digunakan
untuk mengukur sudut yaitu abney level dan hagameter. Selain menggunakan sudut kemiringan,
beda tinggi dapat diketahui dengan alat ukur yang dipasang mendatar atau dengan mengukur
panjang miringnya sudut yang terbentuk terhadap lereng.
3. Pengukuran dengan theodolith alat theodolith ini digunakan untuk mengukur jarak, beda tinggi,
sudut vertikal dan juga sudut horizontal. Alat ini cocok digunakan untuk mengukur daerah
dengan lereng landai maupun terjal.
I. Cara Pengoperasian Alat
1) Waterpas
Ada 4 jenis kegiatan yang harus dikuasai dalam mengoperasikan alat ini, yaitu :
Alat ukur waterpas tergolong kedalam Tripod Levels, yaitu dalam penggunaannya harus
terpasang diatas kaki tiga. Oleh karena itu kegiatan pertama yang harus dikuasai adalah
memasang alt ini pada kaki tiga atau statif. Pekerjaan ini jangan dianggap sepele, jangan hanya
dianggap sekedar menyambungkan skrup yang ada di kaki tiga ke lubang yang ada di alat ukur,
tetapi dalam pemasangan ini harus diperhatikan juga antara lain :
a) Kedudukan dasar alat waterpas dengan dasar kepala kaki tiga harus pas, sehingga
waterpas terpasang di tengah kepala kaki tiga.
b) Kepala kaki tiga umumnya berbentuk menyerupai segi tiga, oleh karena itu
sebaikny tiga skrup pendatar yang ada di alat ukur tepat di bentuk segi tiga
tersebut
c) Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup kuat agar tidak
mudah bergeser apalagi sampai lepas Skrup penghubung kaki tiga dan alat
terlepas
2. Mendirikan Alat ( Set up )
Mendirikan alat adalah memasang alat ukur yang sudah terpasang pada kaki tiga tepat di atas titik
pengukuran dan siap untuk dibidikan, yaitu sudah memenuhi persyaratan berikut:
a) Sumbu satu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh kedudukan
gelembung nivo kotak ada di tengah
b) Garis bidik sejajar garis nivo, yang ditunjukkan oleh kedudukan gelembung nivo
tabung ada di tengah atau nivo U membentuk huruf U.
3. Membidikan Alat
Membidikan alat adalah kegiatan yang dimulai dengan mengarahkan teropong ke sasaran yang
akan dibidik, memfokuskan diafragma agar terlihat dengan jelas, memfokuskan bidikan agar
objek yang dibidik terlihat jelas dan terakhir menepatkan benang diafragma tegak dan diafragma
mendatar tepat pada sasaran yang diinginkan
BA – BT = BT – BB atau BT = ½ ( BA – BB)
Persamaan ini biasa digunakan untuk mengecek benar atau salahnya pembacaan.
Pembacaan rambu ukur oleh alat ini ada yang terlihat dalam keadaan tegak dan
ada yang terbalik, sementara pembacaannya dapat dinyatakan dalam satuan m
atau cm.
b) Pembacaan Sudut
a. Satuan derajat
Pada satuan ini satu lingkatan dibagi kedalam 360 bagian, setiap bagian
dinyatakan dengan 1 derajat (1°), setiap derajat dibagi lagi menjadi 60
bagian, setiap bagian dinyatakan dengan 1 menit (1’) dan setiap menit
dibagi lagi kedalam 60 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1
detik (1”)
b. Satuan grid.
Pada satuan ini satu lingkatan dibagi kedalam 400 bagian, setiap bagian
dinyatakan dengan 1 grid (1g), setiap grid dibagi lagi menjadi 100
bagian, setiap bagian dinyatakan dengan 1 centigrid (1cg) dan setiap
centigrid dibagi lagi kedalam 100 bagian dan setiap bagian dinyatakan
dengan 1 centi-centigrid (1ccg). Salah satu contoh pembacaan sudut
horizontal dari alat ukur waterpas NK2 dari Wild.
2) Theodolite
Sama dengan alat ukur waterpas, ada 4 tahap kegiatan dalam mengoperasikan alai ini, yaitu:
Pengertian mendirikan alat juga sama dengan pada waterpas, namun syaratnya agak berbeda.
Untuk teodolit syaratnya yang harus dipenuhinya adalah :
a) Sumbu kesatu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh kedudukan
gelembung nivo kotak ada di tengah (sama dengan pada waterpas)
b) Sumbu kedua sudah dalam keadaan mendatar, yang diperlihatkan oleh
gelembung nivo tabung ada di tengah
iii. Membidikan Alat
Maksud dan caranya sama dengan pada alat ukur waterpas, sedikit perbedaannya adalah pada
teodolit karena teropong tidak selalu harus dalam keadaan mendatar, maka benang mendatar
dapat diatur kedudukan bacaannya sesuai keinginan pemakai, misalnya disamakan dengan tinggi
alat.
Pembacaan hasil pembidikan juga sama dengan pada alat ukur waterpas, yaitu bacaan rambu ukur
dan bacaan sudut. Perbedaan hanya ada pada penampilan bacaan sudut dan sudut yang dibaca
bukan hanya sudut horizontal saja tetapi juga sudut vertikal.
3) Total Station
Cara mengoperasikannya :
A. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran tata batas baru, baik itu tata batas hutan
maupun tata batas dengan pihak ketiga seperti halnya pinjam pakai dan tukar menukar kawasan
hutan
B. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran berulang (contoh : rekonstruksi batas
kawasan hutan), dimana data sebelumnya diperoleh dari pengukuran menggunakan Total Station
juga.
Untuk mengenal alat Total Station secara mendalam dapat dilakukan dengan cara membandingkannya
dengan alat ukur Theodolit T0. Theodolit T0 yang banyak digunakan di Departemen Kehutanan adalah
theodolit T0 kompas. Meskipun banyak pabrikan dan variasi alat, namun dapat dibandingkan secara
umum antara Total Station dengan Theodolit T0 kompas, sebagai berikut :
Ketelitian bacaan ukuran sudut T0 yaitu : 1’ sedangkan Total Station jauh lebih teliti yaitu :
1”? .
Ketelitian bacaan ukuran jarak T0 yaitu berkisar ± 1 Cm sedangkan Total Station jauh lebih
teliti yaitu berkisar antara 0,1 Cm – 0,01Cm.
Kemampuan jarak yang diukur oleh Total Station dengan prisma tunggal rata-rata 3.000
meter, sedangkan jarak optimal T0 yaitu 200 meter dan sangat subyektif dengan pembacaan
masing-masing surveyor dalam membaca rambu ukur.
Sumber kesalahan yang bisa dieliminasi atau dihindari dalam pengukuran dengan Total
Station diantaranya yaitu kesalahan kasar (blunder). Kesalahan blunder yaitu kesalahan yang
diakibatkan karena kelalaian manusia, contoh diantaranya yaitu : salah baca, salah tulis dan
salah dengar. Kemampuan membaca, menginterpolasi bacaan rambu ukur, menginterpolasi
bacaan arah azimuth kompas pada alat T0 setiap orang berbeda beda. Kondisi lelah pun bisa
mengakibatkan salah membaca dan salah mendengar. Sedangkan pada Total Station bacaan
arah, sudut dan bacaan jarak sudah ditampilkan otomatis pada tampilan layar, bahkan dapat
tersimpan secara otomatis dalam memori alat ukur.
Pengolahan data ukuran Total Station dilengkapi dengan software yang telah disediakan oleh
pabrikan, sehingga pengolahan data lebih cepat. Data ukuran jarak, sudut, azimuth dan
koordinat tersimpan di memory alat. Pada beberapa jenis Total Station, sketsa titik- titik yang
diukur dapat ditampilkan posisinya pada layar monitor alat. Data ukuran dari T0 harus dicatat
dan digambar pada buku ukur, sehingga menambah waktu pekerjaan dibandingkan dengan
Total Station. Akan tetapi untuk tujuan backup data, dapat pula dilakukan pencatatan pada
buku ukur untuk data ukuran Total Station.
Format data hasil ukuran Total Station sudah bisa diaplikasikan langsung dengan program
GIS dan digabungkan dengan data GPS, sedangkan data hasil ukuran T0 merupakan data
mentah dan harus dilakukan pengolahan data terlebih dahulu.
Kesalahan Kolimasi (garis bidik tidak sejajar dengan sumbu II), kesalahan index vertikal
sudah diset Nol sehingga tidak perlu pengaturan lagi. Pada alat T0 harus dilakukan
pengecekan kolimasi dan index vertikal sebelum alat digunakan, sehingga apabila terjadi
kesalahan secepatnya dilakukan koreksi sebelum alat tersebut dipakai dalam pengukuran di
lapangan.
Pada proses pengukuran stake out atau pencarian titik atau rekonstruksi, Total Station lebih
memudahkan pelaksana dalam mencari titik-titik tersebut. Dengan memasukan koordinat
acuan titik dan data jarak dan sudut yang diketahui, maka pencarian titik tersebut lebih
mudah, karena alat Total Station menghitung secara otomatis posisi prisma berdiri. Pada T0
harus dilakukan perhitungan dengan kalkulator untuk mendapatkan posisi yang paling tepat.
Pada kondisi cahaya redup ataupun gelap, pengukuran masih bisa dilaksanakan karena Total
Station menggunakan teknologi infra merah, sedangkan dengan Theodolit sangat sulit
dilakukan khususnya dalam membaca rambu, serta membaca sudut horisontal dan sudut
vertikal.
Atraksi lokal yang disebabkan oleh benda-benda logam di sekitarnya berpengaruh terhadap
kondisi bacaan yang ditunjukan oleh kompas, Total Station tidak dipengaruhi oleh atraksi
lokal tersebut.
4) Meteran
Cara menggunakan alat ini relatif sederhana, cukup dengan merentangkan meteran ini dari ujung
satu ke ujung lain dari objek yang diukur. Namun demikian untuk hasil yang lebih akurat cara
menggunkan alat ini sebaiknya dilakukan sebagai berikut:
Lakukan oleh 2 orang
Seorang memegang ujung awal dan meletakan angka nol meteran di titik yang pertama
Seorang lagi memegang rol meter menuju ke titik pengukuran lainnya, tarik meteran selurus
mungkin dan letakan meteran di titik yang dituju dan baca angka meteran yang tepat di titik
tersebut.
5) Kompas
Cara menggunakan kompas untuk menentukan arah ke suatu tujuan dibedakan sesuai dengan jenis
kompas yang dipakai, yaitu :
Kompas yang sudah dipasang di atas statif didirikan diatas titik awal/pengamatan
Atur agar kompas dalam keadaan mendatar agar jarum dapat bergerak dengan bebas. Kalau alat
ini dilengkapi dengan nivo atur gelembung nivo ada di tengah
Arahkan alat bidik/visir ke arah yang dituju. Baca angka skala lingkaran yang menuju arah
tersebut
6) Rambu Ukur
Diperlukan untuk mempermudah/membantu mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan
permukaan tanah
1. Atur ketinggian rambu ukur dengan menarik batangnya sesuai dengan kebutuhan,
kemudian kunci.
2. Letaka dasar rambu ukur tepat diatas tengah – tengah patok (titik) yang akan dibidik
3. Usahan rambu ukur tersebut tidak miring/condong (depan, belakang, kiri dan kanan),
karena bisa membaca hasil pembacaan
4. Arahkan lensa pada teropong pesawat
Rambu ukur ini berjumlah 2 buah masing-masing didirikan diatas dua patok/titik yang
merupakan jalur pengukuran alat sipat datar optis kemudian diletakan ditengah – tengah antara
rambu belakang dan muka. Alat sipat datar sedemikian rupa sehingga teropong sejajar dengan
nivo yaitu dengan mengetengahkan gelembung nivo. Setelah gelembung nivo ditengahkan (garis
arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu) barulah dibaca rambu belakang dan rambu muka
yang terdiri dari bacaan benang tengah, atas dan bawah. Beda tinggi slag tersebut dasarnya
adalah pengurangan benang tengah belakang (BTb) dengan Benag Tengah muka ( BTm). Beda
Tinggi.
7) Tripod/Statif/Kaki Tiga
Tripod pada alat survey tidak berbeda dengan Tripod yang ada pada fotografi. Fungsi alatnya
pun sama. Jika Tripod fotografi digunakan untuk meletakkan kamera, Tripod survey digunakan
untuk meletakkan alat Geodesi lainnya, seperti Waterpass, Theodolite, dan Total Station.
8) Patok Kayu
Patok kayu dibuat dari reng ¾ atau bujur sangkar dan panjangnya 90 centimeter yang salah
satu ujungnya diruncingkan dan di ujung lainnya di beri paku payung agar
pembacaan nonius lebih akurat.
9) Unting-Unting
Unting-unting merupakan bandul yang terbuat dari besi atau kuningan yang berbentuk
kerucut dengan ujung bawah lancip dan digantungkan pada bagian tengah tripod/statif tegak
lurus titik. Unting-unting berguna untuk memproyeksikan suatu titik pada pita ukur di
permukaan tanah atau sebaliknya. Unting-unting digantungkan dan unting-unting harus tegak
lurus titik.
10) Jalon
11) Payung